Anda di halaman 1dari 11

Nama : Putri Nur Asyifa

NIM : P07124218008
Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan / Semester V
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Gawat Darurat Maternal dan Neonatal
Tugas : Resume dan Powerpoint

THROMBOPHLEBITIS

Gambar : thrombophlebitis
Sumber : https://medicastore.com/artikel/632/tromboflebitis-superfisial

A. Definisi Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah flebitis (peradangan pembuluh darah balik) yang terkait


dengan trombus (gumpalan darah). Hal ini paling sering terjadi di tungkai, walaupun
kadang juga terjadi di lengan. Tromboflebitis yang terjadi di bagian yang lebih dalam
disebut trombosis vena dalam (Wikipedia, 2020).

Tromboflebitis adalah infeksi vena dengan pembentukan bekuan, yang sering


terjadi pada vena femoralis. Insiden tromboflebitis setelah kehamilan relative tinggi,
terutama pada persalinan dengan sectio caesarea dan infeksi post partum. Komplikasi ini
jarang terjadi di Indonesia (Wiwien, 2019).
Menurut Depkes RI (1990), tromboflebitis adalah suatu peradangan pada vena.
Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan penggumpalan darah
yang terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai

1
inflamasi yang menyertai terhadap adanya suatu penjendalan. Plebotrombosis adalah
trombus yang merupakan faktor yang mempermudah terjadinya inflamasi.
Trombosis / tromboflebitis vena superfisial - kondisi patologis yang terjadi
pembentukan massa trombotik di vena superfisial dengan perkembangan reaksi inflamasi
bersamaan pada kulit dan jaringan subkutan (Stoyko et al., 2019).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi dari tromboflebitis adalah peradangan
pada pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus)
yang dapat terjadi pada wanita hamil, namun lebih sering terjadi pada masa nifas.

B. Etiologi
Menurut Adele Pillitteri (2007), adapun etiologi tromboflebitis, yaitu diantaramya :
1. Perluasan infeksi endometrium
Invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang
vena dan cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan perluasan mikroorganisme
ke endometrium dan dapat menyebabkan infeksi pada endometrium.
2. Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang sebelumnya terdapat vena ektasia atau varises, maka terdapatnya
turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep atau katup vena
merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang
kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang.
Menipisnya dinding vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses
keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan
melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya tromboplebitis.
3. Obesitas
Pada penderita obesitas ini dapat berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta
kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu
penyebab dari tromboflebitis, sehinga kemungkinan terjadi tromboflebitis.
4. Pernah mengalami tromboflebitis
Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang akan mengakibatkan
terulangnya kembali kejadian tromboflebitis, karena perlukaan yang ditimbulkan dari
tromboflebitis itu sendiri.
5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk
waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah lebih tinggi
sehingga akan mengakibatkan terjadinya tromboflebitis

2
6. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan
keadaan ini. Umumnya pada saat pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam
jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan
secara intra vena.
7. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena.
Tumor-tumor intra abdominal, Pada umumnya yang memberikan hambatan aliran
vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.
8. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
Kelainan jantung yang secara hemodinamik dapat menyebabkan kelainan pula pada
system aliran vena.

C. Epidemiologi

Kejadian tromboflebitis selama kehamilan kejadiannya relatif rendah, risiko


terjadinya tromboflebitis vena kaki atau pelvis meningkat pada masa nifas (setelah
kehamilan atau operasi).

Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1 dalam 600 pasien-pasien antepartum


dan 1 dalam 95 bagi pasien-pasien postpartum. Insiden tromboflebitis profunda berkisar
1 dalam 1900 pasien antepartum dan 1 dalam 700 pasien postpartum. Faktor-faktor yang
mempermudah trombosis vena (tromboflebitis) antar lain stasis (perlambatan aliran
darah), luka pada dinding pembuluh darah (iritasi lokal dan infeksi), dan perubahan
fisika atau kimia pada konstituen darah.

D. Klasifikasi
Pada tromboflebitis adapun klasifikasinya dibagi menjadi 2, yaitu diantaranya :
1. Pelvic Tromboflebitis
Pelvic tromboflebitis yang paling sering meradang mengenai vena-vena didinding
uterus dan ligamentum latu yaitu vena ovarika, karena mengalirkan darah dan luka
bekas plasenta didaerah fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis pada vena ovarika kiri
ialah ke vena renalis dan dari vena ovarika kanan ke vena kava inferior. Biasanya
terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum. Trombosis yang terjadi setelah
peradangan bermaksud untuk menghalangi penjalaran mikroorganisme. Dengan proses
ini, infeksi dapat sembuh tetapi jika daya tahan tubuh kurang, trombus dapat menjadi

3
nanah. Bagian-bagian kecil trombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dan
karena embolus ini mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya
tersangkut pada paru, ginjal dan katup jantung. Pada paru dapat menimbulkan infark.
2. Tromboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai vena safena
magna atau vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis
yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah,
perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau
venaseksi. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena
vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca
partum. Hal ini terjadi karena aliran darah lambat didaerah lipatan paha karena vena
tersebut tertekan oleh liginguinale juga karena dalam masa nifas kadar fibrinogen
meninggi.
E. Patofisiologi
Pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat dari
stasis vena sehingga mmenyebabkan gangguan koagulabilitas darah atau kerusakan
pembuluh maupun endotelial. Stasis vena sering dialami oleh orang-orang imobil maupun
yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong
aliran darah. Statis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk
dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil.
Stasis aliran darah vena terjadi ketika aliran darah melambat misalnya pada istirahat lama
(imobilisasi) seperti yang telah disebutkan sebelumnya sehingga dapat berpengaruh pada
pompa vena perifer, meningkatkan stagnasi dan penggumpalan darah pada ekstremitas
sehingga ektremitas mengalami edema. Hiperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma,
kelahiran dan myocardial infret juga mempermudah terjadinya pembentukan trombus.
Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya trombosit-trombosit pada
permukaan endotel pembuluh darah. Darah yang mengalir menyebabkan makin banyak
trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis dapat saling melekat
sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam lumen.

F. Tanda dan Gejala


Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena
(nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan
cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau

4
pembengkakan agak luas, nyeri terjadi bila menggerakkan lengan, juga pada gerakan-
gerakan otot tertentu.
1. Pelvic Tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke-2-3 masa nifas.
b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1) Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang kadang 3 hari pada waktu
menggigil penderita hampir tidak panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40°C) yang diikuti
penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis.

3) Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan

4) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutamake paru-paru


c. Gambaran darah
1) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi,
dapat segera terjadi leukopenia)
2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggigil, kultur darah sangat sukar dibuatkarena bakterinya adalah anaerob.
2. Tromboflebitis femoralis

a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil dan
nyeri sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena, memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas

3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha

4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak,


tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.

5
5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki
dan pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah ke atas.

6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler ini memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan
katub pada vena profunda, vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi.
Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan probe Doppler di atas vena
yang tersumbat. Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non
infasif. Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan peningkatan
lingkar ekstremitas.
2. Pemeriksaan hematokrit
Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan hematokrit.
Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial terjadinya pembentukan
trombus.
3. Pemeriksaan Koagulasi
Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini menilai
aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial
thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen.
4. Pemindai ultrasuond dupleks
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten.
5. Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran
pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan venografi berguna
untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.
H. Penatalaksanaan
1.  Pelvic tromboflebitis
a. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan
menggunakan teknik aseptik yang baik.
b. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan
mencegah terjadinya emboli pulmonum.

6
c. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan
adanya emboli pulmonum.
d. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik
terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan
hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
2.  Tromboflebitis femoralis
a. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
b. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari
daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
c. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien
untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan
pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya
tekanan yaang kuat pada betis.
d. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises
vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
e. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun
pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
f. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
g. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
h. Berikan anti koagulan, analgesik, dan antibiotik sesuai dengan resep.
i. Berikan alat pamanas seperti lampu atau kompres hangat basah sesuai instruksi,
pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien
sehingga aliran darah tidak terhambat.
j. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
k. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya
peningkatan atau penurunan ukuran.
l. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk
mengkaji pendarahan jika pasien dalam terapi antikoagulan.
m. Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi,
bercak ekimosis pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
n. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa
menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.

7
o. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
p. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui
terapi sub kutan Jelaskan kepada pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia
harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa
pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.
3. Pola Pengobatan Tromboflebitis
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi
nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk
mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan
pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa
hari.
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam
dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan
darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat
kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut : Obat
analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah
pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada,
non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa
sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).
I. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Jika dalam kehamilan mengalami anemia perlu segera diobati karena anemia
memudahkan terjadinya infeksi. Biasanya pengobatan anemia kehamilan ialah
dengan pemberian zat besi (Fe). Keadaan gizi penderita juga sangat menentukan
seperti diet harus memenuhi kebutuhan kehamilan dan nifas, harus seimbang dan
mengandung cukup vitamin.
2. Selama persalinan, pada saat seorang bidan menolong persalinan, ada 4 usaha
penting harus dilaksanakan yaitu:
a. Membatasi masuknya kuman-kuman kedalam jalan lahir
b. Membatasi perlukaan
c. Membatasi perdarahan
d. Membatasi lamanya persalinan

8
3. Membatasi perlukaan dan membatasi pendarahan. Pembatasan perdarahan
sangat penting, jika terjadi perdarahan yang banyak, darah hilang ini hendaknya
segera diganti (segera melakukan transfusi).
4. Dalam nifas jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kuman
karena adanya perlukaan, tetapi jalan lahir terlindungi terhadap kuman-kuman
karena vulva tertutup. Untuk mencegah infeksi janganlah membuka vulva atau
memasukan jari ke dalam vulva misalnya waktu membersihkan perineum.
J. Komplikasi dan Prognosi
1. Komplikasi
Menurut fatmawati (2013) komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pelvic Tromboflebitis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis Pelvic antara lain adalah:
1) Emboli paru septik
Pada tromboflebitis trombus berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru
sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang
tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi
aliran darah ke bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan
infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen.
2) Septikemia
Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah lain untuk
septikemia adalah biood poisoning atau keracunan darah atau bakterimia dengan
sepsis. Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa
dan cepat memburuk.
b. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah
emboli paru yaitu suatu keadaan dimana terjadinya obstruksi sebagian atau total pada
sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya emboli
trombus atau emboli yang lain, Trombus tersebut bisa berasal dari vena di bagian
tubuh yang lain, seperti misalnya tungkai, lengan, pinggul, atau jantung. Trombus
tersebut berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti dan
menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk
dilalui. Trombus akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang tersumbat, yang
akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan
oksigen

9
2. Prognosis
Yang dapat diketahui dalam membuat prognosis pada klien dengan
tromboflebitis ialah dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi dibawah 100
maka prognosisnya dapat dikatakan baik namun sebaliknya jika denyut nadi diatas
130 dan disertai suhu tinggi maka prognosisnya dapat dikatakan kurang baik. Demam
yang kontinyu dapat lebih memperburuk prognosis daripada demam yang remittens.
Demam menggigil yang berulang-ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan
tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau
sangat tinggi juga dapat memperburuk prognosis.

DAFTAR PUSTAKA

Bedah Brunner & Suddart. Jakarta: EGC. Wikhajosastro, Hanifa. 2005.


IlmuKebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Cunningham, F. Gary. dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Djojosugito, Ahmad. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prawirrohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
Stoyko, Y. M. et al. (2019) ‘Diagnostics and Treatment of Superficial
Trombophlebitis. Guidelines of the Russian PhlebologicalAssociation’, Flebologiia, 13(2), p.
78. doi: 10.17116/flebo20191302178.
Sulistiyani, E, Anita, DC, dan Handayani, DS. 2019. Analisa Faktor Yang
Mempengaruhi Risiko Kejadian Phlebitis Pada Pasien Rawat Inap Dewasa Di Rsud
Prambanan URI: http://digilib2.unisayogya.ac.id/xmlui/handle/123456789/250.
Wikipedia. 2020. Tromboflebitis. Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Tromboflebitis.
Diakses pada tanggal 01/11/2020.
Wiwien Winarni, (2019) Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lemon Terhadap Tingkat
Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea Dengan Spinal Anestesi Di Rsud Prof. Dr. Margono
Soekarjo. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

10
11

Anda mungkin juga menyukai