Anda di halaman 1dari 43

KOMPLIKASI BAYI BARU LAHIR

SITI PATIMAH, M.Tr. Keb.

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


STIKES AR-RUM SALATIGA
2020
ASFIKSIA INTRAUTERIN

A.Pengertian
Asfiksia intrauterin adalah suatu keadaan dimana janin
dalam rahim kekurangan oksigen dan kemudian diikuti
dengan penimbunan asam asetat serta karbon dioksida
(CO2) sehingga mengakibatkan keadaan asidosis intrauterin.
Biasanya, keadaan ini terjadi karena terjadi gangguan
dalam pertukaran gas (gas exchange), bisa terjadi secara
akut (misalnya kompresi tali pusat) dan juga secara kronik
(misalnya kehamilan post-term).
ASFIKSIA INTRAUTERIN

B.Gejala
1. Abnormalitas bunyi jantung janin (bradikardia,
takikardia, irregularitas ataupun deselerasi tipe lambat
dan variabel).
2. Berkurangnya aktivitas / gerakan janin, yakni, 4 kali per
10 menit (bisa dilihat dengan kardiotokografi).
3. Dijumpai pertumbuhan janin terhambat (PJT).
4. Dijumpai mekoneum dalam air ketuban.
ASFIKSIA INTRAUTERIN

C.Etiologi
1. Insufisiensi utero plasenta
2. Kompresi tali pusat
3. Komplikasi janin misalnya akibat sepsis atau perdarahan
ASFIKSIA INTRAUTERIN

D.Diagnosis
1. Pasien umumnya termasuk kategori kehamilan risiko tinggi (high
risk pregnancy).
2. Abnormalitas bunyi jantung janin ketika di dengarkan melalui
Doppler/funduskop, NST, CTG (bradikardia, takikardia,
irregularitas ataupun deselerasi tipe lambat dan variabel).
3. Berkurangnya aktivitas / gerakan janin, yakni, 4 kali per 10
menit (bisa dilihat dengan kardiotokografi).
ASFIKSIA INTRAUTERIN

E.Penatalaksanaan
Secara prinsip, keadaan asfiksia intrauterin memberikan tanda bahwa janin harus
dilahirkan dengan cara yang paling aman dalam waktu yang secepatnya, yakni setelah
janin tersebut dipulihkan dari asfiksianya terlebih dulu.
Cara persalinan:
 Per vaginam apabila telah dicapai kala II dan syarat – syarat untuk itu telah terpenuhi.
 Seksio sesarea apabila syarat per vaginam tidak terpenuhi atau kala II tidak dapat
diharapkan dalam waktu singkat.
Catatan: melahirkan janin yang dalam keadaan asfiksia dengan cara apapun, tidak
dianjurkan sebelum dilakukan resusitasi intrauterin terlebih dulu.
ASFIKSIA INTRAUTERIN

F.Komplikasi
1. IUGR
2. Asidosis
3. Iskemia usus dan ginjal, serta perdarahan intraventrikuler di otak.
4. Iskemia miokardium dan serebral
5. IUFD
6. Stillbirth
7. Asfiksia Neonatorum
ASFIKSIA INTRAUTERIN

G.Stabilisasi
1. Memberikan oksigenasasi sebelum rujukan
2. Meberikan bantuan cairan infuse bila perlu
G.Prognosa
1. Kardiotokografi (CTG): NST ataupun CST bila perlu.
2. Amnioskopi.
3.  Ultrasonografi untuk menilai jumlah air ketuban (AFI).
G.Rujukan
1. PONED Obgyn / PUSKESMAS
2. Rumah Sakit / Rumah Bersalin
3. Ruang perawatan obstetric
ASFIKSIA INTRAUTERIN

J.Dokumentasi
• Pengkajian identitas
• Data Subjektif : ibu mengatakan gerakan janin berkurang
• Data objektif : DJJ >160x/mnit atau <120x/mnit
• Assasement : Ny”…” GPapiah UK H/T/I, presentasi…., dengan kehamilan Fetal Distress
• Penatalaksanaan : mempersiapkan proses persalinan
• Cara persalinan:
 Per vaginam apabila telah dicapai kala II dan syarat – syarat untuk itu telah terpenuhi.
 Seksio sesarea apabila syarat per vaginam tidak terpenuhi atau kala II tidak dapat
diharapkan dalam waktu singkat.
ASFIKSIA EKSTRAUTERIN

A.Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara
spontan dan teratur  pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO 2 di dalam
darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO 2 meningkat)
dan asidosis.
ASFIKSIA EKSTRAUTERIN

B. Gejala
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung
kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
C. Etiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan
fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada
kejadian asfiksia.
ASFIKSIA EKSTRAUTERIN

D.Diagnosis
• Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
• Pemeriksaan fisik :
Klinis 0 1 2
Nilai APGAR : Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit

Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat

Refleks saat jalan nafas Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin


dibersihkan

Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas (lemah) Fleksi kuat gerak


aktif

Warna kulit Biru pucat Tubuh merah ekstrimitas Merah seluruh tubuh
biru
ASFIKSIA EKSTRAUTERIN

 Nilai 0-3   : Asfiksia berat


 Nilai 4-6   : Asfiksia sedang
 Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit  masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan  menentukan prognosis, bukan untuk
memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi
tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
ASFIKSIA EKSTRAUTERIN

E.Penatalaksanaan
a) Resusitasi
 Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)
 Terapi medikamentosa
b) Suportif
 Jaga kehangatan.
 Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
 Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)
ASFIKSIA EKSTRAUTERIN

F.Komplikasi
Meliputi berbagai organ yaitu :
• Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri
• Jantung dan paru : perdarahan paru, edema paru
• Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
• Hematologi : DIC
ASFIKSIA EKSTRAUTERIN

G.Prognosa
1. Asfiksia Ringan : Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan.
2. Asfikisia Berat : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama
kelainan saraf. Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang
sampai koma dan kelainan neurologis permanen,misalnya retardasi
mental.
ASFIKSIA EKSTRAUTERIN

H.Dokumentasi
• Data Subjektif : -
• Data objektif : Apgar Score <7, Bayi tidak bernapas atau napas megap-
megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus
otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
• Assasement : By.Ny.”…” Usia ….. dengan Asfiksia Neonaturum
• Penatalaksanaan :
menghisap lendir → menjaga bayi agar tetap hangat → resusiatasi
HIPOGLIKEMIA

A.Pengertian
Hipoglikemia pada neonatus didefinisikan sebagai kondisi dimana glukosa
plasma di bawah 30 mg/dL (1.65 mmol/L) dalam 24 jam pertama kehidupan
dan kurang dari 45 mg/dL (2.5 mmol/L) setelahnya (Cranmer,2013). Estimasi
rata-rata kadar glukosa darah pada fetus adalah 15 mg/dL lebih rendah
daripada konsentrasi glukosa maternal. Konsentrasi glukosa akankemudian
berangsur-angsur menurunpada periode postnatal. Konsentrasi di bawah 45
mg/dL didefinisikan sebagai hipoglikemia. Dalam 3 jam, konsentrasi glukosa
pada bayi aterm normal akan stabil, berada di antara 50-80 mg/dL. Terdapat
dua kelompok neonatus dengan risiko tinggi mengalami hipoglikemia, yaitu
bayi lahir dari ibu diabetik (IDM) dan bayi IUGR (Hay et al, 2007).
HIPOGLIKEMIA

B.Gejala
Lucile Packard Children’s Hospital, 2013, memaparkan bahwa tanda-tanda
hipoglikemia pada neonatus meliputi :
1. Jitteriness (gerakan gelisah)
2. Sianosis
3. apnea (stopping breathing)
4. hipotermi (low body temperature)
5. lethargy (lemas)
6. Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
7. seizures atau kejang
HIPOGLIKEMIA

C.Etiologi
Penyebab hipoglikemia pada neonatus, meliputi :
1. Persistent Hyperinsulinemic Hypoglicemia of Infancy.
2. Penyimpanan glikogen yang terbatas ( misalnya pada prematur dan IUGR)
3. Peningkatan penggunaan glukosa ( seperti pada kasus hipotermia,
polisitemia, sepsis, defisiensi hormon pertumbuhan ).
4. Penurunan glikogenolisis, gluokoneogenesis, atau penggunaan substrat
alternatif ( misalnya pada gangguan metabolisme dan insufisiensi adrenal).
5. Penurunan penyimpanan glikogen ( seperti pada stress akibat asfiksia
perinatal, dan starvation).
HIPOGLIKEMIA

D. Diagnosis (Anamnesis)
o Riwayat bayi  menderita asfiksia, hipotermi,  Bayi dari ibu diabetes (IDM)
hipertermi, gangguan pernapasan  Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)
o Riwayat bayi prematur  Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)
o Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan  Bayi prematur dan lewat bulan
(BMK)
 Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)
o Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan
(KMK)  Bayi puasa
o Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus  Bayi dengan polisitemia
o Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung  Bayi dengan eritroblastosis
Bawaan  Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya
o Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia sterorid, beta-simpatomimetik dan beta blocker
HIPOGLIKEMIA

E.Penatalaksanaan
Pada neonatus yang beresiko tinggi gula darah harus diukur tiap 2
jam, selama 12 jam selanjutnya 6 jam sampai 48 jam bila
glukosa menunjukkan hasil yang rendah koreksi dan segera
lakukan perbaikan terhadap factor-faktor yang dapat
memperburuk misal suhu lingkungan dan oksigenasi
HIPOGLIKEMIA

F.Komplikasi
Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu
setelah lahir. Berikut ini merupakan gejala klinis yang disusun mulai
dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau tremor, serangan sianosis,
apati, kejang, serangan apnea intermiten atau takipnea, tangis yang
melemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan
terdapat gerakan putar mata. Dapat pula timbul keringat dingin, pucat,
hipotermia, gagal jantung dan henti jantung. Sering berbagai gejala timbul
bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut dapat disebabkan oleh
bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak menghilang setelah
pemberian glukosa yang adekuat, perlu dipikirkan penyebab lain.
HIPOGLIKEMIA

G. Stabilisasi
1. Memastikan bayi berada dalam suhu yang hangat
2. Memberikan bantuan oksigenasi bila perlu
HIPOGLIKEMIA

H. Prognosa
Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan
kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari
berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya,
demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat
a) Hipoglikemia neonatus
Berdasarkan tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat digolongkan:
1. Hipoglikemia transisional
2. Hipoglikemia sekunder
3. Hipoglikemia transien
4. Hipoglikemia berat (berulang)
HIPOGLIKEMIA

b) Bayi/Anak
Hipogikemia tergantung dari etiologinya, cenderung kurang berat pada bayi yang
lebih tua dan anak. Tetapi dapat berakibat gangguan kepribadian kelainan pelaku
dan kelainan nerologik. Nampaknya terdapat kepekaan umur khusus pada
Hipogikemia ketosis yang dimulai pada umur 9 ­ 12 bulan dan mencapai puncaknya
pada umur 18 ­ 30 bulan, kemudian sembuh sendiri pada umur 4-7 tahun atau 9-10
tahun.
Adenoma sel beta frekuensi meningkat sesudah masa neonatus yaitu pada umur 5-
15 tahun. Prognosisnya dapat digambarkan sebagai berikut: anak-anak yang
diobati secara bedah 1 meninggal karena tindakan operasi, 1 menderita DM yang
memerlukan insulin, 1 hanya memerlukan insulin selama 28 hari dan 8 mempunyai
sekuele nerologik maupun kepribadian dan tingkah laku. Empat belas anak (56%)
sembuh sempurna.
HIPOGLIKEMIA

I. Rujukan
1. Puskesmas
2. Rumah Sakit
I. Dokumentasi
• Data Subjektif : ibu mengatakan bahwa bayinya lemas, tangisan lemah
• Data objektif : GDA <30 mg/dl
• Assasement : By.Ny.”…” Usia ….. dengan hipoglikemi
• Penatalaksanaan :
menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat → meberikan bantuan oksigenasi bila
perlu → mengecek kadar gula tiap 2 jam
SEPSIS

A.Pengertian
Sepsis adalah infeksi berat yang umumnya disebabkan oleh bakteri,
yang bisa berasal dari organ-organ dalam tubuh seperti paru-paru,
usus, saluran kemih, atau kulit yang menghasilkan toksin / racun yang
menyebabkan system kekebalan tubuh menyerang organ dan jaringan
tubuh sendiri. sepsis dapat mengakibatkan komplikasi yang serius
mengenai ginjal, paru-paru, otak dan pendengaran bahkan kematian.
SEPSIS

B.Gejala
1. Tidak mau minum ASI atau muntah
2. Suhu tubuh >38oC diukur melalui anus atau lebih rendah dari normal, rewel
3. Lemas dan tidak responsive
4. Tidak aktif bergerak
5. Perubahan frekuensi jantung (cepat pada awal sepsis kemudian pelan pada sepsis lanjutan)
6. Bernafas sangat cepat atau kesulitan bernafas
7. Perubahan warna kulit (pucat atau biru)
8. Kuning pada kulit dan mata
9. Ruam kemerahan
10.Kurang produksi urin
SEPSIS

C.Etiologi
1. Sepsis pada BBL hampir selalu disebabkan oleh bakteri, seperti E.coli, listeria
monocytogenes, Neisseria meningiditis, streptokokus group B adalah penyebab sepsis
pada BBL dan bayi <3 bulan.
2. Bayi premature dalam perawatan intensif lebih rentan untuk mengalami sepsis karena
system kekebalan tubuhnya yang belum terbentuk sempurna dan mereka mendapat
perawatan invasive, seperti infuse, kateter, selang pernafasan (ventilator)
3. Tempat masuk infuse atau kateter dapat menjadi jalan masuk bakteri yang normalnya
hidup di permukaan kulit untuk masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi.
4. Pada bayi baru lahir, sepsis terjadi bila bakteri masuk ke dalam tubuh bayi dari ibu
selama kehamilan (riwayat kehamilan ibu dengan DM, eklampsi, maupun penyakit
bawaan) atau persalinan (persalinan dengan tindakan cunam, vakum, SC).
SEPSIS

D.Diagnosis
Gejala sepsis seringkali tidak khas pada bayi, maka diperlukan
bantuan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis sepsis : tes darah, urin, pungsi lumbal
(pengambilan cairan otak dari tulang belakang untuk mengetahui apakah
bayi terkena meningitis), rontgen, dan jika bayi menggunakan
perlengakapan medis seperti infuse maka cairan dalam perlengkapan
medis tersebut akan diperiksa ada tidaknya tanda-tanda infeksi.
SEPSIS

E.Penatalaksanaan
1. Kaji riwayat maternal, identifikasi bayi terkena infeksi
2. Cegah transmisi infeksi (teknik cuci tangan, pertahankan teknik sterilitas
pada tiap tindakan)
3. Observasi (TTV, warna kulit, Intake Output, tonus otot)
F. Komplikasi
Sepsis dapat mengakibatkan komplikasi yang serius mengenai ginjal, paru-
paru, otak dan pendengaran bahkan kematian.
SEPSIS

G. Stabilisasi
1. Mencegah transmisi infeksi
2. Meberikan bantuan oksigenasi bila perlu
H. Rujukan
1. PONED Obgyn / Puskesmas
2. Rumah Sakit
SEPSIS

I. Dokumentasi
• Data Subjektif : ibu mengatakan bahwa bayinya mengalami demam, muntah, tidak
mau minum ASI, serta lemas
• Data objektif : Suhu tubuh >38oC diukur melalui anus atau lebih rendah dari
normal, Bernafas sangat cepat atau kesulitan bernafas, Perubahan warna kulit
(pucat atau biru), Kuning pada kulit dan mata, Ruam kemerahan, Kurang produksi
urin
• Assasement : By.Ny.”…” Usia ….. dengan Sepsis Neonaturum
• Penatalaksanaan :
menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat → Observasi (TTV, warna kulit, Intake
Output, tonus otot)
KEJANG

A.Pengertian
Kejang merupakan salah satu kegawatan yang sering ditemukan dalam
praktek sehari-hari dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi.
Lebih dari sepertiga penderita hidup dengan gejala sisa (sequele).
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus
atau dalam 28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak) Menurut Brown
(1974) kejang adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan
secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi
otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan
Obstetric Neonatal Emergensi Dasar).
KEJANG

B.Gejala
Kejang pada neonatus sangat bervariasi, sehingga seringkali sulit untuk dikenali secara dini.
1. Kejang subtle adalah kejang manifestasinya tidak jelas, bentuknya hampir tidak terlihat,
terutama bila tidak biasa mengenal dan menangani neonatus normal. Gerakan yang
timbul bermacam-macam seperti menghisap, gerakan bola mata yang tidak terkoordinasi,
gerakan anggota gerak yang tidak terkoordinasi, apneu berulang, dan lain-lain
2. Kejang tonis berupa ekstensi kedua tungkai yang sering disertai  ngerakan fleksi anggota
gerak atas. Kejang ini dijumpai pada bayi dengan BBLR
3. Kejang klonus mutifokal adalah gerakan klonus pada satu atau beberpa anggota gerak
yang berpindah-pindah.
4. Kejang neoklonus adalah gerakan seperti reflek moro dengan fleksi semua anggota
gerak. Kejang ini menunujkkan adanya kerusakan luas dari susunan syaraf pusat.
KEJANG

C.Etiologi
1. Metabolik
a. Hipoglikemia
b. Hipokalsemia
c. Hipomagnesemia
d. Hiponatremia dan hipernatremia
e. Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
f. Asfiksia
2. Perdarahan intrakranial
3. Infeksi
4. Genetik/kelainan bawaan
KEJANG

D. Diagnosis
1. Anamnes
a. Anemnesa lengkap mengenai keadaan ibu pada saat hamil
b. Obat yang di minum oleh ibu saat hamil
c. Obat yang diberikan dan yang diperlukan sewaktu persalinan
d. Apakah ada anak dan keluarga yang sebelumnya menderita kejang dan lain-lain.
e. Riwayat persalinan: bayi lahir prematus, lahir dengan tindakan, penolong persalinan, asfiksia neontorum
f. Riwayat immunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan
g. Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional
h. Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah, ekstremitas
i. Riwayat spasme atau kekakukan pada ekstremitas, otot mulut dan perut
j. Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan
k. Riwayat bayi malas minum sesudah dapat minum normal
l. Adanya faktor resiko infeksi
m.Riwayat ibu mendapatkan obat, misal: heroin, metadon, propoxypen, alkohol
n. Riwayat perubahan warna kulit (kuning)
KEJANG

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kejang
1) Gerakan normal pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas
2) Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda, mata berkedip
berputar, juling
3) Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti
4) Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar menonjol, suhu tidak normal
b. Spasme
1) Bayi tetap sadar, menangis kesakitan
2) Trismus, kekakuan otot mulut pada ekstremitas, perut, kontraksi otot, tidak terkendali dipicu
oleh kebisingan, cahaya atau prosedur diagnostik
3) Infeksi tali pusat
3. Pemeriksaan Laboratorium
KEJANG

E.Penatalaksanaan
Sebelum penyakit primer atau sebabnya diketahui, kejang harus
segera ditolong dengan pemberian anti konvulsan, misalnya diberikan
diazepam 0,3-0,5 mg/kg BB IV atau IM
Setelah penyakit primer diketahui, maka pengobatan ditujukan untuk
mengatasinya. Pemberian kortikosteroid pada kejang masih menjadi
kontrversi. Pemberian vitamin K IM pada trauma persalinan sangat
dianjurkan. Koreksi terhadap elektrolit, cairan dan gangguan
metabolisme yang ada.
KEJANG

F. Prognosa
Tergantung dari cepat lambatnya timbul kejang (makin dini timbulnya
kejang, makin tinggi angka kematian dan gejala usia) beratnya penyakit,
fasilitas laboratorium, cepat lambatnya mendapat pengobatan yang
adekuat dan baik tidaknya perawatan.
G. Rujukan
1. Puskesmas
2. Rumah Sakit
KEJANG

H.Dokumentasi
• Data Subjektif : ibu mengatakan bahwa bayinya melakukan gerakan
yang tidak biasa (mata melotot, nafas mengap-mengap)
• Data objektif : gerakan bola mata yang tidak terkoordinasi, gerakan
anggota gerak yang tidak terkoordinasi, apneu berulang
• Assasement : By.Ny.”…” Usia ….. dengan kejang
• Penatalaksanaan :
menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat → pemberian anti
konvulsan
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai