Oleh:
Kelompok 3 :
Kelas 2.C
Dosen pembimbing:
2019
I. Konsep dasar hipertensi.
A. Pengertian.
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diastolik dan siastole yang intermiten atau
menetap. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager, 2008).
Menurut Djoko Soemantri dari buku Boestan dkk 2010 menjelaskan bahwa hipertensi adalah
tekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmhg atau peningkatan tekanan
darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi merupakan salah satu penyakt tidak menular yang menjadi masalah kesehatan
penting diseluruh dunia karena prevelensinya yang tinggi dan terus meningkat serta
hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, retinopati, dan penyakit ginjal
(Kartikasari,2012).
B. Klasifikasi.
Sesuai dengan JNC-VII 2003 (The Seventh Joint National Committee) on prevention,
detection, evaluation and treatment of high blood pressure.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan, dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala.
2. Kelelahan.
3. Mual.
4. Muntah.
5. Sesak nafas.
6. Gelisah.
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
F. Patofisiologi.
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan
sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetic, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan
darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan tahanan perifer. Meningkatnya
curah jantung dan tahanan perifer akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya
filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktivitas renin angiotensin
aldosterone, perubahan membrane sel, hiperinsulinnemia, disfungsi endotel merupakan beberapa
faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi (Boestan dkk 2010).
G. Komplikasi.
1. Menjadi accelerated-malignant.
2. Hipertropi ventrikel kiri, gagal jantung, dan infark miokard.
3. Aneurisma disekitar pembuluh darah besar.
4. Iskemia, thrombosis, dan perdarahan otak.
5. Nefrosklerosis dan gagal ginjal menahun.
6. Pada mata terjadi edema pupil, perdarahan, dan eksudasi pada hipertensi maligna.
(Boestan dkk 2010).
H. Penatalaksanaan hipertensi.
1. Terapi Nonfarmakologis.
a) Menurunkan berat badan bila ada obesitas.
b) Meningkatkan aktivitas fisik dengan latihan aerobic yang teratur.
c) Mengurangi asupan Na+ kurang dari 100 mmol/hari.
d) Berhenti merokok dan mengurangi asupan asam lemak jenuh dan kolesterol,
juga asupan alkohol.
e) Makanan cukup K+, Ca2+, dan Mg2+.
f) Relaksasi dan mengurangi stress psikososial.
g) Diit vegetarian, dan minyak ikan.
(Boestan dkk 2010).
2. Terapi farmakologis.
Pada umumnya pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat anti hipertensi untuk
mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan otot kedua dari kelas yang berbeda
dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan
darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mmHg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk
memulai terapi dengan dua obat (Irza 2009).
Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/ tusuk jari adalah salah satu bentuk
fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik tertentu pada tubuh. Terapi
akupresur merupakan pengembangan dari ilmu akupuntur, sehingga pada prinsipnya metode
terapi akupresur sama dengan akupuntur, yang membedakannya terapi akupresur tidak
menggunakan jarum dalam proses pengobatannya. Akupresur berguna untuk mengurangi
ataupun mengobati berbagai jenis penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan
kelelahan. Proses pengobatan dengan teknik akupresur menitik beratkan pada titik-titik saraf
tubuh. Dikedua telapak tangan dan kaki kita terdapat titik akupresur untuk jantung, paru-paru,
ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pankreas, sinus dan otak. (Fengge.2012)
Pertama kali yang harus diperhatikan sebelum melakukakn pijat akupresur adalah kondisi
umum sipenderitan. Pijat akupresur tidak boleh dilakukan terhadap orang yang sedang dalam
keadaan terlalu lapar ataupun terlalu kenyang dan pada perempuan yang sedang dalam keadaan
hamil muda. Selain kondisi pasien ruangan untuk terapi akupresur juga harus diperhatikan. Suhu
ruangan yang digunakan untuk terapi tidak boleh terlalu panas ataupun terlalu dingin, sirkulasi
udara ruangan baik dan tidak diperbolehkan melakukan pemijatan diruangan berasap. Pijatan
bisa dilakukan setelah menemukan titik metidian yang tepat, yaitu timbulnya reaksi pada titik
pijat berupa rasa nyeri, linu atau pegal. Dalam terapi akupresur pijatan bisa dilakukan
menggunakan jari tangan (jempol dan jari telunjuk). Lama dan banyaknya tekanan (pemijatan)
tergantung pada jenis pijatan. Pijatan untuk menguatkan (yang), untuk kaus penyakit dingin,
lemah, pucat/lesu, dapat dilakukan dengan maksimal 30 kali tekanan, untuk masing-masing titik
dan pemutaran pemijatan searah ajarum jam, sedangkan pemijatan yang berfungsi melemahkan
(yin) untuk kasus pemyakit panas, kuat, muka merah, berlebihan atau hiper dapat dilakukan
dengan minimal 50 kali tekanan dan cara pemijatannya berlawanan jarum jam (Fengge.2012)
D. Titik akupresur
1. Titik akupresur utama untuk hipertensi
a. SP 6 Sanyinjiao (sedate)
Terletak 3 cm diatas malleous internus
b. LR 3 Taichong (Sedate)
Terletak proximal pertemuan tulang-tulang metatarsal 1 dan metatarsal II.
c. PC 6 Neiguan (sedate)
Terletak 2 cun diatas pergelangan tangan
d. L1 11 Quchi (sedate)
Terletak pada lipat siku
e. Lr Xingjian (sedate)
Terletak 0,5 cm batas distal lekukan antara ibu jari dan jari kedua kaki.
f. Li 4 Hegu (sedate)
Terletak pada pertengahan sisi radial os metacarpal II pada dorsummanus
g. Gb 20 Fengchi (Sedate)
Terletak 1 cm dari batas rambut belakang pada sebuah lekukan
h. St Renying (sedate)
Terletak 1,5 cm dibelakang prominesta ilaryngeus dan di depan arteri
carotis.
i. Ki 3 Taixt (tonic)
Terletak di antara malleous internus dan tendon achiles setinggi bagian
tertinggi mallaeolus internus.
j. St 40 Fenglong (sedate)
Terletak satu jari lateral dan titik St 38
2. Hipertensi gan palpitasi (jantung berdebar), tambahkan titik PC 6 neiguan.
Terletak 2 cun dari pergelangan tangan.
3. Hipertensi dengan keluhan tambahan rasa lemah pada kaki, tambahkan titik Ki 3
Taixi, St 36 Zusanli , SP 6 Sanyinjiao
a. Ki 3 Taixi
Terletak diantara malleous internus dan tendon achiles setinggi bagian
tertinggu melleous internus
b. St 36 Zusanli (tonic)
Terletak 3 cun dibawah patela, lateral m. Tibialis anterior
c. Sp 6 Sanyinjiao (sedate)
Terletak 3 cun diatas melleous internus
4. Hipertensi dengan keluhan tambahan pinggang pegal
a. BL 23 Shensu (tonic)
Terletak 2 jari kiri dan kanan meridian GV, setinggi batas bawah lumbal
dua.
b. BL 18 Ganshu (sedate)
Terletak 2 jari kiri dan kanan meridian GV, setinggi batas bawah thorakal
kedepan.
(Hartono. 2012`)