Anda di halaman 1dari 40

PERDARAHAN

TRIMESTER 3
( K E H A M I L A N L A N J U T )

Ns. Aida Fitri, S.Kep., M.Kep


Plasenta Previa
PENGERTIAN
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada
bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan
perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina
tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester
terakhir
ETIOLOGI
 Faktor risiko belum diketahui secara pasti
 Beberapa penelitian melaporkan frekuensi
plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang
berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea
dan aborsi sebelumnya serta gaya hidup yang
juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko
timbulnya plasenta previa
 vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadi karena proses radang maupun
atropi
FAKTOR RISIKO LAINNYA YAITU:
 Wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan umur < 35.
 Risiko plasenta previapada multigravida
1,3 kali lebih besar dibandingkan
primigravida.
 Risiko plasenta previa pada wanita dengan
riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan
dengan tanpa riwayat abortus.
 Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai
faktor risiko terjadinya plasenta previa.
Klasifikasi Plasenta Previa

 Plasenta previa totalis atau komplit, adalah


plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
 Plasenta previa parsialis, adalah plasenta yang
menutupi sebagian ostium uteri internum.
 Plasenta previa margianalis adalah plasenta
yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
 Plasenta letak rendah, yang berarti bahwa
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim yang sedemikian rupa sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm
dari ostium uteri internum.
Plasenta previa dapat dibagi menjadi empat derajat
berdasarkan scan pada ultrasound yaitu:
 Derajat I : plasenta sudah melampaui segmen
terendah rahim.
 Derajat II : plasenta sudah mencapai ostium uteri
internum.
 Derajat III : plasenta telah terletak pada sebagian
ostium uteri internum.
 Derajat IV : plasenta telah berada tepat pada segmen
bawah rahim.
Manifestasi klinis

 Gejala umum Perdarahan uterus yang keluar


melalui vagina tanpa disertai dengan adanya
nyeri
 Perdarahan biasanya terjadi diatas akhir
trimester kedua.
 Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak
dan dapat berhenti sendiri
 Perdarahan dapat kembali terjadi tanpa sebab
yang jelas setelah beberapa waktu kemudian
 Perdarahan terjadi setelah miksi atau defekasi,
aktivitas fisik, koitus
COUNT..
 Saat perdarahan berulang biasanya perdarahan
yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai
mengalir
 Pada palpasi abdomen sering teraba bagian
terbawah janin masih tinggi diatas simfisis
 Warna perdarahan merah segar.

 Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan


keluarnya darah
 His biasanya tidak ada, DJJ terdengar
PATOFISIOL
OGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Ultrasonografi
transabdomen
• Pemeriksaan spekulum
• Pemeriksaan pembekuan
darah
PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan Konservatif :
istirahat selama masa kehamilan, biasanya dilakukan jika
janin belum cukup matang.

Jika sudah didiagnosa adanya plasenta previa :


ibu akan dirawat di rumah sakit dengan supervisi yang ketat.

Durasi kehamilan dipastikan kecuali jika keadaan darurat


kehamilan ditunda sampai setelah minggu ke-36. Dan
biasanya akan dilahirkan secara sesaria.
Patofisiologi Plasenta Previa
Asuhan Keperawatan pada Plasenta previa

A. Pengkajian
 Anamnesa
 Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama,
umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical r ecord
 Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada
kehamilan setelah 28 minggu/trimester III.
 Inspeksi: Dapat dilihat perdarahan pervaginam
banyak atau sedikit. Jika perdarahan lebih banyak;
ibu tampak anemia.
 Palpasi abdomen: Janin sering belum cukup bulan;
TFU masih rendah, Sering dijumpai kesalahan letak
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang/floating
B. Riwayat kesehatan
 Riwayat Obstetri: riwayat kehamilan sebelumnya yang
meliputi :
- Gravida, para abortus, dan anak hidup
- Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
- Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan penolong persalinan
- Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
- Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi,
infeksi, dan perdarahan.
- Komplikasi pada bayi
- Rencana menyusui bayi
- Riwayat mensturasi
 Riwayat Kontrasepsi
 Riwayat penyakit dan operasi
C. Pemeriksaan fisik
- Didapatkan tanda-tanda anemia

- Pemeriksaan abdomen: perut tegang, menentkan


letak janin dan usia kehamilan, DJJ
d. USG untuk diagnosis pasti, yaitu untuk
menentukan letak plasenta
e. Pemeriksaan darah: Hb, Ht, trombosit,
elektrolit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko syok Hipovolemia berhubungan dengan
perdarahan
 Kurang volume cairan berhubungan dengan
perdarahan pervaginam
 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan dan immobilitas
 Ansietas berhubungan dengan ancaan status
kesehatan
Diagnosa NOC NIC

Risiko syok Setelah dilakukan perawatan Manajemen


diharapkan syok hipovolemia hipovolemia
Hipovolemi tidak terjadi dengan kriteria - Periksa tanda
a hasil: hipovolemia (nadi
- TTV dalam batan normal meningkat dan
berhubung - Perfusi perifer adekuat lemah, tekanan
an dengan - Curah jantung adekuat darah menurun,
- Keseimbangan asam basa turgor kulit
perdaraha - Tidak ada tanda-tanda menurun,
n hipovolemia (nadi membran mukosa
meningkat dan lemah, kering , volume
tekanan darah menurun, urien menurun ,
turgor kulit menurun, haus, hematokrit
membran mukosa kering, meningkat)
volume urien menurun - Monitor intake
,haus, hematokrit dan output
meningkat) - Hitung kebutuha
cairan
- Berikan asupan
cairan
- Kolaborasi
pemberian IV dan
Tranfusi
Diagnosa Tujuan Intervensi

Kurang volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen cairan:


cairan diharapkan kebutuhan cairan adekuat dan a) Pertahankan intake dan
berhubungan pasien dapat mempertahankan output yang adekuat
dengan keseimbangan cairan dalam tubuh (Fluid b) Monitor status dehidrasi
perdarahan balance) dengan kriteria: c) Monitor TTV sesuai
pervaginam - Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam kebutuhan
batas normal d) Monitor masukan makanan/
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, cairan
elastisitas turgor kulit baik, membrane e) Motivasi keluarga untuk
mukosa lembab, tidak ada rasa haus membantu pasien makan
berlebihan f) Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
g) Kolaborasi dalam pemberian
cairan dan makanan
Monitor cairan (fluid
monitoring):
a) Monitor intake dan output
b) Monitor tekanan darah,
denyut nadi dan status
respirasi
c) Monitor membrane mukosa
dan turgor kulit
d) Kelola cairan sesuai
kebutuhan
e) Pertahankan kecepatan
pemberian cairan intravena
Solusio Plasenta
Solusio Plasenta
Abrupsio atau solusio, atau pemisahan premature plasenta ialah kondisi
sebagian atau seluruh plasenta tanggal dari tempat implantasinya.

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum


waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan
trimester ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya
menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan
dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan
penyulit terhadap ibu dan janin
Etiologi

 Hipertensi esensial atau preeklampsi.


 Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas
 Trauma abdomen seperti terjatuh terkelungkup, tendangan anak yang sedang
di gendong
 Tekanan uterus yang membesar pada vena cava inferior
 Uterus yang sangat kecil
 Umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
 Ketuban pecah sebelum dini
 Miomauteri
 Defisiensi asam folat
 Merokok, alkohol dan kokain
 Perdarahan retro plasenta
 Kekutanuterus ibu berkurang pada multipara
 Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada
 Pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion
 gameli.
KLASIFIKASI
1. Solusio plasenta ringan:
- Terlepasnya plasenta kurang dari 1/5 bagian
- Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan
setelah persalinan
- Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami
gangguan
- Persalinan pervaginam dapat dilakukan
- Tidak menimbulkan rasa nyeri
- Perdarahan kurang dari 500 cc, dan warna agak
kehitaman
2. Solusio plasenta sedang:
- Terlepasnya plasenta lebih dari 1/3 tetapi belum
mencapai 2/3 bagian
- Dapat menimbulkan gejala klinik seperti
Perdarahan dengan rasa sakit, Perut tegang,
Gerak janin kurang, Palpasi bagian janin sulit
diraba, fetal distres.
- Pada pemeriksaan dalam ditemukan ketuban
menonjol
- dapat terjadi gangguan pembekuan darah
- janin masih teraba
- perdarahan antara 500 cc-1000 cc.
3. Solusio plasenta berat:
- Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
- Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
- Penyulit pada ibu : Terjadi syok dengan tekanan darah
menurun, nadi dan pernapasan meningkat
- Dapat terjadi gangguan pembekuan darah,
- penderita tampak anemis,
- terjadi Couvelarie uterus
- Abdomen tegang
- Bagian janin sulit diraba
- Dinding perut terasa sakit
- janin telah meninggal dalam rahim
- Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
- terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri
- Pendarahan dan syok
- Hypofibrinogenaemi
- Gangguan faal ginjal
Couvelarie uterus ; fenomena dimana darah
retroplasenta dapat menembus ketebalan dinding
uterus dan masuk ke dalam rongga peritoneum.
PATOFISIOLOGI
SULOSIO
PLASENTA
PENATALAKSANAAN
 Solusi plasenta ringan:
 Perut tegang sedikit
 Perdarahan tidak terlalu banyak
 Keadaan janin masih baik dapat dilakukan
penanganan secara konserfatif
 Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin
meningkat dengan janin yang masih baik dilakukan
seksio sesarea
 Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada
kehamilan prematur dilakukan rawat inap.
 Solusio plasenta tingkat sedang dan berat
Penanganannya dilakukan di rumah sakit
karena dapat membahayakan jiwa penderitanya.
Tatalaksananya adalah :
 Pemasangan infus dan transfusi darah
 Memecahkan ketuban
 Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea
oleh karena itu, penanganan solusi plasenta sedang
dan berat harus dilakukan di rumah sakit dengan
fasilitas mencukupi.
Asuhan Keperawatan pada Plasenta previa

A. Pengkajian
 Identitas, biasa pada kases pre eklamsia sering terjadi < 20
tahun dan > 35 tahun usia ibu
 Keluhan utama: sakit di perut secara tiba-tiba, perdarahan
pervaginam, warna darahmerah segar atau bekuan darah
kehitaman. Kepala pusing, mual muntah, mata berkunang
dan badan lemas.
 Riwayat trauma langsung pada abdomen.
 Pergerakan janin yang lain dari biasanya (cepat, lambat atau
berhenti)
 Riwayat penyakit sekarang : Darah terlihat merah kehitaman
karena membentuk gumpalan darh, darah yang keluar sedikit
banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas
dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami
hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek
trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli)
 Riwayat penyakit dahulu: Kemungkinan pasien pernah
menderita pre eklampsi, tali pusat pendek, trauma, uterus
dan riwayat sulosio plasenta sebelumnya
 Riwayat penyakit keluarga
 Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh
keluarga
 Riwayat perkawinan
 Tanyakan status perkawinan, umur saat
menikah pertama kali, berapa kali menikah dan
berapa usia pernikahan saat ini
 Riwayat obstertri
 - Riwayat haid :tanyakan usia menarche, siklus
haid, lama haid , keluhan saat haid dan HPHT
 - Riwayat kehamilan: Kaji tentang riwayat
kehamilan lalu dan saat ini. Tanyakan riwayat
ANC,keluhan saat hamil, hasil pemeriksaan
leopold, DJJ, pergerakan janin
Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan fisik umum head to toe
 Pemeriksaan fisik khusus - Palpasi abdomen.
Auskultasi - Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium darah: hemoglobin,
hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu
pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar
fibrinogen, dan elektrolit plasma.
 Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.
 USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan
keadaan janin.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologi
 Devisit volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif/perdarahan
 Risiko cedera pada janin berhubungan dengan
penurunan suplai oksigen uteroplasental
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri:


berhubungan dengan diharapkan pasien dapat: Kaji secara konprehensif tentang nyeri,
kerusakan jaringan Mengontrol nyeri dengan kriteria: meliputi: lokasi, karakteristik, frekuensi
intra uteri, konstraksi Pasien dapat mengetahui penyebab nyeri Observasi tanda-tanda non verbal dari
uterus ditandai dengan Pasien mampu menggunakan teknik non ketidaknyamanan
mengeluh nyeri dan farmakologi untuk mengurangi nyeri Gunakan komunikasi terapeutik agar
posisi menghindari Pasien mampu mengenal tanda-tanda pasien dapat mengekspresikan nyeri
nyeri pencetus nyeri untuk mencari pertolongan Berikan informasi tentang nyeri, seperti:
Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang penyebab, berapa lama terjadi, dan
dengan mengunakan menejemen nyeri tindakan pencegahan
Ajarkan pengunaan teknik non
Menunjukan tingkat nyeri (pain level) farmakologi ( misalnya: relaksasi terapi
Pasien melaporkan adanya penurunan nyeri music, massase)
dan pengaruhnya pada tubuh Hilangkan faktor yang dapat yang dapat
Pasien mampu mengenal skala intensitas, meningkatkan pengalaman nyeri,
frekuensi dan lama periode nyeri Misalnya: rasa takut, kelelahan, dan
Pasien mengatakan rasa nyaman setelah kurang pengetahuan)
nyeri berkurang
Tanda-tanda vital dalam batas normal Pemberian analgetik
Ekspresi wajah tenang Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
kuantitas, dan keparahan sebelum
pengobatan
Berikan obat dengan prinsip 5 benar
Cek riwayat alergi obat
Libatkan pasien dalam pemilihan
analgetik secara tepat/ kombinasi lebih
dari satu analgetik jika telah diresepkan
Berikan anlgetik yang tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgetik, tanda,
gejala (efek samping)
Devisit volume Setelah melakukan Manajemen cairan:
cairan perawatan - Timbang popok/pembalut
berhubungan diharapkan jika di perlukan
dengan terjadinya balance - Pertahankan catatan
perdarahan cairan dengan intake dan output yang
pervaginam kriteria hasil: akurat
- Merpertahankan - Monitor status hidrasi
urine output sesuai (kelembaban membran
dengan usia dan mukosa, nadi adekuat,
BB tekanan darah ortotastik),
- BJ urine normal jika di perlukan
- HT normal - Monitor masukan
- TTV normal makanan/cairan dan
- cairan hitung intake kalori
keluar dan harian
masuk seimbang - Kolaborasikan pemberian
- Mempertahankan cairan IV
urin
output Pencegahan perdarahan
- Turgor kulit baik - Monitor tanda dan gejalan
- Membran mukosa perdarahan
- Pertahankan bedrest selama
lembab perdarahan
- Elektrolit serum - Anjurkan peningkatan asupan
normal cairan oral
- Tidak terjadi - Kolaborasi pemberian obat
Hipotensi pengontrol perdarahan sesuai
Risiko Setelah Resusitasi janin
cedera melakukan - Monitor DJJ
pada janin perawatan - Monitor tanda djj
berhubung diharapkan abnormal
an dengan cedera pada janin - Montor TTV ibu dn
penurunan tidak terjadi janin
suplai dengan kriteria - Reposisi ibu ke
oksigen hasil: posisi lateral kiri
uteroplase - DJJ antar 120- - Berikan oksigen (6-
ntal 160kali/menit 8l/sesuai order)
- Tidak ada - Tenangkan ibu dan
tanda-tanda keluarga
distres janin - Kolaborsi
- pemberian induksi
oksitosin sesuai
indikasi
- Kolaborasi
pemberian
tokolitik, untuk
mengurangi
kontraksi (sesuai
indikasi)

Anda mungkin juga menyukai