Anda di halaman 1dari 8

LARANGAN TERLALU BANYAK BERSUMPAH

SURAT AL-BAQARAH AYAT 224-227

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Pada Mata Kuliah Tafsir Ahkam

Di Susun Oleh :

MAHFUD KHUDORI
NPM. 171140011
Program Studi: S.I Hukum Ekonomi Syariah

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU
METRO LAMPUNG
1440 H/ 2018 M

i
ABSTRAK

Sumpah adalah alat untuk mengukuhkan ucapan dalam rangka meyakinkan


lawan bicara. Sumpah dengan menyebut asma Allah, berarti orang tersebut
menggunakan asma allah sebagai pelindung. Contoh: Demi Allah aku tidak
mencuri. Dengan mengucapkan sumpah orang tersebut secara otomatis bebas dari
tuduhan mencuri.
Dilarang bersumpah untuk tidak mengerjakan suatu kebaikan. Barang siapa
bersumpah untuk tidak mengerjakan sesuatu tetapi kemudianternyata ada hal yang
lain yang justru lebih baik maka, yang lebih baik itu dikerjakan sedangkan
sumpahnya itu dibatalkan dan membayar kaffarat. Sumpah sia-sia yang tidak
diniatkan dalam hati tidak dihukum dan tidak juga membayar kaffarat jika
melanggarnya. Ila’ seorrang suami kepada istri itu adalah dengan maksud untuk
menyusahkan istri yang justru hal itu melanggar hokum wajibnya mu’asaroh bil
ma’ruf (bergaul dengan baik Apabila seorang suami tidak mau menarik
sumpahnya dalam waktu empat bulan maka istrinya harus ditalak.

Kata Kunci: Larangan Banyak Bersumpah

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumpah adalah alat untuk mengukuhkan ucapan dalam rangka
meyakinkan lawan bicara. Sumpah dengan menyebut asma Allah, berarti
orang tersebut menggunakan asma allah sebagai pelindung. Contoh: Demi
Allah aku tidak mencuri. Dengan mengucapkan sumpah orang tersebut
secara otomatis bebas dari tuduhan mencuri.
Dalam Al- Qu’an surat Al- Baqarah ayat 224-225 memperingatkan
manusia agar berhati-hati mempergunakan asma allah dalam bersumpah
dengan menyebut asma allah untuk hal hal yang tidak baik dan dilarang
oleh agama, sebab nama allah sangat mulya dan harus diagungkan. Dalam
ayat ini juga dilarang bersumpah untuk tidak berbuatt baik atau tidak
bertaqwa atau tidak mengadakan islah diantara manusia. Jika sumpah itu
diucapkan maka, wajib dilanggar (batal) sebab sumpah tersebut tidak
pada tempatnya. Tetapi sesudah sumpah itu dilanggar, harus ditebus
dengan membayar kafarat Allah tidak menghukum sumpah yang sia - sia,
tapi allah menghukum sumpah yang dimaksud dalam hati.

1
Adapun surat Al Baqarah ayat 226 – 227 berhuibungan dengan
seseorang yang bersumpah tidak akan mencampuri istrinya. Seperti”Demi
Allah aku tidak akan bersetubuh denganmu lagi”.Sumpah seperti ini
disebut ila’. Bila hal ini berlarut sampai empat bulan suami harus
mengambil keputusan untuk kembali atau cerai(talak). Kembali adalah
jalan yang terbaik tapi ia harus membayar kafarat. Dan jika ia memilih
untuk mentalaknya maka ia harus mentalaknya dengan cara baik-baik.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan makalah
ini yaitu: menjelaskan ayat tentang talak (larangan untuk banyak
bersumpah) ?

II. PEMBAHASAN
A. Ayat Dan Maknanya
  
  
 
 
   
   
  
 
  
   
  
  
 
    
   
  
   

Artinya: Maknanya: Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam
sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan
Mengadakan ishlah di antara manusia. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui. Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu

2
yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu
disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu.
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. kepada orang-orang
yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya).
kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika mereka
ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah; 224-227)1

B. Kosakata Yang Sulit Di Pahami


 : sumpah
 : berbuat kebajikan
 : Bertakwa
 : dan Mengadakan ishlah
 : yang disengaja (untuk bersumpah)
 : yang meng-ilaa'
 : diberi tangguh
  : berazam

C. Penjelasan Perkalimat
‫الناس‬ ‫بين‬  : melarang
bersumpah dengan mempergunakan nama Allah untuk tidak mengerjakan
yang baik, seperti: demi Allah, saya tidak akan membantu anak yatim.
tetapi apabila sumpah itu telah terucapkan, haruslah dilanggar dengan
membayar kafarat.
 : Halim berarti penyantun, tidak segera menyiksa
orang yang berbuat dosa.
 ‫ من‬ :
Meng-ilaa' isteri Maksudnya: bersumpah tidak akan mencampuri isteri.
dengan sumpah ini seorang wanita menderita, karena tidak disetubuhi dan
tidak pula diceraikan. dengan turunnya ayat ini, Maka suami setelah 4
bulan harus memilih antara kembali menyetubuhi isterinya lagi dengan
membayar kafarat sumpah atau menceraikan.

1
Al-Qur’an [2]: 224-227

3
D. Asbabun Nuzul surat Al – Baqarah ayat 224 – 227
Ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat bernama
Abdullah bin Rawahah, karena terjadi suatu perselisihan dengan seorang
kerabatnya Basyir bin Nu’man. Ia bersumpah tidak akan masuk rumah
Basyir, tidak akan berbicara dengannya, dan tidak akan berdamai (islah ).
Bahkan setiap kali ia dinasihati ia selalu mengatakan : Aku telah terlanjur
bersumpah dengan nama allah untuk tidak damai (islah ), Karna itu tidak
halal (haram ) bagiku untuk berbuat baik lantaran sumpah itu. Begitulah,
lalu Allah menurunkan ayat – ayat diatas.2

E. Isi Ayat
1. Sumpah Sia-Sia Dan Kafaratnya
Allah tidak menghukum seseorang lantaran sumpah yang tidak
dimaksud (sumpah sia – sia ) dan itu menunjukkan bahwa sumpah
sia-sia tidak berdosa dan tidak ada kafaratnya. Namun, para ulama
berbeda pendapat dalam memberi ta’rif atau batasan sumpah yang sia-
sia. yakni sebagai berikut:
a. Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, sumpah sia-sia adalah sumpah
yang asal keluar dari lidah tanpa bermaksud sumpah. Contoh:
Perkataan seseorang: “ Tidak, demi Allah.” “Ya, demi Allah”.
Dengan tidak bermaksud sumpah.
b. Imam Abu Hanifah dan Imam Malik (dalam kitab Al muatho’ ),
sumpah sia-sia adalah seseorang bersumpah atas dasar
sangkaannya, tetapi tahu –tahu berbeda dengan kenyataan.
c. Ibnu Jarir ath – Thabrani, sumpah sia-sia (laghwi) dalam bahasa
arab ialah: semua perkataan yang tercela dan perbuatan yang tidak
berguna yang seharusnya dijauhi.Contoh: Seseorang berkata:
“Demi Allah aku tidak berbuat begini “, Padahal ia berbuat, begitu
pula sebaliknya. Yang semuanya itu dikatakan sekedar
memperturutkan lidahnya. Dan seseorang mengatakan : “Demi

2
Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi, terj. Anshori Umar Sitanggal, dkk.,
(Semarang: Karya Toha Putra, 1993), hlm. 300

4
Allah ini kepunyaan fulan”, atas dasar keyakinanya dan keluar
karna terburu-buru dan terlanjur, tanpa sengaja, maka sumpah
semacam itu adalah batil dan sia-sia maka tidak wajib kafarat.3

2. Ila’ dan Hukumnya


Ila’ secara bahasa adalah sumpah.,sedangkan menurut istilah
sytara’, seorang suami bersumpah tidak akan mengumpuli istrinya
lebih dari empat bulan. Misalnya ia mengatakan : “ Demi allah aku
tidak akan mendekatimu, demi Allah aku tidak akan menggaulimu”,
dan sebagainya.
Ibnu Abbas berkata: “ ila’ di zaman jahiliah adalah satu tahun,
dua tahun, bahkan lebih dari itu. Yang tujuannya untuk
menyusahkan istri. Lalu allah memberikan batas waktu, maksimal
empat bulan. Oleh karena itu apabila ada orang yang mengila’ istrinya
kurang dari empat bulan tidak termasuk ila’ hukmi.
Para ulama khususnya Abu Hanifah dan Ibnu Abbas berbeda
pendapat sekitar masalah “waktu dimana perempuan itu tertalak olek
suaminya. Apabila ila’ itu lebih dari empat bulan, dan si suami tidak
juga kembali, maka istri itu otomatis tertalak satu.dengan alasan, allah
memberi batas rmpat bulan untuk kembali. Jadi kalau ia tidak menarik
sumpahnya itu dalam batas tersebut, berarti ia sudah berkehendak dan
azam untuk mentalak, dengan dalil dari firman allah
  
Jumhur ulama (Imam Malik, Syafi’I dan Ahmad) berkata :
“Berlalunya waktu itu tidak menjadi istri otomatis tertalak, tetapi
suami diperintahkan untuk mengambil alternatif: Kembali atau tidak.
Kemudian apabila suami tetap enggan mentalak, maka hakimlah yang
menceraikannya. Dengan alasan bahwa firman Allah
  
Itu sudah cukup jelas bahwa jatuhnya talak itu harus dengan
pernyataan suami. Oleh karena itu berlalunya waktu ila’ saja tidak

3
Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi, hlm. 302

5
cukup bahkan sesudah berlalunya waktu itu suami diharuskan
memilih : kembali atau cerai.4

3. Apakah dalam ila’ itu disyaratkan karena hendak menyusahkan?


Bagaimana kalau atas dasar kerelaan dan karena marah ?
Jumhur ulama (Abu Hanifah, Syafi’I dan Ahmad) berkata “ Ila’
itu dinilai sah (walaupun diucapkan) dalam keadaan rela atau marah.
Dengan dalil bahwa ayat
  

“Itu meliputi : Sumpah karena hendak menyusahkan istri,
ataupun sumpah demi kemaslahatan anak. Semuanya termasuk dalam
kata “Ila. dalam kitab Rowa’iul Bayan. juga berpendapat sama dengan
ulama jumhur.
Imam Malik berkata “ Ila’ itu tidak sah, kecuali kalau diucapkan
dalam keadaan marah dan karena hendak menyusahkan. Alasannya
apa yang diriwayatkan dari Ali, bahwa ia pernah ditanya tentang
orang laki-laki yang bersumpah tidak akan mencampuri istrinya
hingga anaknya disapih, dan sama sekali tidak bermaksud untuk
menyusahkan pihak istri, tetapi semata-mata demi kemaslahatan anak.
Ali menjawab engkau benar – benar bermaksud baik. Ila’ itu hanya
dalam keadaan marah.
As Sya’bi berkata setiap sumpah untuk tidak mencampuri istri
hingga lebih dari empat bulan disebut ila’.5

4. Maksud kembali dari ayat di atas


Ulama ahli fiqih dan Sa’id bin Jubair berpendapat bahwa yang
dimaksud “kembali” disitu adalah bercampur, bukan lainnya. Oleh
karena itu jika dalam kembali, itu si suami tidak mencampurinya dan
sudah lewat dari waktu empat bulan maka tertalaklah dia.

4
Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi, hlm. 304-305
5
Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi, hlm. 306

6
Jumhur ulama berpendapat bahwa kembali disitu maksudnya :
Bercampur, bagi orang yang tidak ada udzur. Oleh Karena itu jika si
suami itu sakit atau sedang musafir atau dipenjara, maka cukuplah
kembali dengan lisan atau niat dalam hati.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dilarang bersumpah untuk tidak mengerjakan suatu kebaikan.
2. Barang siapa bersumpah untuk tidak mengerjakan sesuatu tetapi
kemudianternyata ada hal yang lain yang justru lebih baik maka, yang
lebih baik itu dikerjakan sedangkan sumpahnya itu dibatalkan dan
membayar kaffarat.
3. Sumpah sia-sia yang tidak diniatkan dalam hati tidak dihukum dan
tidak juga membayar kaffarat jika melanggarnya.
4. Ila’ seorrang suami kepada istri itu adalah dengan maksud untuk
menyusahkan istri yang justru hal itu melanggar hokum wajibnya
mu’asaroh bil ma’ruf (bergaul dengan baik Apabila seorang suami
tidak mau menarik sumpahnya dalam waktu empat bulan maka
istrinya harus ditalak.

B. Saran
Demikianlah sekelumit yang penulis sampaikan pada makalah ini
tentunya jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan masukan
dari teman-teman. Semoga bermanfa’at bagi kita semua dan menjadikan
motivasi untuk lebih terus mendalami ilmu agama.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Al-Qur’an dan Terjemahannya

Ahmad Musthafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi, terj. Anshori Umar


Sitanggal, dkk., (Semarang: Karya Toha Putra, 1993)

Anda mungkin juga menyukai