berbagai jenis sel serta jaringan diluar organ limfoid, seperti : peyer,s patches yang terdapat pada dinding usus, jaringan
limfoid yang membatasi saluran nafas dan saluran urogenital, jaringan limfoid dalam sumsum tulang dan dalam darah.
Mekanisme respon imun terdiri atas mekanisme pertahan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.
Merupakan imunitas alamiah yang telah ada sejak lahir. Imunitas ini tidakditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi
untuk berbagai macam antigen, jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu (Kresno, 2003). Respon
imun non spesifik terdiri dari :
Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan, batuk, bersinakan mencegah masuknya berbagai kuman patogen
kedalam tubuh.
Pertahanan biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, spermin dalam semen,
mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. asam HCL dalam cairan lambung ,
lisozim dalamkeringat, ludah , air mata dan air susu dapat melindungi tubuhterhadap berbagai kuman gram positif
dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang
mempunyai sifat antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus.
.Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dan hal tersebut diperkuat oleh
komplemen. Laktoferin dan transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan
kuman pseudomonas
Pertahanan humoral
Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanantubuh secara humoral. Bahan-bahan tersebut adalah :
Komplemen (mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasite), Interferon (mengaktifkan
Natural Killer cell (sel NK)), C-Reactive Protein (CRP) (sebagai opsonin dan dapatmengaktifkan komplemen.)
Pertahanan seluler
Fagosit/makrofag dan sel NK berperan dalam sistem imun non spesifik seluller.
Respon imun spesifik merupakan mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu
tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Imun spesifik mampu mengenalikembali antigen yang pernah
dijumpainya (memiliki memory), sehingga paparan berikutnya akan meningkatkan efektifitas mekanisme pertahanan
tubuh (Kresno, 2003). Sistem imun spesifik ada 2, yaitu :
Fungsi utama sel imun spesifik adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit,
dan keganasan.
1. Innate
Jika sel terinfeksi maka akan mengekspresikan MHC kelas 1 lalu dikenali oleh NK cell akan membebaskan porin dan
Granzim lalu terjadilah lisis sel
2. Adaptive
MHC kelas 1 akan berikatan dengan Th1 CD8/CT lalu porin dan granzyme membuat sel pecah setelah itu bakteri dalam
sel akan mati
Contoh bakteri intraseluler adalah mycobacteria,listeriamonogytogenes.
d. Faktor – factor system imun
Genetic
Umur
Nutrisi
Virulensi
Invasive atau tidak
Escape mechanism
Pathogenicity
2. Imunitas Seluler dan Imunitas Adaptif
a. Imunitas seluler
Imunitas seluler tubuh diperankan oleh limfosit T. limfosit T melakukan berbagai fungsi dalam mempertahankan diri
terhadap infeksi oleh berbagai jenis mikroba.
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik seluler. Sel T
terdiri atas beberapa subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu sel
CD4+ (Th1, Th2), CD8+ atau CTL atau Tc dan Ts atau sel Tr atau Th3.
Fungsi utama sistem imun spesifik seluler ialah pertahanan terhadap
bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan keganasan. Sel
CD4+ mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag
untuk menghancurkan mikroba. Sel CD8+ memusnahkan sel terinfeksi.2
Th1 memproduksi IL-2 dan IFN-γ.7 Th2 memproduksi IL-4 dan IL-5.7
Treg yang dibentuk dari timosit di timus mengekspresikan dan melepas
TGF-β dan IL-10 yang diduga merupakan petanda supresif.2 IL-10
menekan fungsi APC dan aktivasi makrofag sedang TGF-β menekan
proliferasi sel T dan aktivasi makrofag
b. Imunita adaptif
kekebalan adaptif atau spesifik. Seperti namanya yang mengisyaratkan, ia mampu mengenali dan selektif menghilangkan patogen tertentu.
Kekebalan yang diperoleh merupakan karakteristik hanya dari vertebrata.
Ini semacam sistem pertahanan dipicu dalam menanggapi paparan mikroorganisme. Namun, mekanisme pertahanan spesifik memerlukan
beberapa hari untuk diaktifkan. Berikut ini adalah beberapa ciri kekebalan yang diperoleh:
Imunitas spesifik dikaitkan dengan dua kelompok utama sel, yaitu sel limfosit dan antigen-penyajian. Tubuh manusia yang sehat memiliki
sekitar satu triliun limfosit. Limfosit dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu limfosit T atau sel T dan B-limfosit atau sel B. Semua limfosit
ini diproduksi dalam sumsum tulang dan proses produksi ini disebut haematopoiesis.
Kedua B dan sel T bersama-sama menghasilkan dua jenis kekebalan tertentu dalam tubuh.
Molekul-molekul asing yang besar dan kompleks (kebanyakan protein) yang mengaktifkan kekebalan spesifik yang dikenal sebagai antigen.
Sistem kekebalan tubuh mengenali berbagai macam antigen dengan mudah. Namun, determinan antigenik adalah situs-situs pada antigen
yang diakui oleh antibodi dan reseptor hadir pada sel T dan sel B.
Dalam jenis kekebalan, subkelompok sel T yang disebut sel T sitotoksik, yang khusus untuk sel target (sel yang terinfeksi), diaktifkan. Sel-
sel T sitotoksik menghancurkan sel target dan oleh karena itu, mencegah penyelesaian siklus hidup patogen. Ini semacam kekebalan juga
membu.nuh sel-sel kanker.
Imunitas Antibodi-diperantarai:
Sel-sel B memproduksi protein khusus yang disebut antibodi, yang sangat spesifik terhadap antigen tertentu. Antibodi secara kolektif
disebut sebagai imunoglobulin atau Ig. Setiap molekul imunoglobulin terdiri dari 4 rantai polipeptida: dua rantai panjang disebut rantai berat
atau H dan dua rantai pendek disebut cahaya atau rantai L. Keempat rantai polipeptida yang diselenggarakan bersama untuk membentuk
struktur berbentuk Y. Bagian atas dua tips ini Y berbentuk molekul mengikat antigen tertentu dalam kunci dan fashion kunci, sehingga
membentuk kompleks antigen-antibodi. Sel-sel B sehingga mengarahkan imunitas antibodi-mediated, yang juga disebut imunitas humoral.
- Adaptive
System imun adaptif merupakan respons imun yg bekerja secara spesifik terhadap suatu antigen tertentu dengan
melibatkan sel T dan sel B
Jika sel terinfeksi maka akan mengekspresikan MHC kelas 1 lalu dikenali oleh NK cell akan membebaskan porin dan
Granzim lalu terjadilah lisis sel
2. Adaptive
MHC kelas 1 akan berikatan dengan Th1 CD8/CT lalu porin dan granzyme membuat sel pecah setelah itu bakteri dalam
sel akan mati
Contoh bakteri intraseluler adalah mycobacteria,listeriamonogytogenes
4. System kekebalan
• keseluruhan komponen(sel, jaringan, organ dan molekul) yang mendukung respon imun
FUNGSI
• Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau
• substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh
• Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan jaringan.
• Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
- SEL-SEL IMUNITAS TUBUH
• Imunitas innate
APC(macrofag, langerhans, dendritic, sel kupfer)
PMN netrofil
basofil
esinofil
natural killer
• imunitas adaptif
limfosit T (helper, cytotoxic, supresor/regulator)
limfosit B
ANTIGEN ( IMUNOGEN ) ADALAH SUATU BAHAN BILA DIMASUKKAN KE DALAM TUBUH DAPAT MEMBANGKITKAN
RESPONS IMUN BAIK RESPONS IMUN SELULER MAUPUN HUMORAL
1. KEASINGAN
2. UKURAN MOLEKUL
3. SUSUNAN KIMIA
4. CARA MEMASUKKAN
5. DOSIS PEMBERIAN
6. KONSTITUSI GENETIK
Antigen sendiri ada 2 yaitu sel T dan sel B, Fungsi Sel T umumnya :
Fungsi utama sel B adalah memproduksi antibodi • Atas pengaruh Sel T sel B berberploriferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma
yang mampu membentuk Ig yang spesifik
Antigen dapat dikenali karena mempunyai EPITOPE (antigen determinan Antigen bisa punya lebih dari epitope (epitope kompleks) Tiap
epitope akan merangsang antibody spesifik.
Cara kerjanya bermula dari bakteri atau virus masuk lalu bertemu dengan makrofag,setelah itu bakteri di fagosit oleh neutrofil maupun oleh
makrofag,kalau virus biasanya dengan interferon. Adapun NK cell yang sejenis limfosit dimana dia akan menghancurkan sampai habis. Dari
sini dikeluarkan lah antigen berupa sel T dan sel B.
Pertahanan Humoral
A. Komplemen.
a. Fungsi komplemen
3. Mengendap pada permukaan bakteri -> memudahkan makrofag untuk mengenal (opsonisasi) lalu memakannya
b. Larut dalam keadaan non aktif -> diaktivasi oleh antigen, kompleks imun, dsb mediator (biologik aktif ataupun mjd enzim untuk reaksi
selanjutnya)
c. Jalur aktivasi ini sering pula disertai dengan kerusakan jaringan
– C2 mengaktifkan kinin
– C3a dan C5a bersifat kemotaksis -> mengerahkan leukosit dan sebagai anafilatoksin yang dapat mempengaruhi mastosit sehingga dapat
melepaskan histamin dan lisosom
• Anafilatoksin adalah bahan dengan berat molekul kecil yang dapat menimbulkan degranulasi mastosit dan atau basofil dan pelepasan
histamin
Adherens imun merupakan fenomen dari partikel antigen yang dilapisi antibodi dan atas pengaruh komplemen melekat pada berbagai
permukaan -> mudah dimakan fagosit
• Opsonisasi adalah proses melapisi partikel antigen oleh antibodi dan/atau oleh komponen komplemen -> lebih mudah dan cepat dimakan
fagosit
• Opsonin adalah molekul yang dapat diikat oleh partikel yang harus difagositir dan oleh reseptor fagosit sehingga merupakan jembatan
antara dua protein reaktif tersebut
• Histamin meningkatkan permeabilitas vaskular & kontraksi otot polos dan menimbulkan gejalagejala yang ditemukan pada reaksi alergi
• Peningkatan permeabilitas vaskular menimbulkan edema yaitu akumulasi cairan (antibodi dan komponen komplemen) dalam jaringan ->
meningkatkan lagi pelepasan anafilatoksin dan memperluas reaksi
• Kemotaksin adalah bahan-bahan yang dapat menarik dan mengerahkan sel-sel fagosit
ANTIBODI
Protein yang mengenali dan mengikat antigen dengan spesifisitas yang tinggi
Antibodi bentuk Y dan terdiri dari 4 rantai polipeptida
• Memiliki 2 antigen binding sites (Paratop) yang identik
• Antibodi dikenal pula sebagai imunoglobulin (Ig)
Antibodi diproduksi oleh subset limfosit yaitu sel B
Ikatan antara reseptor sel B (antibodi) dg antigen yg dikenalinya menyebabkan sel B terstimulasi (aktivasi)
Sel B yang terstimulasi dan terdiferensiasi membentuk sel plasma sekresi antibodi
Antibodi dapat ditemukan pada :
1. Cairan ekstraselular : plasma darah, getah bening, mukus, cairan jaringan
2. Permukaan sel B sbg reserptor Ag
Struktur Antibodi
• Antibodi tersusun atas:
– 1 pasang (2 Light Chains/ Lc) (rantai ringan) yang identik
– 1 pasang (2 Heavy Chains/ Hc) yang identik (rantai berat) yang membedakan antara antara klas Ig
Pada masing2 Lc dan Hc mengandung :
– Variable Regions: 2 bagian ujung dari lengan Y (Fab) fragment antigen binding)
– Constant Regions: (Fc) fragment crystallizable)
berikatan dengan komplemen atau sebagai reseptor sel
Bagaimana Antibodi dihasilkan
• Antibodi memiliki 2 bentuk :
1. Ab terlarut atau Soluble : di sekresikan di plasma darah dan cairan jaringan
2. Ab terikat dengan membran : ditemukan pada permukaan sel B reseptor sel B (BCR), monosit, makrofag,
basofil, eosinofil, NK sel, dsb
• BCR berikatan dg antigen di sirkulasi mengaktifkan sel B sel plasma atau berdiferensiasi mjd sel B memori
Klas Imunoglobulin
• Imunoglobulin (Ig) adalah kelompok glikoprotein
• Pada Mamalia mengekspresikan 5 isotipe Ig berbeda dari antibodi yaitu : 1. IgG 2.IgM 3.IgA 4.IgD dan 5.IgE
• Isotipe atau klas Antibodi satu dengan lain di berbeda dalam ukuran, fungsi, susunan asam amino dan karbohidrat
• Perbedaan struktur antar isotipe terletak pada susunan molekul pd rantai berat/heavy chain
Tipe dari rantai berat akan menentukan klas dan subklas dari antibodi
• Masing-masing isotipe Ig memiliki 2 fungsi yang sama (kecuali Ig D), yaitu :
1. Mengenali dan mengikat antigen, dan
2. Melakukan pembunuhan atau pemusnahan kompleks imun yang terbentuk melalui mekanisme aktivasi efektor.
Konsekuensi dari Ikatan Antigen – Antibodi
Kompleks Ag – Ab : dibentuk ketika antibodi mengikat antigen yang dikenalinya
1. Aglutinasi : Antibodi dapat menyebabkan antigen (mikroba) menggumpal bersama sama
2. Opsonisasi: Antigen (mikroba) dilapisi oleh Ab yang dapat meningkatkan penelanan mikroba dan pelisisan oleh sel
fagosit
3. Netralisasi : IgG menginaktifkan virus dengan cara mengikat permukaannya dan menetralkan toksin melalui
blocking sisi aktifnya
6. Hipersensitivitas
Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupunselular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T.
Aktivasi berlebihan olehantigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaanimunopatologik yang
disebut reaksi hipersensitivitas.
Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu
1. Tipe I hipersensitif anafilaktik
2. Tipe II hipersensitif sitotoksik yang bergantung antibody
3. Tipe III hipersensitif yang diperani kompleks imun
4. Tipe IV hipersensitif cell-mediated (hipersensitif tipe lambat)
Reaksi hipersensitivitas ada empat tipe. Reaksi yang disebabkan oleh immunoglobulin E(IgE) seperti dijelaskan,
termasuk reaksi hipersensitivitas tipe 1 (alergi) yang paling umum diderita orang. Selain itu, ada pula reaksi
hipersensitivitas tipe 2,3, dan 4. Berikut ini penjelasannya.
• Reaksi Hipersensitivitas Tipe 1
Kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh seseorang menjadi hipersensitivitas dalam reaksi secara imunologi terhadap
bahan-bahan yang umumnya immunogenic atau bisa dikatakan orang bersangkutan berasapa atopic. Dengan kata lain,
tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadpa lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan
berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyababkan
hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
• Reaksi Hipersensitivitas Tipe 2
Melibatkan antibody yang disebut imunoglobulin G(IgG) dan IgM. Alergi ini terjadi diikuti dengan penghancuran sel-
sel darah merah. Biasanya terjadi sebagai bentuk penolakan tubuh setelah transplantasi organ. Penyebabnya bisa juga
karena reaksi terhadap obat-obatan tertentu.
• Reaksi Hipersensitivitas Tipe 3
Reaksi hipersensitivitas tipe ini disebut imunitas kompleks, disebabkan oleh reaksi antigen dan antibody yang
mengendap dalam jaringan dan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan itu. Salah satu contohnya adalah reaksi
yang bermula dari infeksi tenggorokan akibat bakteri Streptococcus. Pada saat itu, toksisn dari bakteri Streptococcus
masuk ke dalam darah dan menimbulkan kerusakan pada jantung atau ginjal.
• Reaksi Hipersensitivitas Tipe 4
Terjadinya alergi bukan akibat IgE melainkan Tsel. Contohnya yang paling umum adalah alergi kontak dermatitis,
alergi saat kulit kntak dengan logam atau zat kimia tertentu sehingga timbul gatal-gatal seperti eksem.
2. Konsep antigen dan antibody
7. Autoimun
Penyakit autoimun merupakan respon imun yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh sendiri serta mengganggu
fungsi fisiologis tubuh. Penyakit autoimun dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor genetik, infeksi,
lingkungan, hormonal, daerah/suku, diet dan toksik/obat. Patogenesis autoimun terdiri atas gangguan aktivitas selular dan
protein regulator. Gangguan aktivitas selular dapat terjadi apabila tubuh gagal mempertahankan toleransi akan self-antigen
dan terjadi aktivasi autoreaktif sel imun terhadap self-antigen tersebut. Mekanisme kegagalan toleransi tersebut diperankan
oleh sel T perifer dalam berbagai proses
Penyebab nya :
Cacat gen HLA dan non HLA yang menyebabkan limfosit reaktif kepada self antigen.
Infeksi respon imun terhadap infeksi menyebab kan gangguan ekspresi costimulatory atau karena crossreaktion dari
mikroorganisme dan self antigen
Contoh Penyakit :
1. SLE ( Systemic lupus erythematosus )
merupakan penyakit autoimun kronik yang dapat menyerang berbagai organ, mulai dari sendi, kulit, sel darah, ginjal hingga
saraf.
Seseorang dapat terkena SLE karena memiliki faktor predisposisi genetik yang kemudian dicetuskan oleh faktor lingkungan
seperti infeksi virus, sinar ultraviolet, atau hormon.
2. RA ( Rheumatoid arthritis )
Merupakan peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan nya dan radang sendi ini
menimbulkan keluhan bengkak dan nyeri sendi hingga sendi terasa kaku
3. DM tipe 1 ( Diabetes Melitus tipe 1 )
DM tipe 1 atau disebut juga sebagai Insulin Dependent Diabetes Mellitus(IDDM) merupakan keadaan dimana
penderita DM sangat bergantung pada insulin. Pada DM tipe 1 pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau insulin
yang diproduksi kurang, hal tersebut mengakibatkan penderita memerlukan suntikan insulin dari luar. DM tipe
1merupakan penyakit autoimun, yaitu penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh
pasien sehingga mengakibatkan rusaknya sel-sel dalam pankreas yang merupakan tempat memproduksi insulin
8. Pandangan islam tentang imunisasi
Imam Suyuthi menyebutkan kaidah fiqh dalam kitabnya al-Asybah wan Nazhair, yaitu kondisi darurat itu
membolehkan hal-hal yang telarang. Teori darurat ini hukum asalnya adalah haram, tapi hukum haram itu bisa
berubah menjadi halal atau mubah dalam kondisi darurat.
Selain itu, imunisasi dalam islam juga menimbang al hajat, yang merupakan kondisi terdesak. Maksudnya, pemberian
imunisasi dan vaksin berbahan haram harus dengan catatan jika seseorang tidak mendapatkannya, maka akan
menyebabkan kematian, kecacatan, dan penyakit berat.
Menurut fatwa MUI ini, maka kita harus sepakat bahwa: hukum imunisasinya sendiri itu mubah (halal)bahkan
sampai wajib bila kondisinya darurat. Mubah artinya boleh dikerjakan boleh tidak, sedangkan wajib itu hukumnya bisa
menanggung dosa bila ditinggalkan. Jadi seandainya disimulasikan, akan ada 4 kemungkinan seperti ini:
1. Bagus ida KS. Diktat Imunologi Dasar Sistem Imun. 2017 : 4-18
2. Lauralee Sherwood. Human physiology : From Cells to Systems. Edisi 7. 2010
3. Yulia Cahya Khasanah , Regulators Sebagai Modalitas Terapi Penatalaksanaan Autoimun . Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung ; 2017
4. Alvina Dhani, Suplementasi Sinbiotik Pada Pasien Lupus Eritematosus sistemik . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ;
2018
5. Hikmah. N, Dewa Ayu. 2015. Jurnal Fakultas Kedoktern Gigi Universitas Jember : Seputar Reaksi Hipersensivitas atau Alergi
Vol 7. No 2.
6. Made Wirya, Hipersensitivitas : Proses Imun yang Menyebabkan Cedera Jaringan, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Tahun 2017.
7. Abbas, Abdul K.,Andrew H.Lichtman.,Shiv Pillai. Immunologi Dasar Abbas : Fungsi dan Kelainan Sistem Imun. Edisi
Indonesia kelima,oleh Handono Kalim. Singapore : Elsevier. 2016
8.