Anda di halaman 1dari 4

PEMBUNUHAN DALAM PANDANGAN ISLAM (FIQIH)

Pada dasarnya, Islam telah melarang kaum Muslim melakukan pembunuhan tanpa ada alasan
yang dibenarkan oleh syariat. Keharaman pembunuhan telah ditetapkan berdasarkan al-Quran
dan sunnah. Allah swt berfirman;
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan
wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya, hendaklah (yang
mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma`af) membayar
(diat) kepada yang memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,
maka baginya siksa yang sangat pedih”. [TQS Al Baqarah (2):178]
Adapun sunnah, dituturkan bahwasanya Nabi saw ditanya tentang dosa besar, kemudian beliau
menjawab :
‫اِإْل ْش َر اُك ِباِهَّلل َو ُع ُقوُق اْلَو اِلَد ْيِن َو َقْتُل الَّنْفِس َو َش َهاَد ُة الُّز وِر َتاَبَع ُه ُغْنَدٌر َو َأُبو َعاِم ٍر َو َبْهٌز َو َع ْبُد الَّص َم ِد َع ْن ُش ْع َبَة‬
“Menyekutukan Allah, durhaka kepada dua orang tua, membunuh jiwa, serta kesaksian
palsu..”[HR. Imam Bukhari]

‫اَل َيِح ُّل َد ُم اْم ِر ٍئ ُم ْس ِلٍم َيْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو َأِّني َر ُسوُل ِهَّللا ِإاَّل ِبِإْح َدى َثاَل ٍث الَّنْفُس ِبالَّنْفِس َو الَّثِّيُب الَّز اِني َو اْلَم اِر ُق ِم ْن الِّديِن‬
‫الَّتاِرُك ِلْلَج َم اَع ِة‬
“Telah bersabda Rasulullah saw, “Tidaklah halal darah seorang muslim yang telah bersaksi tidak
ada Tuhan selain Allah dan Aku [Mohammad] adalah utusan Allah, kecuali karena salah satu
dari tiga hal ini, “Lelaki yang telah beristeri yang berzina, jiwa dengan jiwa (qishash atas
pembunuhan), murtad dari agamanya sehingga memisahkan diri dari jama’ah.” [HR. Imam
Bukhari dan Muslim]..
Adapun, jika seseorang tidak berlibat dalam pemukulan secara langsung, maka, hal ini perlu
dilihat. Jika ia berposisi sebagai orang yang memudahkan terjadinya pembunuhan, seperti
menghentikan pihak yang hendak dibunuh, lalu orang tersebut dibunuh oleh pelaku
pembunuhan, atau menyerahkan korban kepada pelaku pembunuhan, ataupun yang lain-lain,
maka orang tersebut tidak dianggap sebagai pihak yang turut bersekutu dalam pembunuhan, akan
tetapi hanya disebut sebagai pihak yang turut membantu pembunuhan. Oleh karena itu, orang
semacam ini tidak dibunuh, akan tetapi hanya dipenjara saja. Imam Daruquthniy mengeluarkan
hadits dari Ibnu ‘Umar dari Nabi saw, beliau bersabda, “Jika seorang laki-laki menghentikan
seorang pria, kemudian pria tersebut dibunuh oleh laki-laki yang lain, maka orang yang
membunuh tadi harus dibunuh, sedangkan laki-laki yang menghentikannya tadi dipenjara.”
Hadits ini merupakan penjelasan, bahwa orang yang membantu dan menolong [pembunuh] tidak
dibunuh, akan tetapi hanya dipenjara. Namun demikian, ia bisa dipenjara dalam tempo yang
sangat lama, bisa sampai 30 tahun. ‘Ali bin Thalib berpendapat, agar orang tersebut dipenjara
sampai mati. Diriwayatkan oleh Imam Syafi’I dari ‘Ali bin Thalib, bahwa beliau ra telah
menetapkan hukuman bagi seorang laki-laki yang melakukan pembunuhan dengan sengaja, dan
orang yang menghentikan (mencegat korban). Ali berkata, “Pembunuhnya dibunuh, sedangkan
yang lain dijebloskan di penjara sampai mati.”
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, semua orang yang tidak bersekutu
dalam pembunuhan hukumnya dipenjara, bukan dibunuh. Sedangkan orang yang bersekutu
dalam pembunuhan maka ia harus dibunuh, apapun keterlibatannya. Oleh karena itu, orang yang
bersekutu secara langsung, bersekutu sebagai pihak otak pembunuhan, dan eksekutor lapangan,
pengatur taktik pembunuhan, dan lain sebagainya; maka, semuanya dianggap sebagai pihak yang
bersekutu atau terlibat dalam pembunuhan. Alasannya, mereka semua terlibat dalam
pembunuhan secara langsung. Dan semua orang yang perbuatannya dianggap bersekutu dalam
pembunuhan, hukumnya dibunuh, layaknya pembunuh langsung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pembunuhan?
2. Sebutkan macam-macam pembunuhan?
3. Apa sanksi bagi orang yang melakukan pembunuhan?
4. Hikmah dari diberlakukannya qishash dalam pembunuhan?
1.3 Tujuan penulisan
Kami menulis makalah ini untuk mengetahui hukum pembunuhan dalam pandangan islam,
macam pembunuhan, sanksi-sanksi akibat dari pembunuhan tersebut, serta hikmah dari qishash.

2.1 Pembunuhan
Pembunuhan adalah tindakan yang dilakukan manusia untuk menghilang kan nyawa, atau
hilangnya nyawa manusia akibat tindakan manusia lainnya, baik disengaja atau tidak, baik
menggunakan alat atau tidak.
2.2 Macam – macam pembunuhan :
a. Pembunuhan Disengaja
Pembunuhan Disengaja adalah pembunuhan yang dilakukan seseorang dengan suatu alat.
Pembunuhan ini biasanya terencana.

b. Pembunuhan Seperti Disengaja


Pembunuhan seperti disengaja adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja
dengan sesuatu yang biasanya tidak akan menyebabkan kematian, tetapi ternyata menyebabkan
kematiannya.

c. Pembunuhan tidak Disengaja


Pembunuhan tidak disengaja adalah pembunuhan yang terjadi tanpa menyengaja perbuatan itu
dan tanpa menyengaja orang tertentu, atau tanpa ada niat untuk melakukan salah satunya.
Dasar Hukum Larangan Pembunuhan :
Pembunuhan yang disengaja adalah dosa besar. Karenanya Allah dan Rasulnya melarang dengan
tegas perbuatan tersebut. Firman Allah swt. :

“ Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dzolim, maka sungguh Kami
telah memberi alasan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam
pembunuhan. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.”
( Q.S. al-Isra’ : 33)
Nabi saw. bersabda :
“ Pembunuh dan yang terbunuh masuk neraka” ( H.R Muttafaq ‘alaihi)
Syariat larangan membunuh ini mengandung beberapa hikmah, antara lain :
a. Manusia tidak semena-mena terhadap harga diri manusia. Sebaliknya, ia akan menghargai
keberadaan manusia.
b. Manusia akan menempatkan manusia yang lain dalam kedudukan yang tinggi baik dimata
hukum maupun dihadapan Allah swt.
c. Menjaga dan menyelamatkan jiwa manusia.
2.3 Had Pembunuhan
Had adalah hukuman atau sangksi. Had pembunuhan iru ada berbagai macam :
a. Had untuk pembunuhan disengaja
Had untuk pembunuhan disengaja ini harus dengan membayar denda (kifarat) atau qishash, yaitu
hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun pengrusakan anggota badan
seseorang dengan sengaja. Adapun dasar hukum yang berkenaan dengan qishash ini Allah swt.
berfirman :
“ Diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh”
(Q.S. al-Baqarah : 178)
Dari Abu Hurairah ra. Nabi saw . Bersabda :
“ Barang siapa yang keluarganya dibunuh, maka ia mempunyai dua pilihan : menuntut diyat atau
membalasnya (dengan qishash)”

b. Had untuk pembunuhan seperti disengaja


Hukuman atau Sanksi bagi pelaku pembunuhan seperti disengaja tidak menggunakan qishash,
tetapi mengharuskan diyat (denda berupa harta). Karena pembunuhan ini pembunuhan seperti
disengaja, maka diyatnya diperberat, berdasarkan sabda Rasulullah saw :

“ Ketahiulah bahwa pembunuhan yang seperti disengaja –yaitu yang menggunakan cambuk dan
tongkat- (dendanya) adalah seratus ekor unta diantaranya adalah empat puluh ekor unta yang
sedang hamil”
Diyat ini wajib di tanggung oleh ‘aqilah (keluarga) karena adanya syubhat, yaitu tidak disengaja,
sehingga menyerupai pembunuhan yang tidak disengaja. Sedangkan kafarat yaitu memerdekakan
budak perempuan muslimah. Bila tidak menemukan, maka berpuasa dua bulan berturut-turut.
Allah swt. berfirman pada Q.S. an-Nisa : 92, yang artinya :

“Dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena bersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepad
keluarganya(si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah, jika ia (si
terbunuuh) dari kaum kefir yang ada perjanjian (amai) antara mereka dan kamu, maka
(hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh)
serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman”
Kafarat ini dinashkan untuk kasus pembunuhan tidak disengaja, sebagaimana tampak pada ayat
yang mulia ini. Tetapi, pendapat tentang wajibnya kafarat atas pembunuhan yang seperti
disengaja, bila dilihat dari sisi tidak adanya niat untuk membunuh.

c. Had untuk pembunuhan yang tidak disengaja


Hukuman atau sanksi bagi pelaku pembunuhan tidak disengaja adalah sebagai berikut :

a. Diwajibkan diyat dan kafarat.


Ini diwajibkan bagi siapa yang membunuh orang mukmin tanpa sengaja atau orang kafir mu’aid
(yang sedang dalam masa perjanjian damai), berdasarkan firman Allah swt. : “Dan barang siapa
membunuh seorang mukmin karena bersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba
sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepad keluarganya(si terbunuh itu),
kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah, jika ia (si terbunuuh) dari kaum kefir yang
ada perjanjian (amai) antara mereka dan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang
beriman” ( Q.S. an-Nisa : 92)
b. Diwajibkan kafarat saja. Ini wajib atas siapa saja yang membunuh seorang mukmin yang
tinggal di Negeri kafir, atau ketika memerangi orang-orang kafir. Hal ini berdasarkan firman
Allah swt. :

“ jika ia (si terbunuuh) dari kaum kefir yang ada perjanjian (amai) antara mereka dan kamu,
maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman” ( Q.S. an-Nisa : 92)
2.4 Adapun Hikmah dari diberlakukannya qishash dalam pembunuhan ini antara lain :
a. Memberikan kepada menusia untuk melakukan kejahatahn, atau pun mempermainkan nyawa
manusia.
b. Dengan adanya hukum qishash maka manusia akan merasa takut berbuat jahat kepada orang
lain, terutama penganiayaan tubuh dan jiwa manusia. Sebab jika hal ini dilakukannya, pasti
hukuman akan diberikan kepadanya.
c. Hukum qishash dapat melindungi jiwa dan raga manusia.
d. Timbulnya ketertiban, keamana dan kedamaian dalam mesyarakat, sebagai bukti dari janji
Allah dalam Q.S al-Baqarah : 179.
e. Menunjukan bahwa syariat islam iti luwes dalam menangani masalah. Seolah-olah qishash itu
kejam, tetapi apabila dikaji lagi, justru dengan diberlakukannya qishash, keadilan dapat
ditegakan dengan merata.

Anda mungkin juga menyukai