BLOK 14
MODUL 2 SKENARIO 1
“ Bumil Nyeri Kepala Hebat”
Disusun Oleh :
Kelompok 10 Blok 14
Pertemuan I
Moderator : Muhammad Fath Faiz (H2A019117)
Sekretaris : Indria Zulfani M.T (H2A019119)
Pertemuan II
Moderator : Raysha Riezky Filasani D. (H2A019103)
Anggota:
1. Hernandy Zulfan R. (H2A019032)
2. Muthia Aulia Permatasari (H2A019102)
3. Raysha Riezky Filasani D. (H2A019103)
4. Tsabita Nabilah (H2A019104)
5. Sevilsa Putri Shafania (H2A019105)
6. Muhammad Fath Faiz (H2A019117)
7. Alya Yasmin Adhi (H2A019118)
8. Indria Zulfani Mutiaraning T. (H2A019119)
9. Elmathiana Delstiene H. N. (H2A019120)
Seorang perempuan G1P0A0 usia 36 tahun, usia kehamilan 37 minggu, dibawa keluarga ke
IGD RS dengan keluhan utama ingin melahirkan yang disertai dengan nyeri kepala hebat.
Pasien mengeluh nyeri kepala di seluruh bagian kepala sejak 30 menit yang lalu, disertai
pandangan mata kabur, mual muntah 3 kali. Pada riwayat medis sebelumnya, riwayat epilepsi
(-), trauma (-), hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-), alergi (-), miopi (-). Penyakit
riwayat keluarga tidak diketahui. Suami pasien mengaku pasien tidak pernah memeriksakan
kandungan ke bidan/dokter karena faktor biaya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum tampak nyeri berat, kesadaran compos mentis, tekanan darah 170/110 mmHg, nadi
100 x/menit, pernafasan 20 x/menit, jantung dan paru dalam batas normal, tidak terdapat
asites, dan terdapat edema pretibial. Pemeriksaan obstetrik didapatkan tinggi fundus uteri 30
cm, presentasi kepala, denyut jantung janin (DJJ) I: 190 x/menit, DJJ II: 186 x/menit, DJJ III:
185 x/menit, teratur, pembukaan serviks 1 cm, selaput ketuban utuh dan panggul luas. Hasil
laboratorium menunjukkan hemoglobin 11,2 gr%, trombosit 321.000/mm3, SGOT 35 u/L,
SGPT 16 u/L, ureum 19 mg/dL, kreatinin 0,8 mg/dL, LDH 574 u/L, urinalisa protein +3.
Dokter kemudian memberikan obat antihipertensi, magnesium sulfat dan melakukan
terminasi. Akhirnya bayi dapat dilahirkan dengan baik dan segera dilakukan perawatan bayi
baru lahir. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ditemukan BBLR dan terdapat gangguan
pernapasan sehingga bayi harus dirawat di ruang NICU. Pasien merasa sedih karena tidak
bisa memberikan ASI kepada bayinya.
Step 1 :
1. LDH :. Enzim yang dibutuhkan untuk mengkatalisasi perubahan dari asam piruvat
menjadi asam piruvat menjadi asam laktat pada glikolisis anaerob.
3. Kreatinin : produk akhir dari metabolisme keratin otot kreatinin fosfat (protein),
disisntesa dalam hati, ditemukan dalam otot rangka dan darah yang direaksikan oleh
ginjal kedalam urine
4. BBLR : bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, Salah satu
penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB).
Step 2 :
Step 3 :
Pada skenario pasien mengeluhkan nyeri seluruh kepala, pandangan kabur, dan mual
muntah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 170/110 mmHg dan
didapatkan edema pretibial. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan urinalisa
protein +3 yang mana berarti urin lebih keruh dan endapannya lebih jelas, sehingga
kemungkinan pasien mengalami preeklampsia berat (PEB). Preeklampsia berat adalah
gangguan yangterjadi pada trimester kedua kehamilan atau sekitar 20 minggu
kehamilan, ditandai dengan kemunculan sedikitnya sua dari tiga tanda utama yaitu
hipertensi, edema, dan proteinuria. Klasifikasi preeklampsia terbagi menjadi dua,
yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Tanda serta gejala dari
preeklampsia berat antara lain tekanan darah sistolik >60 mmHg atau tekanan darah
sistolik >110mmHg., proteinuria >3g/lt.24 jam, dan pemeriksaan kuantitatif yang bisa
disertai dengan oliguria, keluhan serebral, gangguan pengelihatan, nyeri abdomen,
gangguan fungsi hati, dan gangguan perkembangan intrauterine. Preeklampsia berat
diklasifikasikan lagi menjadi pre eklampsia berat tanpa gejala impending eklamsia
dan pre eklampsia berat dengan gejala impending eklamsia berupa nyeri kepala hebat,
gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan tekanan darah
secara progresif. Kemungkinan kasus masuk ke dalam PEB dengan gejala impending
eklamsia. Preeklampsia sendiri adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria. Pada Preeklampsia berat tekanan darah sistolik
≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria.
Preeklampsia memiliki trias gejala, yaitu : hipertensi, proteinuri dan edema. Gejala
tersebut timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas, trias preeklamsia dapat
juga disertai konvulsi sampai koma. Beberapa penelitian menyebutkan terdapat
adanya beberapa factor yang berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia berat yaitu
yaitu, umur, paritas, riwayat hipertensi, hamil kembar, obesitas, dan diabetes mellitus
(Rufaidah, 2018). Preeklamsia berat merupakan risiko yang membahayakan ibu
disamping membahayakan janin melalui placenta. Jika preeklampsia berat tidak
segera ditangani dengan baik makan pasien akan mengalami kejang dan berlanjut
pada eklamsia.
Salah satu komplikasi pada penderita preeklampsia yaitu adalah kejang maka perlu
dilakukan pencegahan berupa pemberian antikonvulsan (anti kejang). Anti kejang
(antikonvulsan) yang digunakan untuk pasien preklampsia adalah MgSO4, diazepam,
fenitonin. Dari ketiga jenis obat tersebut, MgSO4 lebih banyak digunakan termasuk di
Indonesia karena berdasarkan Cochrane Review terhadap uji klinik yang melibatkan
897 penderita eclampsia, MgSO4 lebih efektif dibandingan dengan fenitonin.
Kemungkinan terjadinya kejang Kembali pada pasien setelah pemberian magnesium
sulfat juga lebih rendah dibandingkan setelah diberikan diazepam (1,4% versus
7,9%). (Kassie et al., 2013). Magnesium Sulfat yang diberikan secara intravena
memiliki efek vasodilatasi ringan sehingga dapat memperbaiki perfusi fetoplasenta
pada ibu. Selain itu, pengobatan dengan Magnesium Sulfat dapat menurunkan tekanan
darah dengan baik serta telah terbukti memiliki efek perlindungan pada sel-sel endotel
(Abad et al., 2010). Magnesium Sulfat diberikan dengan dosis awal 6 g loading dose
kemudian diikuti dengan pemberian infus secara kontinu yang di tingkatkan 2 g per
jam. Magnesium Sulfat telah terbukti 33 lebih unggul dari fenitoin (dilantin) dan
diazepam (valium) untuk pengobatan kejang eklampsia (Wagner et al., 2004)
Bila dianalisis dengan kondisi pre eklamdia yang dialami oleh ibu dan adanya hasil
BBLR serta gangguan pernafasan.kemungkinan disini bayi tersebut mengalami fetal
Distress. Hal ini di dapat terjadi karena vadospasme yang merupakan akibat
kegagalan invasi trofoblas ke dalam lapisan otot pembuluh darah sehingga pembuluh
darah mengalami kerusakan dan menyebabkan aliran dalam plasenta menjadi
terhambat dan menimbulkan hipoksia pada janin yang menjadikan gawat janin.
Ruang NICU atau neonatal intensive care unit adalah ruang perawatan intensif di
rumah sakit yang disediakan khusus untuk bayi baru lahir yang mengalami gangguan
kesehatan. Umumnya bayi dimasukkan ke ruang NICU pada masa 24 jam pertama
setelah lahir. Lama perawatan di ruang NICU berbeda-beda, tergantung kondisi setiap
bayi. Semakin serius masalah kesehatan yang dialami, akan semakin lama bayi
dirawat di ruang NICU. Alasan mengapa bayi perlu dirawat di ruang NICU juga
beragam, yang pasti tujuannya adalah agar bayi mendapat pengawasan dan perawatan
secara intensif. Alasan kenapa bayi baru lahir harus masuk ke ruang NICU:
- Bayi lahir dengan berat badan rendah, yaitu kurang dari 2500 gram atau di atas
4000 gram
- Risiko bayi untuk masuk ke ruang NICU setelah lahir dapat dipengaruhi oleh
kondisi dan riwayat kesehatan sang ibu seperti memiliki riwayat penyakit
diabetes, hipertensi, atau penyakit menular seksual.
Hipertensi adalah masalah medis yang umum ditemui selama kehamilan. Penyakit
Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) adalah salah satu penyebab kesakitan dan
kematian ibu mau pun janin. Kira-kira 15-25% wanita yang didiagnosis awal dengan
hipertensi dalam kehamilan akan mengalami Pre-Eklamsia Berat (PEB). Ada
beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan, antara lain hipertensi kronik, hipertensi
kronik dengan preeklamsia, hipertensi gestasional, preeklamsia dan eklamsia.
a) Jangka pendek
Ibu: eklampsia, hemoragik, isemik stroke, kerusakan hati (HELL sindrom, gagal hati,
disfungsi ginjal, persalinan cesar, persalinan dini, dan abruptio plasenta.
b) Jangka panjang
Wanita yang mengalami hipertensi saat hamil memiliki risiko kembali mengalami
hipertensi pada kehamilan berikutnya, juga dapat menimbulkan komplikasi
kardiovaskular, penyakit ginjal dan timbulnya kanker. Hipertensi pada kehamilan
dapat berkembang menjadi pre-eklampsia, eklampsia dan sindrom HELLP. Kemudian
dapat bermanifestasi dengan kejadian serebral iskemik atau hemoragik pada pra, peri,
dan postpartum menjadi penyakit stroke. Gejala pre-eklampsia/eklampsia adalah sakit
kepala, gangguan penglihatan (kabur atau kebutaan) dan kejang. Hal ini dapat
menyebabkan kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan janin bila tidak segara
dilakukan penanganan
Factor resiko :
Faktor risiko primigravida, multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru atau jarak
kehamilan sebelumnya >10 tahun, obesitas pada ibu sebelu kehamilan, kehamilan
ganda, usia ibu > sama dengan 35 tahun, hipertensi kronik atau gangguan ginjal,
riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau pada keluarga, riwayat
trombofilia.
Kejadian pre eklampsia bisa berdampak buruk pada kesehatan ibu. Oleh karena itu,
pre eklampsia harus dijadikan salah satu fokus antenatal care pada ibu hamil. Dalam
pandangan islam terkait tentang kesehatan ibu dijelaskan di Al Qur’an :
“Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu ,lalu Kami lenyapkan penyakit yang
ada padanya.” (QS Al-Anbiya’(21):84)
Bisa kita ambil kesimpulan, bahwa dari hasil penelitian setiap wanita hamil memiliki
resiko mengalami komplikasi yang dapat mengancam jiwanya. Oleh karenanya, WHO
menganjurkan agar setiap ibu hamil, mendapatkan sedikitnya 4 kali kunjungan selama
periode antenatal yaitu satu kali kunjungan selama trimester pertama, satu kali
kunjungan selama trimester kedua dan dua kali kunjungan selama trimester ketiga
(Damopolii, 2006). Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan
tanda-tanda dini preeklamsia dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan
semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklamsia dengan adanya
faktor predisposisi. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya,
namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan
pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil (Wiknjosastro, 2007).
Step 4 :
Step 5 :
1. Asuhan persalinan normal (APN), berdasarkan apa disebut apn, kpn dikatakan
normal/patologis
3. Patofisiologi PEB
5. Tatalaksana PEB
7. Resusitasi BBL
Step 6 :
Step 7 :
1. Asuhan persalinan normal (APN), berdasarkan apa disebut apn, kpn dikatakan
normal/patologis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi persalinan antara lain:
1. Passenger Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi persalinan
normal (Taber, 1994). Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang
yang menyertai janin
2. Passage away Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak
khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi
panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.
3. Power His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks
membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah
cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul Ibu
melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan
4. Position Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi
tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri,
berjalan, duduk dan jongkok
5. Psychologic Respons Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan
mencemaskan bagi wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin
mengakibatkan proses kelahiran berlangsung lambat. Pada kebanyakan wanita,
persalinan dimulai saat terjadi kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja
keras selama jamjam dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir ketika wanita dan
keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan ditujukan untuk
mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui proses persalinan supaya dicapai
hasil yang optimal bagi semua yang terlibat. Wanita yang bersalin biasanya akan
mengutarakan berbagai kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka jarang dengan
spontan menceritakannya
Penyebab pasti preeklampsia belum diketahui, preeklampsia disebut juga “the disease
of theoris”.Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah :
1. Genetic
Kejadian preeklamsia dan eklamsia meningkat pada Wanita yang dilahirkan oleh
ibu yang menderita preeklamsi atau eklamsia dibuktikan dengan adanya Human
Leukocyte Antigene (HLA) yang meningkat.
2. Iskemik plasenta
Kegagalan remodeling arteri spriralis akan berakibat plasenta mengalami iskemia,
yang akan merangsang pembentukan radikal bebas, yaitu radikal hidroksil (-OH)
yang dianggap sebagai toksin. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. preoksida
lemak juga akan merusak nukleus dan protein sel endotel
3. Prostasiklin-Tromboksan
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan prostasiklin oleh jaringan ibu, plasenta
dan janin. Sedangkan pada preeklampsia terjadi penurunan produksi prostasiklin
dan kenaikan tromboksan A2sehingga terjadi peningkatan rasio tromboksan A2 :
prostasiklin.
4. Imunologis
Beberapa wanita dengan pre-eklampsia - eklampsia mempunyai kompleks imun
dalam serum.
- kehamilan ganda
- kehamilan molahidatidosa
- usia kehamilan
- penyakit keturunan
- stress
- aktivitas fisik
a) Usia : Wanita hamil berusia di atas 40 tahun lebih beresiko dua kali lipat terhadap
preeklamsia.
b) Obesitas sebelum hamil dan IMT (Index Masa Tubuh) : Obesitas meningkatkan
resiko preeklamsia sebanyak 2.47 kali lipat. Sedangkan wanita yang memiliki
Index Masa Tubuh >35 lebih beresiko 4 kali lipat mengalami preeklamsia di
bandingkan dengan IMT 19-27
c) Riwayat Hipertensi : Wanita yang memiliki riwayat preeklamsia pada kehamilan
pertama, 7 kali lipat beresiko preeklamsia untuk kehamilan kedua.
d) Gaya Hidup : Salah satu resiko gaya hidup wanita sekarang yang menyukai
makanan instan 2 kali lipat lebih beresiko terhadap preeklamsia.
e) Penyakit Dahulu : Jika ibu hamil memiliki riwayat diabetes, hipertensi kronik,
riwayat penyakit berupa sindrom antifosfolipid, diabetes mellitus gestasional, dan
hiperglikemia ringan meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.
f) Usia kehamilan : Menurut onsetnya, preeklampsia dibagi menjadi 2 subtipe.
Preeklampsia early-onset terjadi pada usia kehamilan ≤34 minggu, sedangkan late-
onset muncul pada usia kehamilan ≥34 minggu. Menurut beberapa penelitian,
insiden terjadinya preeklampsia meningkat seiring semakin tuanya usia kehamilan.
g) Faktor nutrisi : Faktor nutrisi diet tinggi buah dan sayuran yang memiliki aktivitas
antioksidan berkaitan dengan penurunan tekanan darah. Zhang dkk., (2002)
melaporkan bahwa insiden preeklamsia meningkat dua kali lipat pada perempuan
yang memiliki asupan asam askorbat kurang dari 85 mg per hari. Penelitian-
penelitian ini diikuti dengan uji teracak untuk meneliti suplementasi diet. Villar,
dkk. (2006) memperlihatkan bahwa suplementasi kalsium pada populasi yang
memiliki asupan kalsium diet yang rendah memiliki sedikit efek dalam
menurunkan angka kematian perinatal, tetapi tidak berdampak pada insiden
preeklamsia.
h) Faktor genetic : Kecenderungan herediter ini mungkin merupakan akibat interaksi
ratusan gen yang diwariskan—baik dari ayah maupun ibu yang mengendalikan
sejumlah besar fungsi metabolik dan enzimatik di setiap sistem organ.
3. Patofisiologi PEB
Perubahan pokok yang terjadi pada preeklamsia adalah adanya spasme pembuluh
darah disertai dengan retensi garam dan air. pada biopsi ginjal ditemukan spasme
hebat arteriola glomerulus pada beberapa kasus arteriola sedemikian sempit sehingga
hanya dapat dilalui oleh salah satu sel darah merah jadi jika semua arteriola dalam
tubuh mengalami spasme maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi sedangkan
proteinuria disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus.
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu
sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
Keluhan :
Pemeriksaan fisik :
a. Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
Pemeriksaan penunjang :
c) Pemeriksaan urine protein : dilakukan untuk mendeteksi protein sampai berapa dan
apakah menuju tanda-tanda pre-eklampsia berat atau bahkan eklampsia.
Diagnosis banding :
5. Tatalaksana PEB
Pada hipertensi berat, obat pilihan utama: kapsul nifedipine short acting, hydralazine
intravena atau parenteral labetolol. Alternatif lain adalah: methyldopa oral, labetolol
oral, atau clonidine oral (SOGC, 2014). Nifedipine dapat diberikan dengan dosis awal
3 x 10 mg per oral, dengan dosis maksimal 120 mg/hari. Nifedipine tidak boleh
diberikan secara sublingual. Tidak diperbolehkan memberikan obat jenis Atenolol,
ACE inhibitor, Angiotensis Receptor Blockers (ARB) dalam kehamilan (RCOG,
2010; SOGC, 2014).
- Pencegahan Kejang
1. Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu Calcium Gluconas 10% = 1 gr (10% dalam
10 cc) diberikan intra vena (iv) selama 3 menit.
3. Frekuensi pernafasan > 16+ / menit, dan tidak ada tanda-tanda distress nafas.
Komplikasi
Komplikasi lain dibawah ini yang biasanya terjadi pada preeklampsia berat:
1) Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
dan lebih sering terjadi pada preeklampsia.
penderita eklampsia.
8) Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes and low platelets
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jantung akibat kejang-kejang, pneumonia
aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation).
Prognosis
- Diagnosis dini, inisiasi terapi dini, serta observasi dan penatalaksanaan yang tepat
bisa secara signifikan meningkatkan prognosis preeklampsia. Pada pasien
preeklampsia murni tanpa komorbid atau riwayat hipertensi sebelumnya, kondisi
klinis dan parameter laboratorium umumnya mengalami perbaikan setelah
persalinan
- Risiko rekurensi : 20% akan mengalami hipertensi, dan 16% akan mengalami
preeklampsia berulang pada kehamilan berikutnya. Wanita dengan Riwayat
preeklampsia tipe dini memiliki risiko rekurensi paling besar (25-65%)
- Risiko jangka Panjang : Wanita yang pernah mengalami pre eclampsia memiliki
resiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskular di masa mendatang
(meliputi hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan thromboemboli vena)
7. Resusitasi BBL
Penentuan tindakan resusitasi berdasarkan pada penilaian dua tanda vital yaitu
pernapasan dan frekuensi denyut jantung. Setelah ventilasi tekanan positif (VTP) atau
setelah pemberian oksigen tambahan, penilaian dilakukan pada tiga hal yaitu
frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan status oksigenasi.
1. Airway (A) Pembebasan jalan nafas (Airway) merupakan salah satu tahapan yang
terdapat dalam langkah awal resusitasi. Langkah awal resusitasi meliputi :
a) Hangatkan bayi dengan menempatkan bayi di bawah alat pemanas atau infant
warmer. b) Atur kepala bayi untuk membuka jalan nafas. Bayi diletakkan terlentang
dengan posisi leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu
c) Bersihkan jalan nafas (jika diperlukan). Lendir dibersihkan. Lakukan penghisapan
pada mulut dan hidung.
d) Keringkan bayi dengan melakukan rangsang taktil. (1) Keringkan bayi dengan lap
bersih mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya. (2) Lakukan rangsangan
taktil dengan menepu/ menyentil telapak kaki. Atau menggosok punggung/perut/dada/
tungkai bayi dengan telapak tangan.
e) Atur posisi kembali
-Ganti kain yang telah basah dengan kain kering yang ada di bawahnya.
- Seimuti seluruh tubuh bayi dengan kain tersebut, kecuali muka dan dada.
-Atur posisi kembali bayi dengan posisi menghidu.
f) Lakukan penilaian
-Pernafasan Terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan kedalaman.
- Frekuensi jantung Frekuensi jantung seharusnya di atas 100 kali permenit. Bila bayi
tidak bernafas (apnu), atau megap – megap atau frekuensi jantung kurang dari 100
kali permenit, walaupun sudah diberikan rangsangan, saturasi berada di bawah target
segera lanjutkan dengan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP).
2. Breathing (B)
Memberikan nafas buatan pada bayi dengan menggunakan ventilasi tekanan positif,
termasuk memberikan oksigen 100 %. Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara
ke dalam paru yang besarnya 4 – 6 cc/kgbb
Indikasi pemberian ventilasi tekanan positif, jika bayi tidak bernafas (apnu) atau
megap – megap, frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit, saturasi berada di
bawah target, walaupun telah diberikan aliran oksigen bebas sampai 100 %.
a) Hal hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan VTP
- Jika sendirian, panggil orang kedua untuk membantu. Orang kedua bertugas
memasang oksimetri nadi,mengawasi frekuensi jantung dan suara nafas.
-Pilih sungkup dengan ukuran yang sesuai. Khusus untuk neonatus, pemilihan
sungkup tergantung pada seberapa baik perlengkatan sungkup dan di sesuaikan
dengan wajah bayi.
-Pastikan jalan nafas bersih.
-Posisi kepala bayi agak ekstensi.
-Posisi penolong di arah kepala bayi atau di samping kepala bayi.
3. Circulation (C)
Penekanan tulang dada akan menekan jantung dan meningkatkan tekanan dalam
dada, sehingga darah terpompa ke pembuluh darah arteri. Saat penekanan dada
dilepaskan, darah dari pembuluh darah vena mengalir ke jantung. Pemasangan
endotrakheal tube dengan kolaborasi medis dapat dilakukan pada tahap ini, untuk
memaksimalkan pemberian VTP.
Kompresi dada pada neonatus diberikan pada 1/3 bawah tulang iga, yang terletak
di antara sifoid dan garis khayal yang menghubungkan puting susu. Letakkan ibu
jari atau 2 jari sedikit di atas sifoid, jangan menekan langsung pada sifoid.
4. Drug (D)
Epinefrin atau sering disebut adrenalin merupakan suatu stimulan, yang berfungsi
untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi jantung dan menyebabkan
vasokonstriksi perifer, sehingga dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan arteri
koronaria. Pemberian epinefrin dapat mengembalikan aliran darah secara normal
dari miokardium ke otak.
Jika seorang ibu menemui kesulitan dalam menyusui, maka ibu tersebut dapat
meminta bantuan pada seorang wanita yang dia percayai. Berikut ini adalah
kutipan dari ayat-ayat Alquran tentang hal tersebut.
َّض ~ا َعةَ ۗ َو َعلَى ْال َموْ لُ~~وْ ِد لَ~~هٗ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس ~ َوتُه َُّن
َ ض ~ ْعنَ اَوْ اَل َده َُّن َح~ وْ لَي ِْن َك~~ا ِملَي ِْن لِ َم ْن اَ َرا َد اَ ْن يُّتِ َّم الر ِ ْت يُر ُ َو ْال َوالِ~ ٰ~د
ث ِم ْث ُل ٰذلِكَ ۚ فَ ~ا ِ ْن اَ َرادَا ۤ َ ُف اَل تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ اِاَّل ُو ْس َعهَا ۚ اَل ت
ِ ضا َّر َوالِ َدةٌ ۢبِ َولَ ِدهَا َواَل َموْ لُوْ ٌد لَّهٗ بِ َولَ ِد ٖه َو َعلَى ْال َو
ِ ار ِ ۗ ْبِ ْال َم ْعرُو
َ~اح َعلَ ْي ُك ْم اِ َذا َس~لَّ ْمتُ ْم ِ ْاض ِّم ْنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر فَاَل جُ نَا َح َعلَ ْي ِه َم~~ا ۗ َواِ ْن اَ َر ْدتُّ ْم اَ ْن تَ ْستَر
َ ض~ع ُْٓوا اَوْ اَل َد ُك ْم فَاَل ُجن ٍ صااًل ع َْن تَ َر َ ِف
هّٰللا هّٰللا
ِ َف َواتَّقُوا َ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ب
ص ْي ٌر ِ ۗ َّْمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم بِ ْال َم ْعرُو
233. Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi
yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan
pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula
seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu
pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan
antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al Baqarah ayar 233).
Perjuangan ibu dalam proses kehamilan dan persalinan sangatlah berharga. Dalam QS
Lukman ayat 14 al quran mengabadikan perjuangan ibu ketika hamil dengan arti :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."
Allah memberikan kemuliaan kepada ibu yang melahirkan melalui sabda Rasulullah
SAW yang artinya. “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai
empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat
Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku
dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada
Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (AL-
AHQAF Ayat 15).
DAFTAR PUSTAKA
2. Legawati, Utama NR. Analisis Factor Resiko Kejadian Preeklampsia Berat Di RSUD
Rujukan Kabupaten Dan Provinsi Di Kalimantan Tengah. 2017.
3. Putri, Rizki Yanuari. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin Sampel Serum
dan Plasma EDTA. 2017
5. Vidal S.M., Schneck, M.J., Flaster, M.S., et al., 2011. Stroke- and pregnancy-induced
hypertensive sindromes. Women’s Health.
6. Hartiningrum I, Fitriyah N. Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2012-2016. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. 2018.
9. Indri.Bayi Berat Lahir rendah .di Provinsi Jawa Timur.Fakultas kesehatan Masyarakat
UNAIR.2016
11. Sutiarti. Faktor Resiko Preeklampsia Berat atau Eklampsia pada Ibu Hamil. 2020
13. Akip SD. Luaran Maternal dan Perinatal Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia Berat
(Analisis Perbedaan Faktor Risiko dengan dan Tanpa Riwayat Preeklampsia).
November 2015.
14. Yulizawat.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Fakultas Kedokteran,
Universitas Andalas. 2019
15. Tim Skillab Fk Unhas Buku Panduan Kerja Keterampilan Klinik Resusitasi
Neonatus.Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2015
17. Rini Sc. Penatalaksanaan Terapi Pasien Preeklampsia Rawat Inap Rsup Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten Tahun 2009. 2016.
18. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Cetakan Ketiga. Jakarta.
2010