Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut WHO (2009) tromboflebitis terjadi hampir sama antara wanita dan pria,
meskipun pria memiliki kemungkinan sedikit lebih tinggi. Usia rata-rata mengembangkan
tromboflebitis berdasarkan insiden yang dianalisis adalah 54 untuk pria dan 58 untuk wanita.

Menurut Depkes RI, (2009) Tromboflebitis adalah suatu peradangan pada vena.
Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebgai suatu keadaan penggumpalan darah yang
terbentuk didalam pembuluh darah, sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai yang
menyertai terhadap adanya suatu penjendalan. Plebotrombosis adalah thrombus yang
merupakan factor yang mempermudah terjadinya inflamasi.

Menurut Depkes RI (2008), penyebab tromboflebitis meliputi gangguan yang


berkaitan dengan meningkatnya kecendrungan pembekuan darah dan berkurangnya
kecepatan darah di daerah pembuluh darah, seperti imobilitas yang berkepanjangan,
perjalanan yang lama (duduk) dapat meningkatkan gumpulan darah yang mengarah ke
tromboflebitis tetapi ini terjadi relatif lebih sedikit. Keadaan esterogen yang tinggi seperti
kehamilan, terapi penggantian esterogen atau kontrasepsi oral berhubungan dengan
peningkatan resiko tromboflebitis.

Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstermitas
bagaian bawah disebabkan oleh tekanan janin karena kehamilan dan persalinan, serta
aktivitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan
darah pada ekstermitas bagian bawah (Pillitteri, 2007)

1
1.2. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar tromboflebitis dan asuhan


keperawatan pada pasien dengan tromboflebitis.

B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian tromboflebitis
2. Untuk mengetahui etiologi tromboflebitis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis tromboflebitis
4. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis tromboflebitis
5. Untuk mengetahui pencegahan tromboflebitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan tromboflebitis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tromboflebitis
8. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien tromboflebitis
mulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan rencana keperawatan, dan evaluasi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar Tromboflebitis

A. Pengertian Tromboflebitis

Tromboflebitis merupakan suatu infeksi pada endotelium vaskuler dengan


pembentukan bekuan yang menempel pada dinding pembuluh darah. Pembuluh vena pada
tungkai yang sering terserang adalah femoralis, popliteal dan vena safena. Tromboflebitis
panggul septik yang mengenai vena ovarium dan vena uterinae dapat menyertai infeksi
panggul berat. (Reeder, Martin, & Griffin, 2017)

Tromboflebitis biasanya terlihat di tubuh bagian bawah, betis, atau panggul. Bisa
karena ada luka di area, mungkin dipicu oleh medikasi tertentu atau aliran darah tidak bagus,
atau mungkin merupakan akibat gangguan koagulasi. (DiGiulio, Jackson, & Keogh, 2014)

Tromboflebitis didefenisikan sebagai peradangan vena yang terjadi dikaitkan dengan


bekuan intravaskuler atau trombus. Selama kehamilan kejadiannya relatif rendah, resiko
tromboflebitis kaki atau pelvis meningkat setelah kelahiran atau operasi. (Insiden
tromboflebitis superfisial sekitar 1 dalam 600 pasien-pasien antepartum dan 1 dalam 95
pasien postpartum). Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena meliputi stasis
(perlambatan aliran darah), luka pada dinding pembuluh darah (iritasi lokal, infeksi), dan
perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah. (Taber, 1994)

Menurut Smeltzer (2001), tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan


biasanya disertai pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika terjadi pertama kali
pembekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka
proses ini dinamakan flebotrombosis. (Aspiani, 2017)

Perluasan infeksi nifas yang paling sering terjadi adalah perluasan atau invasi
mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-
cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis. (Prawirohardjo, 2006)

3
B. Etiologi

Menurut Pillitteri (2007), etiologi tromboflebitis adalah :

1. Perluasan infeksi endometrium

Invasi/perluasan mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah disepanjang


vena dan cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan perluasan mikroorganisame ke
endometrium dan menyebabkan infeksi pada endometrium.

2. Mempunyai varises pada vena

Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya
turbelensi darah pada kantong-kantong vena disekitar klep (katup) vana merangsang
terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena
factor local, daerah yang ada thrombusnya tersebut terdapat radang. Menipisnya dinding vena
karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses peradangan. Dalam keadaan ini,
maka dua factor utama: kelaianan dinding vena dan melambatnya aliran darah menjadi sebab
penting dari terjadinya tromboplebitis.

3. Obesitas

Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta
kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu penyebab dan
tromboflebitis pada obesitas pada kemungkinan terjadi tromboflebitis.

4. Pernah mengalami tromboflebitis

Seorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan factor yang mengakibatkan


terulangnya kembali kejadian tromboflebitis, karena perlukan yang ditimbulkan dari
tromboflebitis itu sendiri

5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu
yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah lebih tinggi sehingga
mengakibatkan terjadinya tromboflebitis

4
6. Trauma

Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan
keadaan ini. Umumnya pemberian infuse (dilengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih
dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intravena.

7. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor
intra abdominalis, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstermitas
bawah hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai
8. Memiliki insiden tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Kelainan
jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena

C. Klasifikasi

Menurut Prawirohardjo (2006), klasifikasi tromboflebitis ada 2, yaitu :

1. Pelviotromboflebitis

Pelviotromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligament latum, yaitu


vena ovarika, vena uterine dan vena hipogastrika. Vena yang paling sering terkena adalah
vena ovarika dekstra, karena infeksi pada tempat imlantasi palsenta terletak dibagain atas
uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah vena
renalis, sedang perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra adalah vena cava inferior.
Perinoteneum, yang menutupi vena ovariak dekstra mengalami infalamsi dan akan
menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan periapen disitis. Perluasan infeksi dari vena uterine
ialah vena iliaka komunis.

a. Penilaian Klinik
1) Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan/ atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2) Menggigil berulang kali. Menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada saat
menggigil penderita tidak mengalami kenaikan suhu tubuh
3) Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40°C) yang diikuti dnegan
penurunan suhu dalam 1 jam
4) Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan

5
5) Cenderung terbentuk pus, yang mejalar kemana-mana, terutama ke paru-paru
6) Gambaran darah:
a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar kesirkulasi
dapat segera terjadi leucopenia)
b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggil. Meskipun bakteri ditemukan didalam darah selama menggigil, kultur
darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob
7) Pada periksa dalam hamper tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena ialah vena ovarika, yang sukar dicapai pada pemeriksaan dalam

b. Komplikasi :
1) Komplikasi pada paru-paru : infark, abses, pneumonia
2) Komplikasi pada ginjal sisnistra : nyeri mendadak yang diikuti dengan proteinuria
dan hematuria
3) Komplikasi pada persendian, mata dan jaringan subkutan

c. Penanganan :
1) Rawat Inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum
2) Terapi Medik
Pemberian antibiotika heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaan terjadinya
emboli pulmonum
3) Terapi operatif
Pengikatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli septic terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru, emskipun sedang dilakukan heparinisasi

2. Tromboflebitis femoralis

Trombofelbitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femoralis,


vena poplitea dan vena safena

6
a. Penilaian Klinik
1) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian
sushu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil
dan nyeri sekali
2) Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan tanda-
tanda sebagai berikut :
a) kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas disbanding dengan kaki lainnya
b) seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dank eras pada
paha bagian atas
c) nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d) reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak,
tegang, putih, nyeri dan dingin serta pulsasi menurun
e) edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki
dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas
f) -nyeri pada betis, yang dapat terjadi spontan atau dengan memijit betis atau
dengan meregangkan tendo akhiles (tanda Homan)

b. Penanganan
1) Perawatan
Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompres pada kaki. Setelah
mobilisasi kaki hendaknya dibalut elastic atau memakai kaos kaki panjang elastic
selama mungkin.
2) Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui
3) Terapi medic :pemberian antibiotika dan analgetika

D. Manifestasi Klinis

Menurut Taber (1994), manifestasi dari gejala tergantung pada:

1. Derajat gangguan aliran darah dengan pengisian darah jaringan atau iskemia.
2. Respons peradangan sekitar vena yang terkena.
3. Infeksi bakteri penyerta.

7
Menurut DiGiulio, Jackson, & Keogh (2014), tanda-tanda dan gejala tromboflebitis
adalah sebagai berikut.

1. Mungkin asimtomatik.
2. Edema, kelembutan, dan kehangatan di area yang mengalami radang sebagai bagian
dari respons inflamasi.
3. Sumsum lunak jika ditekan.
4. Positif tanda-tanda Homan-sakit di dorsiflexion punggung dari kaki yang sama-tanda
yang tidak jelas.
5. Kejang karena aliran darah ke area yang radang terganggu akibat adanya gumpalan.
6. Jika gumpalan/bekuan ada dari vena dan berjalan menuju paru-paru, gejala-gejala lain
akan berkembang:
a. Gangguan bernapas (dispnea) ketika gumpalan itu menuju paru-paru.
b. Bernapas dengan cepat > 20 kali per menit (tacipnea) karena adanya gumpalan
di paru-paru.
c. Sakit dada di area di mana terdapat gumpalan.
d. Suara retakan pada paru-paru di area di mana ada gumpalan.

Menurut Aspiani (2017), manifestasi klinis dari tromboflebitis adalah sebagai berikut.

1. Pada umumnya penderita tromboflebitis mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah


vena (nyeri yang terlokalisasi), nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul
dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat hingga panas
2. Adanya edema atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan
lengan, juga pada gerakan otot tertentu
3. Pada perabaan, selain adanya nyeri tekan juga teraba adanya pergeseran dari jalur
vena tersebut, pada tempat yang terdapat katup vena, terkadang diraba fluktuasi,
sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah
katup. Fluktuasi ini dapat juga terjadi karena pembentukan abses
4. Febris dapat juga terjadi pada penderita tromboflebitis, tetapi biasanya pada orang
dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.

8
E. Komplikasi dan Prognosis

1. Komplikasi

Menurut Fatmawati (2013), komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :

a. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvic antara lain adalah :
1) Emboli paru septic
Pada trombofelbitis thrombus berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru
sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang
tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Thrombus tersebut akan menghalangi
aliran darah ke bagian paru yang terseumbat, yang akhirnya akan menyebabkan
infark karena bagian tersebut tidak terdapat pasokan oksigen.
2) Septicemia
Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah lain untuk
septicemia adalah biood poisoning atau keracunan darah atau bakterimia dengan
sepsis. Septicemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa
dan cepat memburuk

b. Tromboflebitis femoralis

Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah


emboli paru yaitu suatu keadaan dimana terjadinya obstruksi sebagian atau total pada
sirkulasi arteri pulonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya emboli
thrombus atau emboli yang lain. Thrombus tersebut bisa berasal dari vena dibagian
tubuh yang lain seperti misalnya tungkai, lengan, pinggul atau jantung. Thrombus
tersebut berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti dan
menyumbat pembuluh darah keparu-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk
dilalui. Thrombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang
tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut tidak
mendapat pasokan oksigen.

2. Prognosis

Yang dapat diketahui dalam membuat prognosis pada klien dengan tromboflebitis
ialah dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi dibawah 100 maka prognosisnya

9
dapat dikatakan baik namun sebaliknya jika denyut nadi diatas 130 dan disertai suhu tinggi
maka prognosisnya dapat dikatakan kurang baik. Demam yang kontinyu dapat lebih
memperburuk prognosis daripada demma yang remittens. Demam menggigil yang berulang-
ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang
rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat tinggi juga dapat memperburuk
prognosis. (Fatmawati, 2013)

F. Pencegahan

Menurut Aspiani (2017), cara pencegahannya adalah sebagai berikut.

1. Stoking Elastis

Meberikan tekanan secara terus menerus dan merata diseluruh permukaan betis,
menurunkan diameter vena superficial di tungkai, sehingga meningkatkan aliran vena lebih
dalam. Stoking elastic dilepas pada malam hari dan dipakai kembali sebelum tungkai
diturunkan dari tempat tidur ke lantai di pagi hari. Pemakaina stoking elastic secra terus
menerus dapat membuat vena sedikit akan menyempit dan darah mengalir lebih cepat
sehingga bekuan darah tidak mudah terbentuk. Akan tetapi stoking elastic member sedikit
perlindungan dan jika tidak digunakan dengan benar dpaat memperburuk keadaan dengan
aliran darah di tumgkai.

2. Pemberian heparin subkutan

Yang lebih efektif dalam mengurangi pembentukan bekuan darah adalah pemberian
obat antikoagulan sebelum, selama dan kadang setelah pembedahan

3. Posisi tubuh dan latihan

Saat berbaring di tempat tidur, kaki dan tungkai bawah harus ditinggikan beberapa
kali lebih tinggi dari jantung. Latihan tungkai aktif maupun pasif khusunya yang melibatkan
otot betis harus dilakukan sebelum dan sesudah operasi untuk meningkatkan aliran vena.

10
G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Tujuan penanganan medis tromboflebitis adalah mencegah perkembangan dan


pecahnya thrombus beserta resikonya yaitu embolisme paru dan mencegah tromboemboli
kambuhan.

Adapun pengobatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pembengkakan tungkai

Pembengkakan tungkai dapat dikurangi dengan cara berbaring dan menaikkan


atau dengan menggunakan perban kompressi. Perban ini harus dipasang oleh dokter atau
perawat yang harus dipakai selama beberapa hari. Selama pemasangan perban, penderita
harus tetap berjalan. Jika pembengkakan belum seluruhnya hilang perban harus kembali
digunakan.

b. Ulkus dikulit

Jika timbul ulkus (luka terbuka, lecet) di kulit yang tersa nyeri gunakan perban
kompresi 1-2 kali seminggu karena dapat memperbaiki aliran darah dalam vena. Ulkus
hamper selalu mengalami infeksi dan mengeluarkan nanah berbau. Jia lairan darah
didalam vena sudah membaik, ulkus akan sembuh dengan sendirinnya. Untuk mecegah
kekambuhan setelah ulkus sembuh digunakan stoking elastic setiap hari. Meskipun jarang
terjadi pada ulkus yang tidak kunjung sembuh, kadang perlu dilakukan pencangkokan
kulit.

2. Penatalaksanaan Umum

a. Antikoagulasi

Heparin 10-12 hari intravena, mencegah berkembangnya bekuan darah dan


timbulnya bekuan baru. 4-7 hari sebelum terapi heparin intravena berakhir, pasien mulai
diberikan antikoagulan oral selama 3 bulan atau lebih untuk pengobatan jangka panjang.

b. Trombolitik

Diberikan dalam 3 hari pertama setelah oklusi akut, dengan pemberian


streptokinase, miokinase atau activator plasminogen jenis jaringan. Keuntungan

11
penggunaan trombolitik adalah mengurangi sindrom pasca flebotik dan infusiensi vena
kronis. Adapun kerugian trombolitik adalah insiden perdarahan 3 kali lipat dibandingkan
heparin.

c. Pemantauan PTT (protrombin time)

Pemantauna waktu protrombin, haemoglobin, hematokrit, hitung trombosit dan


tingkat fibrinogen, untuk mendeteksi adanya perdarahan.

d. Penatalakasanaan bedah

Pembedahan trombosis vena dalam diperlukan jika:

1) Ada kontaindikasi terapi antikoagulan atau trombolitik


2) Ada bahaya emboli paru yang jelas
3) Aliran vena sangat terganggu yang dapat mengakibatkan kerusakan permanen
pada ekstermitas
e. Trombektomi (pengankatan thrombosis)

Merupakan penanganan pilihan. Filter vena kava harus dipasang saat dilakukan
tombektomi, untuk menangkap emboli besar dan mecegah emboli paru.

3. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Tirah baring, peninggian ekstermitas yang terkena, stoking elastic, dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
2. Biasanya tirah baring 5-7 hari setelah terjadi thrombosis vena dalam
3. Ketika pasien mulai berjalan, harus dipasang stoking elastic
4. Berjalan-jalan lebih baik dari pada berdiri atau duduk lama
5. Latihan ditempat tidur seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki
6. Kompres hangat dan lembab pada bagian ekstremitas

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Aspiani (2017), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut.

12
1. Teknik Non Invasif
a. Ultrasonografi Doppler
Ultrasonografi doppler dilakukan dengan cara meletakkan kuar doppler di atas vena
yang tersumbat. Bacaan aliran doppler tampak lebih kecil dibandingkan tungkai di
sebelahnya atau tidak sama sekali.
b. Pencitraan vena ganda
Digunakan untuk mendapatkan informasi anatomis selain untuk mengkaji parameter
fisiologis. Merupakan prosedur pilihan karena dapar memperlihatkan pembuluh darah
maupun bekuan darah.
c. Pletismogrfi
Digunakan untuk mengukur perbedaan volume darah dalam vena. Manset tekanan
darah di pasang pada paha klien dan dikembungkan secukupnya (50-60 mmHg) hingga
alran berhenti. Kemudian gunakan elektrode betis untuk mengukur tahanan elektris
yang terjadi akibat perubahan volume darah dalam vena. Apabila terdapat trombosis
vena dalam, peningkatan volume vena yang normalnya terjadi akibat terperangkapnya
darah di bawah ikatan manset akan lebih rendah dari yang diharapkan.
Hasil positif palsu dapat terjadi akibat berbagai faktor yang menyebabkan
vasokontriksi, peningkatan tekanan vena. Hasil negatif palsu dapat terjadi akibat
adanya trombosis lama, menimbulkan sirkulasi kolateral yang adekuat atau dari flebitis
superfisial.
2. Teknik Invasif

Venografi (kontras flebografi), dilakukan dengan menginjeksikan media kontras


radiografi ke dalam vena melalui dorsal kaki. Apabila terdapat trombus, gambaran sinar X
memperlihatkan kedua gambaran segmen vena baik yang tidak terisi maupun vena yang
penuh terisi oleh darah beserta sirkulasi kolateralnya. Penyuntikan bahan kontras dapat
menyebabkan peradangan vena singkat tapi nyeri. Uji ini secara umum diterima sebagai
penentu diagnosis trombosis vena.

13
2.2 Asuhan Keperawatan pada Pasien Tromboflebitis

A. Pengkajian

Menurut Aspiani (2017), pengkajian yang cermat penting dalam mendeteksi tanda
awal kelainan vena ekstremitas bawah. Pasien dengan riwayat varises, hiperkoagulasi,
penyakit neoplasma, penyakit kardiovaskuler atau pembedahan mayor yang baru saja
dilakukan atau cedera mempunyai resiko tinggi. Begitu pula pada obesitas, manula dan
wanita pemakai kontrasepsi oral. Parameter dalam pengkajian perawatan:

1. Tanyakan pada pasien mengenai adanya nyeri tungkai, rasa berat, setiap adanya
gangguan fungsi atau edema.
2. Lakukan inspeksi tungkai mulai dari selangkang kaki, perhatikan perbedaan antara
keduanya ukur dan catat lingkar betis.
3. Perhatikan setiap kenaikan suhu pada tungkai yang terkena.

Untuk menentukan daerah nyeri tekan dan trombosis (terlihat sebagai segmen vena
seperti kabel), lakukan palpasi bagian medial tungkai menggunakan tiga atau empat jari,
kemudian dilanjutkan mengusapkan tangan pada tumit ke lutut dan ke selangkang. Kaji
adanya gajala umum pada trombosis vena, meliputi separuh jumlah penderita trombosis vena
tidak merasakan gejala dan tanda yang spesifik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan data
adanya tanda-tanda obstruksi vena dalam, seperti:

1. Edema dan pembengkakan pada ekstremitas yang terkena.


2. Pada area yang terkena teraba hangat dan nyeri.
3. Adanya tanda Homans (nyeri pada daerah betis setelah dorsofleksi pada kaki).
4. Bila trombosis tersebut akibat trombus vena superfisial maka akan didapatkan data
nyeri, nyeri tekan, kemerahan, dan teraba hangat pada daerah vena yang terlibat.
5. Bila trombosis tersebut terjadi secara masif, maka akan didapatkan data seperti
pembengkakan masif pada daerah yang terkena, teraba tegang dan mengeras pada
vena yang terkena.

Menurut Reeder, Martin, & Griffin (2017), pada tromboflebitis femoralis, klien
biasanya mengeluh nyeri. Nyeri dapat dimulai dari daerah panggul dan meluas ke bawah atau
dimulai dari betis kaki dan meluas ke atas. Dalam waktu sekitar 24 jam setelah awitan nyeri,
tungkai mulai membengkak dan nyeri dapat berkurang. Seringkali nyeri terasa cukup hebat
sehingga menganggu tidur. Kulit di atas daerah yang bengkak tampak berwarna putih

14
mengkilat. Gejala akut tersebut berlangsung beberapa hari sampai satu minggu. Setelahnya
nyeri berangsur-angsur berkurang dan kondisi klien perlahan-lahan pulih. Pada kasus yang
berat, abses dapat terbentuk. Tromboflebitis pada panggul merupakan komplikasi yang serius
yang dapat menyertai infeksi panggul berat selama periode pascapartum. Awitan biasanya
terjadi sekitar dua minggu setelah pelahiran disertai dengan menggigil hebat dan berulang
serta perubahan suhu dramatis.

B. Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (inflamasi).


2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah
arteri dan vena.
3. Hipertermia berhubungan dengan penyakit (Tromboflebitis).
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dan sumber
pengetahuan.

C. Rencana Keperawatan

NO Diagnosa NOC NIC


keperawatan
1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan pasien 1. Lakukan pengkajian
dengan agen dapat: Mengontrol nyeri. nyeri secara komprehensif
cedera biologis Dengan criteria hasil : termasuk lokasi
(inflamasi) 1. Mampu karakteristik, durasi,
mengontrol nyeri (tahu frekuensi, kualitas dan factor
penyebab nyeri, prespitasi
mampu menggunakan 2. Observasi reaksi non
teknik non verbal dari ketidaknyamanan
farmakologi untuk 3. Gunakan teknik
mengurangi nyeri, komunikasi terapeutik untuk
mencari bantuan) mengetahui pengalaman

15
2. Melaporkan nyeri pasien
bahwa nyeri berkurang 4. Control lingkungan yang
dengan menggunakan dapat mempengaruhi nyeri
manajemen nyeri seperti suhu ruangan,
3. Mampu pencahayaan, dan
mnegenali nyeri kebisingan
(skala, intensitas, 5. Pilih dan lakukan
frekuensi, dan tanda penanganan nyeri
nyeri) (farmakologi,
4. Mampu nonfarmakologi)
menyatakan rasa 6. Ajarkan teknik
nyaman setelah nyeri nonfarmakologis
berkurang 7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
8. Tingkatkan istirahat

Terapi Analgetik
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
tingkat nyeri sebelum
mengobati pasien.
2. Cek obat meliputi jenis,
dosis, dan frekuensi
pemberian analgetik.
3. Tentukan jenis analgetik
(Narkotik, Non-Narkotik)
disamping tipe dan tingkat
nyeri.
4. Tentukan Analgetik yang
tepat, cara pemberian dan
dosisnya secara tepat.
5. Monitor TTV sebelum
dan sesudah pemberian

16
analgetik.
2. Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan Perawatan Sirkulasi
perfusi jaringan keperawatan: tidak ada 1. Kaji secara
perifer berhubungan gangguan pada status komprehensif
dengan gangguan sirkulasi pasien. sirkulasi perifer (nadi
aliran darah arteri Dengan kriteria hasil: perifer, edema,
dan vena Tekanan darah sistolik kapillary refill,
dbn warna dan
1. Tekanan darah temperatur
diastolik dbn ekstremitas)
2. Kekuatan nadi 2. Evaluasi nadi perifer
dbn dan edema
3. Nadi dbn 3. Inpseksi kulit adanya
4. Tekanan vena luka
sentral dbn 4. Kaji tingkat nyeri
5. Perfusi jaringan 5. Elevasi anggota
perifer badan 20 derajat atau
6. Tidak ada edema lebih tinggi dari
perifer jantung untuk
meningkatkan
Tidak ada gangguan pada venous return
perfusi jaringan perifer 6. Ubah posisi klien
pasien. minimal setiap 2 jam
Dengan kriteria hasil: sekali
1. Warna kulit 7. Monitor status cairan
normal masuk dan keluar
2. Kekuatan fungsi 8. Gunakan therapeutic
otot bed
3. Kekuatan kulit 9. Dorong latihan ROM
4. Suhu kulit hangat selama bedrest
5. Tidak ada nyeri 10. Dorong pasien
ekstremitas latihan sesuai
kemanpuan

17
11. Jaga keadekuatan
hidrasi untuk
mencegah
peningkatan
viskositas darah
12. Kolaborasi
pemberian
antiplatelet atau
antikoagulan
13. Monitor
laboratorium Hb,
Hmt

Monitor Tanda Vital


1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
RR
2. Monitor jumlah dan
irama jantung
3. Monitor bunyi
jantung
4. Monitor suhu, warna
dan kelembaban kulit
3. Hipertermia Setelah diberikan asuhan Terapi Demam
berhubungan dengan keperawatan, termoregulasi 1. Monitor warna dan
penyakit pasien normal, dengan suhu kulit
(Tromboflebitis) criteria hasil: 2. Monitor tekanan darah,
1. Suhu tubuh dalam nadi dan pernapasan
rentang normal 3. Monitor penurunan
2. Nadi dan pernapasan tingkat kesadaran
dalam batas normal 4. Monitor intake dan
3. Tidak ada perubahan output
warna kulit dan tidak 5. Berikan antipiretik

18
ada pusing 6. Selimuti pasien
7. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
8. Kompres pasien pada
lipat aksilla dan paha

Regulasi Suhu Tubuh


1. Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
2. Monitor tekanan darah,
nadi dan pernapasan
3. Tingkatkan intake
nutrisi
4. Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat panas
5. Berikan anti pirektik
bila diperlukan

Monitor Tanda-Tanda Vital


1. Monitor TTV pasien
2. Monitor pola
pernapasan abnormal
3. Monitor suhu, warna
dan kelembapan kulit
4. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
4. Ansietas Setelah diberikan asuhan Pengurangan Cemas
berhubungan dengan keperawatan pasien 1. Gunakan pendekatan
perubahan status dapat: mengontrol yang menenangkan
kesehatan cemas. 2. Pahami perspektif
Dengan kriteria: pasien terhadap

19
1. Monitor intensitas situasi stres
kecemasan 3. Temani pasien untuk
2. Menyingkirkan memberikan
tanda kecemasan keamanan dan
3. Menurunkan mengurangi takut
stimulus 4. Berikan informasi
lingkungan ketika mengenai diagnosis,
cemas tindakan, prognosis
4. Merencanakan 5. Dorong keluarga
strategi koping untuk menemani
untuk situasi anak
penuh stress 6. Lakukan backrup
5. Menggunakan 7. Dengarkan dengan
teknik relaksasi penuh perhatian
untuk mengurangi 8. Identifikasi tingkat
cemas kecemasan
6. Tidak ada 9. Bantu pasien
manifestasi mengenai situasi
perilaku yang menimbulkan
kecemasan kecemasan
7. Melaporkan 10. Dorong pasien untuk
kebutuhan tidur mengungkapkan
adekuat perasaan, ketakutan,
persepsi
11. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
12. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
5. Defisiensi Setelah diberikan asuhan Pembelajaran: Proses
pengetahuan keperawatan pasien dapat : Penyakit
berhubungan Meningkatkan 1. Kaji tingkat pengetahuan

20
dengan kurang pengetahuannya mengenai klien tentang penyakit
informasi dan proses penyakit. 2. Jelaskan tanda dan gejala
sumber Dengan kriteria hasil: penyakit
pengetahuan 1. Mengenal nama 3. Jelaskan proses penyakit
penyakit 4. Identifikasi penyebab
2. Deskripsi proses penyakit
penyakit 5. Berikan informasi tentang
3. Deskripsi faktor kondisi klien
penyebab 6. Berikan informasi tentang
4. Deskripsi tanda dan hasil pemeriksaan laboratorium
gejala 7. Diskusikan perubahan
5. Deskripsi cara gaya hidup untuk mencegah
meminimalkan komplikasi
perkembangan
penyakit
6. Deskripsi
komplikasi penyakit
7. Deskripsi tindakan
pencegahan terhadap
komplikasi

21
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tromboflebitis merupakan suatu infeksi pada endotelium vaskuler dengan


pembentukan bekuan yang menempel pada dinding pembuluh darah. Pembuluh vena pada
tungkai yang sering terserang adalah femoralis, popliteal dan vena safena. Tromboflebitis
panggul septik yang mengenai vena ovarium dan vena uterinae dapat menyertai infeksi
panggul berat. (Reeder, Martin, & Griffin, 2017)

Menurut WHO (2009) tromboflebitis terjadi hampir sama antara wanita dan pria,
meskipun pria memiliki kemungkinan sedikit lebih tinggi. Usia rata-rata mengembangkan
tromboflebitis berdasarkan insiden yang dianalisis adalah 54 untuk pria dan 58 untuk wanita.

Etiologi tromboflebitis yaitu perluasan infeksi endometrium, mempunyai varises pada


vena, obesitas, pernah mengalami tromboflebitis, berusia 30 tahun lebih dan pada saat
persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu yang lama, trauma, adanya malignitas
(karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena, dan memiliki insiden tinggi untuk
mengalami tromboflebitis dalam keluarga (Pillitteri, 2007)

Klasifikasi dari trombofelbiti terbagi atas dua, yaitu pelviotromboflebitis dan


tromboflebitis femoralis. (Prawirohardjo, 2006)

Pengkajian yang cermat penting dalam mendeteksi tanda awal kelainan vena
ekstremitas bawah. Pasien dengan riwayat varises, hiperkoagulasi, penyakit neoplasma,
penyakit kardiovaskuler atau pembedahan mayor yang baru saja dilakukan atau cedera
mempunyai resiko tinggi. Begitu pula pada obesitas, manula dan wanita pemakai kontrasepsi
oral. (Aspiani, 2017)

22

Anda mungkin juga menyukai