Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA 8
“AMILUM PADA DAUN KERSEN (Muntingia calabura)”

Nama Firda Ramadani Putri


NIM 1800017080
Golongan 1
Kelas Biologi B

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI TERAPAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2020
ACARA 8

“AMILUM PADA DAUN KERSEN (Muntingia calabura)”

A. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum acara 8 Amilum pada Daun Kersen


(Muntingia calabura) adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui warna daun sebelum perlakuan yang tidak ditutup dan ditutup
2. Mengetahui warna daun setelah direbus dengan alkohol yang tidak ditutup
3. Mengetahui warna daun setelah direbus dengan alkohol yang ditutup
4. Mengetahui warna daun setelah ditetesi JKJ yang ditutup
5. Mengetahui warna daun setelah ditetesi JKJ yang tidak ditutup

B. Tinjauan Pustaka
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah Polihidroksi aldehida dan Polihidroksi keton atau
zatzat yang bila dihidrolisis akan menghasilkan derivat senyawa-senyawa
tersebut. Suatu kharbohidrat tergolong aldehida ( CHO ), jika oksigen
karbonil berikantan dengan suatu atom karbon terminal dan suatu keton ( C =
O ) jika oksigen karbonil berikatan dengan suatu karbon internal. Pada
umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih, yang sukar larut
dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air ( kecuali beberapa sakarida ).
Sebagian besar karbohidrat dengan berat melekul yang rendah, manis
rasanya. Karena itu, juga digunakan istilah gula untuk zat-zat yang tergolong
karbohidrat (Amstrong, 1995).
Terdapat tiga golongan karbohidrat yang utama yaitu : monosakarida,
oligosakarida dan polisakharida. Kata sakarida diturunkan dari bahasa
Yunani yang berarti gula. Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari
hanya satu unit polisakharida aldehida atau keton. D-glukosa adalah
monosakarida yang paling banyak dijumpai di alam. Oligosakarida (bahasa
Yunani oligos yang artinya sedikit ) terdiri dari rantai pendek unit
monosakarida yang digabungkan bersamasama oleh ikatan kovalen.
Diantaranya yang paling dikenal adalah disakarida yang mempunyai dua unit
monosakarida. Teristimewa adalah sukrosa (gula tebu) yang terdiri gula D-
glukosa dan D-fruktosa yang digabungkan oleh ikatan kovalen. Kebanyakan
oligo sakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit monosakarida tidak
terdapat secara bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai samping polipeptida
pada proteoglikan. Polisakharida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai
ratusan atau ribuan unit monosakarida. Beberapa polisakharida seperti
selulosa, mempunyai rantai lenier, sedangkan yang lain seperti amilum (pati)
dan glikogen mempunyai rantai yang bercabang.Polisakharida yang paling
banyak dijumpai pada dunia tanaman yaitu pati dan selulosa . Nama semua
monosakarida dan disakarida berakhiran –Osa (Lehninger, 1988).

2. Amilum
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam
air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan
utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa
(sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Pati adalah suatu
polisakarida yang mengandung amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan
polisakarida berantai lurus bagian dari butir-butir pati yang terdiri atas
molekul-molekul glukosa -1,4-glikosidik. Amilosa merupakan bagian dari
pati yang larut dalam air, yang mempunyai berat molekul antara 50.000 -
200.000, dan bila ditambah dengan iodium akan memberikan warna biru. Pati
tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam
komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera)
sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan
warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi.
Penjelasan untuk gejala ini belum pernah bisa tuntas dijelaskan. Amilum
terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian yang tidak
larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asam mineral menghasikan
glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif (Astuti, 2009).
Amilopektin merupakan polisakarida bercabang bagian dari pati,
terdiri atas molekul-molekul glukosa yang terikat satu sama lain melalui
ikatan 1,4-glikosidik dengan percabangan melalui ikatan 1,6-glikosidik pada
setiap 20 - 25 unit molekul glukosa. Amilopektin merupakan bagian dari pati
yang tidak larut dalam air dan mempunyai berat molekul antara 70.000
sampai satu juta. Amilopektin dengan iodium memberikan warna ungu hingga
merah (Lehninger, 1988). atau asam dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati
dipanaskan dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih
kecil secara berurutan dan hasilnya adalah glukosa. Perbedaannya adalah jika
pada hidrolisa amilum dengan menggunakan enzim menghasilkan maltosa,
sedangkan pada hidrolisa amilum dengan menggunakan asam dapat langsung
menghasilkan glukosa. Maltosa merupakan hasil antara dalam proses
hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim. Maltosa mudah larut
dalam air dan mempunyai rasa lebih manis daripada laktosa, tetapi kurang
manis daripada sukrosa. Pati Dextri Maltosa Glukosa Ada beberapa tingkatan
dalam reaksi di atas. Molekul-molekul pati mula-mula pecah menjadi unit-
unit rantaian glukosa yang lebih pendek yang disebut dextrin. Dekstrin adalah
karbohidat yang dibentuk selama hidrolisis pati menjadi gula oleh panas, asam
atau enzim. Dekstrin ini dipecah lebih jauh menjadi maltosa (dua unit
glukosa) dan akhirnya maltosa pecah menjadi glukosa (Poedjadi, 1994).
3. Fotosintesis
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis
yang berarti menyusun. Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu
penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya.
Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung
karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO 2 dan H2O (Lakitan,
2007).
Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini
menggunakan energi dan cahaya matahari yang dimanfaatkan oleh klorofil
yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas
mempunyai membran luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi
suatu stroma yang mengandung enzim-enzim yang larut dalam struktur
membran yang disebut tilakoid. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: air (H2O), konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi
karbohidrat dan cahaya. Tetapi yang menjadi faktor utama fotosintesis agar
dapat berlangsung adalah cahaya, air, dan karbondioksida (Salisbury dan
Ross, 1992).

4. Tahap - Tahap Fotosintesis


Menurut Campbell (2002), Reaksi fotosintesis terdiri atas dua tahap,
yaitu reaksi terang dan reaksi gelap.
a. Reaksi Terang
Reaksi terang terjadi jika ada cahaya matahari dan berlangsung di
dalam bagian grana. Pada reaksi terang terjadi penyerapan energi matahari
oleh klorofil untuk diubah menjadi energi kimia. Energi kimia ini tersimpan
dalam dua jenis molekul berenergi tinggi, yaitu ATP dan NADPH. Pada saat
reaksi terang terjadi fotolisis, yaitu penguraian air oleh cahaya yang
menghasilkan ion hidrogen dan oksigen. Fotolisis merupakan pemasok
elektron dalam reaksi terang. Selama reaksi terang terdapat dua jalur aliran
elektron, yaitu fotofosforilasi nonsiklis dan fotofosforilasi siklis. Istilah
fotofosforilasi digunakan karena elektron dibangkitkan energinya oleh foton
cahaya dan kemudian menyumbangkan energinya untuk fosforilasi ADP guna
menyintesis ATP. Pada fotofosforilasi nonsiklis, digunakan FS I dan FS II
serta hanya ada satu arah aliran elektron, terutama dari air ke NADP+. Untuk
setiap dua elektron yang masuk ke jalur ini, dihasilkan 2 ATP dan 1 NADPH.
Fotofosforilasi siklis merupakan reaksi terang yang paling sederhana karena
karena hanya melibatkan FS I. Aliran elektronnya membentuk siklus karena
elektron yang tereksitasi yang berasal dari P700 pada pusat reaksi, sering kali
kembali ke P700. Untuk setiap elektron yang masuk ke fotofosforilasi siklis,
disintesis 1 ATP melalui kemiosmosis. Pada jalur ini tidak membentuk
NADPH.
b. Reaksi Gelap
Reaksi gelap dapat berlangsung baik ada cahaya maupun tanpa
cahaya. Reaksi ini terjadi di dalam bagian stroma. Pada reaksi gelap, ATP dan
NADPH yang dihasilkan pada reaksi terang digunakan sebagai sumber energi
untuk mereduksi karbon dioksida menjadi glukosa. Pembentukan glukosa dari
karbon dioksida adalah melalui siklus Calvin Benson. Mula – mula, karbon
dioksida difiksasi oleh molekul akseptor karbon dioksida, yaitu ribulosa 1,5-
bifosfat (RuBP), suatu gula berkarbon lima, menghasilkan dua molekul
gliseraldehid 3-fosfat (G3P) atau fosfogliseraldehid (PG). Reaksi karboksilasi
ini dikatalisis oleh enzim ribulosa bifosfat karboksilase (rubisko). Kemudian,
tiap G3P difosforilasi menggunakan ATP, lalu direduksi menggunakan
NADPH membentuk dua molekul gliseraldehid 3-fosfat atau triosa fosfat
(gula berkarbon tiga). Selanjutnya dengan menggunakan ATP, beberapa
molekul triosa fosfat digunakan untuk meregenerasi RuBP melalui serangkain
reaksi guna menyediakan lebih banyak akseptor karbon dioksida sehingga
siklus dapat berlanjut. Molekul triosa fosfat yang tersisa diubah menjadi
senyawa organik lainnya (meliputi monosakarida, disakarida, polisakarida,
lemak, dan protein). Untuk setiap enam molekul triosa fosfat yang terbentuk,
hanya satu yang digunakan untuk membentuk produk fotosintesis, sedangkan
lima molekul lainnya didaur ulang untuk membentuk RuBP.

5. Faktor - faktor yang mempengaruhi fotosintesis


Fotosintesis dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi perbedaan antara spesies, pengaruh
umur daun, dan pengaruh laju translokasi fotosintat. Faktor lingkungan
meliputi ketersediaan air, ketersediaan CO2, pengaruh cahaya, serta pengaruh
suhu. Pembentukan klorofil dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
genetik tanaman, intensitas cahaya, oksigen, karbohidrat, unsur hara, air, dan
temperatur (Setyanti dkk, 2013).

6. Alkohol
Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti
oleh rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai
titik didih yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C-nya
sama. Hal ini disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen.
Rumus umum molekul R – OH, dengan R adalah suatu alkil baik alifatis
maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang semakin rendah titik
didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah larut dan
hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan
mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan (Brady, 1999).
Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus
OH pada rantai karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol, antara lain:
alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer yaitu
alkohol yang gugus –OHnya terletak pada C primer yang terikat langsung
pada satu atom karbon yang lain contohnya: CH3CH2CH2OH (C3H7O).
Alkohol sekunder yaitu alkohol yang gugus –OHnya terletak pada atom C
sekunder yang terikat pada dua atom C yang lain. Alkohol tersier adalah
alkohol yang gugus –OHnya terletak pada atom C tersier yang terikat
langsung pada tiga atom C yang lain (Fessenden dan Fessenden, 1997).

7. Indikator JKJ
Proses fotosintesis terbentuk karbohidrat amilum. Terbentuknya
amilum dapat dideteksi dengan larutan JKJ (Jodium Kalium Kolida) (Kimball,
1998). Adanya amilum dapat dibuktikan dengan pengujian yodium. Amilum
hanya terdapat pada bagian-bagian daun yang hijau dan terkena sinar. Warna
biru kehitaman pada daun saat daun ditetesi larutan JKJ menandakan adanya
amilum (Saktiyono, 2004). JKJ berfungsi sebagai indikator atau petunjuk
untuk mengetahui adanya larutan amilum atau glukosa. JKJ dapat bekerja
apabila adanya kandungan zat amilum (Campbell dkk, 2002).

8. Morfologi dan fisioloogi kersen (Muntingia calabura)


Tanaman kersen mempunyai ketinggian 3-12 meter, percabangannya
mendatar, menggantung ke arah ujung, berbulu halus, daunnya tunggal,
berbentuk bulat telur sampai berbentuk lanset, pangkal lembaran daun yang
nyata tidak simetris dengan ukuran (4-14) cm x (1-4) cm, tepi daun bergerigi,
lembaran daun bagian bawah berbulu kelabu. Bunga tumbuhan kersen terletak
pada satu berkas yang letaknya supra-aksilar dari daun bersifat hemaprodit.
Buahnya mempunyai tipe buah buni, berwarna merah kusam bila masak,
dengan diameter 15 mm, berisi beberapa ribu biji yang kecil terkubur dalam
daging buah yang lembut (Haki, 2009).
Menurut Kosasih dkk (2013), Kandungan buah Kersen antara lain
setiap 100 gram kersen mengandung air (77,8 gram), protein(0,384 gram),
lemak (1,56 gram), karbohidrat (17,9 gram), serat (4,6 gram), abu (1,14
gram), kalsium (124, 6 mg), fosfor (84 mg), besi (1,18 mg), karoten (0,019
gram), tianin (0,065 gram), riboflavin (0,037 gram), niacin (0,054 gram) dan
vitamin C (80,5 mg). Adapun nilai energi yang dihasilkan 380 KJ/100 gram.
Buah kersen merupakan antioksidan, karena mempunyai kandungan vitamin
C yang cukup tinggi yaitu 80,5 mg. Di dalam buah kersen juga terdapat
kandungan flavonoid, tanin, triterpenoid, saponin, polifenol, niasin dan
betakaroten. Di dalam daun kersen mengandung flavonoid, tanin, glikosida,
saponin, steroid dan minyak essensial, kandungan tersebut yang membuat
daun kersen memiliki potensi antioksidan dan aktivitas antibakteri.

C. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Alumunium foil,
kater, penjepit tabung reaksi, korek api, spatula, pipet tetes, gelas beaker,
gelas kimia, kaki tiga, kawat kasa, Bunsen.

D. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
Aquades, etanol 95%, larutan lugol, daun kersen (Muntingia calabura)

E. Cara Kerja
Adapun langkah kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Daun kersen sebanyak 2 lembar di rebus sampai daun layu dan air
berubah warna
2. Kedua daun kemudian di masukan pada larutan alkohol yang sudah
mendidih sampai daun berwarna putih yang menandakan klorofil telah larut.
3. Daun kersen yang sudah di masukan kedalam alcohol yang mendidih
kemudian di cuci dengan air bersih
4. Daun yang sudah bersih kemudian 1 daun ditetesi dengan larutan JKJ
dan 1 daun di bungkus dengan alumunium foil.
5. Terakhir diamati perubahan warna pada daun dengan 2 perlakuan
F. Hasil dan Pembahasan
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis
yang berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat
organik H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang
memerlukan cahaya. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang
mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi
cahaya matahari[ CITATION Kim02 \l 1033 ]

Amilum adalah bentuk lain dari glukosa yang merupakan hasil dari
fotosintesis yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan
menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan
energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi
yang dihasilkan dalam fotosintesis, sehingga menjadi sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar
oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi
melalui fotosintesis disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah
satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO 2
diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain
yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui
kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang[ CITATION
Dar83 \l 1033 ].

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah aluminium foil


yang digunakan untuk menutupi daun kerse, penjepit kertas untuk menjepit
aluminium foil dengan daun kersen, gelas kimia sebagai tempat meletakkan
daun kersen, gelas beker sebagai tempat memanaskan alkohol, dan lampu
spritus untuk memanaskan alkohol. Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah daun kersen yang ditutupi aluminium foil dan daun yang tidak
ditutupi aluminium foil, alkohol, dan JKJ. Pada percobaan digunakan larutan
lugol yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya amilum pada daun
tersebut. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, daun kersen tanpa
aluminium foil pada saat direndam dalam alkohol panas warnanya menjadi
hijau kekuningan dan daun kersen yang ditutupi aluminium foil berubah
warnanya juga menjadi hijau kekuningan. Hal ini menunjukkan bahwa daun
kersen mengandung klorofil, setelah ditetesi dengan JKJ daun kersen yang
tidak ditutup berubah warna menjadi hitam dengan JKJ yang digunakan untuk
menguji amilum pada daun yang melakukan fotosintesis, sedangkan daun
yang ditutupi berubah menjadi hijau kekuningan. JKJ adalah suatu senyawa
yang mengandung 3 unsur yaitu Iodium, Kalium, Iodida yang berfungsi untuk
menguji amilum pada daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Saktiyono (2004)
Adanya amilum dapat dibuktikan dengan pengujiaan yodium. Amilum hanya
terdapat pada bagian-bagian daun yang hijau dan terkena sinar. Warna biru
kehitaman pada daun saat daun ditetesi larutan JKJ menandakan adanya
amilum.

Tabel 1. Hasil pengamatan amilum pada daun kersen (Muntingia calabura)

Warna Daun
No Pengamatan Tidak
Ditutup
ditutup
Sebelum perlakuan Hijau tua Hijau tua
1
Setelah direbus dengan Hijau Hijau
2 alkohol kekuningan kekuningan

Setelah ditetesi JKJ Biru Hijau


3 kehitaman kekuningan
Gambar 1. Daun sebelum perlakuan (bagian tengah daun telah ditutup kertas
aluminium

Gambar 2. Daun setelah direbus dengan alcohol

Gambar 3. Daun setelah ditetesi JKJ


Berdasarkan hasil praktikum daun kersen yang tidak ditutupi oleh
alumunium foil setelah direbus dalam alkohol dan ditetesi JKJ, ternyata
warnanya berubah menjadi gelap atau hitam. Klorofil sangat penting sebagai
penangkap cahaya matahari sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis. Hal
ini sesuai dengan pendapat dari Hopkins dan Hϋner (2004) yang menyatakan
bahwa klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis.
Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung
kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Warna hitam pada
daun gamal disebabkan karena daun gamal mengandung amilum yang
merupakan hasil fotosintesis yang dibantu oleh cahaya matahari.
Jika terdapat amilum maka pada bagian daun yang ditetesi lugol akan
berubah warna menjadi biru kehitaman. Pada saat daun ditetesi dengan iodin
bagian yang sebelumnya tertutup oleh kertas alumuniym foil tetap hijau
kekuningan (pucat), sedangkan yang tidak tertutup warnanya menjadi biru
kehitaman. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada bagian daun yang tidak
ditutupi kertas foil terdapat amilum, sedangkan pada bagian daun yang ditutupi
kertas timah tidak terdapat amilum. Amilum merupakan salah satu hasil dari
proses fotosintesis, yang berarti pada bagian daun yang terkena cahaya matahari
terjadi proses fotosintesis,sedangkan pada daun yang tidak terkena cahaya
matahari tidak terjadi proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Andrews (2008) yang menyatakan bahwa proses fotosintesis sebenarnya peka
terhadap beberapa kondisi lingkungan sebagai factor yang mempengaruhinya
yaitu meliputi kehadiran cahaya matahari, suhu lingkungan, konsentrasi
karbondioksida (CO2). Dan warna gelap terbentuk karena JKJ bereaksi terhadap
amilum atau glukosa. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Campbell (2002) yang
menyatakan bahwa JKJ dapat bekerja apabila adanya kandungan zat amilum.
G. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di ambil dari praktikum acara 8 Amilum pada
Daun Kersen (Muntingia calabura) yaitu :
1. Warna daun sebelum perlakuan yang tidak ditutup dan ditutup adalah hijau
tua.
2. Warna daun setelah direbus dengan alkohol yang tidak ditutup adalah hijau
kekuningan.
3. Warna daun setelah direbus dengan alkohol yang ditutup adalah hijau
kekuningan.
4. Warna daun setelah ditetesi JKJ yang tidak ditutup adalah hijau kekuningan.
5. Warna daun setelah ditetesi JKJ yang ditutup adalah biru kehitaman.
Daftar Pustaka

Amstrong, F. B. 1995. Buku Ajar Biokimia. Edisi ketiga alih bahasa dr.
R.F. Maulany, MSc. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Andrews N R. 2008. The effect and interaction of enhanced nitrogen deposition
and reduced light on the growth of woodland ground flora.

Astuti, Yeti. 2009. Analisi Amilum. Jakarta : Gramedia.


Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa
Aksara.

Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchell, L. G. 2002. Biologi Jilid 1


Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Darmawan, & Baharsjah. (1983). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT


Gramedia.
Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik
Diterjemahkan oleh Maun, S., Anas, A. Dan Sally, S. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Haki, M. 2009. Efek Ekstrak Daun Talok (Muntingia calabura L.) Terhadap
Aktivitas Enzim SGPT pada Mencit yang Diinduksi Karbon
Tetraklorida. Jurnal Sains. Vol 2 No. 14
Hopkins WG, Hϋner NPA. 2004. Introduction to Plant Physiology. Hoboken:
John Wiley & Sons.
Kimball, J. (2002). Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Kosasih, E., Supriatna, N., dan Ana, E. 2013. Informasi Singkat Benih Kersen
atau Talok (Muntingia calabura L.) Madura: Balai Pembenihan
Tanaman Hutan Jawa dan Madura.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Lehninger, A. L. 1988. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I Alih Bahasa Dr. Ir. Maggy
Thenawidjaja. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Saktiyono. 2004. Sains Biologi SMP Untuk Kelas VIII. Jakarta: Esis.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 Edisi
Keempat. Bandung: ITB.
Setyanti, Y. H., Anwar, S., dan Slamet, W. 2013. “Karakteristik Fotosintetik dan
Serapan Fosfor Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) pada Tinggi
Pemotongan dan Pemupukan Nitrogen yang Berbeda”. Animal
Agriculture Journal. Vol 2 No 1.

Anda mungkin juga menyukai