Anda di halaman 1dari 21

dr.

Bayu Agus Widianto,SpOG


dr. Bintari Puspasari, SpOG
 Disebut juga: kehamilan serotinus, kehamilan
lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged
pregnancy, extended pregnancy, post date, pasca
maturitas

 WHO (1977), FIGO (1986):


Adalah kehamilan yang berlangsung sampai
42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari
HPHT menurut rumus Naegele dengan siklus
haid rata-rata 28 hari
 Belum jelas, beberapa teori yang diajukan:
1. Pengaruh Progesteron
Progesteron ↓  memacu proses biomolekuler
 sensitivitas uterus terhadap oksitosin 

2. Teori Oksitosin
Kurangnya pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu
3. Teori Kortisol / ACTH janin
 tiba-tiba kadar kortisol plasma janin 
mempengaruhi plasenta  progesteron ↓,
estrogen  produksi prostaglandin  
kontraksi (+)

4. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus
Frankenhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus
5. Herediter
Ibu yang mengalami kehamilan postterm,
memiliki kecenderungan untuk mengalami
kehamilan postterm lagi pada kehamilan
berikutnya
Ibu dengan kehamilan postterm dan
melahirkan anak perempuan, kemungkinan
besar anak tersebut akan mengalami kehamilan
postterm juga
 Sekitar 22% diagnosis kehamilan postterm
tidak dapat ditegakkan secara pasti
 Ada beberapa cara yang dapat digunakan
untuk menentukan usia kehamilan:
1. Riwayat haid:
Mudah bila HPHT diketahui secara pasti,
dengan syarat:
- pasien harus yakin betul dengan HPHT-nya
- Siklus haid 28 hari & teratur
- Tidak KB minimal 3 bulan
2. Riwayat pemeriksaan Antenatal
- tes kehamilan
- Gerak janin :
biasanya mulai dirasa pada usia kehamilan 18
minggu (primi) & 16 minggu (multi)
- Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dengan stetoskop Laennec : 18 – 20 minggu
Dengan doppler : 10 – 12 minggu
- Tinggi Fundus uteri

½ pusat – simfisis: 16 minggu


sepusat: 22 minggu
½ pusat – prosesus xyphoideus: 28 minggu
Setelah 24 minggu bisa diperkirakan secara
kasar dengan perhitungan sentimeter sesuai
dengan minggu usia kehamilan
- Ultrasonografi (USG)
Trimester I (pengukuran CRL)
 kesalahan < 5 hari
Trimester II  kesalahan 1 -2 minggu
Trimester III  kesalahan 4 minggu
- Pemeriksaan Radiologi
Menilai Pusat penulangan
Epifisis femur bag distal: 32 minggu
Epifisis tibia proksimal: 36 minggu
Epifisis kuboid: 40 minggu
 cara2 ini jarang dipakai karena pengenalan
pusat penulangan sulit
- Pemeriksaan Laboratorium:

1. Kadar Lesitin / Spingomielin


Jika kadar lesitin & spingomielin sama, usia
kehamilan sekitar 22 – 28 minggu
Jika kadar lesitin 1,2 x kadar spingomielin,
usia kehamilan sekitar 28 – 32 minggu
Kahamilan genap bulan kadar lesitin 2 x kadar
spinfomielin
2. Aktivitas Tromboplastin Cairan Amnion
(ATCA)
Hastwell membuktikan bahwa cairan amnion
mempercepat waktu pembekuan darah.
Aktivitas ini meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia kehamilan
Usia kehamilan 41-42 minggu: ATCA berkisar
45 – 65 detik
Usia kehamilan > 42 minggu: ATCA < 45 detik
Bila didapat ATCA 42 – 46 detik  kehamilan
lewat waktu
3. Sitologi Cairan Amnion
Pengecatan Nile Blue Sulphate dapat melihat sel
lemak pada cairan amnion
Bila jumlah sel yg mengandung lemak > 10%,
usia kehamilan diperkirakan 36 minggu
Bila 50% atau lebih usia kehamilan 39 minggu
atau lebih

4. Sitologi vagina
Indeks kariopiknotik > 20%, mempunyai
sensitivitas 75%
 Perubahan pada plasenta
- Penimbunan kalsium
- Selaput vaskulosinsisial menjadi tebal dan
jumlahnya berkurang  mekanisme transpor
plasenta ↓
- Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta
edema, timbunan fibrinoid, fibrosis intervili
dan infark vili
- Perubahan biokimia: aliran natrium, kalium &
glukosa ↓, pengangkutan asam amino, lemak,
gama globulin terganggu  PJT
 Pengaruh pada Janin
- Berat janin : cenderung makrosomia
- Sindroma postmaturitas:
Gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit
kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak
subkutan), kuku panjang, tulang tengkorang
keras, verniks kaseosa & lanugo (-), maserasi
kulit terutamadaerah lipat paha & genitalia
eksterna, warna coklat kehijauan atau
kekuningan pada kulit & tali pusat, rambut
kepala banyak (tebal)
- Gawat janin sampai kematian perinatal
Sebagian besar terjadi intra partum, biasanya
disebabkan:
makrosomia distosia, fraktur klavikula, dll
Insufisiensi plasenta  PJT, oligohidramnion,
keluarnya mekonium, hipoksia janin
Cacat bawaan anensefalus, hipoplasi adrenal
Komplikasi bayi baru lahir  suhu tidak stabil,
hipoglikemia, polisitemia & kelainan
neurologik
 Pengaruh pada Ibu
Morbiditas & mortalitas meningkat krn
makrosomia, tulang tengkorak lebih keras,
partus lama, partus dengan tindakan, dll

Aspek emosi: cemas karena belum lahir juga

Aspek mediko legal: masalah dlm kedudukan


ayah sehubungan dengan usia kehamilan
 Beberapa hal yang harus diperhatikan:
- Pastikan apakah memang sdh terjadi lewat
waktu
- Identifikasi kondisi janin NST/CST, gerak
janin, amnioskopi, profil biofisik
-Tentukan kematangan serviks
 Pengelolaan selama persalinan:
- Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas
uterus) dan kesejahteraan janin
- Hindari penggunaan obat penenang atau
analgetika
- Awasi jalannya persalinan
- Persiapan Oksigen dan partus dengan
tindakan (forceps s/d SC) bila sewaktu-waktu
terjadi gawat janin
- Hati-hati kemungkinan terjadi distosia bahu
terutama pada bayi besar
- Cegah terjadinya aspirasi mekonium
- Segera setelah bayi lahir, periksa terhadap
kemungkinan terjadinya hipotermi,
hipoglikemi, hipovolemi, polisitemi
- Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan
tanda-tanda postmaturitas

Anda mungkin juga menyukai