Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam sebagai agama yang mengatur segala aspek bagi
kehidupan manusia pastinya memiliki sebuah dasar yang
paling penting yaitu keadilan. Dalam hal ini, segala jenis
kejahatan memang diharapkan pupus di dalam dunia ini.
Akan tetapi, terbukti dari mulai awal kehidupan makhluk
bernama manusia wujud kejahatan tetap ada dan tidak
pernah luput di atas bumi. Kejahatan tersebut berupa
pembunuhan, penderaan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, ketika Islam turun, ia sudah
menyiapkan paket-paket hukum dan hukuman bagi pelaku
kejahatan-kejahatan ini. Walaupun kenyataan kejahatan ini
tidak bisa 100% hilang di muka bumi, minimal pengaturan
hukum Islam bertujuan menurunkan kadar statistik kejahatan
yang melanda di negara Islam. Dalam hal ini, hukuman
kejahatan

tersebut

dikategorikan

dengan

nama

jarimah,qishas dan diyat.


1.2 Rumusan Masalah
1) Apa saja hadits

yang

membahas

qishas

dalam

pembunuhan?
2) Bagaimana penjelasan hadits tersebut?
3) Bagaimana hukum fiqh yang terkandung dalam hadits
tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui
hadits-hadits

pembunuhan.
Memahami
isi

kandungan

pembunuhan.
1

tentang
hadits

qishas

dalam

qishas

dalam

Mengetahui hukum-hukum fiqh tentang qishas dalam


pembunuhan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hadits-hadits Qishas dalam Pembunuhan dan


Kandungannya






:


) ) .







Artinya :
Diriwayatkan

dari

Abdullah

bin

Masud

r.a,

berkata:

Rasulullah Saw bersabda: Tidak dihalalkan darah seorang


muslim yang telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali salah
satu di antara tiga kelompok orang ini, yaitu seorang janda
(orang yang telah menikah) yang berzina, seseorang yang
membunuh

orang

lain,

dan

orang

yang

meninggalkan

agamanya, yakni orang yang memisahkan dirinya dari


jamaah. (HR. Muttafaq Alaih)1
Kandungan Hadits:

1 Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam,


Beirut: Darul Fikri, 1998, hlm. 254.

Tidak diperbolehkan menumpahkan darah seorang muslim


(membunuhnya),

kecuali

orang-orang

muslim

yang

melakukan tiga macam perbuatan sebagaimana terdapat


dalam hadits di atas. Pembunuhan adalah tindakan pidana
yang

paling

seseorang

besar

sehingga

sebab

telah

menghilangkan

menyengsarakan

nyawa

orang-orang

yang

berada dalam tanggungan orang yang terbunuh, seperti


membuat anak-anaknya menjadi yatim, istrinya menjadi
janda, dan tanggung jawab sosialnya menjadi berantakan.
Hidup dan kehidupan merupakan hak setiap manusia yang
tidak boleh dirampas oleh siapapun. Seorang kafir tidak boleh
dibunuh

karena

tuntutan

keimanannya,

dibunuh

untuk

mengantisipasi

melainkan

kejahatan

yang

dia
akan

diperbuatnya.2




.
.
:
.
. :

:
) ) .
Artinya:
Dari Anas r.a, dia berkata: Sesungguhnya Rubayyi bintu AnNadhr,

bibi

Anas,

mematahkan

gigi

seorang

wanita.

Kemudian, keluarga Rubayyi itu minta maaf kepadanya. Akan


2 Taufik Rahman, Hadits-Hadits Ahkam Untuk IAIN, STAIN, PTAIS,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2001, hlm. 20-21.

tetapi, keluarga wanita itu menolaknya. Keluarga Rubayyi


menawarkan

denda,

tetapi

mereka

tetap

menolaknya.

Kemudian mereka datang menghadap Rasulullah Saw tetapi


mereka tidak mau selain qishash. Lalu Rasulullah Saw
memerintahkan untuk di qishash. Anas bin An-Nadhr berkata:
Apakah gigi seri Rubayyi akan dipecahkan? jangan, demi
Tuhan yang telah mengutus engkau dengan kebenaran,
janganlah dipecahkan gigi serinya. Kemudian Rasulullah Saw
bersabda:
qishash.

Wahai
Maka

Anas,

Kitabullah

keluarga

wanita

telah

itu

menetapkan

merelakan

dan

memeaafkan Rubayyi. Kemudian Rasulullah Saw bersabda,


Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah itu terdapat
orang-orang yang bersumpah dengan nama Allah, dan dia
akan berlaku jujur kepada-Nya. (HR. Muttafaq Alaih dan
susunan matannya dari riwayat Al-Bukhari)3
Kandungan Hadits:
Pemberlakuan hukum qishas di antara sesama kaum wanita.
Diperbolehkan bersumpah di dalam masalah-masalah yang
masih

belum

meyakinkan

pemberlakuannya.

Dianjurkan

untuk memberi maaf kepada terpidana sehingga dia bebas


dari ancaman hukuman qishash. Terpidana dapat memohon
bantuan untuk memintakan maafnya.
Hukuman qishash dapat diberlakukan tidak hanya di dalam
masalah pembunuhan, tetapi juga dalam bagian anggota
badan

tertentu

yang

terlukai.

Hukuman

qishash

telah

disyariatkan kepada umat-umat terdahulu.4


3 Imam Muhammad bin Ismail Amir Yaman Ash-Shanani, Subulus
salam Syarh Bulugul Maram Min Jami Adillatil Ahkam Jilid 3, Beirut:
Darul Fikri, 1995, hlm. 137.
4 Taufik Rahman, Op. Cit., hlm. 25.





( .






)
Artinya:
Dari Ibnu Umar r.a, dia berkata: Seorang anak telah
dibunuh

secara

sembunyi-sembunyi.

Kemudian

Umar

berkata, Seandainya penduduk Shana ikut serta dalam


pembunuhan tersebut, saya akan membunuh mereka karena
perbuatannya. (HR. Bukhari)5
Kandungan Hadits:
Imam Malik dan mayoritas ulama fiqih berpendapat bahwa
apabila

sekelompok

orang

yang

bersepakat

atau

bersekongkol untuk membunuh seseorang, semuanya dapat


dihukum dengan pembunuhan juga, meskipun tidak semua
orang membunuhnya secara langsung.
Imam Syafii dan mayoritas ulama lainnya berpendapat
bahwa mereka tidak dibunuh semuanya, melainkan diadakan
undian dan orang yang keluar dalam undian tersebut, dialah
yang dibunuh, sedangkan sisanya yang lain diharuskan
membayar denda, mereka beralasan bahwa perwakilan dari
mereka

telah

cukup

untuk

menebusnya.

Akan

tetapi,

pendapat ini dibantah karena kelompok tersebut semuanya


ikut serta dalam membunuh.
Rabiah dan Dawud berpendapat bahwa bagi sekelompok
orang yang bersekongkol dalam pembunuhan tidak memiliki
qishash untuk dibunuh semuanya, tetapi mereka dikenakan
denda yang setimpal. Sebagian ulama berpendapat bahwa

5 Imam Muhammad bin Ismail Amir Yaman Ash-Shanani, Op. Cit., hlm.
139.

denda yang dikenakan kepada setiap orang yang terlibat


senilai 1.100 ekor unta.6
2.2 Hukum Fiqh Qishas dalam Pembunuhan
2.2.1 Pengertian Qishas dan Pembunuhan
Qishas secara etimologi ialah menelurusi jejak. Pengertian ini
digunakan untuk arti hukuman, karena orang yang berhak
atas qishas mengikuti dan menelusuri jejak tindak pidana dari
pelaku. Sedangkan menurut syara, qishas adalah:
Memberikan

balasan

perbuatannya.
Karena perbuatan

kepada

yang

pelaku,

dilakukan

sesuai

oleh

pelaku

dengan

adalah

menghilangkan nyawa orang lain, maka hukuman yang


setimpal adalah dibunuh atau hukuman mati.7
Pembunuhan dalam Bahasa Indonesia diartikan dengan
proses perbuatan atau cara membunuh. Dalam Bahasa Arab,
pembunuhan disebut al-qatlu yang artinya mematikan.
Dalam istilah pembunuhan didefinisikan oleh Wahbah Zuhaili
dalam fiqh islam dan dalilnya, sebagai berikut:

Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau


mencabut nyawa seseorang.8
2.2.2 Hukum Pembunuhan dalam Jinayah Islam
Dalam hukum Islam ada 3 (tiga) macam pembunuhan, yaitu:9
)
a) Pembunuhan yang disengaja (

6 Taufik Rahman, Op. Cit., hlm. 26.
7 Wahbah Zuhaili, Fiqh Sunnah dan Dalilnya Juz 6, hlm. 217.
8 Ibid, hlm. 218.
9 Eldin H. Zainal, Hukum Pidana Islam, Bandung: Cipta Pustaka Media
Perintis, 2003, hlm. 163-165.

Yaitu pembunuhan yang direncanakan dengan menggunakan


alat yang lazim untuk membunuh orang, seperti membacok,
menembak korban, dan lain-lain. Sedangkan hukuman bagi
pelakunya adalah qishas, artinya si pembunuh harus dibunuh
juga, sebagaimana telah membunuh orang lain. Apabila ahli
waris memaafkan maka si pembunuh tidak diqishas, tetapi
membayar diyat mughalladhah, yaitu membayar 100 ekor
unta secara tunai. Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat
178, Allah Swt berfirman:







Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh;
orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang
mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah
(yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diyat) kepada
yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan
suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah
itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. Al-Baqarah:
178)

)

b) Pembunuhan seperti disengaja (

Yaitu pembunuhan yang dilakukan seseorang dengan yang
biasanya tidak akan menyebabkan kematian dan orang yang
membunuhnya tidak bermaksud membunuh orang lain,

seperti memukul orang lain dengan sapu lidi, kemudian yang


dipukul mati. Sedangkan pelakunya tidak diqishas melainkan
wajib

membayar

pembunuhan

diyat

disengaja

mughalladhah
yang

dimaafkan

seperti
ahli

pada

warisnya.

Pembayarannya diangsur tiga tahun, tiap tahun dibayar


sepertiganya. Adapun dasar hukumnya:









) .







(
Artinya:
(diyat)

pembunuhan

yang

serupa

disengaja

adalah

mughalladhah, seperti (diyat) pembunuhan yang disengaja


dan pembunuh tidak boleh dibunuh, Umar r.a., pernah
menerapkan serupa itu. (HR. Abu Dawud)


)
c) Pembunuhan salah sasaran (


Yaitu pembunuhan yang tidak sengaja membunuh karena
kesalahan atau keliru semata-mata, tanpa direncanakan dan
tanpa

maksud

sama

sekali,

seperti

orang

menembak

binatang buruan, tapi terkena manusia sehingga mati.


Hukuman bagi pelakunya adalah wajib membayar diyat
mukhaffafah, yaitu memerdekakan seorang budak mukmin
dan membayar denda ringan yang diangsur selama tiga
tahun dan tiap tahunnya dibayar sepertiganya. Allah Swt
berfirman dalam surat an-Nisa ayat 92:








Artinya:
8

Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang


mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja),
dan

Barangsiapa

membunuh

seorang

mukmin

karena

tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba


sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari
kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka
dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa
yang

tidak

pembunuh)

memperolehnya,
berpuasa

dua

Maka
bulan

hendaklah
berturut-turut

ia

(si

untuk

penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha


mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa: 92)
2.2.3 Hukum Qishas dalam Jinayah Islam
Di dalam hukum jinayah Islam ada 2 (dua) macam qishas,
yaitu:10
a) Qishas Pembunuhan, yaitu hukuman bunuh bagi tindak
pidana pembunuhan.
b) Qishas Anggota Badan, yaitu hukuman qishas bagi pelaku
tindak pidana melukai, merusak, atau menghilangkan
fungsi anggota badan.
Adapun syarat-syarat qishas sebagai berikut:11
Pembunuh sudah baligh dan berakal sehat, maka anakanak dan orang gila tidak dikenakan qishas.

10 Ibid, hlm. 167.


11 Ahmad Jamil, Fiqih Islam, Surabaya: CV Putra Kembar Jaya, 2010,
hlm. 45-47.

Pembunuh bukan bapak dari terbunuh, artinya tidak ada


qishas apabila bapak membunuh anak, sebaliknya kalau

anak membunuh bapak maka wajib diqishas.


Orang yang terbunuh terpelihara darahnya, artinya bukan

orang jahat.
Orang yang dibunuh sama derajatnya, misalnya orang
muslim dengan orang muslim, orang merdeka dengan

orang merdeka.
Qishas dilakukan dalam hal yang sama, misalnya mata
dengan

mata,

seimbang

jadi

dengan

hukuman
apa

yang

yang

dilakukan

dilakukan.

Allah

harus
Swt

berfirman dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 45:




Artinya:
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya
(At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata
dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada
qishasnya. (QS. Al-Maidah: 45)
Apabila pembunuhan yang dilakukan oleh sekelompok orang,
maka harus diqishas dengan dibunuh semuanya, baik itu
orang yang langsung membunuh korban, menyediakan alat,
membantu dan membiayai untuk pembunuhan, semuanya
wajib diqishas. Dalam suatu riwayat disebutkan:


).






(
Artinya:
Dari Said bin Musayyab, bahwa Umar r.a. telah menghukum
bunuh lima atau enam orang yang telah membunuh seorang
10

laki-laki secara tipuan di tempat yang sunyi, kemudian ia


berkata: Andaikata semua penduduk Suna secara bersamasama membunuhnya niscaya akan aku bunuh semua. (HR.
Syafii).12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas kami menyimpulkan, bahwa:
Qishas adalah:
Memberikan

balasan

perbuatannya.
Karena perbuatan

kepada

yang

pelaku,

dilakukan

sesuai

oleh

pelaku

dengan

adalah

menghilangkan nyawa orang lain, maka hukuman yang


setimpal adalah dibunuh atau hukuman mati.
Pembunuhan dalam Bahasa Indonesia diartikan dengan
proses perbuatan atau cara membunuh. Dalam Bahasa Arab,
pembunuhan disebut al-qatlu yang artinya mematikan.
Dalam istilah pembunuhan didefinisikan oleh Wahbah Zuhaili
dalam fiqh islam dan dalilnya, sebagai berikut:

12 Ibid, hlm. 48.

11

Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau


mencabut nyawa seseorang.
Dalam hukum Islam ada 3 (tiga) macam pembunuhan, yaitu:
)
a) Pembunuhan yang disengaja (

)




)
Pembunuhan salah sasaran (

b) Pembunuhan seperti disengaja (


c)

3.2 Saran
Sebagai umat Islam yang berpegang teguh pada al-Quran
dan as-Sunnah, kita sebaiknya lebih menghargai hidup orang
lain terutama sesama umat Islam, sehingga dapat tercipta
kehidupan yang damai dan rukun.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Al-Hafidz Ibn Hajar. 1998. Bulughul Maram Min


Adillatil Ahkam.

Beirut: Darul Fikri.

Ash-Shanani, Imam Muhammad bin Ismail Amir Yaman. 1995.


Subulus Salam

Syarh Bulugul Maram Min Jami Adillatil Ahkam

Jilid 3. Beirut: Darul

Fikri.

Jamil, Ahmad. 2010. Fiqih Islam. Surabaya: CV Putra Kembar


Jaya.
Rahman, Taufik Rahman. 2001. Hadits-Hadits Ahkam Untuk IAIN,
STAIN,

PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia.

Zainal, Eldin H. 2003. Hukum Pidana Islam. Bandung: Cipta


Pustaka Media

Perintis.

Zuhaili, Wahbah. Fiqh Sunnah dan Dalilnya Juz 6.

12

Anda mungkin juga menyukai