Anda di halaman 1dari 47

KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella (Bruner and Sudart, 1994).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella
thypi dan Salmonella para typhi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan
paratyphoid abdominalis (Syaifullah Noer, 1996).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir
usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh tubuh
(Tambayong, 2000: 143).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan bahwa typhoid adalah suatu penyakit
infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella tipe A. B dan C yang dapat menular
melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi

B. ETIOLOGI
Typhoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, bakteri berbentuk basil dan
berjenis gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan
spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia
merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat
sedang sakit atau dalam pemulihan. Bakteri ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh
manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70°C maupun
oleh antiseptik. Terdapat ratusan jenis bakteri Salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat
menimbulkan typhoid yaitu:
1. Salmonella thypi, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora.
Bakteri ini mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
a. Antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek liopolisakarida) : Merupakan polisakarida
yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme
dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar.
b. Antigen H : Terdapat pada flagella dan dan bersifat termolabil
c. Antigen V1 : Merupakan kapsul yang meliputi tubuh bakteri dan melindungi antigen O
terhadap fagositosis dan protein membrane hialin.
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
Typhoid dapat ditularkan melalui feses dan urin dari penderita thypus atau juga carier
(Rahmad Juwono, 1996). Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih
terus mengekskresi Salmonella typhi dalam feses dan urin selama lebih dari 1 tahun.

C. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS


Penularan Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan bakteri Salmonella typhi
kepada orang lain. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan, makanan yang tercemar
bakteri Salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian bakteri
masuk ke dalam lambung, sebagian bakteri akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini bakteri berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah (bakteremia primer)
dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu (Ngastiyah, 2005).
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari), bakteri kembali masuk dalam darah (bakteremi
sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus,
menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan
perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, bakteri mengeluarkan endotoksin yang
mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana bakteri ini berkembang.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia.
Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan
merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis
typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena
Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan
mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam.
Pathways

Bakteri Salmonella typhi

Masuk ke saluran
gastrointestinal

Lolos dari asam lambung Malaise, perasaan


tidak enak badan,
Bakteri masuk usus halus nyeri abdomen

Komplikasi intestinal :
Perdarahan usus,
Pembuluh limfe Inflamasi perforasi usus (bag. distal
ileum), peritonituis
Masuk retikulo endothelial
Peredaran darah
(RES) terutama hati dan
(bakteremia primer) limfa

Inflamasi pada hati dan Empedu Masuk ke aliran darah


limfa (bakteremia sekunder)

Rongga usus pada kel.


Endotoksin
Limfoid halus

Terjadi kerusakan sel


Hepatomegali Pembesaran limfa
Merangsang melepas
Nyeri tekan nyeri akut Splenomegali zat epirogen oleh
leukosit

Mempengaruhi pusat
Lase plak peyer Penurunan mobilitas
thermoregulator di
usus hipotalamus

Erosi Penurunan peristaltik Ketidakefektifan


usus termoregulasi

Terjadi demam

Peningkatan asam
Konstipasi lambung
Resiko kekurangan Anoreksia mual
volume cairan muntah

Ketidakseimbangan
Perdarahan masif Nyeri
nutrisi kurang dari
Komplikasi perforasi dan kebutuhan tubuh
perdarahan usus

(Sumber: Aplikasi asuhan keperawatan & NANDA NIC-NOC, 2015)

D. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi bakteri berkisar selama 7 ─ 20 hari, masa inkubasi terpendek yaitu tiga hari
dan terlama selama 60 hari (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa
inkubasi bakteri selama 14 hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik
(Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, 1994). Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya
penyakit / gejala yang tidak khas) :
1. Perasaan tidak enak badan
2. Lesu
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Diare
6. Anoreksia
7. Batuk
8. Nyeri otot (Mansjoer, Arif, 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain, seperti :
1. Demam
Demam berlangsung 3 minggu
a. Minggu pertama : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore dan malam hari, nyeri kepala,  pusing, nyeri
otot,  anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,   perasaan tidak enak
diperut,   batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan fisik tidak hanya didapat
peningkatan suhu badan
b. Minggu kedua : Demam terus,  bradikardi relatif, lidah typhoid (kotor ditengah, tepi
dan ujung merah tremor), hepatomegali,  plenomegali,   meteorismus,   gangguan
kesadaran seperti samnolen.
c. Minggu ketiga : Demam mulai turun secara berangsur – angsur.
2. Gangguan pada Saluran Pencernaan
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
b. Hati dan limpa membesar sehingga nyeri saat diraba
c. Terjadi konstipasi, dan atau diare
3. Gangguan Kesadaran
a. Kesadaran yaitu apatis – somnole.
b. Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit) (Rahmad Juwono, 1996).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia
dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah
Bila biakan darah positif, hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil
biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap Salmonella typhi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba,
pertumbuhan bakteri dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella typhi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh bakteri).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel bakteri).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai bakteri)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :


a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1) Keadaan umum : Gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakitA: aglutinin baru dijumpai dalam
darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5
atau ke-6.
3) Penyakit – penyakit tertentu : Ada beberapa penyakit yang dapat menyertai
demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti
agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4) Pengobatan dini dengan antibiotika : Pengobatan dini dengan obat anti mikroba
dapat menghambat pembentukan antibodi.
5) Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
6) Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau
tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang
setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-
lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang
pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7) Infeksi klien dengan klinis / subklinis oleh Salmonella sebelumnya : Keadaan ini
dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang
rendah.
8) Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap
Salmonella typhi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada
seseorang yang pernah tertular Salmonella di masa lalu.

b. Faktor-faktor Teknis
1) Aglutinasi silang : beberapa spesies Salmonella dapat mengandung antigen O dan
H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan
reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2) Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
3) Strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang
berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain Salmonella
setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
5. Kultur
a. Kultur darah : Bisa positif pada minggu pertama
b. Kultur urin : Bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kultur feses : Bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

6. Anti Salmonella typhi IgM


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella typhi,
karena antibodi IgM muncul pada hari ketiga dan keempat terjadinya demam.

F. KOMPLIKASI
1. Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
a. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
1) Penurunan TD dan suhu tubuh
2) Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
3) Kulit pucat
4) Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
b. Perforasi usus : Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada
bagian distal ileum.
c. Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan :
1) Nyeri perut hebat
2) Kembung
3) Dinding abdomen tegang (defense muskular)
4) Nyeri tekan
5) TD menurun
6) Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang
7) Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.
2. Diluar usus halus
a. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
b. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder
c. Kolesistitis
d. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi
e. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas, diare,
kelainan neurologis.
f. Miokarditis
g. Karier kronik
3. Komplikasi darah :
a. Anemia hemolitik
b. Trombositopenia
c. Syndroma uremia hemolitik
4. Komplikasi paru :
a. Pneumonia
b. Empiema
c. Pleuritis.
5. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu :
a. Hepatitis
b. Kolesistitis.
7. Komplikasi ginjal :
a. Glomerulus nefritis
b. Pyelonepritis
c. Perinepritis.

8. Komplikasi pada tulang :


a. Osteomyolitis
b. Osteoporosis
c. Spondilitis
d. Arthritis.
9. Komplikasi neuropsikiatrik :
a. Delirium
b. Meningiusmus
c. Meningitis
d. Polineuritis perifer
e. Syndroma Guillain bare
f. Syndroma katatonia.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Copstead, et al (2000: 170) “Pilihan pengobatan mengatasi bakteri Salmonella
typhi yaitu ceftriaxone, ciprofloxacin, dan ofloxacin. Sedangkan alternatif lain yaitu
trimetroprin, sulfametoksazol, ampicilin dan cloramphenicol”. Pengobatan typhoid terdiri atas
3 bagian, yaitu:
1. Perawatan
Pasien demam typoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah perdarahan usus.
Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
2. Diet
Di masa lampau, pasien demam typoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar
dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring
tersebut dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus,
karena ada pendapat bahwa usus perlu di istirahatkan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(pantang sayuran dengan selai kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam
typoid.
3. Obat
Obat-obatan antimikroba yang sering dipergunakan, ialah:
a. Kloramfenikol
Dosis hari pertama 4 kali 250 mg, hari kedua 4 kali 500 mg, diberikan selama
demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4
kali 250 mg selama 5 hari kemudian.
b. Tiamfenikol
Dosis dan efektifitas tiamfenikol pada demam typoid sama dengan kloramfenikol.
Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang dari pada
kloramfenikol. Dengan tiamfenikol demam pada demam typoid turun setelah rata-rata
5-6 hari.
c. Ampicilin dan Amoxilin
Efektifitas keduanya lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. Indikasi
mutlak penggunaannya adalah klien demam typoid dengan leukopenia. Dosis 75-150
mg/kg berat badan, digunakan sampai 7 hari bebas demam.
d. Kontrimoksazol (kombinasi trimetroprin dan sulfametaksazol)
Efektifitas nya kurang lebih sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa
2 kali 2 tablet sehari digunakan sampai 7 hari bebas demam turun setelah 5-6 hari.
e. Sepalosporin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sepalosporin generasi ketiga antara lain
sefoperazon, cefriaxone, cefotaxim efektif untuk demam typoid.
f. Fluorokinolon
Fluorokinolon efektif untuk demam typoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang
optimal belum diketahui dengan pasti.
Selain dengan pemberian antibiotik, penderita demam typoid juga obat-obat simtomatik
antara lain:
a. Antipiretika
Tidak perlu diberikan secara rutin setiap klien demam typoid karena tidak berguna.
b. Kortikosteroid
Klien yang toksit dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam
pengobatan selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan, kesadaran klien
menjadi baik, suhu badan cepat turun sampai normal, tetapi kortikosteroid tidak boleh
diberikan tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps”.
(Sjaifoellah, 1996: 440).

H. PENCEGAHAN TYPHOID
Cara mencegah diri dari penyakit typhoid yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Meningkatkan hygiene sanitasi makanan dan lingkungan
2. Vaksinasi
3. Minum air yang telah dimasak
4. Gunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan

1. Meningkatkan hygiene sanitasi makanan dan lingkungan


Pencegahan utama dalam penyebaran penyakit ini yaitu dengan meningkatkan
hygiene sanitasi makanan dan lingkungan seperti membiasakan cuci tangan dengan bersih
setelah BAB dan sebelum makan.
2. Vaksinasi
Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil thypoid dan
parathypoid A dan B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian
dengan interval 10 hari merupakan tindakan  yang  praktis untuk mencegah penularan
demam thypoid. Jumlah kasus penyakit itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810
kasus per 100.000 penduduk per tahun. Suntikan imunisasi thypoid boleh dilakukan setiap
dua tahun manakala vaksin oral diambil setiap lima tahun. Bagaimanapun, vaksinasi tidak
memberikan jaminan perlindungan 100 persen.
3. Minum air yang telah dimasak.
Masak air sekurang-kurangnya lima menit penuh (apabila air sudah masak, biarkan
ia selama lima menit lagi). Buat es batu menggunakan air yang dimasak. Makan makanan
yang baru dimasak. Jika terpaksa makan di warung, pastikan makanan yang dipesan khas
dan berada dalam keadaan `berasap’ karena baru diangkat dari dapur. Tutup semua
makanan dan minuman agar tidak dihinggapi lalat dan letakkan makanan ditempat tinggi.
4. Gunakan penjepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan
Buah-buahan  hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan. Cuci tangan dengan
sabun dan air bersih sebelum menyedia atau  memakan makanan,membuang sampah sarap,
memegang bahan mentah atau selepas membuang air besar. Dengan hal-hal tersebut, kita
akan mengurangi jumlah insiden typhoid yang seharusnya hal-hal tersebut merupakan
kewajiban sehari-hari dan bukan hanya diterapkan saat sedang musim wabah.
Pilih tempat dan peralatan makanan yang bersih. Sebaiknya membuat makanan
sendiri daripada membeli makanan atau minuman dari penjaja jalanan terutama yang
menjual minuman dingin. Bersihkan tempat perkembangbiakan lalat – lalat. 
Segeralah periksa ke dokter jika mengalami tanda-tanda terkena typhoid.
KONSEP KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


1. Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Jenis Kelamin : Jenis Kelamin :
Alamat : Alamat :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Suku : Suku :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
No. Rekam Medik : Hubungan dgn Klien :
Diagnosa Medis :
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala radikal pasien ACS. Seorang
dokter harus mampu mengenal nyeri dada angina dan mampu membedakan
nyeri dada angina dan mampu membedakan nyeri dada lainnya kerena
gejala ini merupakan petanda awal dalam pengelolaan pasien ACS
(Depkes, 2006).
Sifat nyeri pengelolaan pasien ACS (Atman, et al, 2007):
1) P (Provoking insident) dapat dikembangkan sebagai pencetus
timbulnya serangan jantung atau menyatakan posisi nyeri dada yang
dirasakan ada berkaitannya dengan area lokasi jantung jantung pada
area substernal kiri. Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial.
2) Q (Qualitas) artinya kualitas dari nyeri dada yang dirasakan oleh klien.
Oleh karena kualitas nyeri dada ini bervariasi, maka yang diutarakan
klien bervariasi juga.
3) R (Radiation) artinya lokasi nyeri dada atau radiasi dari penjalaran nyeri
yang menggambarkan area aliran darah yang mengalami hambatan
tersebut, Penjalaran : ke leher, lengan kiri sampai akhirnya kejari kiri
dan punggung, mandibula, gigi, punggung/interkapula, ke lengan
kanan, disebelah dada kiri dan menjalar kerahang
4) S (Severiti) artinya gejala nyeri dada. Adapun gejala yang ditampilkan
atau dikeluhkan lain oleh klien adalah :
a) Nyeri dada yang khas seperti tertindih benda berat yang diikuti
keringat dingin dan sesak dan tercekik. Nyeri dada menjalar
kepunggung, leher dan lengan kiri sampai jari.
b) Beberapa orang merasakan sensasi dada seperti diremas-remas.
c) Menyatakan pernah timbul serangan dan tampilan sekarang adalah
cepet capai sejak belakangan ini.
d) Adanya perasaan mual muntah dan keringat dingin bahkan ada yang
merasa pada area ulu hati.
e) Dada seperti terbakar.
f) Atau tiba-tiba meninggal. Pada orang tua dan penyakit DM kadang
tidak menampikan nyeri dada yang khas
g) Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat.
h) Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan
sesudah makan.
i) Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat
dingin, dan lemas.
j) Hati-hati pada pasien diabetes melitus, kerap pasien tidak mengeluh
nyeri dada akibat neuropati diabetic
5) T (Time). Kejadian nyeri dada dapat terjadi terus menerus atau kadang-
kadang. Jika keluhan dada dirasakan kurang dari 20 menit (uap
/nstemi) dan jika nyeri dada di rasakan lebih dari 20 menit (stemi).
Sehingga ini merupakan waktu emas bagi tenaga kesehatan khususnya
perawat untuk melakukan intervensi segera. Selain itu penentuan
diagnosa maupun prognosa dari serangan jantung tersebut yaitu
dengan melakukan pengkajian pemeriksaan EKG dan pemeriksaan
laboratorium.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Adalah Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal
hingga di bawa ke RS secara lengkap. Tindakan apa saja yang sudah
dilakukan oleh klien untuk mengobati sakitnya sebelum ke RS. Pada Klien
ACS/SKA mengeluh nyeri ketika beristirahat, rasa panas di dada retro
sterna menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri, skala nyeri 8(1-10),
nyeri berlangsung ± 10 menit .
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa waktu
sebelumnya. Pada ACS biasanya pernah menderita DM, hipetensi, PJK
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan pada klien atau keluarga mengenai penyakit yang pernah
diderita anggota keluarga. Jika memungkinkan buatlah genogram atau
gambaran garis keturunan beserta penyakit yang pernah diderita terutama
untuk penyakit-penyakit yang sifatnya diturunkan atau penyakit menular.
Seperti Jantung, DM, hipertensi dan ginjal
d. Riwayat Alergi
Apakah ada alergi terhadap obat, makanan dsb
e. Riwayat Psikologi
Status emosi, gaya komunikasi, pola pertahanan, kondisi emosi saat ini,
misalnya Stress
f. Riwayat Sosial
Pola interaksi klien, kegiatan social. Pada ACS Kebiasaan merokok,
pekerjaan.
g. Riwayat Spiritual
Kebutuhan untuk beribadah (terpenuhi / tidak terpenuhi)? Masalah-
masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual ? Upaya untuk mengatasi
masalah pemenuhan kebutuhan spiritual ?

h. Riwayat pola aktivitas sehari-hari


Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan, pola eliminasi, pola
istirahat tidur, pola kebersihan diri, dan aktivitas lain
i. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1) Keadaan Umum
2) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital Tekanan
Darah (TD) : ……… mmHg Nadi. .x/menit
Suhu...........................................0C
Respiratory Rate (RR) :……x/menit
3) Kepala dan leher
4) Mata
5) Hidung
6) Mulut
7) Telinga
8) Thoraks/dada
 Paru
 Jantung
9) Abdomen
10) Genitalia dan rectal
6) Punggung dan tulang belakang
7) Ekstremitas/musculoskeletal
8) Kulit/integumen
b. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, X-Ray, dll.) :
1) Perubahan EKG (STEMI/NSTEMI dengan atau tanpa gelombang Q
patologik)
Hal yang perlu diketahui dan dipahami pada gambaran EKG yaitu
perubahan pada segmen ST, gelombang T dan gelombang Q. Perubahan
segmen ST dapat dilihat dari ada atau tidaknya peningkatan segmen ST.
Peningkatan segmen ST dikelompokkan dalam infark Q (STEMI)
sedangkan segmen ST yang tidak ada peningkatan dikelompokan dalam
infark non Q atau UAP /NSTEMI. Pengelompokkan ini memerlukan
penanganan yang berbeda. Perubahan gambaran EKG pada UAP dan
NSTEMI berupa depresi segmen ST > 0,05 mV, gelombang T terbalik >
0,2 mV. Perubahan gambaran EKG pada IMA meliputi hiperakut T, ST
elevasi yang di ikuti terbentuknya gelombang Q patalogis, kembalinya
segmen ST pada garis isoelektris dan inversi gelombang T. Perubahan
ini harus di temui minimal pada 2 sandapan yang berdekatan. Pada
beberapa kasus, EKG dapat memberikan gambaran yang normal atau
perubahan minor pada segmen ST atau ST depresi (infark QW
myocardial infark atau infark non Q). Pada penderita dengan EKG
normal namun diduga kuat menderita IMA, pemeriksaan EKG 12
sandapan harus diulang dengan jarak waktu yang dekat dimana
diperkirakan telah terjadi perubahan EKG. Pada keadaan seperti ini
perbandingan dengan EKG sebelumnya dapat membantu diagnosis.
2) Enzim Jantung
Kerusakan miokardium dikenali keberadaannya antara lain dengan
menggunakan tes enzim jantung, seperti: creatinine-kinase (CK),
creatinine kinase MB (CKMB) dan laktat dehidrogenase (LDH). Kadar
serum CK dan CKMB merupakan indikator penting dari nekrosis
miokard. Keterbatasan utama dari kedua petanda tersebut adalah relatif
rendahnya spesifikasi dan sensitivitas saat awal (< 6 jam) setelah onset
serangan. Resiko yang lebih buruk pada pasien tanpa elevasi segmen ST
lebih besar pada pasien dengan peningkatan nilai CKMB. Peningkatan
kadar CKMB sangat berkaitan erat dengan kematian pasien dengan ACS
tanpa elevasi segmen ST, dan naiknya risiko dimulai dengan
peningkatan kadar CKMB diatas normal. Meskipun demikian nilai
normal
3) Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
missal hipokalemi, hiperkalemi.
4) Leukosit
Leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi.
5) Analisa Gas Darah
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
6) Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
7) Rontgen dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau
aneurisma ventrikuler
8) Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
9) Pemeriksaan pencitraan nuklir
 Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard
misal lokasi atau luasnya AMI.
 Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
10) Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
11) Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan
mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu
dilakukan pada fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.
12) Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan
bekuan darah.
13) Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering
dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan
c. Terapi Obat
1) Terapi oksigen diberikan untuk menjaga kadar saturasi dan
memperbaiki oksigen yang sampai ke miokard
2) Diamorfin 5 mg (jika perlu dikuti dengan injeksi intravena perlahan 2,5-
5 mg) diberikan sebgai analgesic dan untuk mengurangi kecemasan
pasien.
3) Morfin 10 mg di ikuti dengan dosis 5-10mg injeksi intravena perlahan
merupakan alternative pilihan jika diamorfin tidak dapat digunakan
4) Metoklopramid 10mg intravena diberikan untuk mengatasi mual,dan
gliseril trinitat sublingual unutk menurunkan atau meredakan nyeri
dada.
5) Aspirin 300mg diberikan pada pasien yang diduga infart miokard yang
diberikan secepat mungkin untuk membatasi thrombus. Aspirin
menghambat COX-1 dalam platelet menghambat prduksi TXA-2 dan
agregasi platelet.
6) Clopidogrel 300mg diberikan pada pasien yang alergi aspirin.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKA

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2021 pukul 15:00 wib

I. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama Klien : Tn. A
No RM 01200676
Umur : 54 th
Tempat/Tgl Lahir : 15 April 1966
Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 28 Maret 2021
Jam : 06:00 wib
Dari : Rumah
Sumber Informasi : Pasien dan Rekam medik
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dg klien : Istri klien
Alamat : jl. swadaya I RT7 RW 10
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :

Tanggal 29/3/2021 pukul 15:00 wib pasien datang dengan keluhan dada
panas menembus kebelakang, keringat dingin (+), skala Nyeri 2/10. Tensi
darah 109/54 mmHg, HR 90 x/mnt, RR 20 x/mnt, Sat Oksigen 98%,
dengan terpasang Nasal kanul 3 liter/mnt. Pasien mengeluh sesak saat
aktifitas ditempat tidur, cepat lelah jika banyak bergerak.Semua ADL
(Activity Daily Living) pasien dibantu oleh perawat. Pasien menanyakan
sakit yang di deritanya. Pasien dan keluarga sering bertanya
perkembangan kondisi klien. Pasien menanyakan tentang penyakitnya
dan faktor yang menyebabkan ini terjadi.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien datang dengan keluhan dada


panas menembus kebelakang, keringat dingin (+), Pasien mengeluh nyeri
dada 3 jam SMRS (tanggal 29/3/2021 jam 03:10 wib), nyeri dada
dirasakan menjalar ke punggung belakang, Skala nyeri 5/10 , seperti
tertekan dan terbakar, nyeri dirasa saat pulang kerja, nyeri tidak hilang
dengan istirahat. Tensi masuk di IGD 100/60 mmHg, HR 70 x/mnt, RR 24
x/mnt, kesadaran composmentis, keadaan umum sakit sedang.
c. Diagnosa Medik :
NSTEMI Tanggal 28 Maret 2021

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien mengatakan sebelumnya tidak

pernah sakit
2. Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.
3. Imunisasi : N/A
4. Kebiasaan : Merokok : ya
Lamanya : 10 tahun sudah I bungkus per hari
Alkohol : tidak Lamanya : ………..
Kopi : ya Lamanya : sejak remaja
Obat : tidak Jenis Obat: ……….Lamanya : ………..
5. Pola nutrisi : (sebelum sakit/dirawat)
a. Frekuensi makan: 3 x sehari dengan porsi besar (± 15
sendok makan) ,Nasi, lauk, sayur. Saat sakit 3x sehari ± 4
sendok makan dan dibarengi dengan buah-buahan seperti
pisang dan apel.
b. Tinggi bada : 165 cm
c. Jenis makanan yg dimakan/disukai : semua suka
d. Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
e. Makanan Pantangan : Tidak ada
f. Nafsu makan :
( √) baik
( ) sedang-alasan : mual
( ) kurang-alasan : mual/muntah/sariawan
g. Perubahan berat badan 3 bulan terakhir
( ) Bertambah …… Kg
( √ ) Tetap (70 kg)
( ) Berkurang …… Kg
( ) tidak tahu
6. Pola Eliminasi ( sebelum dirawat) :
a. Buang air besar
Frekuensi : 1x sehari
Penggunaan pencahar : tidak
Waktu : pagi hari
Warna feses : kuning
Konsistensi : lembek
b. Buang air kecil
Frekuensi : 6-7 x sehari ( ± 1400 cc)
Warna : kuning jernih
Bau : khas
7. Pola tidur dan istirahat
a. Waktu tidur (jam) : malam hari
b. Lama tidur/hari : ± 8 jam sehari
c. Kebiasaan pengantar tidur: tidak ada
d. Kebiasaan saat tidur : penerangan terang.
e. Kesulitan dalam hal tidur: ( ) menjelang tidur
( ) sering/mudah terbangun
( ) merasa tdk puas stlh bangun tidur
(√ ) tidak ada
8. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : tukang bangunan
b. Olah raga : tidak ada
c. Jenis : tidak ada
d. Frekuensi : tidak ada
e. Kegiatan di waktu luang : berkumpul dengan keluarga.
f. Kesulitan dalam hal : tidak ada
9. Pola bekerja :
a. Jenis pekerjaan : Ibu Rumah tangga Lamanya :……….
b. Jumlah jam bekerja: sepanjang hari
c. Jadwal kerja : Tidak ada
d. Lain-lain (sebutkan) :
III. Riwayat Keluarga :
Genogram (3 generasi) :

X x

Keterangan :

IV. Riwayat Lingkungan :


a. Kebersihan : cukup bersih
b. Bahaya : tidak ada
c. Polusi : tidak ada
V. Aspek Psikososial
1. Pola pikir dan persepsi
i. Alat Bantu yang digunakan : tidak ada
( ) kaca mata
( ) alat Bantu pendengaran
( ) lain-lain : sebutkan
ii. Kesulitan yang dialami : tidak ada
( ) sering pusing, mulai kapan :
( ) menurunnya sensitifitas thd sakit, kapan :
( ) menurunnya sensitifitas thd
panas/dingin ( ) membaca/menulis
2. Persepsi diri
1. Hal yg dipikirkan saat ini : pasien ingin segera sembuh.
2. Harapan yg dijalani stlh perawatan : pasien mengatakan ingin segera
sembuh dan pulang ke rumah agar bisa berkumpul kembali dengan
keluarga.
3. Perubahan yg dirasakan stlh sakit : pasien mengatakan sesak, tidak bisa
beraktifitas seperti biasanya.
3. Suasana hati :
Rentang perhatian (thd masalah) : pasien mengatakan ingin cepat sembuh.
3. Hubungan / komunikasi
1. Bicara
( √ ) jelas Bahasa utama : Bahasa
Indonesia
( √) relevan Bahasa daerah : Bahasa Betawi
( √ ) mampu mengekspresikan
( √) mampu mengerti orang lain
2. Tempat tinggal
( ) sendiri
( √ ) bersama orang lain, yaitu : tinggal bersama 3 orang anak dan istri.
4. Kehidupan keluarga
1.Adat yg dianut : Betawi
2.Pembuat keputusan dalam keluarga: Pasien sendiri
3.Pola komunikasi : baik
4.Keuangan : ( √ ) memadai
( ) Kurang
5.Kesulitan dalam keluarga : n/a
( ) hubungan orang tua
( ) hubungan sanak saudara
( ) hubungan perkawinan
5. Kebiasaan seksual :
a. gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :

( ) fertilitas
( ) libido
( ) ereksi
( ) menstruasi
( ) kehamilan
( ) alat kontrasepsi
( ) lain-lain, sebutkan : tidak ada
b. Pemahaman thd fungsi seksual : tidak ada
6. Pertahanan koping
a.Pengambil keputusan
( ) sendiri
( √ ) dibantu orang lain : sebut kan : anak
a. Yang disukai dari kehidupan :
b. Yang ingin dirubah dari kehidupan :
c. Yang dilakukan jika stress :
( ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
( √ ) lain-lain (mis : marah/diam, dll) sebutkan : dibicarakan
d. Apa yang anda ingin perawat lakukan adar anda merasa nyaman
dan aman :
e. Sistem nilai – kepercayaan :
a. Siapa atau apa sumber kekuatan :
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda :
( √ ) ya ( ) tidak, alasannya :
c.Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekuensi), sebutkan : Sholat 5x sehari
d.Kegiatan agama dan kepercayaan yg ingin dilakukan selama di RS,
sebutkan : Sholat
f. Tingkat perkembangan : (sebutkan berdasarkan usia)
: Usia : 54 th Karakteristik :
VI. Pengkajian Fisik :
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : Tensi dasah 109/54 mmHg, HR 90 x/mnt, RR
20 x/mnt, Sat Oksigen 98%.

Kepala Mata Telinga Hidung


Ukuran/kontur : Alis : Daun telinga : Sekret :

(√) normosefalik (√) melengkung (√) Utuh (√) Tdk ada


sepanjang
( ) Hidrosefalik ( ) tdk utuh ( ) ada, jelaskan :
tonjolan tulang
( ) Mikrosefalik , diatas orbita …………………..
( simetris)
( ) asimetris Sekret :
( ) asimetris
( √) Tdk ada Septum :

Kulit kepala : ( ) ada, jelaskan : ( √) utuh/lurus


Kelopak mata :
(√) Licin, tidak ………………….. ( ) deviasi,
nyeri tekan ( √) Kelopak atas perforasi
menutupi iris 2-3
( ) bersisik,
mm
bermasa, nyeri tekan
Mukosa :
( ) tertutup rapat
seluruh sclera pada ( √) merah muda
RAMBUT saat terpejam
( ) infeksi
( ) edema

Tekstur : ( ) radang

(√) bervariasi ( ) lain-lain,


sebutkan :
Normal
Konjung tiva :
( ) rapuh,kasar,
(√ ) Tdk anemis
kering
( ) anemis

Jumlah :
Sklera :
( √) bervariasi,
(√ ) tdk ikterik
normal
Distribusi :

( √ ) tersebar baik

( ) Alopesia

Higiene :

( √) bersih

( ) ketombe

Mulut Tenggorokan Leher Kuku

Mukosa bibir : Nyeri menelan : Kelenjar gondok : Ketebalan :

( ) lembab (√ ) Tdk ada ( √) Normal ( ) tdk menebal

( √ ) kering ( ) ada ( ) membesar, ( ) menebal


jelaskan: ( biasanya
( ) Ada lesi (
……………………. menandakan
) Sianosis Suara serak : jamur)

( √ ) Tidak ada (√ ) bersih


Kel. Getah bening:
Gigi : ( ) ada ( ) kotor
(√) Normal
( ) lengkap ( ) sianosis
( √) Tdk lengkap Tonsil : ( ) membesar, ( √ ) tdk sianosis

( ) Karies gigi (√) Normal ( ) Nyeri tekan

( ) ada gigi palsu ( ) membesar jelaskan: Capillary refill : 3


……………………. dtk
( ) Nyeri tekan

Lidah :

( ) lembab Faring :

(√) kering (√) normal

( ) kotor /coated ( ) hiperemis

Respirasi Kardiovaskular Neurologi Genitourinaria

Suara Paru : Nadi perifer : 90 Sensibilitas : BAK :

( ) vesikuler x/mnt (√) Normal Frek : DC +

( ) wheezing ( ) Tdk normal, Warna :


ka/ki jelaskan :
(√) kuning jernih
………….
(√ ) ronchi basah
Irama : ( ) Ada darah
…………………….
ka/ki, dibasal
( ) regular ( ) lain-lain, jalaskan :
paru.
() ronchi kering ( √ ) ireguler Urine tanggal 21/12/20

Ka/ki 800cc/5 jam

Distensi Vena Kaku kuduk :


jugularis : ada .
Pola nafas : (√) tdk ada Lampias :
- JVP5+2
() teratur, frek : mmH2O ( ) ada (√) ya

( √ ) Takipnea, ( )tdk
frek : 22 x/mnt

( ) Cheynes- Suara jantung :


Nyeri :
Stokes
(√) normal
(√) Tdk ada
( ) Kusmaul
( ) murmur
Tk.Kesadaran : ( ) ada, jelaskan :
( ) Apnea
( ) gallop …………………….
GCS : E : 4
…………………….
M:6
Pergerakkan
Nyeri dada :
dada V :5
(√) tdk ada Sekret alat
(√) Simetris ( √ ) Composmentis
kelamin :
( ) ada, jelaskan :
( ) tdk simetris ( ) Apatis
…………………… ( ) tdk ada
( ) somnolent
…………………… ( ) ada, jelaskan :
Sputum : ( ) delirium
…………………….
( ) Produktif ( ) soporocoma
…n/a………………….
(√) Tdk Produktif ( ) coma
( ) encer

( ) Kental Higiene alat


kelamin : n/a
( ) Putih
( √ ) bersih
( ) Kuning
( ) kotor
Kehijauan

( ) Ada darah
Alat Bantu :

() tdk ada
Sesak Nafas :
(√ ) cateter, jelaskan tgl
( ) Tdk ada
dipasang :
(√ ) ada,
21/12/2020
frekuensi : 22
x/mnt Ukuran : 16

Jenis cateter : dower


chateter
Perkusi :

( √) resonan

( ) hiperesonan

( ) redup

Tactil fremitus :

(√) getaran
normal dan sama
ki/ka

( ) fremitus
lemah

( ) fremitus kuat

Muskoloskeletal Integumen Gastrointestinal

Nyeri : Warna : Mual : Abdomen :

(√) Tdk ada (√) Normal ( √ ) tdk ada ( √) supel

( ) ada, jelaskan : ( ) Sianosis ( ) ada ( ) tegang

……………………. ( ) hiperemi ( ) membuncit

……………………. ( ) Ikterik Muntah :

(√ ) tdk ada Massa :

Edema : Kelembaban : ( ) ada, jelaskan : (√) tdk ada

(√) Tdk ada ( ) Normal ………………….. ( ) ada, jelaskan :

( ) ada, jelaskan : ( ) kering …………………..

…………………… (√ ) diaporesis Nafsu makan


: berkurang
……………………
( ) Baik
Otot : Turgor : Bising usus :
( ) tdk ada
( √) mampu (√ ) elastis Frek : 10 x/mnt
menahan
gerakkan pasif ( ) Tdk elastis

( ) atrofi .....detik Nyeri perut :

( ) paralysis (√ ) Tdk ada

( ) lemas Lesi : ( ) ada, jelaskan :

Gambar skala: 5 (√) tdk ada mules

( ) ada, jelaskan :

…………………… BAB :

Warna : kuning

(√ ) Biasa

( ) Hijau

( ) ada darah/lendir

( ) spt air beras

Jumlah :

(√) Banyak

( ) sedang

( ) sedikit

Konsistensi :

(√) lunak

( ) keras

(
) encer/cair

Reproduksi : N/a
Kehamilan :

Buah dada :

Perdarahan :

Pap smear :

Prostat :

Informasi Lain Yg ditemukan :

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………...................................................

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………...
Data Penunjang
Laboratorium : Tgl
29/3/2021

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 14,4 11,4-15,1 g/dL
Hematokrit 40 37-45%
Leukosit 9500 ↑ 5000-10000/uL
Trombosit 178.000 150.000-400.000
Eritrosit 4,9 4 – 5 (juta/ul)
Troponin I 0.040 < 0.020
GDS 178 70-200
Na 133 135-147
K 4,1 3,5-5,5
Cl 97 95-111
Antiodi SARS COV-2 0,09 <1 Non Reaktif
Ur 36 15-43
Cr 1,01 0,57-1,11

Tanggal 29/3/2021

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Kolesterol 236 <200 mg/dL
Trigliserida 333 <150 mg/dL
HDL 34 ↑ >= 40 mg/dL
LDL 135 <100 mg/dL
Asam Urat 5,2 < 7 mg/dL
EKG TANGGAL 28/3/2021

Terapi : TANGGAL 28/3/2021

Atorvastatin 1 x 40mg PO

Trombo Aspilet 1x80mg PO

Clopidogrel 1 x 75 mg PO

Diazepam 1 x 5mg (K/P)

Lovenox 2x0,6cc

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
1. Intoleransi Aktivitas
2. Defisit Pengetahuan
C. ANALISA DATA
MASALAH
No DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 DS : Iskemia jaringan Nyeri Akut
Nyeri dada kiri, terasa
panas menembus
belakang, skala nyeri
5/10, keringat dingin
DO :
TD 109/54 mmhg, HR
90x/m, RR 20x/m, sat
oksigen 98%
2 DS : Ketidakseimbangan antara Intoleransi
Mengeluh sesak saat suplai dan kebutuhan Aktivitas
beraktivitas, cepat oksigen
lelah
DO :
ADL semua dilakukan
oleh perawat
3 DS : Kurang terpapar informasi Defisit
- Pengetahuan-
DO :
Pasien menanyakan
sakit yang dideritanya,
pasien dan keluarga
sering bertanya
perkembangan kondisi
klien, pasien
menanyakan tentang
penyakitnya dan
faktor yang
menyebabkan ini
terjadi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Nyeri Akut (D.0077) b.d. agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis (iskemia) d.d. Setelah dilakukan intervensi
Observasi
mengeluh nyeri, gelisah, pola napas keperawatan selama 3 x 24 jam maka
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
berubah dan diaphoresis nyeri akut cukup menurun dengan
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kategori : Psikologi kriteria hasil :
2. Identifikasi skala nyeri
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan 1. Keluhan nyeri
1. Identifikasi faktor yang memperberat dan
1. Gelisah
memperingan nyeri
Definisi : 2. Diaporesis
Teraupetik
Pengalaman sensorik atau emosional
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk untuk
yang berkaitan dengan kerusakan
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi napas
jaringan aktual atau fungsional, dengan
dalam)
onset mendadak atau lambat dan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
berintensitas ringan hingga berat yang
nyeri
berlangsung kurang dari 3 bulan.
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Penyebab :
Edukasi
1. Agen pencedera fisiologis (mis.
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
inflamasi, iskemia, neoplasma).
Gejala dan Tanda Mayor 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Subjektif 3. Anjurkan menggunakan analgetik secara
1. Mengeluh nyeri mandiri
Objektif 4. Ajarkan teknik nonframakologis untuk
1. Gelisah mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Gejala dan Tanda Minor 1. Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu
Subjektif
Pemberian Analgesik
(tidak tersedia)
Observasi
Objektif
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis, pencetus,
1. Pola napas berubah
Pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi
1. Diaphoresis
durasi)
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
Kondisi klinis terkait :
pemberian anagesik
1. Sindrom Koroner Akut
3. Monitor efektifitas analgesic
Teraupetik
4. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respon pasien
5. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak di inginkan
Edukasi
6. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
2 Intoleransi Aktivitas (D.0056) b.d Setelah dilakukan intervensi Terapi Aktivitas
ketidakseimbangan antara suplai dan keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi :
kebutuhan oksigen d.d mengeluh lelah, toleransi aktivitas meningkat dengan 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
dispnea setelah aktivitas, merasa lemah kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
Kategori : Fisiologis 1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas tertentu
Subkategori : Aktivitas/Istirahat aktivitas sehari-hari meningkat Terapeutik :
Definisi : 2. Keluhan lelah menurun 2. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mobilisasi dan
Ketidakcukupan energi untuk melakukan 1. Perasaan lemah menurun ambulasi) sesuai kebutuhan
aktivitas sehari-hari 3. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy atau gerak
Gejala dan Tanda Mayor : 4. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
Subjektif : Edukasi :
1. Mengeluh lemah 5. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual dan kognitif dalam menjaga fungsi
Gejala dan Tanda Minor dan kesehatan
Subjektif : Kolaborasi :
1. Merasa lemah -
3 Defisit pengetahuan (D0111) b.d kurang Setelah dilakukan intervensi Edukasi kesehatan
terpapar informasi d.d menanyakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi :
masalah yang dihadapi tingkat pengetahuan cukup meningkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
dengan kriteria hasil : informasi
Kategori : Perilaku 1. Perilaku sesuai anjuran Terapeutik :
Subkategori : Penyuluhan dan 2. Perilaku sesuai dengan dengan 2. Sediakan materi dan media pendidikan
pembelajaran pengetahuan kesehatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Definisi : Edukasi :
Ketiadaan atau kurangnya informasi 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kognitif yang berkaitan dengan topik kesehatan
tertentu 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Ajarkan strategi yang digunakan untuk
Penyebab : menignkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. Kurang terpapar informasi
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif :
-

Gejala dan Tanda Minor :


subjektif :
-
Objektif :
-

Kondisi Klinis Terkait :


1. Kondisi klinis yang baru dihadapi
oleh klien
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC
NOC Edisi Revisi Jilid I. Yogyakarta: MediAction

Anonim. 2010. Thypoid Fever. http://makalahperawat.blogspot.com/2010/10/


thypoid.fever.html?m=1

Dwaney. 2010. Makalah thipoid. http://dwaney.wordpress.com/2010/11/11/


makalah-thipoid/

HamsahPK4. 2015. Makalah Thypoid. http://hamsahpk4.blogspot.com/2015/03/


makalah-thypoid.html?m=1

Jack, Rachmoez. 2015. Pengertian, Penyebab, dan Patofisiologi Tifus ( Typhoid )


Menurut Para Ahli. http://dominique122.blogspot.com/2015/04/
pengertian-penyebab-dan-patofisiologi.html?m=1

Wulan, Dwi. 2013. Makalah Demam Thypoid atau Tifus. http://dwicheeprutezz.


blogspot.com/2013/07/makalah-demam-thypoid-atau-tifus.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai