Anda di halaman 1dari 9

QISHASH, DIYAT DAN KAFARAT

Orang yang paling sabar di antara kamu ialah


orang yang memaafkan kesalahan orang lain padahal dia
berkuasa untuk membalasnya.”
(Riwayat Ibnu Abiduyya dan
Baihaqi)

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta
berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh (jahil atau tidak
mengetahui)
(Surah Al- A’raf 7: Ayat 199)

Oleh: Lias, Riki Prasetia, Robi Septiadi dan Surya

A. Abstrak
Qisas-diyat merupakan salah satu aturan dalam syari’at Islam mengenai
hukumpidana dan berlaku bagi tindak pidana-tindak pidana yang berkaitan
dengan pembunuhan dan penganiayaan.Sedangkan Kafarat atau tebusan disebut
denda, yakni tebusan atas suatu pelanggaran aturan syari’at. 1Allah mengatur secara
khusus mengenai tindak pidana ini dalam al-Qur'an dengan beberapa hikmah
yang terkandung, antara lain terjaminnya kehidupan ekonomi keluarga korban,
menghilangkan budaya ketidakadilan yang dalam al-Qur'an dicotohkan dengan
pembebasan budak, hubungan muslim dan non-muslim, dan adanya alternatif
pemidanaan.2
Kata Kunci: Qishash, Diyat,Kafarat

B. Qishash
Hukum qisas adalah salah satu bagian dari hukum pidanaIslam atau biasa
diistilahkan dengan fiqh al-jinayah. Hukum pidana Islam atau fiqh al-jinayah
adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan
kriminal yang dilakukan oleh manusia khususnya mukallaf, dan sebagai fikih,
ia merupakan hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terinci di
dalam al-Qur‟an dan hadis. Tindakan kriminal yang dimaksud adalah tindakan-
tindakan kejahatan yang mengganggu ketentraman umum, dan di antaranya
mengatur tentang hukum qisas.3
Qisas merupakan salah satu dari sekian macam aturanhukuman hudud
(yang jelas aturan dan batasannya) dalam hukum pidana Islam. Sebagai sebuah
aturan dalam hukum public, ia menjadi bagian dari tulang punggu terwujudnya
ketentraman di dalam masyarakat, sebagaimana aturan-aturan hukum pidana

1
“Hudud_Kafarat_Qishas_and_Tazir,” n.d. hlm, 7
2
Memahami Keadilan et al., “A in Al-M Ā L Badala an-Nafs Al-Qat Ī L (Harta Yang
Diberikan Sebagai Ganti,” Ahmad Bahiej, n.d., 1–2.
3
Dalam Hukum Qisas, “Jurnal Kajian Hukum,” Muh. Tahmid Nur, 1992, hlm, 1.

Fiqh Jinayah Siyasah


Qishos, Diyat, dan Kafarat | 1
atau hukum public lainnya. Sebaliknya, apabila ia tidak berjalan efektif, maka
masyarakat akan merasa tidak tenteram dalam kehidupannya.4
Qisas yang berasal dari bahasa Arab al-qisās bermaknaan yaf’ala bil-fā’il
misla mā fa’ala yang berarti melakukan seperti apa yang telah dilakukan
pelakunya.5
Pendapat lain, kata qisas berarti al-musawa wa al-ta’addul(sama dan
seimbang), juga dipahami dalam pengertian qata’a (memangkas atau
memotong). Dari pengertian kebahasaannya, qisas memiliki persamaan
pengertian dengan istilah “adil” sebelumnya, yaitu sama dan seimbang. Yang
berarti bahwa qisas adalah hukuman yang sama atau seimbang dengan
kejahatan yang diperbuat oleh pelaku tindak pidana, juga untuk memangkas
atau memotong tindak kejahatan tertentu agar tidak berulang-ulang, dan karena
dalam aturannya terdapat pemotongan kehidupan (hukuman mati) pelaku
kejahatan yang terbuti bersalah.6
Pendapat lain, Qishash dalam arti bahasa adalah tattaba'a al-atsar yang
artinya menelusuri jejak.Pengertian tersebut digunakan untuk arti hukuman,
karena orang yang berhak atas qishash mengikuti dan menelusuri jejak tindak
pidana dari pelaku. Qishash juga diartikan al-mumatsalah, yaitu keseimbangan
dan kesepadanan. Dari pengertian yang kedua inilah kemudian diambil
pengertian menurut istilah.Secara istilah, qishash adalah memberikan balasan
kepada pelaku, sesuai dengan perbuatannya. Dalam redaksi yang berbeda,
Abdul Mujieb dan Ibrahim Unais mendefinisikan qishash sebagai hukuman
kepada pelaku kejahatan persis seperti apa yang dilakukannya. Jika perbuatan
yang dilakukan oleh pelaku adalah menghilangkan nyawa yang lain
(membunuh), maka hukuman yang setimpal adalah dibunuh atau hukuman
mati.7
Ruang lingkup hukum qisas dibatasi oleh para fuqaha hanya pada
tindak pidana atau kejahatan yang berhubungan dengan jiwa (pembunuhan)
dan badan (penganiayaan), atau biasa diistilahkan dengan al-nafs wa al-jarahah
(nyawa dan luka).8
Adapun mengenai landasan hukum qisas yaitu dalam al-Qur’an terdapat
kurang dari sepuluh ayat dan pada umumnya selalu berkaitan dengan aturan
diyat. Mungkin dari situlah kemudian para fuqaha umumnya membahas hukum
qisas secara bersamaan dengan hukum diyat secara umum.9 Salah satunya yang
termuat dalam surah al-Baqarah yaitu:

4
Ibid.
5
Keadilan et al., “A in Al-M Ā L Badala an-Nafs Al-Qat Ī L (Harta Yang Diberikan
Sebagai Ganti).”Op. Cit
6
Qisas, “Jurnal Kajian Hukum.”
7
Ibid.
8
Ibid.
9
Lihat, Q.S. al-Baqarah (2): 178-179, 194, al-Nisa (4): 92, QS. Al-Maidah (5): 32 dan 45,
al-Isra (17): 33.

Fiqh Jinayah Siyasah


Qishos, Diyat, dan Kafarat | 2
‫ب َٰٓيعلَٰٓي ۡي ُك ُم ۡاٱ ِذ َٰٓي اُ فِذي ۡاٱ َٰٓي ۡتلَٰٓي ۖى ۡٱ ُشُّي ِذۡاٱ ُ ِّرش َٰٓيً ۡاٱ َٰٓي ۡ ُذ ِذۡاٱ َٰٓي ۡ ِذذ‬ ‫ٌا ُكتِذ َٰٓي‬ْ ُ‫َٰٓي َٰٓي ُّييَٰٓي اٱَّل ِذز يَٰٓي َٰٓيءا َٰٓيمن‬
‫ا ِۡذاٱ َٰٓي ۡ شًُ ِذ َٰٓيً َٰٓيدَٰٓيا ٌء إِذٱَٰٓي ۡي ِذو‬ ُ ‫ء َٰٓي اٱِّر َٰٓي‬ٞ‫َٰٓيً ۡاٱُ نَٰٓيَ ِذۡاٱُ نَٰٓيَ فَٰٓي َٰٓي ۡي ُع ِذ َٰٓيي ٱَٰٓيوُ ۥ ِذم ۡي َٰٓي ِذ ي ِذو َٰٓي ۡيء‬
ٌ ‫ۡاعتَٰٓيذَٰٓيٍ َٰٓي ۡ َٰٓيذ َٰٓيرٱِذ َٰٓي فَٰٓيلَٰٓيوُ ۥ َٰٓيع َٰٓيزا‬ ‫ءة فَٰٓي َٰٓي ِذي‬ٞ ‫يف ِّرمي َّلس ِّر ُكمۡ َٰٓيً َٰٓيس ۡ َٰٓي‬ ‫ء‬ٞ ‫ِذئ ِذ ۡ َٰٓي ٖۗني َٰٓير ِذ َٰٓي ٱَٰٓي ۡخ ِذ‬
‫ءة َٰٓي ًُْ ٱِذي ۡاٱَٰٓي ۡٱ َٰٓي ِذ‬ٞ ٌ‫ا َٰٓي يَٰٓي‬ ‫ َٰٓيًٱَٰٓي ُكمۡ فِذي اٱ ِذ َٰٓي ِذ‬.‫ءيم‬ٞ ‫َٰٓيٱِذ‬
‫ب ٱَٰٓي َٰٓي لَّل ُكمۡ ٱَٰٓيتَّل ٌُوَٰٓي‬ ۡ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang
mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)
membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).
Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa
yang sangat pedih. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup
bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.10

Ayat 178 dalam surah al-Baqarah tersebut adalah perintahmelaksanakan


hukuman qisas berkenaan dengan pembunuhan. Dari memahami perintah
tersebut, para ulama mengartikannya sebagai sebuah kewajiban yang harus
dilaksanakan, sedang pembunuhan yang dimaksud menurut para mufassir
adalah tindak pembunuhun dengan sengaja, dan harus dilakukan oleh pihak
berwenang dengan asas keadilan. Hal tersebut berkenaan dengan tujuan
qisas.Pada ayat 179 berikutnya adalah untuk memberi jaminan
kelangsungan“kehidupan” yang nyata bagi manusia.11
Alasannya dalam sunah Rasulullah SAW di antaranya adalah “… Siapa
yang membunuh dengan sengaja, maka dibalas dengan membunuh
(pelaku)nya…” (HR. Abu Dawud). Dalam hadits lain Rasulullah SAW
bersabda:bahwa di antara orang-orang yang boleh dibunuh adalah seseorang
yang melakukan pembunuhan (HR. Ahmad). Atas dasar ayat-ayat dan hadits di
atas, ulama fikih sepakat mengatakan bahwa hukuman terhadap pelaku
pembunuhan dengan sengaja adalah kisas.12
Adapun Syarat-syarat berlakunya qisas. Ulama fikihmengemukakan
beberapa syart yang harus dipenuhi oleh pelaku pembunuhan yang akan
dikenai hukuman kisas. Syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut (1)
pelaku seorang mukalaf (balig atau berakal). Oleh sebab itu, kisas tidak dapat
dilaksanakan pada anak kecil atau orang gila. Adapun terhadap orang yang
membunuh dalam keadaan mabuk, ulama mazhab yang empat berpendapat

10
Q:S al-Baqarah (2):178-179
11
Ibid.
12
“Pembunuhan Dalam Perspektif Hukum Islam,” Nurani 13 (2013): hlm, 8.

Fiqh Jinayah Siyasah


Qishos, Diyat, dan Kafarat | 3
bahwa jika orang yang mabuk itu melakukan pembunuhan sengaja, maka ia
tetap dikenai qisas; tidak ada pengaruh keadaan mabuknya tersebut terhadap
tindak pembunuhan yang dilakukannya. (2) pembunuhan itu dilakukan dengan
sengaja, (3) unsure kesengajaan dalam pembunuhan tidak diragukan, (4)
menurut ulama Mazhab Hanafi, pelaku pembunuhan itu melakukannya dengan
kesadaran sendiri, tanpa paksaan dari orang lain. Akan tetapi, jumhur ulama
fikih menyatakan bahwa sekalipun pembunuhan itu dilakukan oleh orang yang
terpaksa di bawah ancaman, tetap dikenaihukuman qisas.13

Mengenai Syarat-syarat wajib qisas


1. Orang yang membunuh sudah balig dan berakal
2. Yang membunuh bukan bapak dari yang dibunuh
3. Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya yaitu: agama, merdeka,
anak dan bapak, orang kafir.
4. Yang dibunuh adalah orang yag terpelihara darahnya, dengan Islam,
atau dengan perjanjian.14

C. Diyat
Kata diyat (‫ ) ِذد َٰٓيةًة‬secara etimologi berasal dari kata “wadâ – yadî–
wadyanwa diyatan”)‫( َٰٓيًدَٰٓيٍ َٰٓي ِذذٍ َٰٓيً ْد َٰٓي َٰٓيً ِذد َٰٓيةًة‬. Bila yangdigunakan mashdar wadyan
‫ َٰٓيً ْد َٰٓي‬berarti sâla ( ‫) َٰٓي َٰٓي‬mengalir) yang sering dikaitkan dengan lembah, seperti di
dalam firman Allah Azza wa Jalla:
ٌٍٗ ُ‫إِذ ِّري َٰٓي َٰٓي ۠ا َٰٓيس ُّي َٰٓي ا َٰٓي ۡ لَٰٓي ۡ َٰٓي ۡ لَٰٓي ۡي َٰٓي إِذ َّل َٰٓي ۡاٱ ِذ َٰٓيٌا ِذد ۡاٱ ُ َٰٓي َّلذ ِذ ط‬
Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu;
sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.15
Akan tetapi, jika yang digunakan adalah mashdar diyatan(‫ ) ِذد َٰٓيةًة‬berarti
membayar harta tebusan yang diberikan kepada korban atau walinya dengan
sebab tindak pidana penganiyaan (jinâyat), harta yang diberikan sebagai
gantidari jiwa yang terbunuh.16
Sedangkan diyat secara terminologi syariat adalah hartayang wajib dibayar
dan diberikan oleh pelaku jinâyat kepada korban atau walinya sebagai ganti
rugi, disebabkan jinâyat yang dilakukan oleh si pelaku kepada korban. Definisi
ini mencakup diyat pembunuhan dan diyatanggota tubuh yang dicederai, sebab
harta ganti rugi ini diberikan kepada korban bila jinâyatnya tidak sampai
membunuhnya dan diberikan kepada walinya bila korban terbunuh.17
Diyat ada dua macam yaitu:
13
Ibid.
14
Sulaiman rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), hlm, 431
15
Q:S Taha (20): 12
16
Keadilan et al., “A in Al-M Ā L Badala an-Nafs Al-Qat Ī L (Harta Yang Diberikan
Sebagai Ganti.”Op. Cit hlm, 1-2
17
Pembunuhan TIdak Di sengaja, “P K K T D,” in Kholid Syamhudi, 2016, hlm, 5.

Fiqh Jinayah Siyasah


Qishos, Diyat, dan Kafarat | 4
1. Diyat kabir (denda besar) yaitu seratus ekor onta, dengan perincian: 30
ekor unta betina umur 3 tahun masuk empat tahun, 30 ekor unta betina
umur empat tahun masuk lima tahun, dan 40 ekor unta betina yang
sudah hamil.
Diwajibkan denda berat karena:
a. Sebagai ganti hukum bunuh (qisas) yang dimaafkan pasa
pembunuhan yang betul-betul disengaja. Denda ini wajib dibayar
tunai oleh yang membunuh sendiri. Hal ini dilandasi hadis nabi:

ْ ‫َٰٓيم ْي قَٰٓيتَٰٓي َٰٓيل ُمتَٰٓي َٰٓي ِّر ذًةا ُدفِذ َٰٓي اِذٱَٰٓيَ آَٰيًْ ٱِذيَٰٓي ِذء ْاٱ َٰٓي ْتٌُْ ِذ فَٰٓي ِذء ْو َٰٓي ُءًا قَٰٓيتَٰٓيلٌُْ ا َٰٓيًاِذ‬
ٌ‫ءو َٰٓي ءًُْ ا آَٰي َٰٓي ُزًااٱ ِّرذ َٰٓية‬
)ٍ‫َٰٓيً ِذى َٰٓيَ ثَٰٓي َٰٓيَلثٌُْ وَٰٓي ِذ َّلةًة َٰٓيًثَٰٓي َٰٓيَلثٌُْ وَٰٓي َٰٓيج َٰٓيز َٰٓيعةًة َٰٓيًآَٰيسْ َٰٓي ٌُْ وَٰٓي َٰٓي لِذ َٰٓيةًة (سًاه اٱتشمز‬
"sesiapa membunuh orang dengan sengaja, ia diserahkan kepada keluarga yang
terbunuh. Mereka boleh membunuhnya atau menarik denda, yaitu 30 ekor unta
betina umur tiga masuk empat tahun, 30 ekor unta betina umur empat tahun
masuk lima tahun, 40 ekor unta betina yang sudah hamil. (H.R. al-Turmizi).

b. Melakukan pembunuhan “semi sengaja”. Denda ini wajib dibayar oleh


keluarganya, diangsur dalam waktu selama tiga tahun, tiap-tiap akhir
tahun wajib dibayar sepertiga.
2. Diyat Shaghir (denda ringan), banyaknya seratus ekor unta juga, tetapi dibagi
lima: 20 ekor unta betina umur satu masuk dua tahun, 20 ekor unta betina
umur dua tahun masuk tiga, 20 ekor unta jantan umur dua tahun masuk tiga
tahun, 20 ekor unta betina umur tiga tahun masuk empat, 20 ekor unta jantan
umur empat tahun masuk lima. Denda ini wajib dibayr keluarga yang
membunuh dalam masa tiga tahun, tiap akhir tahun dibayar sepertiganya.
Jika denda tidak dapat dibayar dengan unta, wajib dibayar dengan uang
sebanyak harga unta tersebut. Ini pendapat sebagian ulama.
Ringannya denda dipandang dari tiga segi:
1. Jumlahnya yang dibagi lima
2. Diajibkan atas keluarga yang bersangkutan
3. Diberi waktu tiga tahun
Berat denda dipandang dari tiga segi juga:
1. Jumlah denda hanya dibagi tiga, sedangkan tingkat umurnya lebih besar
2. Denda diwajibkan atas yang membunuh itu sendiri
3. Denda wajib dibayar tunai

Denda perempuan (kalau yang terbunuh perempuan) adalah sperdua dari denda
lak-laki hal ini didasiri gadis nabi:

“dende perempuan seperdua denda laki-laki” (H.R. Amr Ibni Hazm)

Denda orang yang beragama Yahudi dan Nasrani adalah sepertiga dari denda orang
Islam, dan denda orang yang beragama Majusi sepelimabelas dari denda orang Islam.
Keterangannya berdasarkan perbuatan sahabat.

Fiqh Jinayah Siyasah


Qishos, Diyat, dan Kafarat | 5
Disempurnakan diyat sebagai diyat membunuh orang yang apabila anggota-
anggota berikut ini atau melenyapkan manfaatnya, yaitu, dua tangan, dua kaki, hidung,
dua telinga, dua mata, lidah, dua bibir, kemaluan, dua pelir, membisukan,
membutakan, menghilangkan pendengaran, menghilangkan penciuman, dan
menghlangkan akal. 18

D. Kafarat
Kafarat yaitu denda yang harus dibayar karena melanggar larangan Allah
atau melanggar janji. Kafarat merupakan asal kata dari kaya kufir yang artinya
tertutup. Maksudnya, tertutupnya hati seseorang hingga ia berani melakukan
pelanggaran terhadap aturan syar'i. Sedangkan secara istilah, kafarat adalah
denda yang wajib dibayarkan oleh seseorang yang telah melanggar larangan
Allah tertentu. Kafarat merupakan tanda taubat Allah dan penebus dosa.19
Adapaun macam-macam kafarat
1. Kafarat Pembunuhan
Agama Islam sangat melindungi jiwa. Darah tidak boleh ditumpahkan
tanpa sebab-sebab yang dilegalkan oleh syariat. Karenanya, seorang yang
membunuh orang lain selain dihadapkan pada salah satu dari dua pilihan
yaitu: diqishash atau membayar diyat, ia juga diwajibkan membayar
kafarat. Kafarat bagi pembunuh adalah memerdekakan budak muslim. Jika
ia tak mampu melakukannya maka pilihan selanjutnya adalah berpuasa 2
bulan berturut-turut. Hal ini sebagaimana diterangkan Allah dalam surat
An-Nisa ayat 92

2. Kafarat Dzihar
Dzihar adalah perkataan seorang suami kepada istirnya, "kau bagiku
seperti punggung ibuku". Pada masa jahiliyyah dzihar dianggap sebagai
thalaq. Akan tetapi setelah syariat islamiyah turun, ketetapan hukum
dzihar yang berlaku di kalangan masyarakat jahiliyyah dibatalkan. Syariat
Islam menegaskan bahwa dzihar bukanlah thalaq, dan pelaku dzihar wajib
menunaikan kafarat dzihar sebelum ia melakukan hubungan biologis
dengan istrinya.

3. Kafarat Melakukan Jimak pada siang ramadhan


Kafarat yang ditetapkan untuk pasangan suami istri yang melakukan
hubungan biologis pada siang hari di bulan Ramadhan sama dengan
kafarat dzihar ditambah qadha sebanyak jumlah hari mereka melakukan
hubungan biologis di siang hari bulan Ramadhan.

18
Sulaiman rasjid, Fiqh Islam, Op. Cit, hlm, 433-434
19
Pengertian Kafarat, 2016, http://www.dokloz.net/.

Fiqh Jinayah Siyasah


Qishos, Diyat, dan Kafarat | 6
4. Kafarat Karena melanggar sumpah
Kafarat bagi seorang yang bersumpah atas nama Allah kemudian ia
melanggarnya adalah memberi makan 10 fakir miskin, atau memberikan
pakaian kepada mereka, atau memerdekakan budak. Jika ketiga hal
tersebut tidak mampu ia lakukan, maka diwajibkan baginya puasa 3 hari
berturut-turut. Dalil naqli terkait hal ini adalah firman Allah SWT dalam
surat Al-Maidah ayat 89.

5. Kafarat ila’
Kafarat Ila' adalah sumpah suami untuk tidak melakukan hubungan
biologis dengan istrinya dalam masa tertentu. Semisal perkataan suami
kepada istirnya, "Demi Allah aku tidak akan menggaulimu". Konsekuensi
yang muncul karena ila' adalah suami membayar kafarat ila' yang jenisnya
sama dengan kafarat yamin (kafarat melanggar sumpah) sesuai dengan
ayat al-Qur’an yang termuat dalam Surah al-Baqarah ayat 226-227.20
‫ٱِّرلَّل ِذز يَٰٓي ُۡؤٱٌُوَٰٓي ِذمي ِّر َٰٓي ئِذ ِذيمۡ ٱَٰٓي َٰٓيش ُّيصُ َٰٓي ۡس َٰٓي َٰٓي ِذة َٰٓي ۡ ي ۖى ٖۗنُش فَٰٓيئِذو فَٰٓي ُءً فَٰٓيئ ِذ َّلو َّل‬
‫ء‬ٞ ُ ‫اٱَٰٓي َٰٓيغ‬
. ‫ءيم‬ٞ ‫ٌس َّلس ِذ‬
‫ءيم‬ٞ ‫اٱَٰٓي َٰٓي ِذ ي ٌ َٰٓيعلِذ‬ ‫ٌا اٱلَّللَٰٓي َٰٓي فَٰٓيئ ِذ َّلو َّل‬
ْ ‫َٰٓيًإِذ ۡو َٰٓيع َٰٓيز ُم‬
“Kepada orang-orang yang meng-ilaa´ isterinya diberi tangguh empat
bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Dan jika mereka berazam (bertetap hati untuk) talak, maka
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

6. Kafarat karena membunuh biantang buruan pada saat berihram


Kafarat jenis ini adalah mengganti binatang ternak yang seimbang,
atau memberi makan orang miskin, atau berpuasa. Aturan kafarat ini Allah
SWT jelaskan dalam al-Qur’an:

‫ء ِّرم ۡن ُل َٰٓيم‬ٞ‫ء َٰٓيً َٰٓيمي قَٰٓيتَٰٓيلَٰٓيوُۥ ِذمن ُكم ُّيمتَٰٓي َٰٓي ِّر ٗذا فَٰٓي َٰٓيج َٰٓيزاء‬ٞ ‫ٌا اٱ َّۡلي َٰٓيذ َٰٓيً َٰٓي تُمۡ ُ ُش‬ ْ ُ‫ٌا َٰٓيَل ٱَٰٓي ۡ تُل‬
ْ ُ‫َٰٓي َٰٓي ُّييَٰٓي اٱَّل ِذز يَٰٓي َٰٓيءا َٰٓيمن‬
ًۡ ‫ءة طَٰٓي َٰٓي ُ َٰٓيم َٰٓي ِذكييَٰٓي َٰٓي‬ٞ ‫قَٰٓيتَٰٓي َٰٓيل ِذميَٰٓي اٱنَّل َٰٓي ِذم َٰٓي ۡ ُك ُم ِذ ِذوۦ َٰٓير َٰٓيًا ع َٰۡٓيذ ٖۗن ِّرمن ُكمۡ ى َٰۡٓيذ َٰٓي َٰٓيلِذ َٰٓيغ ۡاٱ َٰٓيك ۡ َٰٓي ِذة َٰٓي ًۡ َٰٓيك َّل َٰٓيش‬
‫اٱُ ِذم ۡنوُ َٰٓيً َّل‬
ُ‫اٱ‬ ‫اٱُ َٰٓيع َّل َٰٓي لَٰٓيفَٰٓي َٰٓيً َٰٓيم ۡي َٰٓيع َٰٓيد فَٰٓييَٰٓينتَٰٓي ِذ ُم َّل‬ ‫و َٰٓيً َٰٓي َٰٓي َٰٓيمۡ ِذش ِذهۦ َٰٓيع َٰٓي َّل‬
‫ع َٰۡٓيذ ُ َٰٓيرٱِذ َٰٓي ِذ يَٰٓي ٗم ٱِّريَٰٓي ُزً َٰٓي‬
‫ءز ُرً ا تِذ َٰٓي ٍم‬ٞ ‫َٰٓيز‬ ‫ع ِذ‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan,
ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan
sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang
dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara
kamu sebagai had-yad yang dibawa sampai ke Ka´bah atau (dendanya)
membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa
20
Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm, 242-243

Fiqh Jinayah Siyasah


Qishos, Diyat, dan Kafarat | 7
seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat
buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan
barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya.
Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa”.21

E. Penutup
Keadilan Allah sangat tampak dalam syari'at Islam tentang qisas-diyat.
Sistempemidanaan akibat pembunuhan, baik yang sengaja maupun yang tidak
sengaja, sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur'an menunjukkan
kekayaan hikmah yang terkandung di dalamnya. Selain itu, ijtihad para fuqaha
untuk mengaplikasikan aturan-aturan qisas-diyat dengan bersumber pada al-
Qur'an dan hadis menunjukkan keanekaragaman dalam hukum Islam. Semuanya
bertujuan agar hukum Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan hadis itu tetap
bisa save di muka bumi. Oleh karena itu, perlu kiranya usaha yang tak henti dari
para ahli hukum Islam untuk menggali hikmah atau nilai-nilai filosofi syari'at
Islam dalam al-Qur'an dan hadis, tak terkecuali syari'at Islam tentang qisas dan
diyat, agar keadilan Allah dapat terwujudkan di muka bumi. Insya Allah.

21
Q:S al-Maidah (5): 95

Fiqh Jinayah Siyasah


Qishos, Diyat, dan Kafarat | 8
Daftar Pustaka

Al-Quran Terjemahan

“Hudud_Kafarat_Qishas_and_Tazir,” n.d.

Isengaja, T Idak D. “P K K T D.” In Kholid Syamhudi, 5, 2016.

Keadilan, Memahami, Hukum Tuhan, Diyat Oleh, Ahmad Bahiej, Abstrak Qisas-
diyat, and Pendahuluan Qisas-diyat. “A in Al-M Ā L Badala an-Nafs Al-Qat
Ī L (Harta Yang Diberikan Sebagai Ganti.” Ahmad Bahiej, n.d., 1–2.

M. Yusuf, Kadar, 2013, Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta: Amzah

“Pembunuhan Dalam Perspektif Hukum Islam.” Nurani 13 (2013): 9.

Pengertian Kafarat, 2016. http://www.dokloz.net/.

Qisas, Dalam Hukum. “Jurnal Kajian Hukum.” Muh. Tahmid Nur 1 (1992): 23.

Rasjid, Sulaiman ,2003, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo

Harun, Idris. "EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI


DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM." POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam 1, no. 2 (2015): 175-190.

Fiqh Jinayah Siyasah


Qishos, Diyat, dan Kafarat | 9

Anda mungkin juga menyukai