A. PENGERTIAN
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella (Bruner and Sudart, 1994).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella
thypi dan Salmonella para typhi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan
paratyphoid abdominalis (Syaifullah Noer, 1996).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir
usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh tubuh
(Tambayong, 2000: 143).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan bahwa typhoid adalah suatu penyakit
infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella tipe A. B dan C yang dapat menular
melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi
B. ETIOLOGI
Typhoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, bakteri berbentuk basil dan
berjenis gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan
spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia
merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat
sedang sakit atau dalam pemulihan. Bakteri ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh
manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70°C maupun
oleh antiseptik. Terdapat ratusan jenis bakteri Salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat
menimbulkan typhoid yaitu:
1. Salmonella thypi, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora.
Bakteri ini mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
a. Antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek liopolisakarida) : Merupakan polisakarida
yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme
dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar.
b. Antigen H : Terdapat pada flagella dan dan bersifat termolabil
c. Antigen V1 : Merupakan kapsul yang meliputi tubuh bakteri dan melindungi antigen O
terhadap fagositosis dan protein membrane hialin.
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
Typhoid dapat ditularkan melalui feses dan urin dari penderita thypus atau juga carier
(Rahmad Juwono, 1996). Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih
terus mengekskresi Salmonella typhi dalam feses dan urin selama lebih dari 1 tahun.
Masuk ke saluran
gastrointestinal
Komplikasi intestinal :
Perdarahan usus,
Pembuluh limfe Inflamasi perforasi usus (bag. distal
ileum), peritonituis
Masuk retikulo endothelial
Peredaran darah
(RES) terutama hati dan
(bakteremia primer) limfa
Mempengaruhi pusat
Lase plak peyer Penurunan mobilitas
thermoregulator di
usus hipotalamus
Terjadi demam
Peningkatan asam
Konstipasi lambung
Resiko kekurangan Anoreksia mual
volume cairan muntah
Ketidakseimbangan
Perdarahan masif Nyeri
nutrisi kurang dari
Komplikasi perforasi dan kebutuhan tubuh
perdarahan usus
D. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi bakteri berkisar selama 7 ─ 20 hari, masa inkubasi terpendek yaitu tiga hari
dan terlama selama 60 hari (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa
inkubasi bakteri selama 14 hari dengan gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik
(Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, 1994). Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya
penyakit / gejala yang tidak khas) :
1. Perasaan tidak enak badan
2. Lesu
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Diare
6. Anoreksia
7. Batuk
8. Nyeri otot (Mansjoer, Arif, 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain, seperti :
1. Demam
Demam berlangsung 3 minggu
a. Minggu pertama : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore dan malam hari, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
diperut, batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan fisik tidak hanya didapat
peningkatan suhu badan
b. Minggu kedua : Demam terus, bradikardi relatif, lidah typhoid (kotor ditengah, tepi
dan ujung merah tremor), hepatomegali, plenomegali, meteorismus, gangguan
kesadaran seperti samnolen.
c. Minggu ketiga : Demam mulai turun secara berangsur – angsur.
2. Gangguan pada Saluran Pencernaan
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
b. Hati dan limpa membesar sehingga nyeri saat diraba
c. Terjadi konstipasi, dan atau diare
3. Gangguan Kesadaran
a. Kesadaran yaitu apatis – somnole.
b. Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit) (Rahmad Juwono, 1996).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia
dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif, hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil
biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap Salmonella typhi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba,
pertumbuhan bakteri dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella typhi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh bakteri).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel bakteri).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai bakteri)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
b. Faktor-faktor Teknis
1) Aglutinasi silang : beberapa spesies Salmonella dapat mengandung antigen O dan
H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan
reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2) Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
3) Strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang
berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain Salmonella
setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
5. Kultur
a. Kultur darah : Bisa positif pada minggu pertama
b. Kultur urin : Bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kultur feses : Bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
F. KOMPLIKASI
1. Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
a. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
1) Penurunan TD dan suhu tubuh
2) Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
3) Kulit pucat
4) Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
b. Perforasi usus : Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada
bagian distal ileum.
c. Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan :
1) Nyeri perut hebat
2) Kembung
3) Dinding abdomen tegang (defense muskular)
4) Nyeri tekan
5) TD menurun
6) Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang
7) Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.
2. Diluar usus halus
a. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
b. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder
c. Kolesistitis
d. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi
e. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas, diare,
kelainan neurologis.
f. Miokarditis
g. Karier kronik
3. Komplikasi darah :
a. Anemia hemolitik
b. Trombositopenia
c. Syndroma uremia hemolitik
4. Komplikasi paru :
a. Pneumonia
b. Empiema
c. Pleuritis.
5. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu :
a. Hepatitis
b. Kolesistitis.
7. Komplikasi ginjal :
a. Glomerulus nefritis
b. Pyelonepritis
c. Perinepritis.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Copstead, et al (2000: 170) “Pilihan pengobatan mengatasi bakteri Salmonella
typhi yaitu ceftriaxone, ciprofloxacin, dan ofloxacin. Sedangkan alternatif lain yaitu
trimetroprin, sulfametoksazol, ampicilin dan cloramphenicol”. Pengobatan typhoid terdiri atas
3 bagian, yaitu:
1. Perawatan
Pasien demam typoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah perdarahan usus.
Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
2. Diet
Di masa lampau, pasien demam typoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar
dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring
tersebut dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus,
karena ada pendapat bahwa usus perlu di istirahatkan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(pantang sayuran dengan selai kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam
typoid.
3. Obat
Obat-obatan antimikroba yang sering dipergunakan, ialah:
a. Kloramfenikol
Dosis hari pertama 4 kali 250 mg, hari kedua 4 kali 500 mg, diberikan selama
demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4
kali 250 mg selama 5 hari kemudian.
b. Tiamfenikol
Dosis dan efektifitas tiamfenikol pada demam typoid sama dengan kloramfenikol.
Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang dari pada
kloramfenikol. Dengan tiamfenikol demam pada demam typoid turun setelah rata-rata
5-6 hari.
c. Ampicilin dan Amoxilin
Efektifitas keduanya lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. Indikasi
mutlak penggunaannya adalah klien demam typoid dengan leukopenia. Dosis 75-150
mg/kg berat badan, digunakan sampai 7 hari bebas demam.
d. Kontrimoksazol (kombinasi trimetroprin dan sulfametaksazol)
Efektifitas nya kurang lebih sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa
2 kali 2 tablet sehari digunakan sampai 7 hari bebas demam turun setelah 5-6 hari.
e. Sepalosporin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sepalosporin generasi ketiga antara lain
sefoperazon, cefriaxone, cefotaxim efektif untuk demam typoid.
f. Fluorokinolon
Fluorokinolon efektif untuk demam typoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang
optimal belum diketahui dengan pasti.
Selain dengan pemberian antibiotik, penderita demam typoid juga obat-obat simtomatik
antara lain:
a. Antipiretika
Tidak perlu diberikan secara rutin setiap klien demam typoid karena tidak berguna.
b. Kortikosteroid
Klien yang toksit dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam
pengobatan selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan, kesadaran klien
menjadi baik, suhu badan cepat turun sampai normal, tetapi kortikosteroid tidak boleh
diberikan tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps”.
(Sjaifoellah, 1996: 440).
H. PENCEGAHAN TYPHOID
Cara mencegah diri dari penyakit typhoid yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Meningkatkan hygiene sanitasi makanan dan lingkungan
2. Vaksinasi
3. Minum air yang telah dimasak
4. Gunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2021 pukul 15:00 wib
I. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama Klien : Tn. A
No RM 01200676
Umur : 54 th
Tempat/Tgl Lahir : 15 April 1966
Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 28 Maret 2021
Jam : 06:00 wib
Dari : Rumah
Sumber Informasi : Pasien dan Rekam medik
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dg klien : Istri klien
Alamat : jl. swadaya I RT7 RW 10
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Tanggal 29/3/2021 pukul 15:00 wib pasien datang dengan keluhan dada
panas menembus kebelakang, keringat dingin (+), skala Nyeri 2/10. Tensi
darah 109/54 mmHg, HR 90 x/mnt, RR 20 x/mnt, Sat Oksigen 98%,
dengan terpasang Nasal kanul 3 liter/mnt. Pasien mengeluh sesak saat
aktifitas ditempat tidur, cepat lelah jika banyak bergerak.Semua ADL
(Activity Daily Living) pasien dibantu oleh perawat. Pasien menanyakan
sakit yang di deritanya. Pasien dan keluarga sering bertanya
perkembangan kondisi klien. Pasien menanyakan tentang penyakitnya
dan faktor yang menyebabkan ini terjadi.
pernah sakit
2. Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.
3. Imunisasi : N/A
4. Kebiasaan : Merokok : ya
Lamanya : 10 tahun sudah I bungkus per hari
Alkohol : tidak Lamanya : ………..
Kopi : ya Lamanya : sejak remaja
Obat : tidak Jenis Obat: ……….Lamanya : ………..
5. Pola nutrisi : (sebelum sakit/dirawat)
a. Frekuensi makan: 3 x sehari dengan porsi besar (± 15
sendok makan) ,Nasi, lauk, sayur. Saat sakit 3x sehari ± 4
sendok makan dan dibarengi dengan buah-buahan seperti
pisang dan apel.
b. Tinggi bada : 165 cm
c. Jenis makanan yg dimakan/disukai : semua suka
d. Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
e. Makanan Pantangan : Tidak ada
f. Nafsu makan :
( √) baik
( ) sedang-alasan : mual
( ) kurang-alasan : mual/muntah/sariawan
g. Perubahan berat badan 3 bulan terakhir
( ) Bertambah …… Kg
( √ ) Tetap (70 kg)
( ) Berkurang …… Kg
( ) tidak tahu
6. Pola Eliminasi ( sebelum dirawat) :
a. Buang air besar
Frekuensi : 1x sehari
Penggunaan pencahar : tidak
Waktu : pagi hari
Warna feses : kuning
Konsistensi : lembek
b. Buang air kecil
Frekuensi : 6-7 x sehari ( ± 1400 cc)
Warna : kuning jernih
Bau : khas
7. Pola tidur dan istirahat
a. Waktu tidur (jam) : malam hari
b. Lama tidur/hari : ± 8 jam sehari
c. Kebiasaan pengantar tidur: tidak ada
d. Kebiasaan saat tidur : penerangan terang.
e. Kesulitan dalam hal tidur: ( ) menjelang tidur
( ) sering/mudah terbangun
( ) merasa tdk puas stlh bangun tidur
(√ ) tidak ada
8. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : tukang bangunan
b. Olah raga : tidak ada
c. Jenis : tidak ada
d. Frekuensi : tidak ada
e. Kegiatan di waktu luang : berkumpul dengan keluarga.
f. Kesulitan dalam hal : tidak ada
9. Pola bekerja :
a. Jenis pekerjaan : Ibu Rumah tangga Lamanya :……….
b. Jumlah jam bekerja: sepanjang hari
c. Jadwal kerja : Tidak ada
d. Lain-lain (sebutkan) :
III. Riwayat Keluarga :
Genogram (3 generasi) :
X x
Keterangan :
( ) fertilitas
( ) libido
( ) ereksi
( ) menstruasi
( ) kehamilan
( ) alat kontrasepsi
( ) lain-lain, sebutkan : tidak ada
b. Pemahaman thd fungsi seksual : tidak ada
6. Pertahanan koping
a.Pengambil keputusan
( ) sendiri
( √ ) dibantu orang lain : sebut kan : anak
a. Yang disukai dari kehidupan :
b. Yang ingin dirubah dari kehidupan :
c. Yang dilakukan jika stress :
( ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
( √ ) lain-lain (mis : marah/diam, dll) sebutkan : dibicarakan
d. Apa yang anda ingin perawat lakukan adar anda merasa nyaman
dan aman :
e. Sistem nilai – kepercayaan :
a. Siapa atau apa sumber kekuatan :
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda :
( √ ) ya ( ) tidak, alasannya :
c.Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekuensi), sebutkan : Sholat 5x sehari
d.Kegiatan agama dan kepercayaan yg ingin dilakukan selama di RS,
sebutkan : Sholat
f. Tingkat perkembangan : (sebutkan berdasarkan usia)
: Usia : 54 th Karakteristik :
VI. Pengkajian Fisik :
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : Tensi dasah 109/54 mmHg, HR 90 x/mnt, RR
20 x/mnt, Sat Oksigen 98%.
Tekstur : ( ) radang
Jumlah :
Sklera :
( √) bervariasi,
(√ ) tdk ikterik
normal
Distribusi :
( √ ) tersebar baik
( ) Alopesia
Higiene :
( √) bersih
( ) ketombe
Lidah :
( ) lembab Faring :
( √ ) Takipnea, ( )tdk
frek : 22 x/mnt
( ) Ada darah
Alat Bantu :
() tdk ada
Sesak Nafas :
(√ ) cateter, jelaskan tgl
( ) Tdk ada
dipasang :
(√ ) ada,
21/12/2020
frekuensi : 22
x/mnt Ukuran : 16
( √) resonan
( ) hiperesonan
( ) redup
Tactil fremitus :
(√) getaran
normal dan sama
ki/ka
( ) fremitus
lemah
( ) fremitus kuat
( ) ada, jelaskan :
…………………… BAB :
Warna : kuning
(√ ) Biasa
( ) Hijau
( ) ada darah/lendir
Jumlah :
(√) Banyak
( ) sedang
( ) sedikit
Konsistensi :
(√) lunak
( ) keras
(
) encer/cair
Reproduksi : N/a
Kehamilan :
Buah dada :
Perdarahan :
Pap smear :
Prostat :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………...................................................
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………...
Data Penunjang
Laboratorium : Tgl
29/3/2021
Tanggal 29/3/2021
Atorvastatin 1 x 40mg PO
Clopidogrel 1 x 75 mg PO
Lovenox 2x0,6cc
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
1. Intoleransi Aktivitas
2. Defisit Pengetahuan
C. ANALISA DATA
MASALAH
No DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 DS : Iskemia jaringan Nyeri Akut
Nyeri dada kiri, terasa
panas menembus
belakang, skala nyeri
5/10, keringat dingin
DO :
TD 109/54 mmhg, HR
90x/m, RR 20x/m, sat
oksigen 98%
2 DS : Ketidakseimbangan antara Intoleransi
Mengeluh sesak saat suplai dan kebutuhan Aktivitas
beraktivitas, cepat oksigen
lelah
DO :
ADL semua dilakukan
oleh perawat
3 DS : Kurang terpapar informasi Defisit
- Pengetahuan-
DO :
Pasien menanyakan
sakit yang dideritanya,
pasien dan keluarga
sering bertanya
perkembangan kondisi
klien, pasien
menanyakan tentang
penyakitnya dan
faktor yang
menyebabkan ini
terjadi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Nyeri Akut (D.0077) b.d. agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis (iskemia) d.d. Setelah dilakukan intervensi
Observasi
mengeluh nyeri, gelisah, pola napas keperawatan selama 3 x 24 jam maka
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
berubah dan diaphoresis nyeri akut cukup menurun dengan
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kategori : Psikologi kriteria hasil :
2. Identifikasi skala nyeri
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan 1. Keluhan nyeri
1. Identifikasi faktor yang memperberat dan
1. Gelisah
memperingan nyeri
Definisi : 2. Diaporesis
Teraupetik
Pengalaman sensorik atau emosional
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk untuk
yang berkaitan dengan kerusakan
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi napas
jaringan aktual atau fungsional, dengan
dalam)
onset mendadak atau lambat dan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
berintensitas ringan hingga berat yang
nyeri
berlangsung kurang dari 3 bulan.
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Penyebab :
Edukasi
1. Agen pencedera fisiologis (mis.
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
inflamasi, iskemia, neoplasma).
Gejala dan Tanda Mayor 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Subjektif 3. Anjurkan menggunakan analgetik secara
1. Mengeluh nyeri mandiri
Objektif 4. Ajarkan teknik nonframakologis untuk
1. Gelisah mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Gejala dan Tanda Minor 1. Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu
Subjektif
Pemberian Analgesik
(tidak tersedia)
Observasi
Objektif
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis, pencetus,
1. Pola napas berubah
Pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi
1. Diaphoresis
durasi)
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
Kondisi klinis terkait :
pemberian anagesik
1. Sindrom Koroner Akut
3. Monitor efektifitas analgesic
Teraupetik
4. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respon pasien
5. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak di inginkan
Edukasi
6. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
2 Intoleransi Aktivitas (D.0056) b.d Setelah dilakukan intervensi Terapi Aktivitas
ketidakseimbangan antara suplai dan keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi :
kebutuhan oksigen d.d mengeluh lelah, toleransi aktivitas meningkat dengan 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
dispnea setelah aktivitas, merasa lemah kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
Kategori : Fisiologis 1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas tertentu
Subkategori : Aktivitas/Istirahat aktivitas sehari-hari meningkat Terapeutik :
Definisi : 2. Keluhan lelah menurun 2. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mobilisasi dan
Ketidakcukupan energi untuk melakukan 1. Perasaan lemah menurun ambulasi) sesuai kebutuhan
aktivitas sehari-hari 3. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy atau gerak
Gejala dan Tanda Mayor : 4. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
Subjektif : Edukasi :
1. Mengeluh lemah 5. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual dan kognitif dalam menjaga fungsi
Gejala dan Tanda Minor dan kesehatan
Subjektif : Kolaborasi :
1. Merasa lemah -
3 Defisit pengetahuan (D0111) b.d kurang Setelah dilakukan intervensi Edukasi kesehatan
terpapar informasi d.d menanyakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi :
masalah yang dihadapi tingkat pengetahuan cukup meningkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
dengan kriteria hasil : informasi
Kategori : Perilaku 1. Perilaku sesuai anjuran Terapeutik :
Subkategori : Penyuluhan dan 2. Perilaku sesuai dengan dengan 2. Sediakan materi dan media pendidikan
pembelajaran pengetahuan kesehatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Definisi : Edukasi :
Ketiadaan atau kurangnya informasi 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kognitif yang berkaitan dengan topik kesehatan
tertentu 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Ajarkan strategi yang digunakan untuk
Penyebab : menignkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. Kurang terpapar informasi
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif :
-
Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC
NOC Edisi Revisi Jilid I. Yogyakarta: MediAction