Laporan Kasus
KALA II MEMANJANG
Oleh:
Pembimbing:
dr. Awan Nurtjahyo, Sp.OG(K)
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Kala II Memanjang
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Univesitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 30
Juni-12 September 2016
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan anugerah-
Nya lahlaporan kasusyang berjudul Persalinan Pretermini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun sebagai syarat ujian di bagian Obstetrik dan
Ginekologi. Tujuan disusunnya laporan kasus ini agar dapat mengetahui mengenai
persalinan preterm. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Awan
Nurtjahyo, Sp.OG(K) yang telah membimbing dan meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam penyusunan laporan kasusini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada sahabat dan teman-teman sejawat di bagian
ilmu penyakit dalam yang telah membantu dan memberi dukungan kepada
penulis.
Akhir kata, laporan kasus ini hanyalah sebentuk kecil tulisan yang masih
mengharapkan banyak kritik dan saran sehingga dalam perkembangannya dapat
menjadi lebih baik lagi. Semoga bermanfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II STATUS PASIEN .................................................................................... 2
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi .......................................................................................... 8
3.2 Epidemiologi ................................................................................. 8
3.3 Faktor predisposisi.........................................................................8
3.4 Gejala Klinis...................................................................................13
3.5 Diagnosis........................................................................................13
3.6 Penatalaksanaan ............................................................................. 15
3.7 Komplikasi..................................................................................... 15
3.8 Prognosis ....................................................................................... 29
3.9 Ekstraksi Forceps ........................................................................... 29
BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identifikasi
Nama : Ny. AN
Umur : 27 tahun
Alamat : Dusun 1 Rt. 02 Kelurahan Lebak Pering,
Kecamatan Pemulutan Selatan Kabupaten Ogan Ilir
Sumatera selatan
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 26 Juli 2016 pukul 21:36
No. RM : 963273
Keluhan Tambahan
Perut mules
Riwayat Perkawinan
Satu kali, lamanya 2 tahun
Riwayat Penggunaan KB
Belum pernah menggunakan KB.
Riwayat Reproduksi
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : teratur, lamanya 7 hari, siklus 30 hari
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut
Riwayat Persalinan
1. 2015, Perempuan, berat bayi lupa, usia kehamilan 6 bulan, (+)
dalam kandungan
2. Hamil ini
2.3 Status Presens (Tanggal 26 Juli 2016, Bangsal Enim, kamar 2.1)
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/m, reguler, isi dan tegangan cukup
Laju nafas : 20 x/m, irama teratur
Suhu : 36,5 0C
Berat Badan : 59 kg
Tinggi Badan : 154 cm
Bentuk Badan : mesomorf
Gizi : baik
Kepala : mata conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), atrofi papil (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran KGB (-)
Payudara : hiperpigmentasi -/-
Jantung I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS II
Batas Kanan LS dextra
Batas Kiri LMC sinistra
A : BJ I&II (+), Murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru I : Statis dan dinamis simetris
P : Stem fremitus kanan = kiri
P : Sonor di kedua lapangan paru
A: Vesikuler (+),Rhonki (-/-),Wheezing (-/-)
Hati dan Lien : dalam batas normal
Edema Pretibial : (-)/(-)
Varises : (-)
Refleks Fisiologis : (+)/(+)
Refleks Patologis : (-)/(-)
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung
Palpasi : FUT 3 jbpx (30 cm), punggung kiri, memanjang, kepala, U
2/5, His 2x dalam 10 menit lamanya 20 detik, DJJ 142 x/menit, TBJ 2790
gr
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher:
Portio tak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-), jernih, bau (-), kepala
H III, petunjuk UUK kiri depan
2.7 Penatalaksanaan
Observasi TVI, HIS, DJJ
Periksa Lab Darah rutin, Urin rutin
IVFD RL Gtt xx/m
Ceftriaxon 2x1 g IV (skin test)
6
2.8 Prognosis
Vitam : bonam
Functionam : dubia ad bonam
27 Februari 2016
S = Nyeri habis melahirkan
O = KU : Tampak sakit sedang T : 36,5oC
TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/m
N : 80 x/m
Skala Nyeri: 1
Perdarahan tidak aktif
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Partus lama disebut juga distosia, didefinisikan sebagai persalinan yang
abnormal atau sulit. Partus lama dapat terjadi pada kala I maupun kala II. Pada
kala II memanjang diawali dengan pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20
menit untuk multipara
Pada ibu dengan paritas tinggi yang vagina dan perineumnya sudah
melebar, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin
cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya pada seorang ibu dengan panggul
sempit atau janin besar, atau dengan kelainan daya ekspulsif akibat anesthesia
regional atau sedasi yang berat maka kala II dapat saja memanjang
3.2. Epidemiologi
Di Indonesia partus lama masih merupakan masalah penting yang harus
ditanggulangi karena partus lama sampai dengan partus kasep dapat menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayi. Di negara berkembang
angka kematian ibu melahirkan hampir mencapai setengah juta per tahun dimana
di Indonesia merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara yakni 39.000 kematian
ibu per tahun. Menurut survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 proporsi
kematian ibu adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT 1992
proporsi kematian ibu adalah 421 per 100.000 kelahiran hidup. Proporsi terbanyak
kematian ibu paling banyak disebabkan karena perdarahan, partus kasep, partus
lama, serta hipertensi
- keterlambatan merujuk
Terdapat beberapa faktor yang merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya partus lama antara lain :1,2,5
menjadi lebih kecil daripada standar normal, sehingga bisa terjadi kesulitan dalam
persalinan pervaginam. Terutama kelainan pada panggul android dapat
menimbulkan distosia yang sukar diatasi
Di samping panggul-panggul sempit karena ukuran-ukuran pada 4 jenis
pokok tersebut di atas kurang dari normal, terdapat pula panggul-panggul sempit
yang lain, yang umumnya juga disertai perubahan dalam bentuknya. Menurut
klasifikasi yang dianjurkan oleh Munro Kerr, kelainan panggul ini dapat
digolongkan sebagai berikut :
a) Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterin :
1. Panggul Naegele
2. Panggul Robert
3. Split pelvis
4. Panggul asimilasi
b) Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang-tulang panggul dan/atau
sendi panggul :
1. Rakitis
2. Osteomalasia
3. Neoplasma
4. Fraktur
5. Atrofi,karies, nekrosis
6. Penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea
c) Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang :
1. Kifosis
2. Skoliosis
3. Spondilolistesis
d) Perubahan bentuk karena penyakit kaki :
1. koksitis
2. luksasio koksa
3. atrofi atau kelumpuhan satu kaki
Pemeriksaan umum kadang-kadang membawa pikiran ke arah kemungkinan
kesempitan panggul. Sebagaimana adanya tuberculosis pada kolumna vertebra
atau pada panggul, luksasio koksa kengenitalis dan poliomyelitis dalam anamnesis
member petunjuk pentingkan. Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan catra
pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan keterangan lebih banyak tentang
12
keadaan panggul. Pelvimetri luar tidak banyak artinya, kecuali untuk pengukuran
pintu bawah panggul, dan dalam beberapa hal penting seperti panggul miring.
Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai
secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah dan untuk member
gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Keadaan panggul
merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang tidak
kurang penting ialah hubungan kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala
janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukan adanya
disproporsi sepalopelvik atau tidak. Pada hamil tua dengan janin dalam presentasi
kepala dapat dinilai agak kasar adanya disproporsi sepalopelvik dan kemungkinan
mengatasinya. Salah satu pemeriksaan yang dikenal adalah metode Muller
Munrokerr yaitu tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya
kearah rongga panggul sedang dua jari tangan yang lain dimasukkan kedalam
rongga vagina untuk menentukan sampai seberapa jauh kepala mengikuti tekanan
tersebut. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih.
Kesempitan pada panggul tengah umumnya juga disertai kesempitan pintu bawah
panggul.
Kesempitan Pada Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dikatakan sempit apabila konjugata vera kurang dari 10
cm atau diameter transfersal kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata vera
pada umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran
(panggul sempit seluruhnya) oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih
besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini servik
uteri kurang mengalami penekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia
uteri serta lambannya pendataran dan pembukaan servik.
Kesempitan Panggul Tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna dinding-dinding panggul tidak
berkonvegensi, foramen ischiadikus mayor cukup luas dan spina ischiadika tidak
menonjol kedalam dan dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan
menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Ukuran terpenting yang
hanya bisa ditetapkan dengan pelvimetrirontenologik ialah distansia interpinarum.
Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm perlu kita waspada terhadap kemungkinan
kesukaran pada persalinan, apalagi bila diameter sagitalis posterior pendek pula.
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
13
posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (tranverse
arrest).
Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, tetapi terdiri atas
segi tiga depan dan segi tiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni
distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa,
maka sudut arkus pubis mengecil pula (kurang dari 80 '). Agar supaya dalam hal
ini kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada belakang
pintu bawah panggul. Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang,
persalinan pervaginam dapat dilaksanakan, walaupun dengn perlukaan luas pada
perineum.
Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.
Bahaya bagi ibu antara lain dapat terjadi partus lama yang disertai pecahnya
ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidradrasi serta asidosis
dan infeksi intrapartum. Dengan his yang kuat sedang kemajuan janin dalam jalan
lahir tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan
lingkaran retraksi patologis (bandl) yang mengancam timbulnya rupture uterus.
Selain itu, disproposi ini, jalan lahir pada suatu tempat dapat mengalami suatu
penekanan yang lama sehingga terjadi iskemia dan nekrosis pada tempat tersebut.
Sedangkan bahaya bagi janin dapat menimbulkan kematian perianal, prolapsus
funikuli serta dapat menimbulkan moulage pada kepala janin.
3.5 Diagnosis
Diagnosis dari partus kala II lama dapat ditegakkan berdasarkan hasil
observasi yang melewati garis tindakan pada partograf WHO. Selain itu terdapat
tanda-tanda klinis yang dapat membantu diagnosis.
1. Adanya tanda-tanda dan gejala klinis partus lama seperti :
o Ibu kelelahan dan dehidrasi
o Vulva edema
15
3.6 Penatalaksanaan
2. Terminasi persalinan
a. Bila syarat persalinan pervaginam memenuhi, dilakukan ekstraksi
vakum atau ekstraksi forseps atau embriotomi
b. Bila syarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi maka dilakukan
seksio sesaria
3.7 Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan pada partus kala II lama yaitu :
1. Komplikasi pada janin seperti :
a. Kaput Suksedanium yang besar
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput
17
suksedanium yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius. Kaput
dapat hampir mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap.
Biasanya kaput suksedanium, bahkan yang besar sekalipun akan menghilang
dalam beberapa hari.
b. Molase Kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling
bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut
molase (moulding). Biasanya batas median yang berkontak dengan promontorium
bertumpang tindih dengan tulang di sebelahnya, hal yang sama terjadi pada
tulang-tulang frontal. Namun tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal.
Perubahan ini sering tidak menimbulkan kerugian yang nyata, namun apabila
distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan tentorium.
Faktor yang berkaitan dengan molase yakni nuliparitas, stimulasi persalinan
dengan oksitosin dan pengeluaran janin dengan ekstraksi vakum.
c. Fetal distress
Persalinan yang lama dapat menyebabkan hipoksia, asidosis pada janin,
infeksi intrauterine yang akan menyebabkan kegawatan pada janin dimana hal
tersebut diketahui dari hasil pantauan denyut jantung janin yang meningkat
(takikardi), tidak teratur atau dengan kardiotokografi ditemukan hasil yang
patologis berupa takikardi yang selanjutnya diikuti deselerasi lambat.
d. Kematian janin
3.8 Prognosis
Prognosis dari partus kala II lama ini ditentukan oleh kecepatan dan
ketepatan dalam mendiagnosis serta menanganinya. Semakin lama partus tersebut
berlangsung, maka semakin besar kemungkinan terjadinya partus lama dan
semakin banyak komplikasi yang ditimbulkan baik pada ibu maupun pada
janinnya hingga terjadinya partus kasep.
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah mencapai dasar
panggul. Cara ini yang masih sering dipakai hingga saat ini
Syarat Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps:
1. Pembukaan lengkap
2. Presentasi belakang kepala
3. Panggul luas / tidak ada DKP
4. Ketuban sudah pecah
5. Kepala sudah engaged, sudah berada di dasar panggul
6. Janin tunggal hidup
Cara Pemasangan Forceps :
1. Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)
Dimana forceps dipasang biparietal, atau sumbu panjang forceps sejajar
dengan diameter mento-occiput kepala janin. Pemasangan sefalik adalah cara
yang paling aman baik untuk ibu maupun janin
2. Pemasangan pelvic (Pelvic forceps)
Dimana pemasangannya dalam keadaan sumbu panjang forceps sejajar
dengan sumbu panjang panggul.
Pemasangan forceps yang sempurna , jika memenuhi kriteria berikut:
1. Forceps terpasang biparietal kepala , atau sumbu panjang forceps sejajar
dengan sumbu diameter mento-oksiput kepala janin, melintang terhadap
panggul
2. Sutura sagitalis berada di tengah kedua daun forceps yang terpasang, dan
tegak lurus dengan forceps
3. Ubun ubun kecil berada kira-kira 1 cm di atas bidang tersebut
Persiapan dalam ekstraksi forceps:
1. Persiapan ibu :
a. Litotomi set,
b. Forceps,
c. Vulva dicukur,
d. Kandung kemih dikosongkan,
e. Infuse bila diperlukan,
32
f. Narkose,
g. Gunting episiotomy
h. Hecting set
i. Uterotonika
2. Persiapan untuk janin
a. Kain bersih
b. Alat resusitasi
3. Persiapan untuk dokter
a. Alat pelindung diri
b. Ilmu pengetahuan yang cukup
Prosedur/ Langkah Dalam Melakukan Forceps:
1. Membayangkan forceps sebelum dipasang
2. Memasang forceps
3. Mengunci forceps
4. Memeriksa kembali pemasangan
5. Traksi percobaan
6. Traksi definitif
7. Melepaskan forceps
1. Membayangkan
Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva , memegang
kedua forceps dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana forceps
terpasang pada kepala
33
2. Memasang forceps
Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang
dipasang adalah forceps kiri terlebih dahulu, yaitu forceps yang dipegang tangan
kiri penolong dan dipasang di sisi kiri ibu.
Forceps kiri dipegang dengan cara seperti memegang pensil, dengan
tangkai forceps sejajar dengan paha kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan
penolong masuk ke dalam vagina. Forceps secara perlahan dipasang dengan
bantuan ibu jari tangan kanan. Jadi bukan tangan kiri yang mendorong forceps
masuk ke dalam vagina.
Setelah forceps kiri terpasang, asisten membantu memegang forceps kiri
tersebut agar tidak berubah posisi. Dan penolong segera memasang forceps kanan,
yaitu forceps yang dipegang oleh tangan kanan penolong, dan dipasang di sisi
kanan ibu. Forceps kanan dipegang seperti memegang pensil, dengan tangkai
forceps sejajar dengan paha kiri ibu, sambil empat jari tangan kiri penolong masuk
ke dalam vagina. Forceps dipasang dengan tuntunan ibu jari tangan kiri penolong.
Setelah forceps terpasang , dilakukan penguncian
34
3. Penguncian Forceps
Penguncian dilakukan setelah forceps terpasang. Bila penguncian sulit
dilakukan, jangan dipaksa, tapi periksa kembali apakah pemasangan telah benar,
dan dicoba pemasangan ulang. Apabila forceps kir yang dipasang duluan, maka
penguncian dilakukan secara langsung, dan bila forceps kanan yang dipasang
duluan , maka forceps dikunci secara tidak langsung.
35
4. Pemeriksaan Ulang
Setelah forceps terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan ulang,
apakah forceps telah terpasang dengan benar, dan tidak ada jalan lahir / jaringan
yang terjepit
5. Traksi Percobaan
Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi
percobaan. Penolong memegang pemegang forceps dengan kedua tangan , sambil
jari telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh kepala janin, lalu dilakukan
tarikan. Apabila jari telunjuk dan tengan tangan kiri tidak menjauh dari kepala
janin, berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi
definitive. Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala janin,
berarti forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan pemasangan
ulang.
6. Traksi defrinitif
Traksi definitive dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang
forceps dan penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya menggunakan
otot lengan. Arah tarikan dilakukan sesuai dengan bentuk panggul. Pertama
dilakukan tarikan forceps ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai hipomoklion,
lalu tangan kiri segera menahan perineum saat kepala meregang perineum.
Kemudian dilakukan traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan
36
sambil tangan kiri menahan perineum. Kemudian lahirlah dahir, mata, hidung,
mulut bayi.
7. Melepaskan forceps
Setelah kepala bayi lahir, maka forceps dilepaskan dan janin dilahirkan
seperti persalinan biasa.
37
BAB IV
ANALISIS KASUS
Ny. AN usia 27 tahun G2P1A0 dengan hamil cukup bulan dirujuk ke RSMH.
Pada riwayat perjalanan penyakitnya didapatkan sekitar 5 jam sebelum masuk
rumah sakit, os mengeluh perut mulas menjalar ke pinggang, hilang timbul yang
makin lama semakin sering dan kuat. Riwayat keluar darah lendir (+), hal ini
menunjukkan bahwa pada pasien telah terlihat adanya tanda-tanda inpartu.
Riwayat keluar air-air (+), hal ini menunjukkan ketuban kemungkinan sudah
pecah. Riwayat trauma (-), riwayat post coital (-), riwayat minum jamu-jamuan (-
), riwayat keputihan (-), riwayat perut diurut-urut (-), riwayat demam (-), riwayat
alergi (-), dan riwayat sakit gigi (-) menyingkirkan adanya penyulit lain. Os lalu
kebidan dan dipimpin melahirkan selama lebih dari 2 jam, namun tidak ada
kemajuan, hal ini menunjukkan adanya kala II memanjang, dimana median durasi
normalnya kala II adalah 20 menit untuk multipara. Os mengaku hamil cukup
bulan dan gerakan janin masih dirasakan, hal ini menunjukkan kemungkinan janin
hidup.
Pada pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 3 jari di bawah prosesus
xiphoideus (30 cm) dengan perkiraan usia kehamilan 38-40 minggu, dengan
bagian yang berada pada bagian fundus uteri adalah bokong. Letak memanjang,
punggung kiri, bagian terbawah adalah kepala, dapat disimpulkan janin
merupakan presentasi kepala. Pada pemeriksaan his didapatkan his 2 kali dalam
10 menit, lamanya 20 detik, hal ini menunjukkan his tidak adekuat, his yang tidak
adekuat termasuk kedalam faktor predisposisi dari terjadinya partus lama, yaitu
faktor tenaga, kelainan his pada multigravida paling sering diakibatkan oleh
inersia uteri, emosi dan ansietas juga dapat mengakibatkan terjadinya kelainan
pada his walaupun tidak secara signifikan berpengaruh. Detak jantung janin 142
x/menit reguler, hal ini menunjukkan tidak adanya fetal distress dimana medians
normalnya antara 120-160 x/menit.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tidak teraba, pembukaan lengkap,
kepala bagian belakang, ketuban (-), jernih, bau (-), penunjuk UUK kiri depan.
41
42
Hal ini menunjukkan bahwa pasien telah memasuki fase aktif pada kala II dengan
presentasi bokong.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien sudah
pernah hamil 2 kali, melahirkan 1 kali, dan belum pernah abortus, kemudian usia
kehamilan 38 minggu, sudah inpartu, pada kala I fase aktif. Pasien hamil cukup
bulan, kontraksi his yang makin lama makin sering dan kuat. Kemudian pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik juga didapatkan bahwa letak janin adalah
presentasi kepala. Maka dari itu diagnosis pada pasien ini adalah G2P1A0 hamil 38
minggu inpartu kala I fase aktif dengan JTH preskep. Faktor risiko yang
memungkinkan terjadinya kala II memanjang pada kasus ini adalah faktor tenaga.
Riwayat kala II memanjang sebelumnya tidak ada.
Pada pasien dilakukan persalinan pervaginam hal ini dikarenakan syarat
dalam melakukan persalinan pervaginam sudah terpenuhi, adapun syarat dalam
melakukan persalinan pervagian adalah sebagai berikut: (1) pembukaan lengkap;
(2) presentasi belakang kepala; (3) panggul luas/tidak ada DKP; (4) ketubah sudah
pecah; (5) kepala sudah berada di dasar panggul; (6) Janin tunggal hidup. Seperti
yang disebutkan diatas, persalinan pervaginam sudah dapat dilakukan,
dikarenakan his yang inadekuat maka persalinan pervaginam pada kasus ini
dibantuk dengan forceps. Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu adalah
observasi tanda vital, his, dan DJJ. Diberikan pula resusitasi cairan IVFD RL 500
cc dengan 20 tetesan per menit. Pengecekan laboratorium darah rutin dan kimia
darah perlu dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan-kelainan lain yang bisa
menjadi penyulit atau mengakibatkan komplikasi.
Pukul 21.30 lahir neonatus hidup dengan forceps, perempuan, BB 3100 gr,
PB: 52 cm, Apgar Score 8/9. Kemudian dilakukan manajemen aktif kala III yaitu
injeksi oksitosin 10 IU im, masase fundus uteri, peregangan tali pusat terkendali.
Pukul 21.35 plasenta lahir lengkap, BP 550 gram, PTP 48 cm, ukuran 19x19 cm2.
Dilakukan eksplorasi, portio intak, tidak ditemukan perluasan luka episiotomi.
Luka episiotomi dijahit secara jelujur dan subkutikuler dengan chromic catgut 2.0.
Perdarahan aktif (-). Keadaan umum ibu post partum baik.
43
DAFTAR PUSTAKA
14. Weiss JL, Malone FD, Vidaver J, et al. Threatened abortion: A risk factor
for poor pregnancy outcome, a population-based screening study. Am J
Obstet Gynecol 2004; 190:745-50.
15. Johns J, Jauniaux E. Threatened miscarriage as a predictor of obstetric
outcome. Obstet Gynecol 2006; 107:845-50.
16. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas
Kesehatan (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012
17. Winkjosastro, Gulardi Hanifa. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal)
18. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal
19. Keman K. Fisiologi dan mekanisme persalinan normal. Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH (editor),In: Ilmu Kebidanan, Edisi
Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.
20. Mose J, Alamsyah M. Persalinan Lama. Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH (editor),In: Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.