Anda di halaman 1dari 6

PEMBUNUHAN DALAM SUDUT PANDANG AGAMA ISLAM

Pembunuhan (al-qatl) merupakan salah satu tindak pidana menghilangkan nyawa


seseorang dan termasuk dosa besar. Dalam fikih, tindak pidana pembunuhan (al-qatl) disebut
juga dengan aljinayah ‘ala an-nafs al-insaniyyah (kejahatan terhadap jiwa manusia). Ulama
fikih mendefinisikan pembunuhan dengan “Perbuatan manusia yang berakibat hilangnya
nyawa seseorang”. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembunuhan adalah
perbuatan seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan hilangnya nyawa, baik
dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja.
Apabila dilihat dari segi hukumnya, pembunuhan dalam Islam ada dua bentuk, yaitu
pembunuhan yang diharamkan, seperti membunuh orang lain dengan sengaja tanpa sebab;
dan pembunuhan yang dibolehkan, seperti membunuh orang yang murtad jika ia tidak mau
tobat atau membunuh musuh dalam peperangan.
Dasar Keharaman Membunuh, banyak sekali ayat al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
saw yang menyatakan keharaman membunuh tanpa suatu sebab. Di antara ayat-ayat tersebut
adalah:

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli
waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan. (QS. Al Isra’:33)

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar. (QS. Al Isra’: 31)
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa
membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena
berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.
Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah
memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada
mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di
antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi. (QS. Al Maa’idah:32)
Berdasarkan ayat-ayat dan hadits yang melarang menghilangkan nyawa orang lain
yang disebutkan di atas, ulama sepakat menyatakan bahwa perbuatan menghilangkan nyawa
orang lain tersebut hukumnya haram.

HUKUMAN BAGI PEMBUNUH


Hukuman duniawi terhadap seorang pembunuh dalam Islam sangatlah berat yaitu
dibunuh balik sebagai hukuman qishash ke atasnya.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-
orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan
wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa
yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. al-
Baqarah: 178).
Sementara hukuman ukhrawi-nya adalah dilemparkan dalam neraka oleh Allah SWT
suatu masa nanti, sesuai dengan firman-Nya:

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. an-Nisa’: 93)

Qishash ini betul-betul sebuah keadilan dalam sistem hukum pidana Islam, di mana
seseorang yang membunuh orang lain tanpa salah harus dibunuh balik. Ini sama sekali tidak
melanggar hak azasi manusia (HAM) sebagaimana diklaim orang-orang yang tidak paham
hukum Islam. Bagaimana mungkin kalau seseorang membunuh orang lain tanpa dibenarkan
agama dapat diganti dengan hukuman penjara 5-9 tahun, sementara orang yang dibunuhnya
sudah meninggal. Malah yang seperti itulah melanggar HAM, karena tidak berimbang antara
perbuatan jahat yang dilakukannya dengan hukuman terhadapnya.

Taubatnya Pembunuh Berdasarkan Macam – Macam Pembunuhan

“Orang yang membunuh dan yang dibunuh akan didatangkan pada hari kiamat dengan
menenteng kepala temannya (pembunuh) – dalam riwayat lain: Dia (korban) membawa
orang yang membunuh, sementara urat lehernya bercucuran darah – dia mengatakan: ‘Ya
Allah, tanya orang ini, mengapa dia membunuh saya’.” (HR. Ibnu Majah).
Hadits di atas menunjukkan besarnya dosa membunuh. Karena itu, ulama berbeda
pendapat, apakah pembunuh masih ada pintu taubat ataukah tidak. Ibnu Abbas, Zaid bin
Tsabit, Abu Hurairah, Abu Salamah bin Abdurrahman, Qatadah, Ad-Dhahhak, dan Hasan Al-
Bashri berpendapat bahwa tidak ada kesempatan taubat untuk seorang pembunuh.
Sementara mayoritas ulama berpendapat bahwa pembunuh masih punya kesempatan untuk
bertaubat. Akan tetapi semua ulama sepakat bahwa dalam kasus pembunuhan, hak sesama
anak Adam tidak bisa hilang hanya dengan taubat. Kerena itu, keluarga korban pembunuhan
boleh menuntut darah pelaku. Pihak keluarga memiliki hak pilih antara qisas (balas bunuh),
dimaafkan, atau meminta diyat pembunuhan berdasarkan tingkatan membunuhnya.
Jumhur ulama fikih, termasuk ulama Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanbali, membagi
tindak pidana pembunuhan tersebut kepada tiga macam sebagai berikut:
1. Pembunuhan sengaja yaitu, suatu pembunuhan yang disengaja, dibarengi dengan rasa
permusuhan, dengan menggunakan alat yang biasanya dapat menghilangkan nyawa, baik
secara langsung maupun tidak, seperti menggunakan senjata, kayu atau batu besar, atau
melukai seseorang yang berakibat pada kematian
2. Pembunuhan semi sengaja, yaitu suatu pembunuhan yang disengaja, dibarengi dengan rasa
permusuhan, tetapi dengan menggunakan alat yang biasanya tidak mematikan, seperti
memukul atau melempar seseorang dengan batu kecil, atau dengan tongkat atau kayu
kecil.
3. Pembunuhan tersalah, yaitu suatu pembunuhan yang terjadi bukan dengan disengaja,
seperti seseorang yang terjatuh dari tempat tidur dan menimpa orang yang tidur di lantai
sehingga ia mati, atau seseorang melempar buah di atas pohon, ternyata batu lemparan itu
meleset dan mengenai seseorang yang mengakibatkannya tewas.

Pembunuhan sengaja adalah seseorang sengaja membunuh orang lain yang darah dan
keselamatan jiwanya dilindungi. Yaitu dengan menggunakan alat untuk membunuh seperti
senjata api dan senjata tajam. Tindak pidana pembunuhan secara sengaja jika memenuhi
unsur-unsur:
1. Orang yang melakukan pembunuhan adalah orang dewasa, berakal, sehat, dan bermaksud
membunuh;
2. Terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya (tidak halal untuk dibunuh); dan
3. Alat yang digunakan untuk membunuh dapat mematikan atau menghilangkan nyawa
orang.
Jika pembunuh sengaja dimaafkan oleh keluarga terbunuh maka sipembunuh wajib
membayar diyat berat berupa 100 ekor unta, terdiri dari 30 ekor unta betina berumur 3-4
tahun, 30 ekor unta betina berumur 4-5 tahun, dan 40 ekor unta betina yang sedang bunting.
Pembunuhan semi sengaja adalah menghilangkan nyawa orang lain dengan alat yang tidak
biasa digunakan untuk membunuh dan tidak dimaksudkan untuk membunuh. Ia juga harus
membayar diyat berat kalau sudah dimaafkan keluarga terbunuh dengan cara mengangsurnya
selama 3 tahun. Sementara pembunuhan tidak sengaja adalah seperti orang melempar buah
mangga di pohon lalu terkena seseorang di bawah pohon mangga tersebut sehingga mati.
Diyat bagi kasus seperti ini adalah diyat ringan, yaitu 100 ekor unta terdiri atas 20 ekor
unta betina berumur 1-2 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta jantan
berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, dan 20 ekor unta betina berumur
4-5 tahun. Pihak pembunuh wajib membayarnya dengan mengangsur selama 3 tahun, setiap
tahun wajib membayar sepertiganya. Kalau tidak dapat dibayar 100 ekor unta, maka harus
dibayar 200 ekor lembu atau 2.000 ekor kambing.
Sedangkan, Unsur-unsur Pembunuhan tersalah adalah sebagai berikut :
1. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian.
2. Terjadinya perbuatan itu karena kesalahan.
3. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan kematian korban.

Perbuatan yang menyebabkan kematian itu disyaratkan tidak disengaja dilakukan oleh
pelaku atau karna kelalaiannya. Akan tetapi, tidak disyaratkan macam perbuatannya, boleh
jadi dengan menyalakan api di pinggir rumah orang lain, membuat lubang di pinggir jalan,
melempar batu ke jalan dan sebagainya. Bagi pembunuhan yang tersalah maka sanksinya ada
2 saja yaitu asal dan yang mengikuti. Sanksi asalnya adalah diyat dan ta’zir. Diyat bagi
pembunuhan ini adalah diyat mukhaffafah. Diyat mukhaffafah (diyat ringan)
Diyat mukhaffafah (diyat ringan) yang dibayarkan kepada keluarga korban ini berupa 100
ekor unta, terdiri dari:
a. 20 ekor hiqqah (unta betina berumur 3-4 tahun).
b. 20 ekor jadza’ah (unta betina berumur 4-5 tahun).
c. 20 ekor binta makhadh (unta betina lebih dari 1 tahun).
d. 20 ekor binta labun (unta betina umur lebih dari 2 tahun).
e. 20 ekor ibna labun (unta jantan berumur lebih dari 2 tahun).

Anda mungkin juga menyukai