PENDAHULUAN
Menurut WHO (2009) tromboflebitis terjadi hampir sama antara wanita dan pria,
meskipun pria memiliki kemungkinan sedikit lebih tinggi. Usia rata-rata mengembangkan
tromboflebitis berdasarkan insiden yang dianalisis adalah 54 untuk pria dan 58 untuk wanita.
Menurut Depkes RI, (2009) Tromboflebitis adalah suatu peradangan pada vena.
Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebgai suatu keadaan penggumpalan darah yang
terbentuk didalam pembuluh darah, sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai yang
menyertai terhadap adanya suatu penjendalan. Plebotrombosis adalah thrombus yang
merupakan factor yang mempermudah terjadinya inflamasi.
Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstermitas
bagaian bawah disebabkan oleh tekanan janin karena kehamilan dan persalinan, serta
aktivitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan
darah pada ekstermitas bagian bawah (Pillitteri, 2007)
1
1.2. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian tromboflebitis
2. Untuk mengetahui etiologi tromboflebitis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis tromboflebitis
4. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis tromboflebitis
5. Untuk mengetahui pencegahan tromboflebitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan tromboflebitis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tromboflebitis
8. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien tromboflebitis
mulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan rencana keperawatan, dan evaluasi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Tromboflebitis
Tromboflebitis biasanya terlihat di tubuh bagian bawah, betis, atau panggul. Bisa
karena ada luka di area, mungkin dipicu oleh medikasi tertentu atau aliran darah tidak bagus,
atau mungkin merupakan akibat gangguan koagulasi. (DiGiulio, Jackson, & Keogh, 2014)
Perluasan infeksi nifas yang paling sering terjadi adalah perluasan atau invasi
mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-
cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis. (Prawirohardjo, 2006)
3
B. Etiologi
Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya
turbelensi darah pada kantong-kantong vena disekitar klep (katup) vana merangsang
terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena
factor local, daerah yang ada thrombusnya tersebut terdapat radang. Menipisnya dinding vena
karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses peradangan. Dalam keadaan ini,
maka dua factor utama: kelaianan dinding vena dan melambatnya aliran darah menjadi sebab
penting dari terjadinya tromboplebitis.
3. Obesitas
Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta
kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu penyebab dan
tromboflebitis pada obesitas pada kemungkinan terjadi tromboflebitis.
5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu
yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah lebih tinggi sehingga
mengakibatkan terjadinya tromboflebitis
4
6. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan
keadaan ini. Umumnya pemberian infuse (dilengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih
dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intravena.
7. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor
intra abdominalis, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstermitas
bawah hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai
8. Memiliki insiden tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Kelainan
jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena
C. Klasifikasi
1. Pelviotromboflebitis
a. Penilaian Klinik
1) Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan/ atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2) Menggigil berulang kali. Menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada saat
menggigil penderita tidak mengalami kenaikan suhu tubuh
3) Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40°C) yang diikuti dnegan
penurunan suhu dalam 1 jam
4) Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan
5
5) Cenderung terbentuk pus, yang mejalar kemana-mana, terutama ke paru-paru
6) Gambaran darah:
a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar kesirkulasi
dapat segera terjadi leucopenia)
b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggil. Meskipun bakteri ditemukan didalam darah selama menggigil, kultur
darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob
7) Pada periksa dalam hamper tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena ialah vena ovarika, yang sukar dicapai pada pemeriksaan dalam
b. Komplikasi :
1) Komplikasi pada paru-paru : infark, abses, pneumonia
2) Komplikasi pada ginjal sisnistra : nyeri mendadak yang diikuti dengan proteinuria
dan hematuria
3) Komplikasi pada persendian, mata dan jaringan subkutan
c. Penanganan :
1) Rawat Inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum
2) Terapi Medik
Pemberian antibiotika heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaan terjadinya
emboli pulmonum
3) Terapi operatif
Pengikatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli septic terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru, emskipun sedang dilakukan heparinisasi
2. Tromboflebitis femoralis
6
a. Penilaian Klinik
1) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian
sushu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil
dan nyeri sekali
2) Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan tanda-
tanda sebagai berikut :
a) kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas disbanding dengan kaki lainnya
b) seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dank eras pada
paha bagian atas
c) nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d) reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak,
tegang, putih, nyeri dan dingin serta pulsasi menurun
e) edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki
dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas
f) -nyeri pada betis, yang dapat terjadi spontan atau dengan memijit betis atau
dengan meregangkan tendo akhiles (tanda Homan)
b. Penanganan
1) Perawatan
Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompres pada kaki. Setelah
mobilisasi kaki hendaknya dibalut elastic atau memakai kaos kaki panjang elastic
selama mungkin.
2) Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui
3) Terapi medic :pemberian antibiotika dan analgetika
D. Manifestasi Klinis
1. Derajat gangguan aliran darah dengan pengisian darah jaringan atau iskemia.
2. Respons peradangan sekitar vena yang terkena.
3. Infeksi bakteri penyerta.
7
Menurut DiGiulio, Jackson, & Keogh (2014), tanda-tanda dan gejala tromboflebitis
adalah sebagai berikut.
1. Mungkin asimtomatik.
2. Edema, kelembutan, dan kehangatan di area yang mengalami radang sebagai bagian
dari respons inflamasi.
3. Sumsum lunak jika ditekan.
4. Positif tanda-tanda Homan-sakit di dorsiflexion punggung dari kaki yang sama-tanda
yang tidak jelas.
5. Kejang karena aliran darah ke area yang radang terganggu akibat adanya gumpalan.
6. Jika gumpalan/bekuan ada dari vena dan berjalan menuju paru-paru, gejala-gejala lain
akan berkembang:
a. Gangguan bernapas (dispnea) ketika gumpalan itu menuju paru-paru.
b. Bernapas dengan cepat > 20 kali per menit (tacipnea) karena adanya gumpalan
di paru-paru.
c. Sakit dada di area di mana terdapat gumpalan.
d. Suara retakan pada paru-paru di area di mana ada gumpalan.
Menurut Aspiani (2017), manifestasi klinis dari tromboflebitis adalah sebagai berikut.
8
E. Komplikasi dan Prognosis
1. Komplikasi
Menurut Fatmawati (2013), komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
a. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvic antara lain adalah :
1) Emboli paru septic
Pada trombofelbitis thrombus berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru
sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang
tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Thrombus tersebut akan menghalangi
aliran darah ke bagian paru yang terseumbat, yang akhirnya akan menyebabkan
infark karena bagian tersebut tidak terdapat pasokan oksigen.
2) Septicemia
Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah lain untuk
septicemia adalah biood poisoning atau keracunan darah atau bakterimia dengan
sepsis. Septicemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa
dan cepat memburuk
b. Tromboflebitis femoralis
2. Prognosis
Yang dapat diketahui dalam membuat prognosis pada klien dengan tromboflebitis
ialah dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi dibawah 100 maka prognosisnya
9
dapat dikatakan baik namun sebaliknya jika denyut nadi diatas 130 dan disertai suhu tinggi
maka prognosisnya dapat dikatakan kurang baik. Demam yang kontinyu dapat lebih
memperburuk prognosis daripada demma yang remittens. Demam menggigil yang berulang-
ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang
rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat tinggi juga dapat memperburuk
prognosis. (Fatmawati, 2013)
F. Pencegahan
1. Stoking Elastis
Meberikan tekanan secara terus menerus dan merata diseluruh permukaan betis,
menurunkan diameter vena superficial di tungkai, sehingga meningkatkan aliran vena lebih
dalam. Stoking elastic dilepas pada malam hari dan dipakai kembali sebelum tungkai
diturunkan dari tempat tidur ke lantai di pagi hari. Pemakaina stoking elastic secra terus
menerus dapat membuat vena sedikit akan menyempit dan darah mengalir lebih cepat
sehingga bekuan darah tidak mudah terbentuk. Akan tetapi stoking elastic member sedikit
perlindungan dan jika tidak digunakan dengan benar dpaat memperburuk keadaan dengan
aliran darah di tumgkai.
Yang lebih efektif dalam mengurangi pembentukan bekuan darah adalah pemberian
obat antikoagulan sebelum, selama dan kadang setelah pembedahan
Saat berbaring di tempat tidur, kaki dan tungkai bawah harus ditinggikan beberapa
kali lebih tinggi dari jantung. Latihan tungkai aktif maupun pasif khusunya yang melibatkan
otot betis harus dilakukan sebelum dan sesudah operasi untuk meningkatkan aliran vena.
10
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pembengkakan tungkai
b. Ulkus dikulit
Jika timbul ulkus (luka terbuka, lecet) di kulit yang tersa nyeri gunakan perban
kompresi 1-2 kali seminggu karena dapat memperbaiki aliran darah dalam vena. Ulkus
hamper selalu mengalami infeksi dan mengeluarkan nanah berbau. Jia lairan darah
didalam vena sudah membaik, ulkus akan sembuh dengan sendirinnya. Untuk mecegah
kekambuhan setelah ulkus sembuh digunakan stoking elastic setiap hari. Meskipun jarang
terjadi pada ulkus yang tidak kunjung sembuh, kadang perlu dilakukan pencangkokan
kulit.
2. Penatalaksanaan Umum
a. Antikoagulasi
b. Trombolitik
11
penggunaan trombolitik adalah mengurangi sindrom pasca flebotik dan infusiensi vena
kronis. Adapun kerugian trombolitik adalah insiden perdarahan 3 kali lipat dibandingkan
heparin.
d. Penatalakasanaan bedah
Merupakan penanganan pilihan. Filter vena kava harus dipasang saat dilakukan
tombektomi, untuk menangkap emboli besar dan mecegah emboli paru.
3. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Tirah baring, peninggian ekstermitas yang terkena, stoking elastic, dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
2. Biasanya tirah baring 5-7 hari setelah terjadi thrombosis vena dalam
3. Ketika pasien mulai berjalan, harus dipasang stoking elastic
4. Berjalan-jalan lebih baik dari pada berdiri atau duduk lama
5. Latihan ditempat tidur seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki
6. Kompres hangat dan lembab pada bagian ekstremitas
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Aspiani (2017), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut.
12
1. Teknik Non Invasif
a. Ultrasonografi Doppler
Ultrasonografi doppler dilakukan dengan cara meletakkan kuar doppler di atas vena
yang tersumbat. Bacaan aliran doppler tampak lebih kecil dibandingkan tungkai di
sebelahnya atau tidak sama sekali.
b. Pencitraan vena ganda
Digunakan untuk mendapatkan informasi anatomis selain untuk mengkaji parameter
fisiologis. Merupakan prosedur pilihan karena dapar memperlihatkan pembuluh darah
maupun bekuan darah.
c. Pletismogrfi
Digunakan untuk mengukur perbedaan volume darah dalam vena. Manset tekanan
darah di pasang pada paha klien dan dikembungkan secukupnya (50-60 mmHg) hingga
alran berhenti. Kemudian gunakan elektrode betis untuk mengukur tahanan elektris
yang terjadi akibat perubahan volume darah dalam vena. Apabila terdapat trombosis
vena dalam, peningkatan volume vena yang normalnya terjadi akibat terperangkapnya
darah di bawah ikatan manset akan lebih rendah dari yang diharapkan.
Hasil positif palsu dapat terjadi akibat berbagai faktor yang menyebabkan
vasokontriksi, peningkatan tekanan vena. Hasil negatif palsu dapat terjadi akibat
adanya trombosis lama, menimbulkan sirkulasi kolateral yang adekuat atau dari flebitis
superfisial.
2. Teknik Invasif
13
2.2 Asuhan Keperawatan pada Pasien Tromboflebitis
A. Pengkajian
Menurut Aspiani (2017), pengkajian yang cermat penting dalam mendeteksi tanda
awal kelainan vena ekstremitas bawah. Pasien dengan riwayat varises, hiperkoagulasi,
penyakit neoplasma, penyakit kardiovaskuler atau pembedahan mayor yang baru saja
dilakukan atau cedera mempunyai resiko tinggi. Begitu pula pada obesitas, manula dan
wanita pemakai kontrasepsi oral. Parameter dalam pengkajian perawatan:
1. Tanyakan pada pasien mengenai adanya nyeri tungkai, rasa berat, setiap adanya
gangguan fungsi atau edema.
2. Lakukan inspeksi tungkai mulai dari selangkang kaki, perhatikan perbedaan antara
keduanya ukur dan catat lingkar betis.
3. Perhatikan setiap kenaikan suhu pada tungkai yang terkena.
Untuk menentukan daerah nyeri tekan dan trombosis (terlihat sebagai segmen vena
seperti kabel), lakukan palpasi bagian medial tungkai menggunakan tiga atau empat jari,
kemudian dilanjutkan mengusapkan tangan pada tumit ke lutut dan ke selangkang. Kaji
adanya gajala umum pada trombosis vena, meliputi separuh jumlah penderita trombosis vena
tidak merasakan gejala dan tanda yang spesifik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan data
adanya tanda-tanda obstruksi vena dalam, seperti:
Menurut Reeder, Martin, & Griffin (2017), pada tromboflebitis femoralis, klien
biasanya mengeluh nyeri. Nyeri dapat dimulai dari daerah panggul dan meluas ke bawah atau
dimulai dari betis kaki dan meluas ke atas. Dalam waktu sekitar 24 jam setelah awitan nyeri,
tungkai mulai membengkak dan nyeri dapat berkurang. Seringkali nyeri terasa cukup hebat
sehingga menganggu tidur. Kulit di atas daerah yang bengkak tampak berwarna putih
14
mengkilat. Gejala akut tersebut berlangsung beberapa hari sampai satu minggu. Setelahnya
nyeri berangsur-angsur berkurang dan kondisi klien perlahan-lahan pulih. Pada kasus yang
berat, abses dapat terbentuk. Tromboflebitis pada panggul merupakan komplikasi yang serius
yang dapat menyertai infeksi panggul berat selama periode pascapartum. Awitan biasanya
terjadi sekitar dua minggu setelah pelahiran disertai dengan menggigil hebat dan berulang
serta perubahan suhu dramatis.
B. Diagnosis Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
15
2. Melaporkan nyeri pasien
bahwa nyeri berkurang 4. Control lingkungan yang
dengan menggunakan dapat mempengaruhi nyeri
manajemen nyeri seperti suhu ruangan,
3. Mampu pencahayaan, dan
mnegenali nyeri kebisingan
(skala, intensitas, 5. Pilih dan lakukan
frekuensi, dan tanda penanganan nyeri
nyeri) (farmakologi,
4. Mampu nonfarmakologi)
menyatakan rasa 6. Ajarkan teknik
nyaman setelah nyeri nonfarmakologis
berkurang 7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
8. Tingkatkan istirahat
Terapi Analgetik
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
tingkat nyeri sebelum
mengobati pasien.
2. Cek obat meliputi jenis,
dosis, dan frekuensi
pemberian analgetik.
3. Tentukan jenis analgetik
(Narkotik, Non-Narkotik)
disamping tipe dan tingkat
nyeri.
4. Tentukan Analgetik yang
tepat, cara pemberian dan
dosisnya secara tepat.
5. Monitor TTV sebelum
dan sesudah pemberian
16
analgetik.
2. Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan Perawatan Sirkulasi
perfusi jaringan keperawatan: tidak ada 1. Kaji secara
perifer berhubungan gangguan pada status komprehensif
dengan gangguan sirkulasi pasien. sirkulasi perifer (nadi
aliran darah arteri Dengan kriteria hasil: perifer, edema,
dan vena Tekanan darah sistolik kapillary refill,
dbn warna dan
1. Tekanan darah temperatur
diastolik dbn ekstremitas)
2. Kekuatan nadi 2. Evaluasi nadi perifer
dbn dan edema
3. Nadi dbn 3. Inpseksi kulit adanya
4. Tekanan vena luka
sentral dbn 4. Kaji tingkat nyeri
5. Perfusi jaringan 5. Elevasi anggota
perifer badan 20 derajat atau
6. Tidak ada edema lebih tinggi dari
perifer jantung untuk
meningkatkan
Tidak ada gangguan pada venous return
perfusi jaringan perifer 6. Ubah posisi klien
pasien. minimal setiap 2 jam
Dengan kriteria hasil: sekali
1. Warna kulit 7. Monitor status cairan
normal masuk dan keluar
2. Kekuatan fungsi 8. Gunakan therapeutic
otot bed
3. Kekuatan kulit 9. Dorong latihan ROM
4. Suhu kulit hangat selama bedrest
5. Tidak ada nyeri 10. Dorong pasien
ekstremitas latihan sesuai
kemanpuan
17
11. Jaga keadekuatan
hidrasi untuk
mencegah
peningkatan
viskositas darah
12. Kolaborasi
pemberian
antiplatelet atau
antikoagulan
13. Monitor
laboratorium Hb,
Hmt
18
ada pusing 6. Selimuti pasien
7. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
8. Kompres pasien pada
lipat aksilla dan paha
19
1. Monitor intensitas situasi stres
kecemasan 3. Temani pasien untuk
2. Menyingkirkan memberikan
tanda kecemasan keamanan dan
3. Menurunkan mengurangi takut
stimulus 4. Berikan informasi
lingkungan ketika mengenai diagnosis,
cemas tindakan, prognosis
4. Merencanakan 5. Dorong keluarga
strategi koping untuk menemani
untuk situasi anak
penuh stress 6. Lakukan backrup
5. Menggunakan 7. Dengarkan dengan
teknik relaksasi penuh perhatian
untuk mengurangi 8. Identifikasi tingkat
cemas kecemasan
6. Tidak ada 9. Bantu pasien
manifestasi mengenai situasi
perilaku yang menimbulkan
kecemasan kecemasan
7. Melaporkan 10. Dorong pasien untuk
kebutuhan tidur mengungkapkan
adekuat perasaan, ketakutan,
persepsi
11. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
12. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
5. Defisiensi Setelah diberikan asuhan Pembelajaran: Proses
pengetahuan keperawatan pasien dapat : Penyakit
berhubungan Meningkatkan 1. Kaji tingkat pengetahuan
20
dengan kurang pengetahuannya mengenai klien tentang penyakit
informasi dan proses penyakit. 2. Jelaskan tanda dan gejala
sumber Dengan kriteria hasil: penyakit
pengetahuan 1. Mengenal nama 3. Jelaskan proses penyakit
penyakit 4. Identifikasi penyebab
2. Deskripsi proses penyakit
penyakit 5. Berikan informasi tentang
3. Deskripsi faktor kondisi klien
penyebab 6. Berikan informasi tentang
4. Deskripsi tanda dan hasil pemeriksaan laboratorium
gejala 7. Diskusikan perubahan
5. Deskripsi cara gaya hidup untuk mencegah
meminimalkan komplikasi
perkembangan
penyakit
6. Deskripsi
komplikasi penyakit
7. Deskripsi tindakan
pencegahan terhadap
komplikasi
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut WHO (2009) tromboflebitis terjadi hampir sama antara wanita dan pria,
meskipun pria memiliki kemungkinan sedikit lebih tinggi. Usia rata-rata mengembangkan
tromboflebitis berdasarkan insiden yang dianalisis adalah 54 untuk pria dan 58 untuk wanita.
Pengkajian yang cermat penting dalam mendeteksi tanda awal kelainan vena
ekstremitas bawah. Pasien dengan riwayat varises, hiperkoagulasi, penyakit neoplasma,
penyakit kardiovaskuler atau pembedahan mayor yang baru saja dilakukan atau cedera
mempunyai resiko tinggi. Begitu pula pada obesitas, manula dan wanita pemakai kontrasepsi
oral. (Aspiani, 2017)
22