Anda di halaman 1dari 27

KATA PENDAHULUAN

PENGANTAR Suksenya pengobatan pada hipertensi


dalam suatu program pengobatan tidak
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang lepas dari pengetahuan serta kepatuhannya.
Apabila pengetahuan seseorang mengenai
telah memberikan anugrah dan berkatnya, sehingga
hipertensi sudah sudah baik, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Booklet ditengah situasi program terapi dilakukan untuk mencegah
pamdemik Covid-19. Booklet ini berisikan tentang Edukasi berkembangnya pernyakit (Dilianty et al.,
Hipertensi Serta Tindakan Pengendalian melalui Terapi 2019).
Relaksasi Otot Progresif. Penulis berharap booklet ini dapat Secara nasional prevalensi masyarakat
menjawab pertanyaan dan pengetahuan masyarakat di indonesia sebanyak 30,9% (Kemenkes RI,
khususnya individu yang memiliki hipertensi, Sehingga 2017). Riskesdas (2018) juga menyebutkan
sebanyak 34,11% masyarakat yang menderita
wawasan masyarakat mengenai hipertensi bertambah,
hipertensi. Hipertensi dikatakan semacam
dengan itu program terapi akan dilakukan agar “sikent killer” dikarenakan terjadinya gejala
penyakitnya tidak berlanjut, khususnya terapi relaksasi tanpa keluhan. Tekanan darah tinggi ialah
otot progresif. Terimakasih penulis sampaikan kepada kondsi kronis yang mana meningkatnya
hasil di dinding pembuluh darah, dengan
Ns. Sang AyuMade Adyani.,M.Kep.Sp.Kep.Komselaku
hasil > 140/90 mmHg atau lebih (Sofiana et
dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan al., 2018).
bantuan pada pembuatan dan penyusunan booklet
ini, kepada mama, abang, kaka dan adik tercinta Mengatasi hipertensi selain dengan
minum obat, salah satunya dengan
yang selalu memberikan semangat dan mendoakan, melakukan terapi relaksasi otot progresif.
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu Relaksasi Otot Progresif yaitu terapi yang
persatu. Akhir kata penulis berharap booklet ini dapat dipraktekkan dengan mengencangkan dan
mengendurkan otot-otot sehingga otot
memberikan manfaat bagi pembaca dan meningkatkan
dapat relaks dan menghilangkan stress,
pengetahuan masyarakat umum, khusunya bagi semua serta menurunkan tekanan darah (Potter
yang membutuhkan. & Perry, 2010; Wardani, 2015). Relaksasi
ini dipilih karena efek sampingnya tidak
Jakarta, Februari 2021 ada, harga terjangkau, mejadikan tubuh &
pikiran terasa rileks dan tenang dan mudah
Penulis dilakukan (Ilham et al., 2019).
Puspita Lestari, S.Kep
i
DAFTAR ISI
Pencegahan Hipertensi 10
i
Kata Pengantar
Pendahuluan Secara Non-Farmokologis 10
13
Daftar Isi ii Secara Farmokologis
Cek Tekanan Darah 14
Mari Kenali Hipertensi 1 Apa saja pemeriksaan
penunjang hipertensi? 15
Pengetahuan Hipertensi 2
Klasifikasi Hipertensi 3 Mari Kenali relaksasi Otot 16
Berdasarkan Penyebab 4 Progresif
Daftar Pustaka 23
Faktor Resiko Hipertensi 5
Apa Saja Komplikasi
Hipertensi? 8

Tanda-Tanda Gejala 9
Hipertensi

ii
MARI KENALI HIPERTENSI

1
A. PENGETAHUAN HIPERTENSI
Apa itu Hipertensi?

Ikatan Dokter Spesialis


Kardiovaskular Indonesia,
menyatakan sesorang
digolongkan hipertensi
pada saat pemeriksaan
tekanan darah berulang
jika tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg/
tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg (Kemenkes RI, Black & Hawks (2014)
2019). mengungkapkan
bahwa Hipertensi ialah
peningkatan tekanan
darah persisten ≥ 140/90
mmHg.

Tekanan darah normal


seseorang dengan berat
badan, pengukuran tinggi
badan, tingkat aktivitas
normal dan kesehatan umum
yaitu 120/80 mmHg. Tekanan
darah biasanya stabil
selama aktivitas sehari-hari.
Umumnya, ketika berolahraga
dan beraktifitas tekanan
darah akan meningkat,
namun saat tidur menurun.
(Pudjiastuti, 2013).

2
KLASIFIKASI HIPERTENSI

<120 120 - 139 140 - 159 > 160 > 140


dan atau atau atau dan
< 80 80 - 89 90 - 99 > 100 > 90

Hipertensi Hipertensi Hipertensi


Pre
Normal Tingkat 1 Tingkat 2 Sistolik
Hipertensi Terisolasi

3
KLASIFIKASI HIPERTENSI
BERDASARKAN PENYEBABNYA
• Hipertensi primer
MENURUT TRIYANTO, 2014
Hipertensi primer atau tekanan darah
esensial, adalah kondisi yang disebabkan
banyak faktor, namun penyebabnya
tidak diketahui. Hipertensi ini hanya bisa
dikontrol dengan terapi yang adekuat
dan tidak dapat disembuhkan (Tanto &
Hanifati, 2016)

• Hipertensi sekunder

Suatu kondisi medis yang penyebabnya


dapat diidentifikasi dengan tepat
ialah hipertensi sekunder, misalnya:
gangguan endokrin (hipertiroid dan
hiperaldosteronisme), stress, penyakit
parenkim ginajal, stenosis arteri
renalis dan kelainan pembuluh darah.
Mengobati penyakit yang mendasari
merupakan langkah awal dalam
penatalaksanaan hipertensi sekunder
(Tanto & Hanifati, 2016)

4
FAKTOR RESIKO HIPERTENSI
Faktor risiko yang tidak dapat diubah menurut Black & Hawks,
2014, antara lain:

USIA JENIS KELAMIN


RIWAYAT KELUARGA

Kecenderungan seseorang mengalami Dalam banyak kasus, tekanan darah tinggi sering
Perubahan fisiologis terjadi seiring
hipertensi ketika orang-tua atau kerabatnya terjadi pada pria daripada wanita dibawah
bertambahnya usia. Resiko tinggi
menderita tekanan darah. Penelitian 60 tahun. ini karena wanita lebih baik dalam
hiertensi ketika seseorang berumur
menunjukkan bahwa ketika seorang anak mengontrol kesehariannya dan kebiasaan
61 – 70 tahun, karena meningkatnya
mempunyai hubungan biologis dengan ayah makan daripadan pria. Namun saat menginjak
resistensi perifer yang menimbulkan
ibunya, kemungkinan mendekati tekanan 74 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada
hilangnya kelenturan, aktivitas
darahnya juga, dibandingkan dengan anak wanita, diakibatkan penurunan kadar hormon
simpatik dan elastisitas pembuluh
angkatnya (adopsi) (Eriana, 2017). estrogen setelah menopause (Herbert Benson
darah (Linda, 2017)
& dkk, 2012; Black & Hawks, 2014)

5
Faktor risiko yang dapat diubah menurut Black & Hawks, 2014,
antara lain:

STRESS OBESITAS KONSUMSI GARAM


BERLEBIH
Banyaknya pikiran mempengaruhi Orang yang berat badannya berlebih,
kesehatan dan kesejateraan kita, biasanya diperlukan banyak darah untuk Tekanan darah tinggi bisa disebabkan
termasuk tekanan darah tinggi. Stress menyediakan oksigen dan nutrisi kejaringan karena konsumsi natrium yang berlebihan.
jangka panjang, akan menimbulkan tubuhnya. Orang gemuk umumnya Pada dasarnya, urine akan mengeluarkan
peningkatan tekanan darah dan tubuh mengembangkan saraf simpatik sehingga natrium, yang dikonsumsi dalam jumlah
berusaha melakukan perubahan pompa jantung dan aliran darah semakin yang sama. orang mengeluarkan natrium
patologis (Pramana, 2016). tinggi, tetapi resistensi perifernya berkurang berlebih ketika mengonsumsi banyak garam
(Widyanto & Triwibowo, 2013). serta mengakibatkan hipertensi (Almatsier,
2010; Black & Hawks, 2014)

6
KONSUMSI MAKANAN GAYA HIDUP BURUK
BERLEMAK

Hipertensi disebabkan oleh alkohol, obat-


obatan dan merokok. Otak akan bereaksi
Hanafi (2016) berpendapat resiko tingginya kepada nikotin dan menginstruksikan
tekanan darah berkaitan dengan asupan kelenjar adrenal untuk membebaskan
lemak jenuh. lemak merupakan alat angkut (adrenalin). Hormon yang berpengaruh ini
vitamin yang larut, sumber kekuatan/energi, menimbulkan pembuluh darah mengerut,
sebagai rasa kenyang dan kenikmatan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
(Rustiana, 2014). karena jantung bekerja lebih berat. (Sartik et
al., 2017)

7
APA SAJA KOMPLIKASI HIPERTENSI?

Apabila tidak diatasi dengan tepat nantinya hipertensi bisa


menyebabkan komplikasi (Ardiansyah, 2012), seperti:

Stroke dan
Dementia Jantung
Koroner

Kerusakan
mata (Buta)

Gagal penyakit
ginjal pembuluh
darah tepi

8
TANDA - TANDA
Pandangan
kabur

GEJALA Sakit Kepala Kelelahan

HIPERTENSI
Awalnya, tekanan darah tinggi tidak
dianggap sebagai keluhan. Jika
situasi itu dibiarkan, hipertensi akan
meningkat dan gejala menjadi
jelas. Biasanya, pasien datang Leher Kaku Mimisan
dengan keluhan (Adrian & Tommy,
2019; Black & Hawks, 2014) :

Mual & Muntah


Cemas

9 Sesak Nafas
Pencegahan Hipertensi
Upaya pengobatan untuk tekanan darah tinggi adalah pengobatan farmakologis dan non farmakologis. Black & Hawks (2014)
menjelaskan bahwa pencegahan tekanan darah tinggi atau komplikasi yang sedang berlangsung dapat dicapai dengan mengikuti
pengobatan tekanan darah tinggi dan mengikuti rejimen jangka panjang.

1. Pencegahan hipertensi secara


Non farmakologis

MEMPERTAHANKAN BERAT BADAN IDEAL POLA TIDUR

Modifikasi berat badan dapatmengurangi


Kebutuhan tidur orang dewasa berkisar 6 sampai
tekanan darah sistolik 5 -20 mmHg7. Turunnya
7 jam perhari
BB 1 kg, dapat menurunkan 1 mmHg penderita

10
UBAH POLA MAKAN

Individu disarankan untuk mengganti junk


food dengan konsumsi buah dan sayur yang
lebih tinggi, dianjurkan mengkonsumsi 5 porsi
buah dan sayur sehari.

OLAHRAGA

Melakukan aktivitas fisik seperti berjalan cepat


selama 30 menit, minimal 5 hari setiap minggu)

KURANGI KONSUMSI
GARAM BERLEBIH

Individu batasi konsumsi garam <1 sendok teh

11
KURANGI MINUMAN KURANGI KEBIASAAN
BERALKOHOL MEROKOK

Individu dianjurkan Individu dianjurkan


minum alkohol <2 untuk tidak merokok
gelas/hari, Mengurangi dikarenakan kandungan
alkohol pada penderita dalam rokok dapat
menurunkan tekanan meningkatkan
darah sebesar 3,8 denyut jantung
mmHg (Kemenkes RI, serta memperlebar
2013). pembuluh darah

12
2. Pencegahan hipertensi secara
farmakologis

Terapi obat memiliki prinsip dasar yang perlu


diperhatikan agar meminimalisasikan efek
samping dan kepatuhannya terjaga (Soenarta
et al., 2015), yaitu :

• Sediakan obat generik (non paten) jika


diperlukan dan menekan biaya

• Jangan menggabungkan penghambat


enzim pengubah angiotensin (ACE) dengan
penghambat reseptor angiotensin II (ARBs)

• Jika memungkinkan, minum satu dosis obat

• Memberi pasien informasi lengkap tentang


terapi obat

• Memberikan pasien lansia obat ( >80 tahun )


sama dengan halnya pada umur 55 –80
tahun

• Pantau efek samping obat dan efek terapi


secara teratur
13
3. CEK TEKANAN DARAH

Memeriksakan
tekanan darah ialah
cara deteksi dini
mencegah resiko
hipertensi, stroke dan
jantung. Dengan hasil
pemeriksaan dibawah
<140/90 mmHg
(Kemenkes RI, 2019)

14
APA SAJA PEMERIKSAAN
PENUNJANG HIPERTENSI?

HB/HT
CT Scan

Kreatiinin
EKG

Glukosa Foto Thorax

15 Sumber (Manurung, 2018)


Hipertensi bisa
diatasi dengan
relaksasi otot
progresif, mari
kita kenali

16
PENGERTIAN

Relaksasi otot progresif/ROPialahterapi


pelengkap yang memiliki banyak manfaat, di
antaranya kemampuan menurunkan tekanan
darah.ROP ialah relaksasi otot dalam yang tidak
membutuhkanimajinasi, kegigihan, atau sugesti
.Metode ini menargetkan aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
melepaskannya dengan melakukan teknik relaksasi
untuk mempertahankan rasa tenang/relaks.
(Fitrianti & Putri, 2018; Purwanto, 2013). Damanik
& Ziraluo (2018)mengemukakan bahwa metode
terapi ini mudah dilakukan, murah, menenangkan
pikiran, merilekskan tubuh dan tidak adanya efek
samping. Sensasi rileks dan menyenangkan ini
selanjutnya akan mempengaruhi fungsi sistem
saraf simpatis dan parasimpatis (Tyani et al., 2015)

17
MANFAAT

Setyoadi & Kushariyadi (2011)menyatakan tujuan


dari relaksasi progresif adalah:

• Menurunkan tekanan darah


• Penurunan detak jantung, kecemasan, ketegangan
otot, nyeri punggung dan leher.
• Tingkatkan kemampuan untuk mengatasi stress.
• Membangun emosi yang positif
• Tingkatkan kebugaran dan konsentrasi
• Mengatasi sulit tidur, mengatasi depresi, kelelahan

PERSIAPAN

• Lingkungan yang nyaman, kursi


• Posisikan tubuh dengan nyaman seperti duduk
relaks dikursi dengan kepala ditopang dengan
mata tertutup.
• Lepaskan aksesoris yang ada ditubuh seperi
jam, sepatu

18
PROSEDUR RELAKSASI OTOT PROGRESIF
LANGKAH 1 LANGKAH 3

Bawa kepalan
mengepalkan tangan kepundak untuk
untuk melatih otot melatih otot besar
tangan pada bagian atas
pagkal lengan

LANGKAH 2 LANGKAH 4

menekuk kedua
lengan menghadap angkat kedua bahu,
langit-langit untuk untuk melatih otot
melatih otot tangan bahu
bagian belakang

19
LANGKAH 8
LANGKAH 5 dan 6

bibir dimoncongkan
mengerutkan dahi,alis dengan kuat agar
dan tutup Kuat mata otot sekitar mulut
agar otot diwajah rileks mengendur

LANGKAH 9

LANGKAH 7
menekankan kepala
kebelakang agar
merilekskan otot
katupkan rahang dan leher
gigi agar ketegangan
otot rahang mengendur

20
LANGKAH 10
LANGKAH 12

benamkan dagu anda tarik napas dan tahan


agar otot leher bagian untuk melemaskan otot
depan terlatih dada anda

LANGKAH 13
LANGKAH 11

punggung
dilengkungkan Tarik kuat perut ke
dan busungkan dalamuntuk melatih
dada supaya otot otot perut
punggung terlatih

21
LANGKAH 14 dan 15

luruskan kaki dan kunci


lutut agar melatih otot
paha dan betis

22
Semarang. Jurnal Kesehatan.
Daftar Pustaka
Ilham, M., Armina, A., & Kadri, H. (2019). Efektivitas Terapi
Adrian, S. J., & Tommy. (2019). Diagnosis Dan Tatalaksana
Relaksasi Otot Progresif Dalam Menurunkan Hipertensi
Terbaru Pada Dewasa.
Pada Lansia. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.
Kemenkes RI. (2013). Pedoman Teknis Penemuan dan
Diva Press.
Tatalaksana Hipertensi.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian
Bedah (Edisi 8). Elsevier.
Kesehatan Republik Indonesia.
Damanik, H., & Ziraluo, A. A. W. (2018). Pengaruh Teknik
Kemenkes RI. (2019a). Lefleat Hipertensi. 1–10.
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di
Kemenkes RI. (2019b). Pedoman Pelayanan Kefarmasian
RSU Imelda. Jurnal Keperawatan Priority
Pada Hipertensi(Vol. 53, Issue 9).
Dilianty, O. M., Sinaturi, R. S., & Marlina, P. W. N. (2019).
Linda. (2017). Faktor Risiko Terjadinya Penyakit Hipertensi.
Peningkatan Kepatuhan Berobat Melalui Edukasi
Jurnal Kesehatan Prima.
Bagi Penderita Hipertensi Di Kabupaten Flores Timur.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan
Lukito, A. A., Harmeiwaty, E., & Hustrini, N. M. (2019). Konsensus
Penatalaksanaan Hipertensi 2019. Perhimpunan Dokter
Eriana, I. (2017). Hubungan haya hidup dengan kejadian
Hipertensi Indonesia.
hipertensi pada pegawai negeri sipil UIN Alauddin
Makassar Tahun 2017.
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep,
Mind Mapping dan Nanda Nic Noc. TIM.
Fitrianti, S., & Putri, M. E. (2018). Pemberian Relaksasi Otot
Progresif pada Lansia Dengan Hipertensi Essensial
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan
di Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
(7th ed.). Salemba Medika.
Jambi
Pramana, L. D. (2016). Factor Factor Yang Berhubungan
Hanafi, A. (2016). Gambaran Gaya Hidup Penderita
Dengan Tingkat Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas
Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten
23
Demak II. Jurnal Kesehatan. Tanto, C. L. F., & Hanifati, S. (2016). KapitaSelekta Kedokteran,
IV. ed, 2 Media Aesculapius.
Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan
Komplementer. Nuhamedika. Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita
Hipertensi secara Terpadu. Graha Ilmu.
Riskesdas. (2018). Laporan Hasil Utama Riset
Kesehatan Dasar. www.depkes.go.i d/resources/. Tyani, E. S., Utomo, W., & Hasneli, N. Y. (2015). Efektifitas Relaksasi
Diaksespada30Maret 2019. Otot Progresif Terhadap Tekanan DarahPada Penderita
Hipertensi Esensial. Jurnal of Community Medicine and
Rustiana. (2014). Gambaran Faktor Resiko Pada Public Health.
Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciputat Timur.
Jurnal Ilmu Keperawatan. Wardani, D. W. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Sebagai Terapi Tambahan Terhadap Penurunan
Sartik, Tjekyan, S., & Zulkarnain, M. (2017). Faktor-Faktor Tekanan
Risiko Dan Angka Kejadian Hipertensi Pada Penduduk Darah Pada pasien Hipertensi Tingkat 1 Semarang.
Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Widyanto, F. C., & Triwibowo, C. (2013).
Setyoadi, & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas
Keperawatan Pada Pasien Psikogeriatrik. Salemba
Medika.

Soenarta, A. A., Erwinanto, Mumpuni, A. S. S., Barack, R., &


Lukito, A. A. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi
Pada Penyakit Kardiovaskuler(Vol. 42, Issue 7).
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Indonesia

Sofiana, L., Puratmadja, Y., S., B. S. K., Pangulu, A. H. R., &


Putri, I. H. (2018). Pengetahuan Tentang Hipertensi
Melalui Metode Penyuluhan. Jurnal Pemberdayaan:
Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat.
24

Anda mungkin juga menyukai