Di Susun Oleh :
MAHFUD KHUDORI
NPM. 171140011
Program Studi: S.I Hukum Ekonomi Syariah
i
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumpah adalah alat untuk mengukuhkan ucapan dalam rangka
meyakinkan lawan bicara. Sumpah dengan menyebut asma Allah, berarti
orang tersebut menggunakan asma allah sebagai pelindung. Contoh: Demi
Allah aku tidak mencuri. Dengan mengucapkan sumpah orang tersebut
secara otomatis bebas dari tuduhan mencuri.
Dalam Al- Qu’an surat Al- Baqarah ayat 224-225 memperingatkan
manusia agar berhati-hati mempergunakan asma allah dalam bersumpah
dengan menyebut asma allah untuk hal hal yang tidak baik dan dilarang
oleh agama, sebab nama allah sangat mulya dan harus diagungkan. Dalam
ayat ini juga dilarang bersumpah untuk tidak berbuatt baik atau tidak
bertaqwa atau tidak mengadakan islah diantara manusia. Jika sumpah itu
diucapkan maka, wajib dilanggar (batal) sebab sumpah tersebut tidak
pada tempatnya. Tetapi sesudah sumpah itu dilanggar, harus ditebus
dengan membayar kafarat Allah tidak menghukum sumpah yang sia - sia,
tapi allah menghukum sumpah yang dimaksud dalam hati.
1
Adapun surat Al Baqarah ayat 226 – 227 berhuibungan dengan
seseorang yang bersumpah tidak akan mencampuri istrinya. Seperti”Demi
Allah aku tidak akan bersetubuh denganmu lagi”.Sumpah seperti ini
disebut ila’. Bila hal ini berlarut sampai empat bulan suami harus
mengambil keputusan untuk kembali atau cerai(talak). Kembali adalah
jalan yang terbaik tapi ia harus membayar kafarat. Dan jika ia memilih
untuk mentalaknya maka ia harus mentalaknya dengan cara baik-baik.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan makalah
ini yaitu: menjelaskan ayat tentang talak (larangan untuk banyak
bersumpah) ?
II. PEMBAHASAN
A. Ayat Dan Maknanya
Artinya: Maknanya: Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam
sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan
Mengadakan ishlah di antara manusia. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui. Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu
2
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu
disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu.
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. kepada orang-orang
yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya).
kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika mereka
ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah; 224-227)1
C. Penjelasan Perkalimat
الناس بين : melarang
bersumpah dengan mempergunakan nama Allah untuk tidak mengerjakan
yang baik, seperti: demi Allah, saya tidak akan membantu anak yatim.
tetapi apabila sumpah itu telah terucapkan, haruslah dilanggar dengan
membayar kafarat.
: Halim berarti penyantun, tidak segera menyiksa
orang yang berbuat dosa.
من :
Meng-ilaa' isteri Maksudnya: bersumpah tidak akan mencampuri isteri.
dengan sumpah ini seorang wanita menderita, karena tidak disetubuhi dan
tidak pula diceraikan. dengan turunnya ayat ini, Maka suami setelah 4
bulan harus memilih antara kembali menyetubuhi isterinya lagi dengan
membayar kafarat sumpah atau menceraikan.
1
Al-Qur’an [2]: 224-227
3
D. Asbabun Nuzul surat Al – Baqarah ayat 224 – 227
Ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat bernama
Abdullah bin Rawahah, karena terjadi suatu perselisihan dengan seorang
kerabatnya Basyir bin Nu’man. Ia bersumpah tidak akan masuk rumah
Basyir, tidak akan berbicara dengannya, dan tidak akan berdamai (islah ).
Bahkan setiap kali ia dinasihati ia selalu mengatakan : Aku telah terlanjur
bersumpah dengan nama allah untuk tidak damai (islah ), Karna itu tidak
halal (haram ) bagiku untuk berbuat baik lantaran sumpah itu. Begitulah,
lalu Allah menurunkan ayat – ayat diatas.2
E. Isi Ayat
1. Sumpah Sia-Sia Dan Kafaratnya
Allah tidak menghukum seseorang lantaran sumpah yang tidak
dimaksud (sumpah sia – sia ) dan itu menunjukkan bahwa sumpah
sia-sia tidak berdosa dan tidak ada kafaratnya. Namun, para ulama
berbeda pendapat dalam memberi ta’rif atau batasan sumpah yang sia-
sia. yakni sebagai berikut:
a. Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, sumpah sia-sia adalah sumpah
yang asal keluar dari lidah tanpa bermaksud sumpah. Contoh:
Perkataan seseorang: “ Tidak, demi Allah.” “Ya, demi Allah”.
Dengan tidak bermaksud sumpah.
b. Imam Abu Hanifah dan Imam Malik (dalam kitab Al muatho’ ),
sumpah sia-sia adalah seseorang bersumpah atas dasar
sangkaannya, tetapi tahu –tahu berbeda dengan kenyataan.
c. Ibnu Jarir ath – Thabrani, sumpah sia-sia (laghwi) dalam bahasa
arab ialah: semua perkataan yang tercela dan perbuatan yang tidak
berguna yang seharusnya dijauhi.Contoh: Seseorang berkata:
“Demi Allah aku tidak berbuat begini “, Padahal ia berbuat, begitu
pula sebaliknya. Yang semuanya itu dikatakan sekedar
memperturutkan lidahnya. Dan seseorang mengatakan : “Demi
2
Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi, terj. Anshori Umar Sitanggal, dkk.,
(Semarang: Karya Toha Putra, 1993), hlm. 300
4
Allah ini kepunyaan fulan”, atas dasar keyakinanya dan keluar
karna terburu-buru dan terlanjur, tanpa sengaja, maka sumpah
semacam itu adalah batil dan sia-sia maka tidak wajib kafarat.3
3
Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi, hlm. 302
5
cukup bahkan sesudah berlalunya waktu itu suami diharuskan
memilih : kembali atau cerai.4
4
Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi, hlm. 304-305
5
Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi, hlm. 306
6
Jumhur ulama berpendapat bahwa kembali disitu maksudnya :
Bercampur, bagi orang yang tidak ada udzur. Oleh Karena itu jika si
suami itu sakit atau sedang musafir atau dipenjara, maka cukuplah
kembali dengan lisan atau niat dalam hati.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dilarang bersumpah untuk tidak mengerjakan suatu kebaikan.
2. Barang siapa bersumpah untuk tidak mengerjakan sesuatu tetapi
kemudianternyata ada hal yang lain yang justru lebih baik maka, yang
lebih baik itu dikerjakan sedangkan sumpahnya itu dibatalkan dan
membayar kaffarat.
3. Sumpah sia-sia yang tidak diniatkan dalam hati tidak dihukum dan
tidak juga membayar kaffarat jika melanggarnya.
4. Ila’ seorrang suami kepada istri itu adalah dengan maksud untuk
menyusahkan istri yang justru hal itu melanggar hokum wajibnya
mu’asaroh bil ma’ruf (bergaul dengan baik Apabila seorang suami
tidak mau menarik sumpahnya dalam waktu empat bulan maka
istrinya harus ditalak.
B. Saran
Demikianlah sekelumit yang penulis sampaikan pada makalah ini
tentunya jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan masukan
dari teman-teman. Semoga bermanfa’at bagi kita semua dan menjadikan
motivasi untuk lebih terus mendalami ilmu agama.