Anda di halaman 1dari 18

JARIMAH QISHASH / DIYAT

DI
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok:12
NAMA

: FARHATI
ULFA LADAYA
NURLENA

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


PTI AL HILAL SIGLI
TAHUN AJARAN 2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi
hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul Jarimah Qishash / Diyat dapat
diselesaikan. Makalah ini merupakan pelengkap tugas mata kuliah.
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih banyak kekurangan disana sini, baik mengenai materi
maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran-saran dari siapapun
yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Akhirnya kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Sigli, Juni 2015

Kelompok

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jarimah, Qishash dan Diyat........................................ 3
B. Dasar Hukum Qishash dan Diyat ................................................... 4
C. Pandangan dalam Perspektif Syariat Islam................................. 6
D. Macam-macam Qishash....................................................................7
E. Hukuman Qishash Dapat Diganti Dengan Diyat..........................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
B. Saran-saran .................................................................................... 12
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam islam melakukan tindak pidana dapat dikenakan
sanksi sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan. Hal ini yang
sering disebut dengan qishash. Selain itu juga ada hukuman
yang mewajibkan pihak terpidana untuk membayar denda
kepada pihak yang teraniaya dan hal ini sering disebut dengan
diyat.
Islam sebagai agama yang mengatur segala aspek bagi
kehidupan manusia pastinya memiliki sebuah dasar yang paling
penting yaitu keadilan. Ini terbukti dengan adanya firman Allah
SWT

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil


dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat,
dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Jarimah merupakan ilmu tentang hukum yang berkaitan
dengan perbuatan tindak pidana dan hukumannya, misalnya
pembunuhan, merusak atau menghilangkan anggota tubuh
orang lain. Sedangkan untuk hukuman yang dikenakan terdapat
tingkatan-tingkatan
pembunuhan.

yang

terperinci

Tingkatan-tingkatan

misalnya

hukuman

dengan jenis tindak pidana yang dilakukan.


1. QS. al-Nahl (16): 90.

ini

pada

kasus

disesuaikan

Jarimah qisas dan diyat adalah jarimah yang diancam


dengan hukuman qisas atau diyat. Baik qisas maupun diyat
kedua-duanya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh
syara. Perbedaannya dengan hukuman hadd adalah bahwa
hukuman hadd merupakan hak Allah, sedangkan qisas dan diyat
merupakan hak manusia (hak individu).2
Dalam makalah ini akan dibahas dimana qishash adalah
hukuman yang secara aplikasinya harus dilaksanakan balasan
yang setimpal atau seimbang dengan nilai yang dilakukan
pembunuh, apabila hukuman itu tidak dapat dilakukan atas dasar
alasan tertentu maka dapat diganti dengan hukuman diyat yaitu
membayar

denda

dari

perbuatan

pembunuhan

dengan

persetujuan ahli waris dari korban.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan
tentang Jarimah, Qisas dan Diyat serta pokok-pokok yang penting
di dalamnya ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang Jarimah, Qisas
dan Diyat serta pokok-pokok yang penting di dalamnya.

2. http://www.islamcendekia.com/

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pengertian Jarimah
Di dalam hukum pidana

islam

ada

dua

kata

ynag

mempunyai makna yang hampir sama namun sesungguhnya


berbeda yaitu kata jinayah dan jarimah. Menurut pengertian
yang penulis pahami, jinayah adalah delik yang berkaitan
dengan perlukaan terhadap anggota tubuh sedangkan jarimah
adalah semua tindak kejahatan. Dalam Al Quran istilah yang
digunakan untuk tindak pidana adalah jarimah dan bukan
jinayah.
Pengertian jarimah yang dikemukakan oleh Imam Al
Mawardi adalah:


Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
syara yang diancam oleh Allah dengan hukuman had dan tazir
2. Pengertian Qishash
Kata kisas (qishsh) yang dalam bahasa Arab
secara bahasa memiliki arti mengikuti jejaknya/kesannya (

)seperti berarti: aku mengikuti jejaknya ().


Akan tetapi, menurut al-Faym kata kisas lebih sering dimaknai
dengan

menghukum

mencederakan

pembunuh

pencedera,

dengan

memotong

tangan

membunuh,
orang

yang

memotong tangan.3 Secara istilah kata kisas memiliki arti:










berarti: Kisas adalah

diperlakukan pada yang melakukan jinayah seperti apa ia
lakukan.4
Qishash berasal dari kata qaseha yang artinya dia
memutuskan atau dia mengikuti jejak buruannya, dan karenanya
ia bermakna sebagai hukum balas (yang adil) atau pembalasan
yang sama atas pembunuhan yang telah dilakukan. Pengertian
tersebut digunakan untuk arti hukuman, karena orang yang
berhak atas qishash mengikuti dan menelusuri tindak pidana
pelaku. Qishash juga diartikan keseimbangan dan kesepadanan.
Sehingga qishash dapat diartikan memberikan balasan kepada
pelaku

kejahatan

sesuai

dengan

kejahatan

yang

telah

diperbuatnya itu.
3. Pengertian Diyat
Hukuman qishash untuk pembunuhan sengaja adalah
hukuman

pokok.

Apabila

hukuman

tersebut

tidak

dapat

dijalankan, karena sebab-sebab yang dibenarkan oleh syara


maka hukuman penggantinya adalah hukuman diyat untuk
qishash.

3 Ahmad bin Muhammad bin Al al-Faym, al-Mishbh al-Munr f Gharb


al-Syarh al-Kabr (Beirut: al-Maktabah al-Ilmiyyah, t.t.), 505.

4 Wuzrat al-Awqf wa al-Syun al-Islmiyyah bi al-Kuwait, Al-Maus't


al-Fiqhiyyah (Kuwait: Wuzrat al-Awqf al-Kuwaitiyyah, t.t.) vol. 33, 259.

Kata Ad Diyat dengan tanpa tasydid ya adalah jamak dari


kata diyah asal kata diyah itu adalah widyun dengan kasrah
waw, masdar dari kata wada misalnya dalam kalimat wadal
Qatila yadi-hi apabila diberikan dendanya kepada walinya. Kata
widyun dibuang faul kalimat lalu diganti ta tanits sehingga
menjadi diyah. Diyat adalah harta benda yang wajib ditunaikan
oleh sebab tindak kejahatan, kemudian diberikan pada si korban
kejahatan atau walinya.
B. Dasar Hukum Qishash dan Diyat
1. Dasar Hukum Qishash
Para ulama dalam hal ini mengambil rujukan untuk
menyandarkan hukum qishash. Sebagaimana dalam firman Allah
SWT

antara

lain:

Artinya :Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan
wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu
pemaafan

dari

saudaranya

hendaklah

(yang

memaafkan)

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi


maaf) membayar diyat kepada yang memberi maaf dengan cara
yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui
batas sesudah itu, baginya siksa yang sangat pedih. (QS. Al
Baqarah: 178)
Dalam

ayat

ini,

islam

telah

mengurangi

kengerian.

Pembalasan dendam yang yang berkesumat dan bahkan lebih.


Kesamaan dalam pembalasan ditetapkan dengan rasa keadilan
yang ketat, tetapi ini memberikan kesempatan jelas bagi
perdamaian dan kemampuan.

Menurut ayat ini bahwa masalah balas bunuh itu ada


beberapa macam :
a.

Seorang laki-laki merdeka kalau membunuh seorang laki-laki

b.

merdeka, maka wajib dia dibunuh


Seorang hamba jika membunuh seorang hamba maka wajib dia

c.

dibunuh
Seorang perempuan merdeka jika dia membunuh seorang

d.

perempuan merdeka maka wajib dai dibunuh


Seorang hamba jika membunuh seorang merdeka, maka wajib
dia dibunuh serta tuannya wajib memberi diyat kepada waris

e.

orang merdeka yang terbunuh itu


Seorang merdeka jika membunuh seorang hamba, maka wajib
dia dibunuh tetapi tuan dari si hamba harus membayar diyat

f.

kepada waris si merdeka yang dibalas bunuh itu


Seorang perempuan jika membunuh seorang laki-laki merdeka,
maka wajib dia dibunuh serta waris si wanita itu wajib

g.

membayar diyat kepada waris si laki-laki yang terbunuh itu


seorang laki-laki merdeka kalau membunuh seorang perempuan,
maka dia wajib dibunuh, tetapi waris si perempuan itu wajib
memberi diyat kepada waris si laki-laki yang di balas bunuh
itu
Barang siapa mendapatkan sebagian pengampunan dari
pihak waris si mati maka lepas dia dari hukum balas bunuh.
Tetapi dia wajib menyerahkan diyat kepada ahli waris si mati.
Karena itu merupakan satu kelonggaran dan rahmat dari Allah.
Sehingga jika melanggar batas (melakukan pembunuhan lagi)
maka niscaya akan mendapat siksa yang pedih di akhirat.
Dan tentang (menjalankan hukuman) qishash itu ada
(keselamatan)
mempunyai

nyawa

fikiran.

buat
Supaya

kamu,

hai

kamu

terpelihara

kejahatan)

orang-orang
(dari

yang
pada

Allah memberikan hukuman yang berat untuk menjaga


keselamatan

dan

ketentraman

umum.

Memang

hukuman

terhadap orang salah terutama adalah untuk menakut-nakuti


masyarakat, agar jangan terjadi lagi perbuatan seperti itu. Hal
inilah salah satu bukti bahwa kecintaan dan keadilan Allah dalam
mejaga umat manusia agar dapat hidup rukun dan sejahtera.
Sehingga semua hal yang kelihatannya menakutkan bukan
berarti itu akan merusak peradaan manusia.
Dan kami telah tetapkan terhadap mereka didalamnya At
Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan
mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi
dengan gigi, dan luka-luka pun ada qishashnya. Barang siapa
yang melepaskan (hak qishash) nya maka melepaskan hak itu
(menjadi)

penebus

dosa

baginya.

Barang

siapa

tidak

memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,


mereka itu adalah orang-orang zalim (QS Al-Maidah:45)
Sedangkan hadist nabi yang digunakan sebagai rujukan
sebagai dasar hukum jarimah qishash adalah dari Ibnu Masud ia
berkata: telah bersabda rasullulah saw: tidak halal darah
seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan
Allah dan sesungguhnya saya rasullulah, kecuali dengan salah
satu dari tiga perkara: duda yang berzina(zina muhshan),
membunuh jiwa, dan orang yang meninggalkan agamanya yang
memisahkan diri dari jamaah. Muttafaqun alaih
2. Dasar Hukum Diyat
Untuk dasar hukum dari diyat kita dapat menyimak
sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam surat An Nisa
ayat 92
...... dan barang siapa membunuh orang mukmin dengan
tiak sengaja, maka hendaklah dia memerdekakan seorang

hamba yang mukmin (kafarat) serta membayar denda (diyat)


kepada keluarga yang telah terbunuh kecuali jika mereka
(keluarga

si

terbunuh)

bersedekah.

(QS

An

Nisa:

92)

C. Pandangan dalam Perspektif Syariat Islam


Perbuatan membunuh orang adalah sebesar-besar dosa
selain ingkar, maka oleh karena kejinya perbuatan ini, juga untuk
menjaga keselamatan dan ketentraman umum. Allah yang maha
Adil dan Mengetahui memberikan balasan yang layak (setimpal)
dengan kesalahan yang besar itu, yaitu hukum berat di dunia
atau

dimasukkan

ke

dalam

neraka

nanti

di

akhirat

Dalam firman Allah yang tercantum dalam Al Quran


Barang siapa membunuh orang mukmin dengan sengaja,
maka balasannya adalah neraka jahanam, kekal ia didalamnya,
Allah murka kepadanya, serta dikutukiNya dan disediakan-Nya
siksa yang berat. (QS An Nisa: 93)
Selain itu juga dijelaskan dalam surat Al Baqarah: Hai
orang orang yang beriman, diwajibkan atas kamu melakukan
qishash

(balasan

membunuh

yang

sama

dengan

perbuatan)

(QS

Al

Baqarah:

orang

sebab
178)

Bagi orang yang membunuh tergantung tiga macam hak


terhadapnya yaitu hak Allah, hak ahli waris dan hak yang telah
dibunuh. Apabila dia tobat dan menyerahkan dirinya kepada ahli
waris (keluarga yang dibunuh) maka ia terlepas dari hak Allah
dan hak ahli waris
D. Macam-macam Qishash
Maksud dari macam-macam kisas dan diyat adalah jenisjenis dari kejahatan atau pidana yang dihukum dengan cara kisas
atau diyat. Seorang ulama kontemporer yaitu Syaikh Abd al-

Qdir Audah menjelaskan secara global ada 5 jenis kejahatan


yang masuk di dalam akibat hukum kisas atau diyat.
Lima kejahatan tersebut adalah 1) Pembunuhan sengaja (
;) 2) Pembunuhan yang menyamai sengaja (
;)3) Pembunuhan yang tidak sengaja ( ;) 4)
Pencederaan sengaja ( ;) 5) Pencederaan yang tidak
sengaja () .5 Pengertian pembunuhan adalah sebuah
pekerjaan yang melenyapkan nyawa yaitu pembunuh jiwa. 6
Pengertian

lainnya

adalah

sebuah

pekerjaan

hamba

yang

menyebabkan hilangnya nyawa.7 Syaikh Abd al-Qdir Audah


menjelaskan bahwa pembunuhan itu adalah melenyapkan ruh
anak Adam dengan perbuatan anak Adam yang lain.8
Dalam pelanggaran pembunuhan yang dilarang dapat
dibagi menjadi beberapa bagian:
1. Menurut Imam Malik, pembunuhan dibagi menjadi dua:
Pembunuhan sengaja
Pembunuhan karena kesalahan
2. Menurut Jumhur Fuqaha, pembunuhan dibagi menjadi
tiga
Pembunuhan sengaja
Pembunuhan menyerupai sengaja
Pembunuhan karena kesalahan
5 Abd al-Qdir Audah, al-Tasyr al-Jan` al-`Islm (Beirut: Muassasah
al-Rislah, 1992), vol. 1, 663.

6 Muhammad al-Syirbn al-Khathb, Mughn al-Muhtj (Beirut: Dr alKutub al-Ilmiyyah, t.t.), vol. 5, 211.

7 Kaml al-Dn bin Abd al-Whid `ibn al-Himm, Fath al-Qadr (Beirut:
Dr al-Fikr, t.t.), vol. 10, 203.

8 Abd al-Qdir Audah, al-Tasyr al-Jan`, vol. 2, 6.

Sedangkan pembunuhan menurut fuqaha yang digariskan


ada

dua

macam

pembunuhannya:
1. Pembunuhan yang

bila

dipandang

dilarang,

melalui

yaitu

unsur-unsur

pembunuhan

yang

dilakukan dengan melawan hukum


2. Pembunuhan dengan hak, yaitu pembunuhan yang dilakukan
dengan tidak melawan hukum seperti membunuh orang
murtad, atau pembunuhan yang dilakukan oleh algojo yang
diberi tugas melakukan hukuman mati, seperti hukuman
potong leher (pancung).
Pada kasus pembunuhan yang disengaja, pembunuh wajib
di qishash kecuali jika dimaafkan oleh ahli waris yang terbunuh
dengan membayar diyat (denda) atau dimaafkan sama sekali.
Sedangkan pembunuhan yang menyerupai (seperti
disengaja) seperti sengaja memukul orang tetapi dengan alat
yang tidak mematikan, kemudian orang tersebut mati karena
pukulan tersebut. Dalam hal ini tidak wajib qishash hanya
mewajibkan membayar diyat (denda) yang berat atas keluarga
yang membunuh, diangsur dalm tiga tahun.
Pada pembunuhan karena tidak

sengaja

misalnya

seseorang melontarkan sesuatu barang yang tidak disangka


akan kena orang lain sehingga menyebabkan orang itu mati.
Hukum

pembunuhan

initidak

wajib

membayar denda (diyat) yang ringan.


Dalam kejahatan badan yang

qishash,
serius

hanya

atau

wajib

perlukaan

permanen terhadap seseorang ini juga telah dijelaskan dalam Al


Quran surat Al Maidah ayat 45 bahwasanya jiwa (dibalas)
dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga
dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada
qishashnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qishash)nya
maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Dalam tindak kejahatan terhadap anggota badan ini (selain
jiwa) dapat dikasifikasikan menjadi beberapa bagian:
10

1. Penganiayaan

terhadap

anggota

badan

atau

semacamnya

Tindakan perusakan terhadap anggota badan dan anggota lain


yang

disetarakan

dengan

anggota

badan

baik

berupa

pemotongan atau perlukaan.


2. Menghilangkan manfaat anggota badan sedangkan jenisnya
masih tetap utuh. Tindakan yang merusak dari manfaat
anggota badan, sedangkan jenis anggota badannya masih
utuh.

Yang

termasuk

dalam

golongan

ini

adalah

menghilangkan daya pendengaran, penglihatan, penciuman,


perasaan lidah, kemampuan berbicara, bersetubuh dan lainlain
3. Asy-Syajjaj. Perlukaan khusus pada bagian muka dan kepala
4. Al-Jirah. Perlukaan terhadap anggota badan selain wajah,
kepada dan athraf
5. Tindakan selain yang tersebut di atas. Yang termasuk dalam
golongan ini adalah setiap tindakan pelanggaran yang tidak
sampai merusak athraf atau menghilangkan manfaatnya, dan
tidak

pula

menimbulkanluka.

Sebagai

contoh

dapat

dikemukakan, seperti pemukulan pada bagian muka atau


bagian

badan

tetapi

tidak

sampai

menimbulkan

luka

melainkan hanya memar, muka merah atau terasa sakit.


E. Hukuman Qishash Dapat Diganti Dengan Diyat
Diyat dalam pembunuhan yang disengaja merupakan
bukan hukuman pokok, melainkan hukuman pengganti dari
qishash jika qishash tidak dapat dilaksanakan atau dihapuskan
dengan sebab-sebab tertentu, misalnya karena hal tersebut
dikehendaki oleh ahli waris yang terbunuh. Jenis hukuman yang
dibayar dengan diyat menurut Imam Abu Hanifah dan Imam
Malik ada tiga, yaitu 100 ekor unta, 1000 dinar dalam emas atau
12 ribu dirham dalam perak. Sedangkan menurut Imam Syafii
dan qoul qodim sama dengan pendapat Imam Abu hanifah dan

11

Imam Malik. Namun dalam qoul Jadid yang merupakan diyat


adalah

unta

saja,

sementara

emas

dan

perak

hanyalah

diqiyaskan pada harga pasaran unta tersebut.


Adapun para pengikut mazhab Hanafi mengatakan, bahwa
diyat bisa diperpanjang waktu pembayarannya dalam masa tiga
tahun, hal ini diperlakukan untuk pembunuhan selain bermotivasi
sengaja.
Hukuman

pembunuh

dapat

dilihat

pada

proses

pembunuhan yang dilakukan, maka ulama fuqaha berpendapat


serta diyat yang harus dikeluarkan adalah sebagai berikut:
1. Pembunuhan dengan sengaja
Diyat (denda) yang harus dikeluarkan oleh pembunuh ini,
menurut para pakarfiqh dapat dibagi menjadi empat :
a. 25 ekor unta jantan yang berumur 2 tahun
b. 25 ekor unta betina yang berumur 3 tahun
c. 25 ekor unta jantan yang berumur 1 tahun
d. 25 ekor unta betina yang berumur 2 tahun
Hal diatas adalah menurut versi kitab al Mughni oleh Abi
Muhammad bin Ahmad juz VII, sedang dalam kitab Bulughul
maram disitu ditambahkan dengan jumlah yang sama, namun
unta jantan yang berumur empat tahun.
2. Pembunuhan menyerupai sengaja
Diyat yang harus dikeluarkan oleh orang yang melakukan
pembunuhan ini sama dengan sengaja namun dalam tiap
tahunnya membaya sepertiga unta dalam waktu tiga tahun
3. Pembunuhan karena kesalahan
Diyat yang harus dikeluarkan disini dapat dibagi dalam tiga
tahun
a. 20 ekor unta betina yang berumur 2 tahun
b. 20 ekor unta jantan yang berumur 2 tahun
c. 20 ekor unta betina yang berumur 3 tahun
d. 20 ekor unta jantan yang berumur 3 tahun

12

Diyat untuk selain jiwa juga dibeda-bedakan. Bilamana


seseorang

merusak

anggota

tubuh

tunggal

atau

yang

berpasangan, maka ia wajib membayar diyat sepenuhnya. Jika


merusak salah satu anggota tubyh tang berpasangan maka
membayar diyat setengah. Hal ini juga berlaku pada tiap ruas jari
yang diyatnya adalah pertigapuluh tiap ruas jari.
Diyat merusak manfaat anggota tubuh juga berbeda-beda
sesuai dengan anggota tubuh tunggal atau anggota tubuh
berpasangan seperti halnya diyat organ tubuh di atas.
Untuk diyat seorang wanita adalah setengah dari diyat
seorang laki-laki. Sedangakan diyat untuk janin yang mati dalam
kandungan karena tindakan kejahatan yang menimpa ibunya,
baik secara sengaja maupun kesalahan, dan ibunya tidak mati
maka wajib diyat baginya. Bila janinnya laki-laki maka diyatnya
adalah seratus ekor unta dan bila perempuan diyatnya lima ratus
ekor

unta.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

13

Qishash adalah hukuman atau pembalasan sepadan yang


diberikan kepada tindak pidana yang diperbuat. Sedangkan diyat
adalah pemberian suatu harta benda dengan ketentuan tertentu
yang diberikan kepada pihak ahli waris orang yang telah
teraniaya sebagai ganti atas qishash yang telah ditangguhkan
karena sebab yang diperbolehkan syara.
Qishash dalam pembagiannya dapat dibedakan menjadi:
1.
2.
3.
4.
5.

Pembunuhan
Pembunuhan serupa dengan pembunuhan disengaja
Pembunuhan tidak sengaja
Pemutungan atau perlukaan tubuh dengan sengaja
Pemutungan atau perlukaan tubuh dengan tidak sengaja
Sedangkan pembagian diyat di bagi menjadi dua yaitu:

1. Diyat ringan
2. Diyat berat
B. Saran
Setiap kejahatan memiliki sanksi yang mesti dijalankan,
agama

telah

mengatur

setiap

aspek

kejadian

yang

bisa

merugikan seseorang atau beberapa orang, oleh karena itu


kejadian kejahatan sebaiknya harus bisa ditetapkan dengan
pembuktian agar tidak merugikan atau ada yang memanfaatkan
dari suatu kejadian.

DAFTAR PUSTAKA

14

Ahmad bin Muhammad bin Ali al-Fayumi, al-Mishbah al-Munir f Gharb


al-Syarh al-Kabr (Beirut: al-Maktabah al-Ilmiyyah, t.t.),
Wuzrat al-Awqf wa al-Syun al-Islmiyyah bi al-Kuwait, Al-Maus't
al-Fiqhiyyah (Kuwait: Wuzrat al-Awqf al-Kuwaitiyyah, t.t.) vol.
33
Abd al-Qdir Audah, al-Tasyr al-Jan` al-`Islm (Beirut: Muassasah
al-Rislah, 1992), vol. 1
Muhammad al-Syirbn al-Khathb, Mughn al-Muhtj (Beirut: Dr alKutub al-Ilmiyyah, t.t.), vol. 5
Kaml al-Dn bin Abd al-Whid `ibn al-Himm, Fath al-Qadr (Beirut:
Dr al-Fikr, t.t.), vol. 10

Sayyid Sabiq, Fiqhussunah, juz III, Beirut: Dar al-Fikr, 1997

http://www.islamcendekia.com/

15

Anda mungkin juga menyukai