Anda di halaman 1dari 2

A.

Metodologi Formulasi Hukum Islam


Sumber hukum islam pada adasarnya ada dua macam. Yaitu:1
1. Sumber tekstual atau sumber tertulis yaitu langsung berdasarkan teks al-Quran dan
Sunnah.
2. Sumber non-tekstual . sumber hukum yang kedua ini tidak langsung mengambil dari
teks al-Quran dan Sunnah, tetapi pada hakikatya digali berdasarkan al-Quran dan
Sunnah.
B. Kaidah Memahami Teks Al-Quran
Teks al-Qursn dsn Sunnah (keduanya merupakan sumber dan dalil pokok hukum Islam)
adalah berbahasa Arab, karena Nabi yang menerima dan menjelaskan al-Quran tersebut
menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu, setiap memahami dan menggali hukum dari kedua
sumber hukum tersebut tergantung kepada pemahaman bahasa Arab. Para ahli suhul menetapkan
bahwa pemahaman teks dan penggalian hukum harus berdasarkan kaidah tersebut. Pemahaman
ini berpegang kepada dua hal:2
1. Petunuk kebahasaan dan pemahaman kaidah bahasa Arab dari teks tersebut dalam
hubungannya dengan al-Quran.
2. Petunjuk Nabi dalam memahami hukum-hukum al-Quran dan penjelasan Sunnah atas
hukum-hukum Qurani itu.
Kaidah memahami teks al-Quran dan Sunnah itu mencakup 4 pokok pembahasan:
1. Pemahaman lafadz dari segi arti dan kekuatan penggunaannya terhadap maksud
kehendak Allah yang terdapat dalam lafadz itu.
2. Pemahaman lafadz dari segi penunjukkannya terhadap hukum.
3. Pemahaman lafadz dari segi kandungannya terhadap satuan pengertian (afrad) dalam
lafadz itu.
4. Pemahaman lafadz dari segi gaya bahasa yang digunankan dalam menyampaikan
tuntutan hukum (taklif).
Lafadz dari segi arti akan dijelaskan lebih lengkap pada sub bab berikutnya. Yaitu lafadz
jelas (makna dari lafaz itu sendiri dan tidak butuh penjelasan lain) dan tidak jelas (lafadz tidak
menunjukkan maknanya sendiri dan butuh penjelasan dari yang lain).
Lafadz dari segi penunjukkan hukumnya adalah penunjukkan yang digunakan untuk
memberi petunjuk kepada sesuatu lafadz, suara atau kata. Seperti rintihan yang datang dari
seseorang yang menunjukkan bahwa ia sedang kesakitam. Atau penunjukkan yang digunakan
bukan dalam bentuk suara, bukan lafaz bukan pula bentuk kata. Seperti raut muka sedih
menunjukkan bahwa ia sedang mengalami duka.3
Lafadz dari segi menyampaikan hukum adalah perintah Allah yang berhubungan dengan
perbuatan mukallaf dalam bentuk tuntutan, pilihan atau ketentuan. Ketentuan yang mengandung
1
2
3

Amir syarifuddin, ushul fiqh jilid 2, (jakarta: kencana, 2011), h. 1.


Syarifuddin, ushul fiqh jilid 2, h. 2-3
Syarifuddin, ushul fiqh jilid 2, h. 132-134

beban hukum untuk dikerjakan adalah disebut dengan amr (perintah). Sedangkan ketentuan Alah
yang mengandung hukum untuk ditinggalkan disebut nahi (larangan).4
C. Lafadz Dari Segi Kejelasan Artinya Menurut Hanafiyah dan Mutakallimin
Secara garis besar lafadz dari segi kejelasan artinya dibagi menadi dua macam, yaitu:5
1. Lafadz yang telah terang artinya dan jelas penunjukkannya terhadap makna yang
dimaksud, sehingga atas dasar kejelasan tersebut beban hukum dapat ditetapkan tanpa
memerlukan penjelasan dari luar.
2. Lafadz yang belum terang artinya dan belum jelas penunjukkannya terhadap makna yang
dimaksud kecuali dengan penjelasan dari luar lafadz.
Dengan demikian lafaz yang jelas maknanya (wadhih al-dilalah) yaitu lafadz yang
menunjukkan arti atau maksud dari shigat itu sendiri tanpa membutuhkan hal lain dari luar teks
tersebut. Sedangkan lafadz yang tidak jelas (ghairu wadhih al-dilalah) adalah lafadz yang tidak
menunjukkan artinya dari shigta tersebut dan membutuhkan pemahaman lain dari luar teks itu.6

4
5
6

Syarifuddin, ushul fiqh jilid 2, h. 169.


syarifuddin, ushul fiqh jilid 2, h. 3
Abdul wahab khallaf, ilmu ushul fiqh, (), h.161-169

Anda mungkin juga menyukai