Anda di halaman 1dari 8

HUKUM JINAYAT

Hukum Jinayat adalah bentuk jamak dari kata jinayah yang bermakna penganiayaan
terhadap badan, harta, dan jiwa. Sedangkan menurut istilah jinayat adalah suatu
pelanggaran terhadap badan yang didalamnya dikenakan qisas dan diyat atau sanksi yang
dijatuhkan atas penganiayaan atas badan atau dengan lebih jelasnya merusak atau melukai
seseorang baik orang itu cedera begitu juga orang itu meninggal dunia. pidana (Jinayat)
menurut syariat islam merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam tatanan
kehidupan setiap muslim dimanapun ia berada. Syariat islam merupakan hukum yang harus
dilaksanakan oleh setiap muslim demi terciptanya kedamaian dan kerukunan dalam hidup
bermasyarakat, karena syariat islam merupakan bagian ibadah kepaa Allah SWT. Namun
dalam kenyataannya, nasih banyak umat islam yang belum tahu dan paham tentang apa
dan bagaimana hukum pidana islam itu, serta bagaimana keetentuan-ketentuan hukum
tersebut seharusnya disikapi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya ancaman hukuman atas tindak kejahatan adalah untuk melindungi manusia
dari kebinasaan terhadap lima hal yang mutlak pada manusia, yaitu: agama, jiwa, akal,
harta, dan keturunana atau harga diri. Seperti ketetapan allah tentang hukumam mati
terhadap tindak pembunuhan.
Firman Allah :
٩٣( ‫ب هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َولَ َع َن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه َع َذا ًبا َعظِ ي ًما‬
َ ِ‫َومَنْ َي ْق ُتلْ ُم ْؤ ِم ًنا ُم َت َع ِّم ًدا َف َج َزاؤُ ُه َج َه َّن ُم َخالِدً ا فِي َها َو َغض‬
"Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya
ialah neraka jahannam, kekal didalamnya, dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya,
serta menyediakan azab yang besar baginya" (Q.S.An-Nisaa ayat 93
Di ayat lain, Allah SWT juga berfirman :

‫اص فِى ٱ ْل َق ْتلَى‬ ۟ ‫ۖ ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱ َّلذِينَ َءا َم ُن‬


َ ‫وا ُكت َِب َعلَ ْي ُك ُم ٱ ْلق‬
ُ ‫ِص‬
"Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu qisas berkenan dengan orang-orang
yang dibunuh" (Q.S.Al-Baqarah ayat 178
Adanya ancaman hukuman atas tindak kejahatan adalah untuk melindungi manusia dari
kebinasaan terhadap lima hal yang mutlak pada manusia, yaitu: agama, jiwa, akal, harta,
dan keturunana atau harga diri. Seperti ketetapan allah tentang hukumam mati terhadap
tindak pembunuhan.
Bagi yang membunuh tergantung dari tiga hak yaitu : 1. Hak Allah. 2. Hak ahli
waris, 3 hak yang dibunuh. Apabila ia berteubat dan menyerahkan diri kepada ahli waris
(keluarga yang dibunuh, maka dia terlepas dari hak Allah dan hak ahli waris, baik mereka
melakukan qisas atau mereka mengampuninya, dengan membayar diyat (denda) ataupun
tidak. Sesudah itu tinggal hak yang dibunuh, nanti akan digantikan oleh Allah dengan
kebaikan.

1. Pembunuhan
 Dalam persoalan membunuh atau orang terbunuh ada tiga sebab terjadinya
pembunuhan yaitu:

a. Betul-betul disengaja
    yaitu dilakukan oleh yang membunuh guna membunuh orang yang dibunuhnya itu
dengan perkakas yang biasanya dapat digunakan untuk membunuh orang. Hukum ini wajib
di qisas. Berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali apabila dimaafkan oleh ahli waris yang
terbunuh dengan membayar diyat (denda) atau dimaafkan sama sekali.
    Allah SWT memberikan hukuman yang begitu berat guna menjaga keselamatan
dan ketentraman umum. Memang hukuman terhadap orang yang bersalah terutama adalah
untuk menakut-nakuti masyarakat, agar jangan terjadi lagi perbuatan seperti itu. Dengan
berhentinya perbuatan buas itu, maka umat manusia akan hidup sentosa, aman dan tentram
sehingga membuahkan kemakmuran dalam suatu wilayah atau masyarakat.
Firman Allah Swt :

ِ ‫اص َح َي ٰوةٌ ٰ َٓيأ ُ ۟ولِى ٱأْل َ ْل ٰ َب‬


‫ب لَ َعلَّ ُك ْم َت َّتقُون‬ ِ ‫ص‬َ ِ‫َولَ ُك ْم فِى ٱ ْلق‬

"Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang
berakal, supaya kamu bertaqwa" (Q.S.Al-Baqarah ayat 179)
    Namun, hadis Nabi Saw menyatakan bahwa hukuman kisas bagi orang tua yang
membunuh anaknya sendiri merupakan pengecualian.

‫الَ ُي َقا ُد ا ْل َو الِ ُد بِ َو لَ ِد ِه‬

“Orang tua tidak dijatuhi hukuman kisas, karena membunuh anaknya.” (Hr Turmudzi, dan
Ibnu Majah)

  Meskipun alasan (hujjah) tersebut demikian jelas, namun pengadilan tetap


menjatuhkan keputusannya tanpa menerima hukum yang ditetapkan dalam hadits. Tetapi
hal ini tidak aneh, sebab pengadilan itu menetapkan hukum berdasarkan perundang-
undangan dan bukan berdasarkan hukum Allah dan Rasul-Nya. 
    Para Imam Mahab seperti Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad.
Namun Imam Malik berpendapat lain. Ia menyatakan bahwa orang tua dapat dikenai
hukuman mati karena membunuh anaknya, kecuali jika maksud orang tua tadi bukan untuk
membunuh, melainkan untuk memberi pelajaran, yang secara mengakibatkan pada
kematian anak tersebut. Dalam kasus ini orang tua tidak dapat dijatuhi hukuman mati, tetapi
hukuman lain berupa diat mughallaz (diat yang diperberat)

b.  Ketaksengajaan semata-mata. 


    Yang dimaksud dengan membunuh tanpa disengaja adalah seseorang  seseorang
melontarkan suatu barang atau benda  yang tidak disangka bisa mencelakai orang lain dan
barang atau benda itu   mengenai  orang lain sehingga menyebabkan orang itu mati, atau
membuang sesuatu, terjatuh menimpa orang lain sehingga menyebabkan orang lain
meninggal.
     Hukum pembunuhan yang tak disengaja ini tidak wajib qisas, hanya wajib
membayar denda (diyat) yang enteng. Denda ini diwajibkan atas keluarga yang membunuh,
bukan atas orang yang membunuh. Mereka membayarnya dengan diangsur dalam masa
tiga tahun, tiap-tiap akhit tahun keluarga itu wajib membayar sepertiganya.
Firman Allah Swt:

‫سلَّ َم ٌة إِلَى أَهْ لِ ِه‬


َ ‫ِن أَنْ َي ْق ُتل َ ُم ْؤ ِم ًنا إِال َخ َطأ ً َومَنْ َق َتل َ ُم ْؤ ِم ًنا َخ َطأ ً َف َت ْح ِري ُر َر َق َب ٍة ُم ْؤ ِم َن ٍة َو ِد َي ٌة ُم‬
ٍ ‫َو َما َكانَ لِ ُم ْؤم‬
“Dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah, (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang
diserahkan kepada keluarga si terbunuh itu.” (An-Nisa: 92)

c.  Seperti sengaja


    Yaitu sengaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng (biasanya tidak untuk
membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang itu mati dengan cemeti itu.
Dalam hal ini tidak pula wajib qisas, hanya diwajibkan membayar diyat (denda) yang berat
atas keluarga yang membunuh, diangsur dalam tiga tahun. 

A. Qisas
Ada empat Syarat-syarat wajib  qisas (hukum bunuh)  yaitu :

1. Orang yang membunuh itu sudah baligh dan berakal 


2. Yang membunuh bukan dari bapak yang di bunuh  
3. Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang membunuh. Yang dimaksud
dengan derajat disini ialah agama dan merdeka atau tidaknya, begitu juga anak
dengan bapak. Oleh karenanya bagi orang Islam yang membunuh orang kafir tidak
berlaku qisas, begitu juga orang yang merdeka tidak membunuh sebab membunuh
hamba dan bapak tidak dibunuh sebab membunuh anaknya. 
4. Yang terbunuh itu adalah orang yang terpelihara darahnya, dengan islam atau
dengan perjanjian.

Firman Allah ta’ala

‫اص فِى ٱ ْل َق ْتلَى ۖ ٱ ْل ُح ُّر ِبٱ ْل ُح ِّر َوٱ ْل َع ْب ُد ِبٱ ْل َع ْب ِد‬ ۟ ‫ ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذِينَ َءا َم ُن‬  ۚ 
َ ‫وا ُكت َِب َعلَ ْي ُك ُم ٱ ْلق‬
ُ ‫ِص‬

“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu qisas berkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh, orang merdeka, dengan orang merdeka, hamba dengan hamba.”  (Al-
Baqarah : 178)

Sabda Rosulullah Saw:

‫ رواه البخاري‬.‫ال يقتل مسلم بكا فر‬

“Orang islam tidak dibunuh sebab dia membunuh orang kafir.” (H.R Bukhari)

‫ رواه البيهقي‬. ‫ال يقا د االب من ابنه‬ 

“ Bapak tidak dibunuh sebab dia tidak membunuh anaknya.” (Riwayat Baihaqi)


   
Tiap-tiap dua orang berlaku antara keduanya qisas, berlaku pula antara keduanya
hukum potong atau qata’, dengan syarat seperti yang telah disebutkan pada syarat qisas
ditambah dengan syarat-syarat dibawah ini :

 Hendaklah nama (jenis) kedua anggota itu sama, misalnya kanan dengan kanan, kiri
dengan kiri, dibawah dengan dibawah dan seterusnya. Oleh karena itu tidak boleh
yang dipotong kiri dengan kanan atau ibu jari dengan telunjuk akan tetapi harus
sesuai dengan apa yang dilakukan oleh si pelaku begitulah juga hukumannya. 
 Keadaan anggota yang terpotong tidak kurang dari anggota yang akan dipotong.
Oleh sebab itu tidak dipotong tangan yang sempurna dengan tangan syalal (kering,
tidak mempunyai kekuatan

B. Diyat (Denda)
Berbicara masalah diyat tentu tidak terlepas dari hukuman si pelaku yang harus dijatuhi
denda, diyat yang dimaksudkan ialah  “denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak
dilakukan padanya hukum bunuh”. Adapun Diyat (denda) ada dua macam yaitu denda berat
dan denda ringan.Diyat terbagi atas diyat berat dan diyat ringan.Denda ringan dibebankan
pada pembunuhan yang tidak disengaja. Sedangkan diyat yang berat dibebankan pada
pembunuhan yang seperti disengaja.
Adapun denda pembunuhan yang disengaja, apabila keluarga korban memaafkannya,
maka itu adalah termasuk kewenangan mereka untuk menentukan yang terbaik,
sebagaimana telah disebutkan di atas dari hadits ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari
kakeknya Radhiyallahu ‘anhum secara marfu’:

َ‫شا ُء ْوا أَ َخ ُذوا ال ِّد َي َة َوه َِي َثالَ ُث ْونَ ِح َّق ًة َو َثالَ ُث ْونَ َج َذ َع_ ًة َوأَ ْر َب ُع__ون‬
َ ْ‫شا ُء ْوا َق َتلُ ْوا َوإِن‬ ِ ‫مَنْ َق َتل َ ُم ْؤ ِم ًنا ُم َت َع ِّم ًدا ُدف َِع إِلَى أَ ْولِيَاءِ ا ْل َم ْق ُت‬
َ ْ‫ول َفإِن‬
ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ
‫صال ُح ْوا َعل ْي ِه ف ُه َو ل ُه ْم َوذلِك لِتش ِد ْي ِد ال َعق ِل‬ َ ً
َ ‫خلِفة َو َما‬. َ َ
“Barangsiapa membunuh seorang mukmin, maka perkaranya diserahkan kepada wali
korban. Apabila mereka menghendaki, mereka boleh membunuh dan apabila mereka
menghendaki, mereka boleh mengambil diyat. Yaitu berupa 30 ekor hiqqah (unta betina
berumur tiga tahun masuk empat tahun), 30 ekor jadza’ah (unta betina berumur empat
tahun masuk lima tahun) dan 40 ekor khalifah (unta betina yang sedang bunting). Apa yang
baik bagi mereka, maka mereka boleh mengambilnya. Yang demikian untuk memberatkan
tebusan.”

Diyat berat adalah 100 ekor unta dan 40 darinya unta yang sedang bunting, berdasarkan
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ون أَ ْوالَ ِدهَا‬


ِ ‫صا مِا َئ ٌة مِنَ ْاإلِ ِب ِل ِم ْن َها أَ ْر َبعُونَ فِي ُب ُط‬ َّ ‫أَالَ إِنَّ ِد َي َة ا ْل َخ َطإِ شِ ْب ِه ا ْل َع ْم ِد َما َكانَ ِب‬.
َ ‫الس ْوطِ َوا ْل َع‬

“Ketahuilah, sesungguhnya diyat atas pembunuhan seperti disengaja yaitu yang dilakukan
dengan tongkat atau cambuk sebesar 100 ekor unta, 40 ekor darinya adalah unta yang
sedang bunting.”

Pada pembunuhan yang disengaja, harta diambil dari pelaku. Sedangkan pembunuhan
yang tidak disengaja atau seperti disengaja, denda diambil dari keluarga pelaku. Yang
dimaksud keluarga di sini adalah kerabat laki-laki yang baligh dari jalur ayah yang mampu
dan berakal.

Ringannya denda dipandang dari tiga segi:


 Jumlahnya yang dibagi lima 
 Diwajibkan atas keluarga yang bersangkutan 
 Diberi waktu selama tiga tahun
Beratnya denda dipandang dari tiga segi juga:
 Jumlah denda hanya dibagi tiga, sedangkan tingkat umumnya lebih besar 
 Denda diwajibkan atas yang membunuh itu sendiri 
 Denda wajib dibayar tunai

   

Telah diterangkan tadi bahwa denda karena “ketidaksengajaan semata-mata” adalah


denda ringan. Denda ini dijadikan denda berat dari satu segi -yaitu keadaannya- dengan
salah satu dari tiga, dan sebab dibawah ini:

1. Apabila terjadi pembunuhan di tanah Haram Mekah 


2. Apabila terjadi pembunuhan pada bulan haram (bulan Zulkaidah, Zulhijah, Muharam
dan Rajab) 
3. Apabila yang terbunuh itu mahram dari yang membunuh.

Keterangannya adalah berdasarkan perbuatan para sahabat, seperti Umar dan Ustman.
Dalil ini sampai kepada pemeriksaan sampai  kepada sepakat sahabat-sahabat atau
tidaknya. Keterangan ini diambil dari kifayatul akhyar .
Denda perempuan (kalau yang terbunuh adalah perempuan) adalah seperdua dari denda
laki-laki.
Sabda Rasulullah Saw :
“denda perempuan seperdua dari denda laki-laki”. (Riwayat Amr Ibnu Hazm)
Denda orang yang beragama yahudi atau nasrani adalah sepertiga dari denda orang
islam, dan denda orang yang beragama majusi seperlima belas dari dennda orang islam.
Keterangnnya berdasarkan perbuatan para sahabat.
     Disempurnakan diyat sebagai diyat membunuh orang apabila terpotong anggota-
anggota berikut ini atau melenyapkan manfaatnya, yaitu: dua tapak tangan, dua kaki,
hidung, dua telinga, dua mata, lidah, dua bibir, kemaluan, dan pelir, membisukan,
membutakan, menghilangkan pendengaran, menghilangkan penciuman, dan
menghilangkann akal.
      Rasulullah saw telah berkirim surat kepada penduduk Yaman. Diantara beberapa
hukum yang beliau terangkan dalam surat beliau itu ialah:

‫وان في النف اذااو عب جدعه الدية وفى اللسان الدية وفى الشفتين الدية وفى البيضتين الدية وفى الذكرالدية وفى العيني__نى الدي__ة‬
‫ رواه النسائ‬.‫و فى الرجل الوا حدة نصف الدية‬

 “Sesungguhnya hidung apabila dipotong seluruhnya dendanya  satu diyat penuh, lidah
satu diyat penuh, dua bibir satu diyat penuh, dua buah pelir satu diyat penuh, kemaluan
(penis) satu diyat penuh, dan kedua biji mata satu diyat penuh. Mengenai kaki yang satunya
adalah setengah diyat”. (Riwayat Nasai)
      Dakwaan pembunuhan dengan tidak ada saksi.Misalnya ada seseorang terbunuh,
tetapi tidak diketahui siapa yang membunuhnya, saksipun tidak ada. Keluarganya
mendakwa soseorang sedangkan dakwaannya itu disertai dengan qarinah (tanda-tanda)
yang kuat, sampai menimbulkan sangkaan boleh jadi dakwaannya itu benar. Untuk
menguatkan dakwaannya itu dimuka hakim, dia boleh bersumpah lima puluh kali. Sesudah
bersumpah dia berhak mengambil diyat (denda). Tetapi kalau tidak ada tanda-tanda yang
kuat, maka orang yang terdakwa itu berhak bersumpah. Hal itu menurut aturan dakwaan
yang tidak bersaksi. Adapun dakwaan yang lain dari membunuh, tidak dapat dengan
sumpah, tetapi meski ada saksi.
Macam-macam diyat (denda)  
1. Diyat separuh
    Jinayat terhaap anggota tubuh yang dapat menimbulkan diyat separuh apabila terjadi
pada hal-hal berikut.

1. Salah satu dari dua mata 


2. Salah satu dari dua telinga 
3. Salah satu dari dua tangan 
4. Salah satudari dua kaki 
5. Salah satu dari dua bibir 
6. Salah satu dari dua pantat 
7. Salah satu dari dua alis 
8. Salah satu dari dua payudara wanita

2. Diyat Terhadap Tubuh 


    Diyat terhadap tubuh adalah jinayat atas salah satu organ tubuh manusia, atau atas
tulang dari tulang-tulang tubuh manusia, atau atas kepalanya, atau atas bagian dari tubuh
manusia dengan sebuah pelukaan. Para ahli fiqh menetapkan berlakunya kisas selain pada
jiwa, yaitu pada organ-organ tubuh manusia.
Allah ta’ala berfirman:

‫اص‬
ٌ ‫ص‬ ِّ ‫ف َواأْل ُ ُذنَ ِباأْل ُ ُذ ِن َوالسِّنَّ ِبال‬
َ ِ‫سنِّ َوا ْل ُج ُرو َح ق‬ ِ ‫ف ِباأْل َ ْن‬
َ ‫س َوا ْل َعيْنَ ِبا ْل َع ْي ِن َواأْل َ ْن‬ َ ‫َو َك َت ْب َنا َعلَ ْي ِه ْم فِي َها أَنَّ ال َّن ْف‬
ِ ‫س ِبال َّن ْف‬
 “dan kami telah tetapkan terhadap mereka didalamnya (at-taurat) bahwasannya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
gigi dengan gigi,dan luka-luka (pun) ada kisasnya..” (Al-Maidah : 45)

      Pada tubuh manusia terdapat anggota tubuh yang tersendiri seperti hidung, lidah, dan
kemaluan. Terdapat pula anggota tubuh yang berpasangan seperti telinga, mata, dan
tangan. Juga terdapat yang lebih dari dua. Apabila seseorang menghilangkan anggota
badan yang tersendiri atau yang berpasangan, maka ia harus membayar diyat secara
penuh. Apabila ia menghilangkan salah satu dari anggota tubuh yang berpasangan, maka ia
membayar setengah diyat .
    Dari Abu Bakar bin ‘Ubaidillah bin ‘Umar, dari ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah 
bersabda:

‫ث‬ ُ ُ‫ َوفِي ْاآل َم__ ِة ُثل‬، َ‫س ْون‬ ُ ‫ َوفِي ا ْل َع ْي ِن َخ ْم‬، َ‫س ْون‬ُ ‫الر ْج ِل َخ ْم‬
ِّ ‫ َوفِي‬، َ‫س ْون‬ ُ ‫ َوفِي ا ْل َي ِد َخ ْم‬،‫وعِب َجدْ ُع ُه مِا َئ ٌة مِنَ ْاإلِ ِب ِل‬ َ ‫اس ُت‬ ْ ‫َوفِي ْاألَ ْنفِ ال ِّد َي ُة إِ َذا‬
‫ش ٌر‬ ْ ُ ‫ َوفِي ُكل ِّ أ‬،‫س‬
ْ ‫ص ُب ٍع ِم َّما ُه َنالِ َك َع‬ ٌ ‫ َوفِي السِّنِّ َخ ْم‬،‫س‬ ٌ ‫ َوفِي ا ْل ُموضِ َح ِة َخ ْم‬،‫ش َر َة‬ ْ ‫س َع‬ َ ‫ ا ْل ُم َن ِّقلَ ِة َخ ْم‬،‫س‬
ِ ‫ث ال َّن َف‬
ُ ُ‫ َوفِي ا ْل َجائِ َف ِة ُثل‬،‫س‬ ِ ‫ال َّن َف‬.

“Pada hidung apabila patah seluruhnya dikenakan diyat 100 unta, pada satu tangan 50
ekor, satu kaki 50 ekor, satu mata 50 ekor, luka yang mengenai kulit otak sepertiga (diyat)
pembunuhan, luka yang sampai rongga kepala atau perut sepertiga (diyat) pembunuhan,
luka yang membuat tulang terlihat 5 ekor, dan pada setiap jari diyatnya 10 ekor.”

     Dan dari Abu Bakar bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya
Radhiyallahu ‘anhum dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau menulis
surat untuk penduduk Yaman, di dalamnya tertulis tentang kewajiban-kewajiban, hal-hal
yang sunnah dan diyat. Di dalam masalah diyat disebutkan:

،‫_ة‬ ُ _‫ض_ َت ْي ِن الدِّ َي‬ ُ _‫الش_ َف َت ْي ِن ال ِّد َي‬


َ ‫_ة َوفِي ا ْل َب ْي‬ َّ ‫ان ال ِّد َي ُة َوفِي‬ َ ِّ‫وعِب َجدْ ُع ُه الدِّ َي ُة َوفِي الل‬
ِ ‫س‬ َ ُ ‫س ال ِّد َي ُة مِا َئ ًة مِنَ ْاإلِ ِب ِل َوفِي اأْل َ ْنفِ إِ َذا أ‬ ِ ‫َوأَنَّ فِي ال َّن ْف‬
‫ َوفِي ا ْل َجائِ َف_ ِة‬،ِ‫ث ال ِّد َي_ ة‬ ُ ُ‫ َوفِي ا ْل َمأْ ُمو َم_ ِة ُثل‬،ِ‫ف الدِّ َية‬ ُ ْ ‫ِص‬ ‫ن‬ ِ
‫ة‬ ‫د‬ ِ
‫ح‬ ‫ا‬ ‫و‬ ْ
‫ل‬
َ َ ِ ْ ِّ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ج‬‫الر‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫و‬ ، ُ
‫ة‬ ‫ي‬ ‫د‬‫ال‬
َ َ ِّ ِ ْ ْ َ ‫ن‬‫ي‬ َ
‫ن‬ ‫ي‬ ‫ع‬‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫ِي‬ ‫ف‬‫و‬ ، ُ
‫ة‬ ‫ي‬
َ َ ِّ‫ُّ الد‬ ِ
‫ب‬ ْ
‫ل‬ ‫ص‬ ‫ال‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫و‬ ، ُ
َ َ ِّ‫الذ َك ِر الد‬
‫ة‬ ‫ي‬ َّ ‫َوفِي‬
‫_ل‬ ْ
ِ _ِ‫س مِنَ اإلِب‬ َ
ٌ ‫الس_نِّ خ ْم‬ ِّ ‫_ل َوفِي‬ ْ ْ
ِ _ِ‫الر ْج_ ِل َعش_ ٌر مِنَ اإلِب‬ ْ
ِّ ‫صابِ ِع ال َي ِد َو‬ َ
َ ‫ص ُب ٍع مِنْ أ‬ ُ ُ ْ َ
ْ ‫س َعش َرة مِنَ اإلِبِ ِل َوفِي كل ِّ أ‬ ْ َ َ ِّ َ ْ
ُ ‫ َوفِي ال ُمنقل ِة خ ْم‬،ِ‫ث ال ِّد َية‬ ُ ُ‫ُثل‬
‫س مِنَ ْاإلِبِ ِل‬ ٌ ‫وفِي ال ُموضِ َح ِة َخ ْم‬.ْ َ

“Adapun pada jiwa diyatnya 100 ekor unta, pada hidung apabila patah seluruhnya
dikenakan diyat penuh, pada lidah diyat penuh, pada dua mulut diyat penuh, pada dua biji
pelir diyat penuh, pada dzakar diyat penuh, pada tulang punggung diyat penuh, pada dua
buah mata diyat penuh, pada sebuah kaki setengah diyat, luka yang mengenai kulit otak
sepertiga diyat, luka yang sampai rongga kepala atau perut sepertiga diyat, cidera yang
menyebabkan tulang tergeser 15 ekor unta, pada setiap jari tangan dan kaki 10 ekor unta,
pada setiap gigi 5 ekor unta, dan pada luka yang membuat tulang terlihat 5 ekor unta.” 

3. Diyat Fungsi Anggota Tubuh


Yang dimaksudkan diyat pada fungsi tubuh Apabila seseorang memukul orang lain, lalu
orang tersebut kehilangan akalnya, atau kehilangan salah satu dari inderanya, seperti
pendengaran, penglihatan, penciuman, perasanya, atau tidak bisa bicara total, hilangnya
kemampuan melakukan hubungan seksual karena kemaluan dirusak, hilangnya
kemampuan untuk berdiri atau duduk karena tulang punggung diremuk, maka pada hal
demikian ia dikenakan diyat penuh.
     Dari ‘Auf rahimahullah, ia berkata, “Aku mendengar seorang kakek, sebelum kasus Ibnu
al-Asy’ats, bertingkah aneh, maka orang-orang mengatakan, ‘Itu adalah Abul Muhallab,
paman dari Abu Qilabah.’ Perawi berkata, ‘Seseorang melempar kepalanya dengan sebuah
batu, lalu hilanglah pendengaran, fungsi lidah, akal, dan fungsi kemaluannya sehingga tidak
bisa (berhubungan dengan) wanita. Lalu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu memutuskan agar
pelaku membayar empat kali diyat.’”
Dari Qatadah dari Khilas dari ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau berpendapat
tentang orang buta yang dicolok matanya, “Jika ia menghendaki ia meminta denda penuh,
atau meminta setengah denda dan mencolok salah satu mata pelaku.” 
4. Diyat Syijaaj
Diyat syijaaj adalah diyat yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan ada luka
pada kepala atau wajah. Luka syijaaj ada 10 jenis:

1. Al-Khaarishah, yaitu luka yang melukai kulit, namun tidak mengeluarkan darah
(lecet). 
2. Ad-Daamiyah, yaitu luka yang mengeluarkan darah. 
3. Al-Baadhi’ah, yaitu luka yang merobek daging dengan sobekan yang besar. 
4. Al-Mutalaahimah, yaitu luka yang menembus daging (lebih parah dari al-baadhi’ah. 
5. As-Simhaaq, yaitu luka yang nyaris menembus tulang karena terhalang kulit tipis.
Kelima syijjaj ini tidak terdapat qishash dan diyat di dalamnya, akan tetapi berhak
mendapatkan hukuman. 
6. Al-Muudhihah, yaitu luka yang membuat tulang terlihat, diyatnya 5 ekor unta. 
7. Al-Haasyimah, yaitu luka yang meremukkan tulang, diyatnya 10 ekor unta. 
8. Al-Munqilah, yaitu yang memindahkan tulang dari tempat asalnya, diyatnya 15 ekor
unta. 
9. Al-Ma’muumah atau aamah, yaitu luka yang nyaris menembus otak jika tidak ada
kulit tipis, diyatnya sepertiga diyat penuh
10. Ad-Daamighah, yaitu luka yang merobek kulit otak, diyatnya juga sepertiga diyat
penuh.

5. Diyat Jaa-ifah  
      yaitu segala tusukan dan semisalnya yang menembus bagian dalam, misalnya
perut, punggung, dada, tenggorokan dan tempat janin dan kandung kemih. Diatnya, masing-
masing sepertiga diat. Hal ini mengacu pada riwayat Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin
Hazim dari bapaknya dari datuknya dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
bahwa Beliau mengirim surat kepada penduduk Yaman.
    Diyatnya adalah sepertiga diyat penuh, berdasarkan apa yang tercantum dalam surat
‘Amr bin Hazim:
ُ ُ‫وفِي ا ْل َجائِ َف ِة ُثل‬.
‫ث الدِّ َي ِة‬ َ
“Dan pada al-jaa-ifah diyatnya sepertiga diyat penuh.”

6. Diyat Wanita
    Jika seseorang perempuan dibunuh karena tersalah, tidak disengaja, maka diatnya
separuh diat laki-laki. Demikian pula Diyat anggota tubuh perempuan dan pelukaannya
adalah separuh dari diat laki-laki dan pelukannya:Seorang wanita, apabila terbunuh tidak
sengaja atau anggota tubuhnya diciderai, maka diyatnya adalah setengah dari diyat laki-laki.
Dari Syuraih rahimahullah, ia berkata, “‘Urwah al-Bariqi datang menemuiku sepulang
menghadap ‘Umar (dan mengatakan bahwa diyat) cidera antara laki-laki dan wanita sama
pada luka gigi dan al-muudhihah, adapun yang lebih parah, maka diyat wanita adalah
setengah dari diyat laki-laki.”

7. Diyat Ahli Kitab


Manakala ahli kitab dibunuh karena tidak sengaja, karena keliru, maka diatnya separuh
Diyat orang muslim dan Diyat laki-laki di antara mereka separuhdari diat laki-laki muslim;
diat perempuan dari perempuan mereka adalah separuh dari diat perempuan muslim: Diyat
ahli Kitab apabila mereka tidak sengaja terbunuh, maka diyatnya adalah setengah dari diyat
seorang muslim. Diyat laki-laki dari mereka adalah setengah diyat laki-laki muslim, dan diyat
wanita dari kaum mereka adalah setengah diyat wanita muslimah.
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya Radhiyallahu anhum, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan diyat untuk ahli Kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani,
sebanyak setengah dari diyat kaum muslimin.
 
8. Diyat Janin
     Apabila janin (bayi) meninggal dengan sebab tindak pidana terhadap ibunya baik itu
disengaja ataupun tidak, sedangkan ibunya tidak meninggal, maka diyatnya adalah seorang
budak, baik laki-laki ataupun wanita. Sama saja apakah janinnya terpisah dan keluar dari
perut ibunya ataukah meninggal di dalam, baik ia anak laki-laki maupun wanita. Apabila si
ibu ikut meninggal, maka pelaku harus membayar diyat wanita tersebut.
     Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Dua wanita dari suku Hudzail
berkelahi, dan salah seorang dari keduanya melempar yang lain dengan sebuah batu,
sehingga ia meninggal beserta bayi yang dikandungnya. Maka keluarganya mengadukan
pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau memutuskan bahwa diyat janinnya
adalah seorang budak laki-laki atau wanita, sedangkan keluarga pelaku harus membayar
diyat pembunuhan wanita itu. Lalu anak dan keluarga korban mewarisi harta diyat tersebut.”
    Apabila bayi keluar dari perut dalam keadaan hidup, kemudian meninggal, maka ia wajib
membayar diyat penuh. Apabila laki-laki maka diyatnya 100 ekor unta, dan untuk wanita 50
ekor unta. Karena kita yakin meninggalnya bayi tersebut karena tindak pidana, dan
keadaannya bukan sebagai janin lagi.

Anda mungkin juga menyukai