Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses biokimia yang memproduksi energy terpakai (nutrisi), mengubah
karbon dioksida dan air dengan bantuan cahaya matahari menjadi senyawa
organic berisi karbon dan kaya energi disebut dengan fotosintesis. Fotosintesis
merupakan asimilasi karbon yang diikat menjadi gula sebagai molekul penyimpan
energy. Glukosa yang terbentuk digunakan untuk membentuk senyawa organic
lain seperti selulosa. Proses fotosintesis terjadi pada daun. Cahaya akan ditangkap
oleh klorofil yang berada dalam di kloroplas. Reaksi fotosintesis terbagi menjadi
dua reaksi utama, yaitu reaksi terang yang memerlukan cahaya dan reaksi gelap
yang tidak memerlukan cahaya namun memerlukan karbon dioksida (Salisbury
&Ross, 1995). Energy cahaya akan diubah menjadi energy kimia oleh pigmen
berupa klorofil dan karotenoid pada membrane tilakoid. Klorofil a dan b
pengasorbsi kuat untuk panjang gelombang biru dan ungu, sedangkan jingga dan
merah sangat kurang untuk panjang gelombang hijau dan kuning hijau. Sintesis
klorofil berlangsung di daun dan berfungsi sebagai penangkap cahaya yang
jumlahnya bervariasi pada tiap spesies. Sintesis klorofil dipengaruhi oleh cahaya,
gula atau karbohidrat, air, temperature, faktor genetic, dan unsur-unsur hara
(Hendriyani dan Setiari, 2009). Radiasi cahaya diabsorpsi oleh klorofil dan
pigmen tambahan kompleks protein-klorofil yang selanjutnya akan di transfer ke
pusat reaksi fotosistem I dan II yang merupakan tempat perubahan energy cahaya
menjadi energy kimia (Li,et al., 2006).

1.2 Tujuan Penelitian


1. Mampu membedakan bahan sampel yang mengandung amilum.
2. Mampu menjelaskan pengaruh matahari selama proses fotosintesis.
3. Mampu mengetahui hasil fotosintesis berupa amilum.
4. Mengetahui peran stomata dalam proses fotosintesis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa polihidroksildehida dan keton
polihidroksil atau turunannya yang mempunyai rumus umum Cn (H2O)n.
Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu monosa-
karida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Karbohidrat yang tidak dapat
dielektrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana disebut monosakarida.
Karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida yang
disebut disakarida. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis
menghasilkan tiga hingga sepuluh monosakarida. Selanjutnya, karbohidrat yang
dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida disebut polisakarida.
Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dapat dielektrolisis menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Monosakarida dapat diklasifikasikan lebih lanjut
menjadi aldosa bila monosakarida mengandung gugus aldehid dan ketosa bila
mengandung gugus keton. Glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida
dimana glukosa adalah monomer penyusun amilum (Nurlita, 2004).
Amilum merupakan salah satu senyawa polisakarida yang terdiri dari
monosakarida yang berikatan melalui ikatan oksigen. Monomer dari pati adalah
glukosa yang berikatan dengan ikatan α (1,4)-glikosidik. Pada umumnya, amilum
mengandung sekitar 20% raksi yang dapat larut dalam air disebut amilosa dan
sisanya adalah amilopektin yang tidak larut dalam air. Amilosa dan amilopektin
tersusun atas unit-unit D-(+) –glukosa, tetapi berbeda dalam ukuran dan bentuk
molekulnya. Amilosa merupakan rantai lurus tersusun dari satuan glukosa yang
bergabung melalui ikatan α-(1,4) D-glukosa. Hidrolisis amilosa hanya
menghasilkan disakarida (+)-maltosa dan lebih lanjut hanya monosakarida D-(+)-
glukosa. Sedangkan amilopektin merupakan suatu polisakarida yang jauh lebih
besar daripada amilosa dan mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per
molekul dan menyebabkan sifat lengket. Seperti rantai dalam amilosa, rantai
utama dari amilopektin mengandung 1,4’-α-D-glukosa dan terdapat percabangan
rantai, sehingga terdapat satu glukosa ujung untuk kira-kira tiap 25 satuan
glukosa. Ikatan pada titik percabangan ialah ikatan 1,6’-α-glikosida (Ralph J.
Fessenden, 1982). Adapun struktur dari amilosa dan amilopektin dapat dilihat
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

2.2 Fotosintesis
Fotosintesis yang merupakan proses biokimia untuk memproduksi energi
terpakai (nutrisi), dimana karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) dibawah
pengaruh cahaya diubah ke dalam persenyawaan organik yang berisi karbon dan
kaya energi. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena
dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai
molekul penyimpan energi. Reaksi dalam fotosintesis yang menghasilkan glukosa
ialah sebagai berikut:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Glukosa digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa
dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui
respirasi seluler. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler
berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan
senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida,
air, dan energi kimia. Organ utama tumbuhan tempat berlangsungnya fotosintesis
adalah daun. Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut
klorofil yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam
organel yang disebut kloroplas, dimana fotosintesis berlangsung tepatnya pada
bagian stroma. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau
mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun
(Salisbury dan ross, 1995).
Kebenaran bahwa fotosintesis menghasilkan amilum dibuktikan oleh
seorang kimiawan Jerman bernama Julius Sachs (1832-1897). Ia menemukan
bahwa zat asam arang yang diserap tanaman digabungkan dengan hidrogen dari
molekul air akan membentuk glukosa. Energi untuk reaksi ini berasal dari cahaya
matahari yang menimpa tanaman.Sebagian glukosa hasil fotosintesis ini diubah
menjadi zat tepung atau amilum sebagai bentuk simpanan energi. Kemudian
oksigen yang terpisah dari air akan dilepas oleh tanaman ke atmosfer. (Challoner,
2000).
Pada reaksi fiksasi karbon, ATP dan NADPH yang dihasilkan pada reaksi
terang digunakan sebagai energi untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat.
Reaksi ini dimulai dalam stroma kloroplas dan diteruskan dalam sitoplasma yang
menghasilkan sukrosa dalam daun tanaman. Sukrosa dalam daun dipindah ke
bagian lain tanaman dan digunakan sebagai bahan dalam pembentukan molekul
organik dan energi bagi pertumbuhan tanaman (Akin, 2006). Fiksasi karbon tidak
membutuhkan cahaya, oleh karena itu biasa disebut sebagaireaksi gelap. Namun,
Fiksasi karbon tidak pula terjadi saat gelap, nyatanya banyak enzim yang terlibat
di reaksi fiksasi karbon lebih aktif ketika ada cahaya dari pada ketika gelap.
Kemudian, reaksi fiksasi karbon ini juga bergantung pada produk dari
reaksi terang (Solomon et al, 2011). Siklus Calvin merupakan jalur metabolisme
yang serupa dengan siklus Krebs dalam arti bahwa materi awal diregenerasi
setelah molekul memasuki dan meninggalkan siklus ini. Karbon memasuki siklus
Calvin dalam bentuk CO2 dan keluar dalam bentuk gula.Siklus ini menggunakan
ATP sebagai sumber energi dan mengkonsumsi NADPH sebagai tenaga produksi
untuk penambahan electron berenergi-tinggi untuk membuat gula (Reeceet al,
2014).

2.3 Uji Iodium


Pada uji ini digunakan reagen iodin (larutan I2 dalam KI). Penambahan
iodium pada suatu polisakarida akan menyebabkan terbentuknya kompleks
adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna
biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks
antara amilum dengan iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin kemudian
dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif akan
menghilang. Dan sewaktu didinginkan warna biru akan muncul kembali. Di dalam
amilum sendiri terdiri dari dua macam amilum yaitu amilosa yang tidak larut
dalam air dingin dan amilopektin yang larut dalam air dingin. Ketika amilum
dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul
yang bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler
(Suja, 2003).
Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan
memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan,
molekul-molekul akan saling menjauh sehingga micelles pun tidak lagi terbentuk
sehingga tidak bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan
menjadi menghilang. Micelles akan terbentuk kembali pada saat didinginkan dan
warna biru khas pun kembali muncul. Warna biru khas yang ditimbulkan sebagai
hasil dari reaksi positif, juga akan hilang jika larutan yang telah positif dalam
pengujian iod ditambah dengan NaOH. Ion Na+ yang bersifat alkalis akan
mengikat iodium sehingga warna biru khas akan memudar dan hilang (Nurlita,
2002).
Percobaan Iod Amilum termasuk polisakarida. Polisakarida memiliki
struktur yang spiral (menutup) yang apabila polisakarida ini (amilum) ditetesi Iod,
maka molekul Iod akan terperangkap di dalamnya. Akibatnya larutan ini akan
berwarna biru. Ketika dipanaskan, amilun akan terhidrolisis menjadi
monosakarida sehingga Iod bisa terlepas. Selanjutnya ditambahkan NaOH maka I
akan bereaksi dengan Na+ membentuk NaI, akibatnya larutan akan menjadi
bening. Hal ini tidak berlaku untuk jenis-jenis sakarida yang lain seperti
monosakarida, disakarida, dan oligosakarida karena struktur mereka masih
sederhana. Apabila dipanaskan maka ikatan antara Na dan I kembali renggang
sehingga apabila didiamkan bisa balik lagi dan terbentuk warna biru kembali
(Astry dan Salsalina, 2020).

2.4 Sirih
Sirih merupakan tanaman merambat yang mencapai ketinggian hingga 15 m
dan mempunyai batang berwarna coklat kehijauan yang beruas-ruas sebagai
tempat keluarnya akar (Mursito, 2002). Tanaman ini panjangnya mampu
mencapai puluhan meter. Bentuk daun seperti jantung, tangkai daun panjang, tepi
daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip,
dan daging daun tipis. Permukaan daun berwarna hijau dan licin, sedangkan
batang pohonnya berwarna hijau kecoklatan dan permukaan kulit batang kasar
serta berkerut-kerut. Daun-daun sirih yang subur berukuran antara 8 cm -12 cm
lebarnya dan 10 cm-15 cm panjangnya. Tulang daun bagian bawah licin, tebal,
berwarna putih. Panjang tulang daun sekitar 5 cm – 18 cm, lebar 2,5 cm – 10,5
cm. Bunga berbentuk bulir, berdiri sendiri diujung cabang dan berhadapan dengan
daun. Daun pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur terbalik atau lonjong,
panjang kirakira 1 mm. Bulir jantan memiliki panjang tangkai 2,5 cm – 3 cm,
benang sari sangat pendek. Bulir betina memiliki panjang tangkai sekitar 2,5 cm –
6 cm. Kepala putik berjumlah 3-5 buah. Buah buni, bulat, dengan ujung gundul.
Bulir masak berambut kelabu, rapat, mempunyai tebal 1 cm – 1,5 cm. Biji
membentuk lingkaran.
Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri
1-4,2%, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C yodium,
gula dan pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri terdapat
fenol alam (senyawa alami) yang mempunyai daya fungisid yang sangat kuat
tetapi tidak sporosid (Soemiyati, 2002).
2.5 Mangga
Mangga adalah anggota kingdom Plantae, Divisi Tracheophyta, klas
Magnoliopsida, ordo Sapindales, dan famili Anacardiaceae. Tanaman ini berasal
dari genus mangifera dengan nama spesies Mangifera indica L. Nama spesies
tanaman mangga memiliki arti “tanaman dari India berbuah mangga”. Lebih dari
1000 variasi mangga yang diketahui berasal dari dua galur biji mangga –
monoembrionik (embrio tunggal) dan poliembrionik (banyak embrio). Biji
monoembrionik berasal dari India, sedangkan polyembrionik berasal dari
Indochina (Mehta, 2017). Mangga merupakan tanaman berbuah musiman yang
berupa pohon dan berasal dari India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Mangga memiliki potensi untuk
dikembangkan karena tingkat keragaman genetiknya yang tinggi. Variasi pada
bentuk, ukuran dan warna buah mangga menunjukkan keragaman genetik yang
tinggi (Nilasari dkk., 2013).
Mangifera indica L. merupakan pohon yang sepanjang tahun terus memiliki
daun hijau dan dapat tumbuh hingga 10-45 m. Tanaman ini berbentuk kubah
dengan dedaunan lebat, dan biasanya memiliki percabangan berat yang berasal
dari batang yang kokoh. Daunnya tersusun secara spiral di percabangan dengan
panjang helai daun sekitar 25 cm dan lebar 8 cm. terkadang daunnya memiliki
warna merah dan lebih tipis ketika masih muda dan mengeluarkan aroma ketika
diremas. Bunga kecil berwarna putih kemerahan atau hijau kekuningan dan
tumbuh di ujung percabangan dengan jumlah sekitar 3000. Buah tanaman mangga
memiliki biji besar dan memiliki banyak variasi dalam bentuk dan ukuran. Daging
buahnya tebal dan berwarna kuning, memiliki satu biji dan kulit kekuningan
ketika matang (Shah et al, 2010).

2.7 Bayam
Bayam (Amaranthus sp.) merupakan salah satu tumbuhan yang biasa
ditanam untuk dikonsumsi daunnya untuk digunakan untuk sayuran hijau.
Kandungan nutrisi yang terdapat dalam 100 gram daun bayam adalah 2.3 gram
protein, 3.2 gram karbohidrat, 3 gram besi dan 81 gram kalsium. Bayam juga kaya
akan berbagai macam vitamin dan mineral, yakni vitamin A, vitamin C, niasin,
thiamin, fosfor, riboflavin, natrium, kalium dan magnesium. Produksi bayam di
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2010
produksinya mencapai 152.334 ton dan meningkat menjadi 160.513 ton pada
tahun 2011 (BPS, 2012).
Bayam terdapat 3 jenis yaitu bayam hijau (bayam cabut), bayam merah dan
bayam putih. Bayam hijau (bayam cabut), yaitu bayam yang memiliki bentuk
daun yang kecil dan lembut, bayam ini sering disebut dengan bayam cabut
(Amaranthus Tricolor. L), juga ada bayam berdaun lebar, tebal dan agak liat yang
disebut bayam tahunan (Amaranthus Hybridus.L) (Lingga, 2010). Menurut
Lingga (2010) bayam mengandung vitamin yang lengkap. Bayam bermanfaat
mencegah berbagai penyakit karena melindungi dan memperkuat tubuh melalui
berbagai cara. Kandungan vitamin pada bayam sangatlah banyak diantara
kandungan vitamin pada bayam adalah vitamin A, B2, B6, B12, C, K, mangan,
magnesium, zat besi, kalsium, kalium, dan fosfor.
2.7 Rheo Discolor
Nanas kerang (Rhoeo discolor) merupakan sejenis tanaman hias. Nanas
kerang ini biasanya tumbuh subur di tanah yang lembab. Selain sebagai tanaman
hias, nanas kerang juga memiliki kegunaan sebagai tanaman obat-obatan.
Beberapa penyakit yang dapat diobati diantaranya bronkhitis, batuk, TBC kelenjar
(Limphatic tuberculosis), mimisan (Epistaxis), dan disentri basiler. Daun nanas
kerang (Rhoeo discolor) umumnya digunakan masyarakat Kalimantan barat.
Sebagai tanaman pembuatan liang teh yang berfungsi sebagai minuman penurun
panas dalam (Pratiwi, dkk. 2017). Menurut Avila, dkk (2003) dalam jurnal
Toxicology in Vitro menyatakan bahwa ekstrak etanol dari nanas kerang (Rhoeo
discolor) bersifat antimutagenik dan antigenotoksik sehingga dapat digunakan
sebagai penghambat sel kanker. Tanaman nanas kerang merupakan salah satu
tanaman yang bersifat toksik dan memiliki beberapa senyawa metabolit sekunder
berupa alkaloid, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna (Kirana,
1993). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dikatakan
bahwa pada tanaman nanas kerang (Rhoeo discolor) terdapat senyawa flavanoid
yaitu antosianidin (Sitorus, dkk, 2012).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


 Selotip, Alumunium foil, tanaman Bauhinia purpurea, pipet tetes
 Daun bayam, mangga, dan Rhoeo discolor
 Tabung reaksi, Akuades, Etanol, pipet tetes, Larutan Iodium

3.2 Langkah Kerja

Percobaan 1:

1. Memilih daun (dua buah) dalam satu tanaman Bauhinia purpurea


2. Pada daun A, praktikan memberi alumunium foil pada ujung daun
bagian adaksial dan abaksial.
3. Pada daun B, praktikan memberi alumunium foil pada bagian abaksial,
seperti gambar berikut.

4. Setelah 2 hari (24 jam) memetik daun A dan B. Lalu memfoto


keduanya.
5. Kemudian menguji amilum pada daerah yang tertutup alumunium foil
dan yang tidak tertutup 6. Menentukan bagian yang mengandung
amilum dan menentukan apakah stomata tertutup ataukah terbuka pada
bagian tersebut.
Percobaan 2 :

1. Mengambil daun bayam, mangga dan Rhoeo discolor, lalu dipotong


kecil-kecil dan ditambahkan akuades.
2. Memasukkan tabung berisi sampel ke penangas air sampai daun layu.
3. Membuang akuades, lalu menambahkan etanol ke dalam tabung dan
dipanaskan lagi sampai daun pucat.
4. Pada ulangan kedua, membuang akuades, ditambahkan aceton,
dibiarkan di dalam suhu ruangan.
5. Menaruh semua sampel daun di plat tetes yang telah diberi label.
6. Meneteskan larutan iodium dan mengamati perubahan warna.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

1. Apakah fungsi larutan iodium?


Jawab : Sebagai indikator apakah senyawa tersebut mengandung amilum .
2. Apakah larutan iodium berbeda dengan larutan lugol? Jelaskan!
Jawab : Iodin lugol, dikenal juga sebagai iodium cair, larutan lugol, atau
cukup lugol, adalah larutan yang merupakan gabungan dari senyawa kalium
iodida dengan iodin dalam air. Lugol adalah larutan yodium yang bisa
diminum (terapi oral), beda dengan betadine (povidone iodine) yang tidak
boleh diminum.
3. Rumus rekasi fotosintesis pada tumbuhan yaitu?
Jawab : 6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
4. Apa peranan cahaya matahari dalam fotosintesis?
Jawab : Cahaya memilik fungsi sebagai sumber energi bagi tumbuhan untuk
melakukan fotosintesis serta sebagai pemecah molekul-molekul air. Sehingga
tanpa adanya cahaya fotosintesis tidak bisa terjadi. Daun yang tidak bisa
menangkap cahaya maka tidak bisa melakukan fotosintesis sehingga
kandungan amilum yang ada hanya sedikit dibandingkan dengan daun yang
melakukan fotosintesis secara normal.
5. Gas apa yang dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis diperoleh dari mana? Dan
masuk melalui apa?
Jawab : gas CO2 masuk lewat stomata yang ada di daun.
6. Hasil Pengamatan tertera pada gambar berikut ini
Daun sirih
Hasil Foto Daun sirih

Hasil uji amilum

7. Apakah warna hasil uji daun A (terbuka) sama dengan hasil uji daun B?
Jawab: Tidak ada perubahan warna
8. Apa pengaruh penutupan daun dengan alumunium foil?
Jawab: aluminium foil menghalangi daun untuk menyerap cahaya dan CO2
sehingga menghambat terjadinya fotosintesis yang menyebabkan daun tidak
mengandung amilum.
9. Apa kesimpulan dari percobaan 1?
Jawab: Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh
makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan
tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis
karbohidrat yang terjadi di bagian daun tumbuhan yang memiliki klorofil
dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber
energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya
cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis
10. Pada percobaan 2, apa pengaruh pemanasan sampel pada penangas air?
Jawab: Untuk melarutkan klorofil
11. Daun yang memberikan hasil positif adalah daun..
Jawab : Tidak ada
12. Hasil prcobaan 2 tertera pada tabel sebagai berikut
Daun mangga Daun hanjuang Bayam
Etanol : Etanol : Etanol :

Aseton : Aseton : Aseton :

13. Apakah ada perbedaan hasil uji dari ketiga sampel daun ? mengapa ?
Jawab : Tidak ada
14. Apa kesimpulan dari percobaan 2?
Jawab : Semua hasil daun yang telah ditetesi iodium tidak ada perubahan
warna atau di dapatkan hasil yang negative. Hal ini dapat dikarenakan semua
sampel daun memiliki amilum dengan kadar yang sedikit atau tidak ada sama
sekali.
BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tes iodium yang bertujuan
untuk membedakan bahan sampel yang mengandung amilum, menjelaskan
pengaruh matahari selama proses fotosintesis, mengetahui hasil fotosintesis
beruba amilum dan mengetahui peran stomata dalam proses fotosintesis.
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang berarti
penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat organik H 2O dan
CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang memerlukan cahaya.
Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu
pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari (Kimball,
2002).
Fotosintesis adalah proses sintesis untuk menghasilkan makanan yang
dilakukan oleh tumbuhan hijau dengan bantuan cahaya matahari. Tumbuhan
terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan
pokoknya agar tetap bertahan hidup,tumbuhan tersebut harus melakukan suatu
proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun
tumbuhan yang memiliki klorofil dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya
matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses
tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan
proses fotosintesis (Dwijoseputro, 2005).
Percobaan ini dilakukan untuk
menguji pengaruh cahaya terhadap fotosintesis dan uji adanya pati pada daun.
Cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman seperti
fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta pembungaan, pembukaan dan penutupan
stomata, serta perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Sifat cahaya matahari
yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu intensitas cahaya, kualitas cahaya
(panjang gelombang) dan lamanya penyinaran (panjang hari) (Susilawati dkk.,
2016). Hasil awal fotosintesis adalah berupa zat gula sederhana yang disebut
glukosa (C6H12O6). Selanjutnya, sebagian akan diubah menjadi amilum (zat
tepung /pati) yang ditimbun di daun, atau organ-organ penimbunan yang lain.
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada
kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai
wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan
dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-
jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-
65% berat kering biji gandum dan 80x bahan kering umbi kentang (Gunawan,
2004). Pati ada di daun dan tersimpan dalam kloroplas, namun pada organ
penyimpan, karbohidrat disimpan dalam amiloplas yang terbentuk sebagai hasil
translokasi sukrosa atau karbohidrat lain dari daun. Pati selalu berada dalam satu
butir atau beberapa butir di dalam plastid. Faktor yang mempengaruhi jumlah pati
dalam berbagai jaringan bergantung pada banyak faktor genetik dan lingkungan,
dan yang paling utama adalah cahaya. Pada siang hari pati akan terbentuk saat
fotosintesis melebihi laju gabungan respirasi dan translokasi dan sebagian hilang
pada saat malam hari (Salisbury, 1995).
Percobaan ini dilakukan dengan cara menutupi sebagian daun dengan
alumunium foil dan diamkan selama 2 hari. Kemudian daun tersebut dipetik dan
dilakukan uji amilum pada daerah yang tertutup dan yang tidak tertutup
alumunium foil. Daun yang digunakan pada percobaan ini yaitu daun sirih. Uji
amilum dilakukan dengan cara merebus daun dengan alcohol ditetesi dengan
iodium. Larutan iodium ini berfungsi sebagai indikator untuk menentukan apakah
pada daun terdapat amilum/glukosa atau tidak. Warna kehitaman pada daun yang
tidak tertutupi alumunium foil menandakan adanya amilum.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil setelah ditetesi larutan
iodium tidak ada perubahan warna pada daun yang ditutupi alumunium foil dan
yang tidak ditutupi alumunium foil. Hasil ini tidak sesuai dengan literature, karena
seharusnya terjadi perubahan warna pada daun setelah ditetesi larutan iodium
karena amilum/pati merupakan salah satu hasil dari proses fotosintesis, yang
berarti pada bagian daun yang terkena cahaya matahari terjadi proses fotosintesis
(Malcome, 2000). Hal ini dapat terjadi karena cahaya memiliki fungsi sebagai
sumber energi bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesis serta sebagai pemecah
molekul-molekul air. Sehingga tanpa adanya cahaya fotosintesis tidak bisa terjadi.
Daun yang tidak bisa menangkap cahaya maka tidak bisa melakukan fotosintesis
sehingga kandungan amilum yang ada hanya sedikit dibandingkan dengan daun
yang melakukan fotosintesis secara normal. Pigmen pada daun ada 4 yaitu
klorofil, anthosianin, karoten dan xantophyl. Klorofil sendiri terbagi menjadi dua
yaitu klorofil a dan klorofil b, setiap pigmen memberikan warna yang berbeda
pada tumbuhan. Pigmen dalam proses fotosintesis berguna sebagai penangkap
cahaya dan mengubahnya dalam bentuk energi kimia yang dapat digunakan dalam
fotosinteis. Perbedaan pigmen pada daun memberikan pengaruh yang berbeda
bagi tumbuhan. Daun dengan klorofil yang banyak maka bisa menangkap cahaya
yang banyak sehingga fotosintesis berlangsung cepat. Pada daun yang tidak
melakukan fotosintesis, kandungan amilumnya lebih sedikit daripada daun yang
melakukan fotosintesis.(Campbell dkk 2002).
Pada praktikum selanjutnya dilakukan pengecekan kandungan amilum
pada daun bayam, daun mangga, dan rheo discolor dengan menggunakan uji
iodium. Hal yang pertama kali dilakukan yaitu masing-masing daun dipotong
kecil-kecil lalu ditambahkan aquadest dan dipanaskan hal ini bertujuan agar sel-
sel pada daun mati. Setelah layu, buang aquadest kemudian ditambahkan etanol
dan dipanaskan kembali sampai daun pucat. Perlakuan yang kedua sama hanya
mengganti etanol dengan aseton. alkohol dan aseton digunakan untuk melarutkan
klorofil. selanjutnya masing-masing sampel daun di letakkan diatas plat tetes lalu
teteskan larutan iodium dan amati perubahan warna. Larutan iodium ini berfungsi
sebagai indikator untuk menentukan apakah pada daun tersebut terdapat
amilum/glukosa atau tidak (Ardi dkk, 2017).
Pada uji ini digunakan reagen iodin (larutan I2 dalam KI). Penambahan
iodium pada suatu polisakarida akan menyebabkan terbentuknya kompleks
adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna
biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks
antara amilum dengan iodin. Ketika amilum ditetesi iodin kemudian dipanaskan,
warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif akan menghilang
(Suja, 2003).
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan yaitu semua hasil daun yang
telah ditetesi iodium tidak ada perubahan warna atau di dapatkan hasil yang
negative. Hal ini dapat dikarenakan semua sampel daun memiliki amilum dengan
kadar yang sedikit atau tidak ada sama sekali. Kadar amilum yang terkandung
dalam daun sedikit hal ini dapat dikarenakan daun-daun tersebut tersimpan di
dalam ruangan sehari sebelum dilakukan percobaan maka dari itu tidak terkena
cahaya dan tanaman sudah dikeluarkan dari tanah yang merupakan sumber unsur
hara sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik karena ketika
proses fotosintesis tanaman akan menghasilkan karbohidrat, terutama glukosa,
diantara berbagai karbohidrat yang penting dapat dibentuk oleh tumbuhan dari
glukosa adalah selulosa, sukrosa dan pati atau amilum. Selain pada daun, amilum
juga banyak tersimpan dalam akar, umbi atau biji-bijian, butir-butir amilum itu
sebenarnya semula terdapat di dalam kloroplas daun sebagai hasil fotosintesis
(Loveless, 1994). fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
genetik tanaman, intensitas cahaya, oksigen, karbohidrat, unsur hara, air, dan
temperatur (Dwijoseputro, 1992). Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu
ketika pemanasan klorofil belum larut sempurna.
BAB VI

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil pengamatan tidak ada sampel tanaman yang mengandung


amilum karena setelah ditetesi iodium tidak terjadi perubahan warna pada
sampel. Hal ini dapat dikarenakan semua sampel daun memiliki amilum
dengan kadar yang sedikit atau tidak ada sama sekali.
2. Cahaya memilik fungsi sebagai sumber energi bagi tumbuhan untuk
melakukan fotosintesis serta sebagai pemecah molekul-molekul air. Sehingga
tanpa adanya cahaya fotosintesis tidak bisa terjadi. Daun yang tidak bisa
menangkap cahaya maka tidak bisa melakukan fotosintesis sehingga
kandungan amilum yang ada hanya sedikit dibandingkan dengan daun yang
melakukan fotosintesis secara normal.
3. Hasil awal fotosintesis adalah berupa zat gula sederhana yang disebut glukosa
(C6H12O6). Selanjutnya, sebagian akan diubah menjadi amilum (zat
tepung /pati) yang ditimbun di daun, atau organ-organ penimbunan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Akin, H. M. 2006. Virologi Tumbuhan. Kanisius, Yogyakarta. (hlm: 63-64)


Anwar, E. et al. 2004. Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien
dalam Formula Sediaan Tablet dan Niosom. Majalah Ilmu Kefarmasian.
Vol. 1, No. 1, 34-46. 
Ardi Muh. Andre Yuko dkk. 2017.  Laporan Praktikum Botani fotosintesis.
Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu farmasi.
Astry dan Salsalina. 2020. Biokimia. Akademi Kebidanan Wijaya Husada.
Avila, M.G., Alba, M.A., Garza, M., Pretelin, M.C.H., Ortiz, M.A.D., Fasenda,
S.F. dan Trivino, S.V., 2003, Antigenotoxic, antimutagenic and ROS
scavenging activities of a Rhoeo discolor ethanolic crude extract,
PERGAMON, Mexico, Toxicology in Vitro 17 (2003) 77–83.
Badan Pusat Statistik. 2012. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia.
Biro Pusat Statistik, Buku 1. Jakarta
Campbell,Neil A., Jane B. Raece andLawrence G. Mitchell.
(2002). Biologi Jilid 2 edisi Ke Delapan. Erlangga: Jakarta.
Challoner, J. 2000. Jendela Iptek: Energi. Diterjemahkan oleh: Januarius
Mujianto. Balai Pustaka, Jakarta. (hlm: 50)
Dwidjoseputro, D.1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan Keenam. PT
Gramedia. Jakarta.
Dwidjoseputro. 2005. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Fessenden, R., & Fessenden, J. 1982. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Kirana, I., 1993, Tanaman Obat Herbal, Yogyakarta
Lingga, L. 2010. Cerdas memilih sayuran, Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Loveless, 1994, Study Guide to Accompany Botany, Chesther Bistane Toronto,
Singapore
Malcome, 2000. Ekologi Tanaman. Jakarta : Rajawali Press.
Mehta, Indu. (2017). History of mango – ‘King of Fruits’. International Journal of
Engineering Science Invention. 6(7): 20-24.
Mursito,B. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Kesehatan Anak. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Nilasari, Agustin N, JB Suwasono Hendy, Tatik Wardiyati. (2013). Identifikasi
keragaman morfologi daun mangga (Mangifera indica L.) pada tanaman
hasil persilangan antara varietas arumanis143 dengan podang urang umur
2 tahun. Jurnal Produksi Tanaman. 1(1): 61-69
Nurlita, F., Muderawan, I W. & Suja, I W. 2002. Buku Ajar Kimia Organik II.
Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
Nurlita, F., & Suja, I W. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja.
Ratna Pratiwi, Harlia , Muhamad Agus Wibowo. 2017. Aktivitas Antiinflamasi
Dan Toksisitas Dari Ekstrak Daun Nanas Kerang (Rhoeo discolor). JKK,
Tahun 2017, Vol 6(2), halaman 29-36. 1 Progam Studi Kimia, Fakultas
MIPA, UniversitasTanjungpura.
Reece, Jane B et al. 2014. Campbell Biology Tenth Edition. Pearson Education,
Inc., UnitedStates of America. (page: 70) Solomon et al. 2011. Biology
Ninth Edition. Cengage Learning, inc. Canada
Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan (terjemahan Diah R.
Lukman). Jilid 3. Penerbit ITB Bandung.
Shah, K A, MB Patel, RJ Patel and PK. Parmar. (2010). Mangifera indica
(mango). Pharmacognosy Review. 4(7): 42 -48.
Sitorus, R.M.H., Wullur, A.C., Yamlean, P.V.Y., 2012, Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Flavanoid Pada Daun Adam Hawa (Rhoe discolor), UNSRAT,
Manado.
Soemiati A, Elya B. 2002. Uji pendahuluan efek kombinasi anti jamur infus dan
sirih (P. betle), kulit buah delima (Punica granatum L.) dan rimpang kunyit
(Curcuma domestica Val.) terhadap jamur Candida albicans. Makara : 149-
150
Suja, I W. & Muderawan, I W. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut. Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja.
Susilawati., Wardah dan Irmasari. 2016. Pengaruh Berbagai Intensitas Cahaya
Terhadap Pertumbuhan Semai Cempaka (Michelia champaca L.) Di
Persemaian. Jurnal Forest Sains, vol.14, No.1
LAMPIRAN

Pemanasan Daun sirih Pemanasan Daun sirih Daun Sirih


dengan aseton dengan Alkohol

Anda mungkin juga menyukai