Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh:
Salma Deciliawati
1510711054

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAKARTA
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2017

KATA PENGANTAR
Terima kasih Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat, rahmat, serta
hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah “Bronkopneumonia” ini
dengan tepat waktu.
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas saya serta untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas
mengenai Bronkopneumonia serta penanganan di bidang keperawatannya. Makalah ini berisikan
tentang pendahuluan, teori, tinjauan kasus hingga asuhan keperawatan.
Semoga makalah yang saya buat ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya.
Terima kasih.
Jakarta, Mei 2017
Penulis

DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………
………………………
1. Latar
Belakang ……………………………………………………………………
2. Tujuan Penulisan …………………………………………………………….……..
II. TEORI ………………………………………………………………………
……………………
1. Definisi …………………………………………………………………….
2. Etiologi …………………………………………………………………….
3. Faktor Resiko …………………………………………………………………….
4. Klasifikasi …………………………………………………………………….
5. Patofisiologi …………………………………………………………………….
6. Manifestasi Klinis …………………………………………………………………....
7. Komplikasi …………………………………………………………………….
8. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………………………………….
9. Penatalaksanaan …………………………………………………………………….
III. TINJAUAN
KASUS ………………………………………………………………………………………
……
1. Identitas …………………………………………………………………...
2. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………………………………………
3. Asuhan Keperawatan …………………………………………………………………...
IV. PENUTUP ………………………………………………………………………
…………………..
1. Kesimpulan …………………………………………………………………...
2. Saran …………………………………………………………………...
V. DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………………………………………
……..

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini dapat
menyerang anak-anak dan balita hamper di seluruh dunia. Bronkopneumonia adalah peradangan
yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulent untuk
membentuk bercak konsolidasi pada lobu-lobus yang berbeda di dekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis (Wong, 2008).
Menurut WHO, insiden bronkopneumonia anak-balita di negara berkembang adalah
151,8 juta kasus/tahun. 10% diantaranya merupakan bronkopneumonia berat dan perlu
perawatan di rumah sakit. Terdapat 15 negara dengan insidens bronkopneumonia anak-balita
paling tinggi, mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 kasus di seluruh dunia.
Berdasarkan Kemenkes (2009), jumlah bronkopneumonia pada balita masih tetap tinggi.
Penyakit ini bila tidak ditangani dengan benar maka dikhawatirkan dapat menghambat upaya
pencapaian target MDGs menurunkan angka kematian pada bayi dan anak. Untuk itu perlu
dilakukan upaya pencegahan bronkopneumonia pada bayi dan balita dengan perbaikan gizi dan
imunisasi dan meningkatkan upaya manajemen tata laksana bronkoneumonia. Penemuan kasus
bronkopneumonia pada balita pada tahun 2010 sebesar 23% dengan jumlah kasus yang
ditemukan sebanyak 499.259 kasus.

2. Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksanaan serta perawatan pada penderita bronkopneumonia khususnya
pada bayi-balita.

2.2 Tujuan Khusus


a. Menjelaskan definisi hingga penatalaksanaan medis bronkopneumonia
b. Menyebutkan pemeriksaan penunjang bronkopneumonia
c. Memberitahukan asuhan keperawatan bronkopneumonia

II. TEORI
1. Definisi
Bronkopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki penyebaran
bercak. Teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer&Suzanne, 2002)
Pneumonia merupakan peradangan alveoli/pada parenkim paru uang umumnya terjadi
pada anak. (Surihadi Yulrani, 2001)
Pneumonia ialah suatu peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta dapat menimbulkan gangguan
pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
2. Etiologi
Umumnya diakibatkan adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh
terhadapa virulensi organisme pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadapa organ pernapasan.
Timbulnya bronkpneumonia biasanya disebabkan oleh viru, jamur, protozoa, bakteri,
mikrobakteri, mikoplasma dan riketsi. Antara lain:
a. Virus : Leionella pneumonia
b. Jamur : Aspergillus sp, Candida albicans
c. Bakteri : Streptococcus sp, Staphylococcus sp, H. influenza, Klebsiella
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal/isi lambung ke dalam paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama

3. Faktor Resiko
a. Faktor host (diri)
a) Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anaka usia <3 tahun, terutama
bayi <1 tahun karena kekebalan tubuhnya belum sempurna.

b) Status gizi
Interaksi antara infeksi dan kekurangan kalori protein (KKP) telah lama dikenal, keduanya saling
mempengaruhi. Pada KKP, ketahan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga
menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi.

c) Riwayat penyakit terdahulu


Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah arah karen apenumpukan sekrsi yang
berlebih yaitu influenza. Pemasangan selang NGT yang tidak bersih juga dapat menyebabkan
bronkopneumonia.

b. Faktor lingkungan
a) Rumah
b) Kepadatan hunian
c) Status sosio-ekonomi

4. Klasifikasi
a. Community Acquired Pneumonia
Di mulai juga sebagai penyakit pernapasan umum dan dapat berkembang menjadi sebuah
pneumonia. Pneumonia Streptococcal ialah sautu organisme penyebab umum. Type pneumonia
ini umumnya menimpa kalangan anak-anak atau usia lanjut.

b. Hospital Acquired Pneumonia


Di kenal juga sebagai pneumonia nosocomial. Orgasme seperti ini ialah suatu organisme
pseudomonas. Klibseilla/Aureus stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquires
pneumonia.

c. Lobar & Bronkopneumonia


Dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat ini pneumonia diklasifikasikan
berdasarkan organisme, bukan cuman menurut lokasi anatominya.

d. Pneumonia viral, bacterial & fungi


Dikategorikan berdasarkan dari agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk
dapat mengidentifikan organisme perusak.

5. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen masuk ke
cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau sampai
di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat, maka
kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai
respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme
berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan
melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain.
Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti
peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler .
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas paru,
penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan
atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan
gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri,
akibatnya darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga
terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut endogenus
pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka suhu tubuh akan
meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal tersebut juga menyebabkan meningkatnya
kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea
dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan
sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan
melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi. Terdapat cairan
purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatakan tekanan pada paru sehingga
dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan
berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut
menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan retreksi dada
sehingga gerakan dada tidak simetris.
Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih dari 60
hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering di sebabkan oleh
penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali kemampuan untuk membuang karbon
dioksida (CO2) menurun terjadi penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan,
yang merangsang pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya
menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang dalam, terdengar
selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi
napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi
syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum
dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung
jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara
mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga
timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Infeksi traktus respiratorius
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan
disertai kejang karena demam yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit bronkopneumonia
ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga menimbulkan inflamasi dan
suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2
dalam darah pun menurun dan terjadi hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin
menurun, akan menyebabkan fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk
menuju saluran nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi.
Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya meningkat,
karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga menyebabkan frekuensi BAB
bertambah per harinya.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang
karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak
dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

6. Manifestasi Klinis
Ada beberapa tanda dan gejala anak yang menderita penyakit bronkopneumonia,
diantaranya dapat dikenali dengan tanda serta gejala sebagai berikut:
a. Takipnea (nafas cepat)
b. Saat bernapas terdengar suara ronki
c. Batuk produktif
d. Menggigil dan demam
e. Sianosis area sirkumoral
f. Gerakan dada tidak simetris
g. Anoreksia
h. Malaise
i. Gelisah
j. Fatique
k. Frekuensi BAB bertambah / harinya

7. Komplikasi
a. Otitis media
Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera diobati sehingga jumlah
sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke dalam tuba eustaci sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah.
b. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis juga terdapat pelebaran
bronkus akibat tumpukan nanah.
c. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam paru – paru.
d. Empiema
Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru – parunya mengalami infeksi akibat bakteri
maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi nanah.
e. Meningitis
Peradangan pada selaput otak.
f. Atelectasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
b. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan
oksigenasi
c. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi
dan proses inflamasi
d. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
e. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak
tidak berespon terhadap pengobatan
f. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut Ngastiyah; 1997; 41,
pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya
lebih tua dan terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis
metabolic dengan atau beberapa lobus
g. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya
penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
h. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
i. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

9. Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat
selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan
pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl
0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dapat
diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit

III. TINJAUAN KASUS


1. Identitas
Nama : An. Z
Umur : 1 tahun
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. I
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Agama : Islam

Keluhan Utama
An. Z sering batuk pilek berulang sejak bayi, keringat dingin malam hari, sudah 2 minggu batuk
pilek tidak berhenti, terdengar suara “ngik” saat An. Z nafas, An. Z demam, anak selalu rewel

2. Pemeriksaan Diagnostik
A. Laboratorium
Hb : 11,8 gr/ dL
Hematokrit : 36 %
Erythrosit : 3,64 juta/ mmk
Leukosit : 12,6 ribu/ mmk
Trombosit : 302 rb/ul
LED : 38 mm/jam
Basofil : -
Eosinofil :2%
Netrofil : 58 %
Limfosit : 31 %
Monosit : 10 %

B. Rontgen
Infiltrate di suprhiler dan perihiler bilateral dan di parakardial kanan > menyokong proses
spesifik paru

3. Asuhan Keperawatan

DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien Z baru pertama kali di rawat di RS 1. Klien terpasang IVFD KAEN 18 8 tpm
2. Berkeringat dingin saat malam 2. Terpasang nasal kanul 0ksigen 1 liter
3. Batuk bertambah berat dan sudah 2 minggu 3. Kulit terasa hangat
4. Tidak mengeluarkan sekret 4. Ronkhi positif
5. Mengeluarkan suara “ngik” saat bernapas 5. Hasil TTV:
6. Selalu rewel dan menangis T: 36
7. Diasuh oleh neneknya RR: 28x/menit (tidak teratur)
N: 87x/menit (tidak teratur)
6. Hasil lab:
Hb : 11,8 gr/ dL
Hematokrit: 36 %
Erythrosit: 3,64 juta/mmk
Leukosit: 12,6 ribu/ mmk
Trombosit: 302 rb/ul
LED : 38 mm/jam
Basofil : -
Eosinofil: 2 %
Netrofil : 58 %
Limfosit: 31 %
Monosit: 10 %
7. Tampak selalu rewel
8. Klien nangis jika diberi terapi
9. Klien mendapat terapi:
Inhalasi Nacl, Ventrolin, pulmicort
10. Klien tidak mau digendong orang lain selain
neneknya
11. Klien tampak gelisah
12. Klien bernafas menggunakan cuping hidung dan
kadang perlu membuka mulutnya

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d mukud berlebih
2. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi
3. Ketakutan b/d lingkungan tidak dikenal

INTERVENSI
Hari/Ta Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil
nggal
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda vital pasien per 4 jam.
keperawatan selama 1 X 24 2. Auskultasi suara nafas.
jam diharapkan3. Monitor status oksigen klien.
Ketidakefektifan ketidakefektifan bersihan
4. Atur intake cairan untuk.
bersihan jalan nafas b/d jalan nafas dapat teratasi.
Dengan kriteria hasil: Mengoptimalkan keseimbangan.
mukud berlebih
1. suara nafas bersih 5. Anjurkan pihak keluarga untuk
2. mampu mengeluarkan memberikan minuman hangat sedikit
sekret tapi sering.
3. bernafas jadi mudah
4. menunjukkan jalan nafas
6. Observasi membran mukosa.
yang paten
Setelah dilakukan tindakan 1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan
keperawatan selama 1 X 24 tanda-tanda komplikasi.
jam diharapkan pola nafas 2. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
tidak efektif teratasi.
dan ekspansi dada.
Dengan kriteria hasil:
Pola nafas tidak efektif 1. pola nafas efektif 3. Tinggikan kepala dan ubah posisi.
b/d hiperventilasi 2. frekuensi dan kedalaman 4. Observasi pola batuk dan sekret.
pernafasan dalam rentan 5. Berikan humidifikasi tambahan
normal 6. Bantu fisioterapi dada, postural
drainage.

Setelah dilakukan tindakan1. Gunakan pendekatan yang tenag dan


keperawatan selama 2 X 24 menyenangkan.
jam diharapkan ketakutan 2. Jelas menyatakan harapan untuk
dapat teratasi. Dengan perilaku pasien.
Ketakutan b/d kriteria hasil: 3. Tetap dengan pasien untuk mengurangi
lingkungan tidak dikenal 1. menurunkan perasaan rasa ketakutan.
kegelisahaan 4. Dorong keluarga dekat untuk tetap
2. mempertahankan performa tinggal.
peran dan hubungan sosial 5. Menyediakan aktivitas pengalihan.
3. tetap produktif

IV. PENUTUP
1. Kesimpulan
Bronkopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-
kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
bronkopneumonia bisa meninggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dengan sumber utama
bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
2. Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan utamanya di Indonesia,
diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari anaknya yang menderita penyakit bronkopneumonia dan mampu menjaga
kebersihan lingkungan sehingga setiap anggota keluarga yang lain dapat terhindar dari penyakit
bronkopneumonia.

b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia utamanya dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada anak dengan bronkopneumonia dan
memberikan penyuluhan pada keluarga pasien sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan
pasien serta mencegah terjadinya komplikasi. Mahasiswa dapat menjalin kerja sama dengan
keluarga perawat lainnya, agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara operasional.

V. DAFTAR PUSTAKA

Reevers, Charlene J, et all.2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: Salemba Medica

Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta:EGC

Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto; 2001

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC, ed 9. Jakarta:EGC

Zul Dahlan.2000. Ilmu Penyakit Dalam. Ed 11. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai