Anda di halaman 1dari 35

i

Laporan Kasus

KALA II MEMANJANG

Oleh:

Ahmad Rifky Rizaldy, S. Ked 04084821517072


Kartika Luthfiana, S. Ked 04054821618113
Rizkia Retno Dwiningrum, S. Ked 04054821618114
Fauzan Ditiaharman, S. Ked 04054821618122
Abdillah Husada, S.Ked 04084821618164

Pembimbing:
dr. Awan Nurtjahyo, Sp.OG(K)

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNSRI


RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2016
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Kala II Memanjang

Oleh:

Ahmad Rifky Rizaldy, S. Ked 04084821517072


Kartika Luthfiana, S. Ked 04054821618113
Rizkia Retno Dwiningrum, S. Ked 04054821618114
Fauzan Ditiaharman, S. Ked 04054821618122
Abdillah Husada, S.Ked 04084821618164

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Univesitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 30
Juni-12 September 2016

Palembang, Agustus 2016

dr. Awan Nurtjahyo, Sp.OG(K)


iii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan anugerah-
Nya lahlaporan kasusyang berjudul Persalinan Pretermini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini disusun sebagai syarat ujian di bagian Obstetrik dan
Ginekologi. Tujuan disusunnya laporan kasus ini agar dapat mengetahui mengenai
persalinan preterm. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Awan
Nurtjahyo, Sp.OG(K) yang telah membimbing dan meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam penyusunan laporan kasusini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada sahabat dan teman-teman sejawat di bagian
ilmu penyakit dalam yang telah membantu dan memberi dukungan kepada
penulis.
Akhir kata, laporan kasus ini hanyalah sebentuk kecil tulisan yang masih
mengharapkan banyak kritik dan saran sehingga dalam perkembangannya dapat
menjadi lebih baik lagi. Semoga bermanfaat.

Palembang, Agustus 2016

Penulis
iv

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II STATUS PASIEN .................................................................................... 2
BAB IIITINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi .......................................................................................... 8
3.2 Epidemiologi ................................................................................. 8
3.3 Faktor predisposisi.........................................................................8
3.4 Gejala Klinis...................................................................................13
3.5 Diagnosis........................................................................................13
3.6 Penatalaksanaan ............................................................................. 15
3.7 Komplikasi..................................................................................... 15
3.8 Prognosis ....................................................................................... 29
3.9 Ekstraksi Forceps ........................................................................... 29
BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
v
1

BAB I
PENDAHULUAN

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks,


persalinan lahirnya bayi, placenta dan membran dari rahim ibu. Persalinan dan
kelahiran merupakan kejadian fisiologis serta peristiwa alamiah yang sangat
dinantikan oleh ibu dan keluarga selama sembilan bulan. Ketika proses persalinan
dimulai, peran ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peran petugas kesehatan
adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi serta
bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan ibu bersalin.19
Partus lama disebut juga distosia, didefinisikan sebagai persalinan yang
abnormal atau sulit. Partus lama dapat terjadi pada kala I maupun kala II. Pada
kala II memanjang diawali dengan pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20
menit untuk multipara. Di Indonesia partus lama masih merupakan masalah
penting yang harus ditanggulangi karena partus lama sampai dengan partus kasep
dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayi. Di
negara berkembang angka kematian ibu melahirkan hampir mencapai setengah
juta per tahun dimana di Indonesia merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara
yakni 39.000 kematian ibu per tahun.20
Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius, seperti infeksi
intrapartum, ruptur uteri, cincin retraksi patologis, pembentukan fistula, cedera
otot-otot dasar panggul, maka dari itu tindakan segera harus segera dilakukan,
salah satunya adalah persalinan tindakan pervaginam dengan forsep atau ekstraksi
vacum, tindakan ini dilakukan apabila syarat persalinan pervaginam dipenuhi dan
apabila ada indikasi antara lain: Gawat janin, kelelahan ibu, persalinan lama kala
II dan preeklamsi berat. Persalinan secsio sesarea dilakukan apabila ada indikasi
dispoporsi kepala panggul, plasenta previa, malposisi dan malpresentasi, serta
riwayat obstetri buruk. Dalam laporan kasus ini akan dibahas mengenai definisi,
etiologi, patofisiologi, dan penatalaksanaan persalinan kala II lama, serta
bertujuan untuk menganalisa kasus sesuai dengan tinjauan pustaka.20,4,5
2

BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identifikasi
Nama : Ny. AN
Umur : 27 tahun
Alamat : Dusun 1 Rt. 02 Kelurahan Lebak Pering,
Kecamatan Pemulutan Selatan Kabupaten Ogan Ilir
Sumatera selatan
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 26 Juli 2016 pukul 21:36
No. RM : 963273

2.2 Anamnesis (26 Juli 2016, Bangsal Enim, kamar 2.1)


Keluhan Utama
Mau melahirkan dengan anak tak lahir-lahir

Keluhan Tambahan
Perut mules

Riwayat Perjalanan Penyakit

5 jam sebelum masuk rumah sakit Os mengeluh perut mules


menjalar kepinggang, hilang timbul , makin lama makin kuat dan sering,
keluar air - air dari kemaluan (+), keluar darah lendir (+).Riwayat trauma
(-), riwayat post coital (-), riwayat minum jamu-jamuan (-), riwayat
keputihan (-), riwayat perut diurut-urut (-), riwayat demam (-), riwayat
alergi (-), dan riwayat sakit gigi (-). Os lalu kebidan dan dipimpin
melahirkan selama lebih dari 2 jam, tapi anak tak keluar-keluar, lalu os
dirujuk ke RSMH. Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin
masih dirasakan.
3

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat darah tinggi disangkal
- Riwayat demam disangkal
- Riwayat trauma dan perut diurut- urut disangkal
- Riwayat HIV/ AIDS disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit dalam keluarga disangkal

Riwayat Perkawinan
Satu kali, lamanya 2 tahun

Riwayat Penggunaan KB
Belum pernah menggunakan KB.

Riwayat Reproduksi
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : teratur, lamanya 7 hari, siklus 30 hari
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut

Riwayat Kehamilan Sekarang


HPHT : 30 Oktober 2015
Taksiran persalinan : -

Riwayat Persalinan
1. 2015, Perempuan, berat bayi lupa, usia kehamilan 6 bulan, (+)
dalam kandungan
2. Hamil ini

Riwayat Sosial Ekonomi


Menengah ke bawah
4

2.3 Status Presens (Tanggal 26 Juli 2016, Bangsal Enim, kamar 2.1)
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/m, reguler, isi dan tegangan cukup
Laju nafas : 20 x/m, irama teratur
Suhu : 36,5 0C
Berat Badan : 59 kg
Tinggi Badan : 154 cm
Bentuk Badan : mesomorf
Gizi : baik
Kepala : mata conjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), atrofi papil (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, Pembesaran KGB (-)
Payudara : hiperpigmentasi -/-
Jantung I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas atas ICS II
Batas Kanan LS dextra
Batas Kiri LMC sinistra
A : BJ I&II (+), Murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru I : Statis dan dinamis simetris
P : Stem fremitus kanan = kiri
P : Sonor di kedua lapangan paru
A: Vesikuler (+),Rhonki (-/-),Wheezing (-/-)
Hati dan Lien : dalam batas normal
Edema Pretibial : (-)/(-)
Varises : (-)
Refleks Fisiologis : (+)/(+)
Refleks Patologis : (-)/(-)

2.4 Status Ginekologi (Tanggal 26 Juli 2016 IGD)


5

Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung
Palpasi : FUT 3 jbpx (30 cm), punggung kiri, memanjang, kepala, U
2/5, His 2x dalam 10 menit lamanya 20 detik, DJJ 142 x/menit, TBJ 2790
gr

Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher:
Portio tak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-), jernih, bau (-), kepala
H III, petunjuk UUK kiri depan

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium ( 26 Juli 2016 IGD)
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Hb 9,0 11.7-15.5 g/dL
2 Eritrosit 3,70 4,0- 5,7 108/mm3
3 Leukosit 14,5.103 4.5-11.0 103/mm3
4 Hematokrit 30 35-45 %
5 Trombosit 284.103 150-450 103/L
1 Basofil 0 0-1%
2 Eosinofil 0 1-6%
3 Neutrofil 88 50-70%
4 Limfosit 7 20-40 %
5 Monosit 5 2-8 %

2.6 Diagnosis Kerja


G2 P1A0 hamil 38 minggu impartu kala II lama JTH Presentasi kepala

2.7 Penatalaksanaan
Observasi TVI, HIS, DJJ
Periksa Lab Darah rutin, Urin rutin
IVFD RL Gtt xx/m
Ceftriaxon 2x1 g IV (skin test)
6

Akhiri kala II dengan tindakan ekstraksi forceps

2.8 Prognosis
Vitam : bonam
Functionam : dubia ad bonam

2.9 Laporan Operasi


Waktu Tindakan
Pukul 21.23 Tampak pasien ingin mengedan kuat,
pada pemeriksaan dalam didapatkan:
Portio tak teraba, vulva edema
(-)
Pembukaan lengkap
Ketuban (-), jernih, bau (-)
Terbawah kepala
UUK kiri depan
Kepala H III
D/ G1P1A0 hamil 38 minggu impartu
kala II lama JTH Preskop
Tindakan
Pimpin persalinan
Episiotomi mediolateral
Pukul 21.25 Tindakan dimulai
Penolong membayangkan posisi
forceps terpasang di depan
dinding vulva
Biparietal terhadap kepala,
miring terhadap panggul
Dilakukan pemasangan forceps
kanan di posterior, lalu
dilakukan gandeng ke anterior
Forceps kiri di pasang di
anterior
7

Dilakukan pemasangan forceps


kanan secara tidak langsung
Dilakukan periksa dalam ulang,
tidak ada jalan lahir yang
terjepit
Dilakukan traksi percobaan,
setelah berhasil, dilakukan
traksi definitif
Pukul 21.30 Lahir dengan ekstraksi forceps
neonatus hidup, perempuan, BB 3100
g, TB 52 cm, AFGAR score 8/9,
FTAGA
Pukul 21.35 Plasenta lahir lengkap
Berat plasenta 550 gram dan
panjang TP 48cm dengan
ukuran 19x19cm2.
Dilakukan eksplorasi, portio
intak dengan tidak dijumpai
perluasan luka episiotomi
Luka episiotomi dijahit secara
jelujur subcuticular dengan
chromic catgut 2.0
KU ibu baik, pendarahan (-)

2.10 Follow Up pasien

27 Februari 2016
S = Nyeri habis melahirkan
O = KU : Tampak sakit sedang T : 36,5oC
TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/m
N : 80 x/m
Skala Nyeri: 1
Perdarahan tidak aktif
8

A = P2A0 Post Ekstraksi Forceps


P = Observasi KU, TTV, Perdarahan
Edukasi personal Hygyne
Cefradoxil 2x500 mg p.o
Asam Mefenamat 3x500 mg p.o
Neurodex 2x1
9

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Partus lama disebut juga distosia, didefinisikan sebagai persalinan yang
abnormal atau sulit. Partus lama dapat terjadi pada kala I maupun kala II. Pada
kala II memanjang diawali dengan pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20
menit untuk multipara
Pada ibu dengan paritas tinggi yang vagina dan perineumnya sudah
melebar, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin
cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya pada seorang ibu dengan panggul
sempit atau janin besar, atau dengan kelainan daya ekspulsif akibat anesthesia
regional atau sedasi yang berat maka kala II dapat saja memanjang

3.2. Epidemiologi
Di Indonesia partus lama masih merupakan masalah penting yang harus
ditanggulangi karena partus lama sampai dengan partus kasep dapat menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayi. Di negara berkembang
angka kematian ibu melahirkan hampir mencapai setengah juta per tahun dimana
di Indonesia merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara yakni 39.000 kematian
ibu per tahun. Menurut survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 proporsi
kematian ibu adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT 1992
proporsi kematian ibu adalah 421 per 100.000 kelahiran hidup. Proporsi terbanyak
kematian ibu paling banyak disebabkan karena perdarahan, partus kasep, partus
lama, serta hipertensi

3.3 Faktor Predisposisi

Penyebab partus lama adalah multi kompleks, yang berhubungan dengan


pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan.
Penatalaksanaan persalinan yang tidak adekuat, dapat disebabkan oleh :4
- ketidaktahuan
- ketidaksabaran
10

- keterlambatan merujuk
Terdapat beberapa faktor yang merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya partus lama antara lain :1,2,5

1.Faktor tenaga (Power)


His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa
rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat
diatasi, sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.
Kelainan his terutama ditamukan pada primigravida, khususnya
primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat
inersia uteri. Faktor herediter mungkin juga memegang peranan dalam his. Faktor
emosi, ketakutan, dan ibu yang mengalami ansietas juga memegang peranan
penting. Salah satu sebab yang penting dalam kelainan his, khususnya inersia
uteri, ialah apabila bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen
bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak janin atau pada disporposi
sefalopelvik. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda maupun
hidramnion juga dapat merupakan penyebab dari inersia uteri yang murni.
Gangguan dalam pembentukan uterus dalam masa embrional, misalnya uterus
bikornis , dapat pula mengakibatkan kelainan his. Akan tetapi pada sebagian
kasus, kurang lebih separuhnya, penyebab inersia uteri ini tidak diketahui.
Kekuatan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot abdomen dapat
terganggu secara bermakna sehingga bayi tidak dapat lahir secara spontan melalui
vagina. Sedasi berat atau anestesia regional, epidural lumbal, kaudal, atau
intratekal kemungkinan besar mengurangi dorongan refleks untuk mengejan, dan
pada saat yang sama mungkin mengurangi kemampuan pasien mengontraksikan
otot-otot abdomen. Pada beberapa kasus, keinginan alami untuk mengejan
dikalahkan oleh menghebatnya nyeri yang timbul akibat mengejan.

2. Faktor panggul (Passege)


Panggul menurut morfologinya dibagi dalam 4 jenis pokok yaitu : panggul
ginekoid, panggul antropoid, panggul android, panggul platipeloid. Pada panggul
dengan ukuran normal, apapun jenis pokoknya, kelahiran pervaginam janin
dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran. Akan tetapi
karena pengaruh gizi, lingkungan, atau hal-hal lain, ukuran-ukuran panggul dapat
11

menjadi lebih kecil daripada standar normal, sehingga bisa terjadi kesulitan dalam
persalinan pervaginam. Terutama kelainan pada panggul android dapat
menimbulkan distosia yang sukar diatasi
Di samping panggul-panggul sempit karena ukuran-ukuran pada 4 jenis
pokok tersebut di atas kurang dari normal, terdapat pula panggul-panggul sempit
yang lain, yang umumnya juga disertai perubahan dalam bentuknya. Menurut
klasifikasi yang dianjurkan oleh Munro Kerr, kelainan panggul ini dapat
digolongkan sebagai berikut :
a) Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterin :
1. Panggul Naegele
2. Panggul Robert
3. Split pelvis
4. Panggul asimilasi
b) Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang-tulang panggul dan/atau
sendi panggul :
1. Rakitis
2. Osteomalasia
3. Neoplasma
4. Fraktur
5. Atrofi,karies, nekrosis
6. Penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea
c) Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang :
1. Kifosis
2. Skoliosis
3. Spondilolistesis
d) Perubahan bentuk karena penyakit kaki :
1. koksitis
2. luksasio koksa
3. atrofi atau kelumpuhan satu kaki
Pemeriksaan umum kadang-kadang membawa pikiran ke arah kemungkinan
kesempitan panggul. Sebagaimana adanya tuberculosis pada kolumna vertebra
atau pada panggul, luksasio koksa kengenitalis dan poliomyelitis dalam anamnesis
member petunjuk pentingkan. Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan catra
pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan keterangan lebih banyak tentang
12

keadaan panggul. Pelvimetri luar tidak banyak artinya, kecuali untuk pengukuran
pintu bawah panggul, dan dalam beberapa hal penting seperti panggul miring.
Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai
secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah dan untuk member
gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Keadaan panggul
merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang tidak
kurang penting ialah hubungan kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala
janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukan adanya
disproporsi sepalopelvik atau tidak. Pada hamil tua dengan janin dalam presentasi
kepala dapat dinilai agak kasar adanya disproporsi sepalopelvik dan kemungkinan
mengatasinya. Salah satu pemeriksaan yang dikenal adalah metode Muller
Munrokerr yaitu tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya
kearah rongga panggul sedang dua jari tangan yang lain dimasukkan kedalam
rongga vagina untuk menentukan sampai seberapa jauh kepala mengikuti tekanan
tersebut. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih.
Kesempitan pada panggul tengah umumnya juga disertai kesempitan pintu bawah
panggul.
Kesempitan Pada Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dikatakan sempit apabila konjugata vera kurang dari 10
cm atau diameter transfersal kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata vera
pada umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran
(panggul sempit seluruhnya) oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih
besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini servik
uteri kurang mengalami penekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia
uteri serta lambannya pendataran dan pembukaan servik.
Kesempitan Panggul Tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna dinding-dinding panggul tidak
berkonvegensi, foramen ischiadikus mayor cukup luas dan spina ischiadika tidak
menonjol kedalam dan dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan
menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Ukuran terpenting yang
hanya bisa ditetapkan dengan pelvimetrirontenologik ialah distansia interpinarum.
Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm perlu kita waspada terhadap kemungkinan
kesukaran pada persalinan, apalagi bila diameter sagitalis posterior pendek pula.
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
13

posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (tranverse
arrest).
Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, tetapi terdiri atas
segi tiga depan dan segi tiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni
distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa,
maka sudut arkus pubis mengecil pula (kurang dari 80 '). Agar supaya dalam hal
ini kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada belakang
pintu bawah panggul. Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang,
persalinan pervaginam dapat dilaksanakan, walaupun dengn perlukaan luas pada
perineum.
Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.
Bahaya bagi ibu antara lain dapat terjadi partus lama yang disertai pecahnya
ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidradrasi serta asidosis
dan infeksi intrapartum. Dengan his yang kuat sedang kemajuan janin dalam jalan
lahir tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan
lingkaran retraksi patologis (bandl) yang mengancam timbulnya rupture uterus.
Selain itu, disproposi ini, jalan lahir pada suatu tempat dapat mengalami suatu
penekanan yang lama sehingga terjadi iskemia dan nekrosis pada tempat tersebut.
Sedangkan bahaya bagi janin dapat menimbulkan kematian perianal, prolapsus
funikuli serta dapat menimbulkan moulage pada kepala janin.

3. Faktor janin (Passanger)


o Terdapat adanya kelainan letak seperti misalnya posisi oksipital posterior
persisten ( POPP ), presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi
dahi, letak sungsang, presentasi ganda.
o Terdapat kelainan dalam bentuk janin seperti misalnya pertumbuhan janin
yang berlebihan, hidrosefalus, kelainan bentuk janin antara lain seperti
janin kembar melekat, janin dengan perut besar. Tumor lain pada janin.

4. Faktor penolong (Provider) : pimpinan persalinan yang salah


14

3.4 Gejala Klinis


1. Tanda-tanda kelelahan ibu dan dehidrasi
o Nadi cepat dan lemah
o Perut kembung
o Demam
o His hilang dan lemah
2. Vulva edema
3. Kaput suksedanium yang besar
4. Tanda infeksi intra uteri
Kriteria Gibss :
Temperatur rektal 37,8 C disertai dengan 2 atau lebih tanda-tanda berikut :
o Maternal takikardi (> 100 x / menit)
o Fetal takikardi ( > 160 x / menit )
o Uterine tanderness
o Foul odour of amniotic fluide
o Maternal leukositosis ( > 15000 cell/ mm3 )
5. Tanda-tanda ruptur uteri
o Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
o His menghilang
o Bagian janin mudah teraba dari luar
o Pemeriksaan dalam : bagian terendah janin mudah di dorong ke atas
o Robekan dapat meluas sampai serviks san vagina
6. Tanda-tanda gawat janin
o Air ketuban bercampur mekonium
o Denyut jantung janin bradikardi/ takikardi/ ireguler
o Gerak anak berkurang

3.5 Diagnosis
Diagnosis dari partus kala II lama dapat ditegakkan berdasarkan hasil
observasi yang melewati garis tindakan pada partograf WHO. Selain itu terdapat
tanda-tanda klinis yang dapat membantu diagnosis.
1. Adanya tanda-tanda dan gejala klinis partus lama seperti :
o Ibu kelelahan dan dehidrasi
o Vulva edema
15

o Demam atau febris


o Kaput suksedanium
o Ruptur uteri iminen
o Ibu kesakitan ( perut bagian bawah )
o Nadi cepat
o Lingkaran bandle ( cincin retraksi patologis )
o Urin warna merah ( gross hematuri )
2. Adanya komplikasi pada ibu seperti :
o Gangguan keseimbangan asam basa atau elektrolit dan asidosis
o Infeksi intrauterin sampai sepsis
o Dehidrasi sampai syok
o Robekan jalan lahir sampai robekan rahim ( ruptur uteri )
3. Adanya komplikasi pada janin seperti :
o Caput susedanium
o Moulage kepala janin
o Infeksi pneumonia
o Gawat janin ( fetal distress)
o Kematian janin
16

3.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan partus kala II lama antara lain :


1. Memperbaiki keadaan umum ibu :
o koreksi cairan ( rehidrasi )
o koreksi keseimbangan asam basa
o koreksi keseimbangan elektrolit
o pemberian kalori
o mengatasi infeksi
o penurunan panas
a. pasang infus dan kateter urin
b. pemberian cairan, kalori, dan elektrolit
- infus ringer laktat, kalori dan elektrolit
- infus dekstrose 5 % 250 cc, tetes cepat. Cairan dapat diberikan
menurut kebutuhan
c. koreksi asam basa dengan pengukuran CO2 darah PH ( bila perlu )
d. pemberian antibiotik spektrum luas`secara parenteral
- injeksi ampicillin 1 gram / 6 jam. Injeksi gentamycin 80 mg/ 12
jam dan metronidazole rektal suppositoria 1 gram / 12 jam selama
3 hari, dilanjutkan amoksisilin 3 x 500 mg / hari selama 2 hari
- injeksi Ceftriaxon 1 gram / hari selama 3 hari dilanjutkan dengan
amoksisilin 3 x 500 mg / hari selama 2 hari
e. penurun panas
- injeksi xylomidon 2 cc intra muskular
- kompres dingin

2. Terminasi persalinan
a. Bila syarat persalinan pervaginam memenuhi, dilakukan ekstraksi
vakum atau ekstraksi forseps atau embriotomi
b. Bila syarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi maka dilakukan
seksio sesaria

3.7 Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan pada partus kala II lama yaitu :
1. Komplikasi pada janin seperti :
a. Kaput Suksedanium yang besar
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput
17

suksedanium yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius. Kaput
dapat hampir mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap.
Biasanya kaput suksedanium, bahkan yang besar sekalipun akan menghilang
dalam beberapa hari.
b. Molase Kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling
bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut
molase (moulding). Biasanya batas median yang berkontak dengan promontorium
bertumpang tindih dengan tulang di sebelahnya, hal yang sama terjadi pada
tulang-tulang frontal. Namun tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal.
Perubahan ini sering tidak menimbulkan kerugian yang nyata, namun apabila
distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan tentorium.
Faktor yang berkaitan dengan molase yakni nuliparitas, stimulasi persalinan
dengan oksitosin dan pengeluaran janin dengan ekstraksi vakum.
c. Fetal distress
Persalinan yang lama dapat menyebabkan hipoksia, asidosis pada janin,
infeksi intrauterine yang akan menyebabkan kegawatan pada janin dimana hal
tersebut diketahui dari hasil pantauan denyut jantung janin yang meningkat
(takikardi), tidak teratur atau dengan kardiotokografi ditemukan hasil yang
patologis berupa takikardi yang selanjutnya diikuti deselerasi lambat.
d. Kematian janin

2. Komplikasi pada ibu seperti :


a. vagina atau vulva edema
b. porsio edema
c. ruptur uteri
d. infeksi jalan lahir sampai sepsis
e. ketuban hijau
f. perdarahan post partum
g. fistula vesiko vaginalis dan vistula rekto vaginalis
29

3.8 Prognosis
Prognosis dari partus kala II lama ini ditentukan oleh kecepatan dan
ketepatan dalam mendiagnosis serta menanganinya. Semakin lama partus tersebut
berlangsung, maka semakin besar kemungkinan terjadinya partus lama dan
semakin banyak komplikasi yang ditimbulkan baik pada ibu maupun pada
janinnya hingga terjadinya partus kasep.

3.9 Ekstraksi Forceps


Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
dengan tarikan forceps yang dipasang di kepala janin.
Forceps
Forceps terdiri dari dua sendok, sendok kanan dan sendok kiri
Sendok kanan / forceps kanan adalah forcep yang dipegang di tangan kanan
penolong dan dipasang di sebelah kanan ibu.
Sendok kiri / forceps kiri adalah forcep yang dipegang di tangan kiri penolong
dan dipasang di sebelah kiri ibu.

- Daun forceps: bagian yang dipasang di kepala janin saat


melakukan ekstraksi forceps. Terdiri dari dua lengkungan (curve),
yaitu lengkung kepala janin (cephalic curve) dan lengkung panggul
(cervical curve).
30

- Tangkai forceps: adalah bagian yang terletak antara daun forceps


dan kunci forceps.
- Kunci forceps: kunci forceps ada beberapa macam, ada yang
interlocking, system sekrup, dan system sliding.
- Pemegang forceps, bagian yang dipegang penolong saat melakukan
ekstraksi.
Indikasi Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps:
1. Indikasi Relatif
Pada indikasi relatif, forceps dilakukan secara elektif (direncanakan), ada dua:
1.1. Indikasi menurut De Lee
Forceps dilakukan secara elektif, asal syarat untuk melakukan ekstraksi
terpenuhi
1.2. Indikasi menurut Pinard
Indikasi menurut Pinard hampir sama dengan menurut De Lee, namun ibu
harus dipimpin dulu mengejan selama 2 jam.
2. Indikasi Absolut
2.1. Indikasi Ibu : Ekstraksi forceps dilakukan pada ibu-ibu dengan
keadaan pre-eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu dengan penyakit jantung,
paru, partus kasep.
2.2. Indikasi Janin: pada keadaan gawat janin
2.3. Indikasi waktu: pada kala dua lama
Jenis Ekstraksi Forceps Menurut Pemasangannya:
1. High Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin belum masuk pintu atas
panggul (floating). Saat ini tidak dilakukan lagi karena sangat berbahaya bagi
janin ataupun ibu. Sectio cesarean lebih direkomendasikan
2. Mid Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah masuk pintu atas
panggul (engaged), namun belum mencapai dasar panggul. Saat ini tidak
dilakukan lagi. Sectio Cesarea ataupun vakum lebih direkomendasikan
3. Low Forceps/ Outlet Forceps
31

Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah mencapai dasar
panggul. Cara ini yang masih sering dipakai hingga saat ini
Syarat Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps:
1. Pembukaan lengkap
2. Presentasi belakang kepala
3. Panggul luas / tidak ada DKP
4. Ketuban sudah pecah
5. Kepala sudah engaged, sudah berada di dasar panggul
6. Janin tunggal hidup
Cara Pemasangan Forceps :
1. Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)
Dimana forceps dipasang biparietal, atau sumbu panjang forceps sejajar
dengan diameter mento-occiput kepala janin. Pemasangan sefalik adalah cara
yang paling aman baik untuk ibu maupun janin
2. Pemasangan pelvic (Pelvic forceps)
Dimana pemasangannya dalam keadaan sumbu panjang forceps sejajar
dengan sumbu panjang panggul.
Pemasangan forceps yang sempurna , jika memenuhi kriteria berikut:
1. Forceps terpasang biparietal kepala , atau sumbu panjang forceps sejajar
dengan sumbu diameter mento-oksiput kepala janin, melintang terhadap
panggul
2. Sutura sagitalis berada di tengah kedua daun forceps yang terpasang, dan
tegak lurus dengan forceps
3. Ubun ubun kecil berada kira-kira 1 cm di atas bidang tersebut
Persiapan dalam ekstraksi forceps:
1. Persiapan ibu :
a. Litotomi set,
b. Forceps,
c. Vulva dicukur,
d. Kandung kemih dikosongkan,
e. Infuse bila diperlukan,
32

f. Narkose,
g. Gunting episiotomy
h. Hecting set
i. Uterotonika
2. Persiapan untuk janin
a. Kain bersih
b. Alat resusitasi
3. Persiapan untuk dokter
a. Alat pelindung diri
b. Ilmu pengetahuan yang cukup
Prosedur/ Langkah Dalam Melakukan Forceps:
1. Membayangkan forceps sebelum dipasang
2. Memasang forceps
3. Mengunci forceps
4. Memeriksa kembali pemasangan
5. Traksi percobaan
6. Traksi definitif
7. Melepaskan forceps

1. Membayangkan
Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva , memegang
kedua forceps dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana forceps
terpasang pada kepala
33

2. Memasang forceps
Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang
dipasang adalah forceps kiri terlebih dahulu, yaitu forceps yang dipegang tangan
kiri penolong dan dipasang di sisi kiri ibu.
Forceps kiri dipegang dengan cara seperti memegang pensil, dengan
tangkai forceps sejajar dengan paha kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan
penolong masuk ke dalam vagina. Forceps secara perlahan dipasang dengan
bantuan ibu jari tangan kanan. Jadi bukan tangan kiri yang mendorong forceps
masuk ke dalam vagina.
Setelah forceps kiri terpasang, asisten membantu memegang forceps kiri
tersebut agar tidak berubah posisi. Dan penolong segera memasang forceps kanan,
yaitu forceps yang dipegang oleh tangan kanan penolong, dan dipasang di sisi
kanan ibu. Forceps kanan dipegang seperti memegang pensil, dengan tangkai
forceps sejajar dengan paha kiri ibu, sambil empat jari tangan kiri penolong masuk
ke dalam vagina. Forceps dipasang dengan tuntunan ibu jari tangan kiri penolong.
Setelah forceps terpasang , dilakukan penguncian
34

3. Penguncian Forceps
Penguncian dilakukan setelah forceps terpasang. Bila penguncian sulit
dilakukan, jangan dipaksa, tapi periksa kembali apakah pemasangan telah benar,
dan dicoba pemasangan ulang. Apabila forceps kir yang dipasang duluan, maka
penguncian dilakukan secara langsung, dan bila forceps kanan yang dipasang
duluan , maka forceps dikunci secara tidak langsung.
35

4. Pemeriksaan Ulang
Setelah forceps terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan ulang,
apakah forceps telah terpasang dengan benar, dan tidak ada jalan lahir / jaringan
yang terjepit
5. Traksi Percobaan
Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi
percobaan. Penolong memegang pemegang forceps dengan kedua tangan , sambil
jari telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh kepala janin, lalu dilakukan
tarikan. Apabila jari telunjuk dan tengan tangan kiri tidak menjauh dari kepala
janin, berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi
definitive. Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala janin,
berarti forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan pemasangan
ulang.

6. Traksi defrinitif
Traksi definitive dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang
forceps dan penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya menggunakan
otot lengan. Arah tarikan dilakukan sesuai dengan bentuk panggul. Pertama
dilakukan tarikan forceps ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai hipomoklion,
lalu tangan kiri segera menahan perineum saat kepala meregang perineum.
Kemudian dilakukan traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan
36

sambil tangan kiri menahan perineum. Kemudian lahirlah dahir, mata, hidung,
mulut bayi.

7. Melepaskan forceps
Setelah kepala bayi lahir, maka forceps dilepaskan dan janin dilahirkan
seperti persalinan biasa.
37

Pemasangan Forceps dikatakan gagal apabila:


1. Forceps tidak dapat dipasang
2. Forceps tidak dapat dikunci
3. Tiga kali traksi janin tidak lahir

Komplikasi ekstraksi forceps:


Terhadap Ibu: perdarahan, trauma jalan lahir, infeksi
Terhadap janin: fraktur tulang kepala, cedera cervical, lecet pada muka, asfiksia
41

BAB IV
ANALISIS KASUS

Ny. AN usia 27 tahun G2P1A0 dengan hamil cukup bulan dirujuk ke RSMH.
Pada riwayat perjalanan penyakitnya didapatkan sekitar 5 jam sebelum masuk
rumah sakit, os mengeluh perut mulas menjalar ke pinggang, hilang timbul yang
makin lama semakin sering dan kuat. Riwayat keluar darah lendir (+), hal ini
menunjukkan bahwa pada pasien telah terlihat adanya tanda-tanda inpartu.
Riwayat keluar air-air (+), hal ini menunjukkan ketuban kemungkinan sudah
pecah. Riwayat trauma (-), riwayat post coital (-), riwayat minum jamu-jamuan (-
), riwayat keputihan (-), riwayat perut diurut-urut (-), riwayat demam (-), riwayat
alergi (-), dan riwayat sakit gigi (-) menyingkirkan adanya penyulit lain. Os lalu
kebidan dan dipimpin melahirkan selama lebih dari 2 jam, namun tidak ada
kemajuan, hal ini menunjukkan adanya kala II memanjang, dimana median durasi
normalnya kala II adalah 20 menit untuk multipara. Os mengaku hamil cukup
bulan dan gerakan janin masih dirasakan, hal ini menunjukkan kemungkinan janin
hidup.
Pada pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 3 jari di bawah prosesus
xiphoideus (30 cm) dengan perkiraan usia kehamilan 38-40 minggu, dengan
bagian yang berada pada bagian fundus uteri adalah bokong. Letak memanjang,
punggung kiri, bagian terbawah adalah kepala, dapat disimpulkan janin
merupakan presentasi kepala. Pada pemeriksaan his didapatkan his 2 kali dalam
10 menit, lamanya 20 detik, hal ini menunjukkan his tidak adekuat, his yang tidak
adekuat termasuk kedalam faktor predisposisi dari terjadinya partus lama, yaitu
faktor tenaga, kelainan his pada multigravida paling sering diakibatkan oleh
inersia uteri, emosi dan ansietas juga dapat mengakibatkan terjadinya kelainan
pada his walaupun tidak secara signifikan berpengaruh. Detak jantung janin 142
x/menit reguler, hal ini menunjukkan tidak adanya fetal distress dimana medians
normalnya antara 120-160 x/menit.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio tidak teraba, pembukaan lengkap,
kepala bagian belakang, ketuban (-), jernih, bau (-), penunjuk UUK kiri depan.

41
42

Hal ini menunjukkan bahwa pasien telah memasuki fase aktif pada kala II dengan
presentasi bokong.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien sudah
pernah hamil 2 kali, melahirkan 1 kali, dan belum pernah abortus, kemudian usia
kehamilan 38 minggu, sudah inpartu, pada kala I fase aktif. Pasien hamil cukup
bulan, kontraksi his yang makin lama makin sering dan kuat. Kemudian pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik juga didapatkan bahwa letak janin adalah
presentasi kepala. Maka dari itu diagnosis pada pasien ini adalah G2P1A0 hamil 38
minggu inpartu kala I fase aktif dengan JTH preskep. Faktor risiko yang
memungkinkan terjadinya kala II memanjang pada kasus ini adalah faktor tenaga.
Riwayat kala II memanjang sebelumnya tidak ada.
Pada pasien dilakukan persalinan pervaginam hal ini dikarenakan syarat
dalam melakukan persalinan pervaginam sudah terpenuhi, adapun syarat dalam
melakukan persalinan pervagian adalah sebagai berikut: (1) pembukaan lengkap;
(2) presentasi belakang kepala; (3) panggul luas/tidak ada DKP; (4) ketubah sudah
pecah; (5) kepala sudah berada di dasar panggul; (6) Janin tunggal hidup. Seperti
yang disebutkan diatas, persalinan pervaginam sudah dapat dilakukan,
dikarenakan his yang inadekuat maka persalinan pervaginam pada kasus ini
dibantuk dengan forceps. Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu adalah
observasi tanda vital, his, dan DJJ. Diberikan pula resusitasi cairan IVFD RL 500
cc dengan 20 tetesan per menit. Pengecekan laboratorium darah rutin dan kimia
darah perlu dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan-kelainan lain yang bisa
menjadi penyulit atau mengakibatkan komplikasi.
Pukul 21.30 lahir neonatus hidup dengan forceps, perempuan, BB 3100 gr,
PB: 52 cm, Apgar Score 8/9. Kemudian dilakukan manajemen aktif kala III yaitu
injeksi oksitosin 10 IU im, masase fundus uteri, peregangan tali pusat terkendali.
Pukul 21.35 plasenta lahir lengkap, BP 550 gram, PTP 48 cm, ukuran 19x19 cm2.
Dilakukan eksplorasi, portio intak, tidak ditemukan perluasan luka episiotomi.
Luka episiotomi dijahit secara jelujur dan subkutikuler dengan chromic catgut 2.0.
Perdarahan aktif (-). Keadaan umum ibu post partum baik.
43

DAFTAR PUSTAKA

1. DeCherney AH, Nathan L, & Goodwin TM. Spontaneous Abortion.


Robertson A (editor). In: Current Diagnosis and Treatment in Obstetric and
Gynecology. New York: McGraw-Hill, 2003.
2. Dasar Dasar Phantom Obgyn. Palembang: Universitas Sriwijaya.
3. Supono. Ilmu Kebidanan: Bagian Tindakan. Palembang: Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. 1983.
4. Cunningham FG et al. Forceps delivery and vacuum extraction. In :
Cunningham FG et al ed. Williams Obstetrics 21st edition. New York : Mc
Graw Hill, 2001 : 458-508.
5. Ekstraksi Forceps. Diakses tanggal 4 September 2010. Available at:
http://www.emir-fakhrudin.com/2009/12/ekstraksi-forceps.html
6. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH (editor),In: Ilmu Kebidanan, Edisi
Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.
7. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. Smith H (editor), In:
Obstetrics Illustrated, 6th Edition. London: Churchill-Livingstone, 2003.
8. World Health Organization. Managing incomplete abortion. WHO, 2008
9. Sharing responsibility: women, society and abortion worldwide. New York,
The Allan Guttmacher Institute,1999.
10. Christopher P. Crum. The Female Genital Tract. In: Ramzi S. Cotran, Vinay
Kumar, Tucker Collins. Pathologic Basis of Disease.7th ed. Philadelphia:
WB. Saunders 2004; 1079-80.
11. Greenwold N, Jauniaux E. Collection of villous tissue under ultrasound
guidance to improve the cytogenetic study of early pregnancy failure. Hum
Reprod 2002; 17: 45256.
12. Regan L, Rai R. Epidemiology and the medical causes of miscarriage.
Baillieres Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol 2000; 14: 83954.
13. Basama FM, Crosfill F. The outcome of pregnancies in 182 women with
threatened miscarriage. Arch Gynecol Obstet 2004; 270:86-90
44

14. Weiss JL, Malone FD, Vidaver J, et al. Threatened abortion: A risk factor
for poor pregnancy outcome, a population-based screening study. Am J
Obstet Gynecol 2004; 190:745-50.
15. Johns J, Jauniaux E. Threatened miscarriage as a predictor of obstetric
outcome. Obstet Gynecol 2006; 107:845-50.
16. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas
Kesehatan (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012
17. Winkjosastro, Gulardi Hanifa. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal)
18. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal
19. Keman K. Fisiologi dan mekanisme persalinan normal. Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH (editor),In: Ilmu Kebidanan, Edisi
Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.
20. Mose J, Alamsyah M. Persalinan Lama. Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH (editor),In: Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.

Anda mungkin juga menyukai