Anda di halaman 1dari 12

PEPERANGAN DAN PERDAMAIAN DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah


Fiqh Siyasah, pada Program Studi Hukum Tata Negara
Dosen Pengajar: Dr. Hamzah, S. Sy., M. Sy

Oleh:
Kelompok 8
Taufiq Asmar
742352019135
Indah Rahmasari
742352019153
Tasya Dwi Juliarni
742352019159

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Peperangan dan
Perdamaian dalam Perspektif Fiqh Siyasah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fiqh Siyasah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang peperangan dan perdamaian dalam bingkai fiqh siyasah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Watampone 20 Desember 2020

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Peperangan 3
B. Pengertian Perdamaian 4
C. Kebijakan Peperangan dan Perdamaian dalam Bingkai Fiqh Siyasah 5

BAB III PENUTUP 8

A. Kesimpulan 8
B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 9

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Fiqh Siyasah sebagai bagian dari ilmu fiqh memiliki berbagai ruang lingkup
pembahasan, di antaranya siyasah dauliyah. Siyasah dauliyah berhubungan dengan pengaturan
pergaulan antara négara-negara Islam dan dengan negara- negara bukan Islam, tata cara
pengaturan pergaulan warga negara muslim dengan warga non-muslim yang ada di negara
Islam, hukum dan peraturan yang membatasi hubungan negara Islam dengan negara-negara
lain dalam situasi damai dan perang. Aspek penting lainnya yang diatur dalam fiqh siyasah
adalah yang berhubungan dengan harbiyah. Siyasah harbiyah mengatur tentang peperangan dan
aspek-aspek lain yang berhubungan dengannya, seperti perdamaian.
Fenomena perang di berbagai belahan bumi akhir-akhir ini telah menjadi
pemberitaan yang menarik bagi berbagai media lokal maupun internasional. Sampai-sampai
tidak ada satu tayangan beritapun di televise yang luputdari tayangan peperangan, terutama
di dunia Timur Tengah. Jika melihat dari sejarahnya, pertentangan antar manusia yang
berakhir dengan permusuhan dan peperangan memang sangatlah tua, semasa dengan usia
manusia di bumi ini. Sejarah perselisihan antar manusia itu pertama kali dimulai dari sejak
manusia diciptakan di bumi ini, pertarungan sengit telah terjadi antara hak dan bathil ,
keduanya ingin saling mengalahkan dan menguasai.Cara apa pun akan dilakukan demi
sebuah kemenangan, meskipun nyawa taruhannya.
Penciptaan suasana damai dan penerapan sanksi terhadap pelanggar perdamaian,
termasuk dalam urusan negara yang perlu dilakukan pemerintah. Bila perdamaian tidak
dapat diwujudkan, maka peperangan dapat terjadi. Oleh sebab itu, Rasul selalu menempuh
jalan damai, terutama terhadap komunitas non-muslim selama tidak memusuhi Islam dan
kaum muslim. Dalam hal ini, Rasul yang memerangi kaum Yahudi bukan karena perbedaan
agama atau karena tidak bersedia masuk Islam, tetapi karena mereka secara politis memusuhi
Islam.
Perdamaian dan peperangan adalah dua kutub yang saling berpasangan, dan
keduanya memiliki sumber dalam nas. Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana peperangan dan perdamaian dalam perspektif fiqh siyasah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peperangan?

4
2. Apa pengertian perdamaian?
3. Bagaimana kebijakan peperangan dan perdamaian dalam bingkai fiqh siyasah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian peperangan.
2. Untuk mengetahui pengertian perdamaian.
3. Untuk mengetahui kebijakan peperangan dan perdamaian dalam bingkai fiqh
siyasah.

BAB II

PEMABAHASAN

5
A. Pengertian Peperangan
Jika membaca dan menelaah isi kandungan Al-Qur'an memang terdapat banyak
istilah yang mengacu dan dekat kepada pengertian perang. Istilah yang terpenting di
antaranya adalah: 1) al-jihad; (2) al-qital; (3) al-harb; dan (4) al-gazwah. Istilah-istilah ini
kemudian berkembang dan didefiniskan berbeda-beda dalam masyarakat. Ada banyak kata
dalam bahasa Arab yang mengacu pada definisi pertempuran bersenjata, seperti harb
(perang), sira'a (penyerangan), ma'arakah (pertempuran), atau qital (pembunuhan). Definisi
istilah tersebut juga berbeda-beda sesuai dengan konteks diturunkannya ayat tersebut. Seperti
contoh, istilah perang selalu disamakan pemaknaannya dengan istilah jihad. Padahal Perang,
adalah merupakan salah satu pengertian khusus dari al-jihad”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah perangdiartikan sebagai; (a)
permusuhan antara dua negara (bangsa, agama, suku dan sebagainya); (b) pertempuran besar
dengan bersenjata antara dua pasukan atau lebih (tentara, laskar, pemberontak dan
sebagainya).Sedangkan dalam Ensiklopedi Hukum Islam, perang didefiniskan sebagai
permusuhan, konflik, atau pertempuran besar dengan menggunakan senjata antara dua
pasukan atau, dua golongan, atau lebih.
Sedangkan istilah "perang" yang berasal dari kata al-gazwah dan kata-kata yang
diderivasi darinya, hanya satu kali tersebut di dalam Al-Qur'an, yaitu pada surah Ali-Imran
(3) ayat 156. Para ahli hadis dan sejarawan, biasanya lebih mempopulerkan kata al-ghazwah
untuk menunjuk perang-perang yang diikuti dan dikepalailangsung oleh Nabi Muhammad
SAW. Para penguasa dan ahli politik lebih sering menggunakan kata al-harb. Sedangkan para
ahli ilmu-ilmu keagamaan Islam, terutama ahli fikih, lebih memilih kata al-jihad untuk
menyebut peperangan dalam Islam, meskipun seperti terlihat di ataskataitu sebenarnya tidak
begitu tepat, kecuali bila diikuti dengan katafisabilillah (di jalan Allah).
Dalam konsep Islam sendiri perang dimaknai dengan Qitalu al Kuffari fi sabilillahi li
i’lai kalimatillah, yaitu memerangi orang-orang kafir dijalan Allah dalam rangka
meninggikan kalimat Allah.
Dapat disimpulkan Perang adalah perkelahian dalam skala besar, merupakan
kelanjutandari kebijakan dalam bentuk lain. Sehingga perang memilikimakna yangsangatluas
baik perang dalam bentuk fisik (menggunakankekuatan/hard/power/force) maupun non fisik
(soft power).

6
B. Pengertian Perdamaian
Perdamaian adalah konsep persahabatan dan keharmonisan sosial tanpa adanya
permusuhan dan kekerasan. Dalam arti sosial, perdamaian biasanya digunakan untuk berarti
kurangnya konflik (seperti perang) dan kebebasan dari rasa takut akan kekerasan antara
individu atau kelompok.
Jadi berdamai dan beragama memiliki konsep dasar yang sama yaitu tidak terlibat
dalam konflik, tidak melakukan kekerasan dan secara keseluruhan melakukan sesuatu yang
diterima secara sosial sebagai baik dan harmonis.
Agama harus menjadi saluran untuk perdamaian di antara semua agama dan tidak
boleh digunakan oleh seseorang baik itu hidup atau mati sebagai cara untuk memajukan
keuntungan mereka sendiri atau untuk digunakan sebagai propaganda untuk melakukan
tindakan permusuhan dan kekerasan berbahaya.
Konsep agama dan perdamaian saling terkait karena kebaikan yang melekat pada
intinya, sehingga meskipun ada perbedaan dalam setiap dan setiap agama, selalu ada ajaran
dalam agama yang mengajarkan para penganutnya untuk berbuat baik dan harmonis dengan
sesamamu. dan untuk tidak pernah menabur perselisihan dalam situasi apa pun dan semua
karena mengarah pada konflik dan dan menunjukkan tanda permusuhan yang tidak sejalan
dengan konsep inti agama yang membuat para penganutnya melakukan perbuatan baik.
Kedamaian antar agama adalah mungkin jika kita sebagai orang yang beriman
masing-masing memiliki keyakinan yang lebih terbuka dan memiliki pemahaman bahwa
walaupun kita berbeda dalam iman dan agama kita masih sesama manusia dan ini
diwujudkan dalam Pancasila yang merupakan prinsip utama Indonesia sebagai sebuah negara
yang memperlakukan orang lain sebagai sesamanya tanpa memandang ras, suku, agama, dll.
Namun itu menjadi semakin sulit dilakukan akhir-akhir ini karena radikalisme yang
merajalela.
Untuk menangkal ini kita sebagai generasi pekerja berikutnya harus lebih menerima
orang lain dan mempromosikan perdamaian antar agama untuk membantu membangun
hubungan dengan orang lain, tanpa memandang identitas satu sama lain tetapi melihat
mereka sebagai sesama manusia.

7
Jadi kesimpulannya, agama dan perdamaian sama dalam konsep yang mengajarkan
kita untuk tidak melakukan konflik dan bertindak tanpa permusuhan atau niat buruk terhadap
orang lain, memperlakukan orang lain sebaik mungkin tanpa melihat identitas mereka (ras,
etnis, agama, dll) dan saling menerima perbedaan satu sama lain. Karena dengan konsep
perdamaian itu baik dan dipandang sebagai hal yang diperjuangkan sebagai orang yang
religius.

C. Kebijakan Peperangan dan Perdamaian dalam Bingkai fiqh Siyasah


Bila menganalisis ayat-ayat al-Qur'an mengenai peperangan dan
mengembalikannya pada latar belakang penurunan wahyu serta mengikuti kehidupan
Nabi dengan peperangan dan ekspedisi-ekspedisinya, maka tidak di ragukan lagi
bahwa peperangan yang diperbolehkan oleh Nabi adalah perang dalam mempertahankan
agama. Di dalam al-Qur'an, kitab-kitab hadis, dan dalam sejarah hidup Nabi, cukuplah
keterangan dan perincian untuk memenuhi penelitian tujuan peperangan yang sah
serta tata cara yang diberlakukan oleh Islam yaitu untuk mempertahankan diri.
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw.,
Ali Wahbah membagi ke dalam tiga kelompok manusia yang boleh diperangi dalam
Islam, yaitu: Pertama,Orang-orang musyrik yang memerangi umat Islam seperti yang
digambarkan dalam surat al-Baqarah ayat 193; Kedua, Pihak yang membatalkan
perjanjian secara sepihak. Kalau ada pihak yang mengadakan pakta perjanjian dengan
kaum muslimin, lalu mereka mengkhianatinya, maka mereka halal diperangi. Hal ini
dapat dirujuk pada perjanjian (Piagam Madinah) yang dibuat Nabi bersama kaum Yahudi
Madinah; Ketiga, Musuh-musuh Islam yang mengadakan persekutuan untuk
menghancurkan Islam dan umatnya, sebagaimana terjadi dalam Perang Ahzab
(Perang Khandaq).
Di saat Risalah Muhammad lahir, perang merupakan kebiasaan umum yang
telah berakar dengan kuat dalam pikiran dan kehidupan masyarakat manusia. Islam
memulai sejarahnya, tidak dengan berperang melawan hukum, melainkan membatasi
maksud perangnya hanya untuk menangkis serangan, serta membela mereka yang
tertindas. Karena itulah Islam mengkhususkan tujuannya berperang; dengan peraturan
bahwa perang harus dihentikan jika musuhcenderung untuk berdamai. Kewajiban

8
tersebut berdasarkan pada perjanjian yang dalam kasus tertentu diperintahkan untuk
lebih diutamakan melebihi semua hak umat Islam.
Islam melingkungi peperangan dengan pembatasan, aturan, alasan, tujuan,
perjanjian, dan hukum umum, yang juga dipergunakan selama peperangan. Kesemuanya
diketengahkan agar perang jarang terjadi, dan kalaupun terjadi ini dapat mengurangi
akibat yang ditimbulkannya. Mengingat kerusakan yang dibawaoleh peperangan, maka
Risalah Muhammad membatasi perang dengan aturan umum dari adab, menentukan
tujuannya, dan mengkhususkannya hanya untuk melawan agresi, menjaga
kebebasan kepercayaan, dan penghentian peperangan melalui persetujuan yang adil
dan kokoh.Islam juga menerapkan aturan khusus untuk dipergunakan selama
pertempuran berlangsung, yang hendaknya diperhatikan oleh pihak-pihak yang terlibat.
Perang hanya boleh ditunjukkan kepada siapa saja yang menurut kebiasaan
melakukan peperangan, sehingga jika dalam satu masyarakat, wanita, orang tua atau anak-
anak tidak terlibat perang, maka mereka tidak boleh diperangi, termasuk yang telah
menyerahkan diri. Sarana-sarana yang tidak digunakan alat perang juga tidak boleh
dimusnahkan seperti rumah sakit, perumahan penduduk, pepohonan dan lain-lain. Ini berarti,
yang harus diperangi adalah prajurit yang benar-benar musuh. Sedangkan penduduk
sipilharus dilindungi atau tidak boleh diserang.
Pada prinsipnya, ajaran Islam hanya mengizinkan perang dilakukan ketika untuk
menolak serangan musuh, mempertahankan hak yang sudah dilanggar musuh, dan
melindungi keamanan dakwah Islam. Islam baru membenarkan perang apabila serangan
benar-benar terjadi atau telah nyata adanya fitnah.
Makna kata “Islam” sebagai perdamaian, terdapat dalam al-Qur’an surat al-Anfa1
ayat 61, yang terjemahannya: “Dan jika mereka cond'ong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya, dan bertawakkallah kepada Al- lah. SesungguhNya Dialah Yang
Matta Mendengar lagi Matta Mengetahui”. Ayat ini berarti memerintahkan orang Islam agar
gemar menerima perdamaian bila non-muslim cenderung untuk menjauhkan diri dari
peperangan agar tercipta perdamaian, dan tidak memamerkan kekuatannya. Rasul dan
pengikutnya lebih utama berinisiatif untuk mengadakan perdamaian daripada pihak musuh.
Perdamaian sebagai konsepsi hubungan internasional dalam Islam dapat pula dilihat

dari Piagam Madinah. Pasal 17 menyatakan bahwa “Sesungguhnya perdamaian orang-orang

9
mukmin itu satu, tidak dibenarkan seorang mukmin membuat perjanjian damai tanpa mukmin
yang lain dalam keadaan berperang di jalan Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan
di antara mereka".
Berdasarkan Pasal 17 dari Piagam Madinah di atas, dapat dipahami bahwa seluruh
orang mukmin harus bersatu dan mengambil bagian yang sama bila mengadakan perdamaian
dengan pihak lain. Hal ini bertujuan untuk memelihara keutuhan persatuan dan persaudaraan
sebagai umat yang satu, yang memiliki persamaan hak dan kewajiban.
Ketetapan lain menekankan agar pihak Islam suka menerima dan memprakarsai
perdamaian. Pasal 45 dari teks Piagam tersebut, terjemahannya adalah: “Apabila mereka
(pendukung piagam) diajak berdamai, dan mereka (pihak lawan) memenuhi perdamaian serta
melaksanakan perdamaian itu, maka harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu,
orang mukmin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian tersebut, kecuali
terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan sesuai tugasnya
masing-masing”.

BAB III

PENUTUP

10
A. Kesimpulan
Perang adalah perkelahian dalam skala besar, merupakan kelanjutandari kebijakan
dalam bentuk lain. Sehingga perang memilikimakna yangsangatluas baik perang dalam
bentuk fisik (menggunakankekuatan/hard/power/force) maupun non fisik (soft power).
Perdamaian adalah konsep persahabatan dan keharmonisan sosial tanpa adanya
permusuhan dan kekerasan. Dalam arti sosial, perdamaian biasanya digunakan untuk berarti
kurangnya konflik (seperti perang) dan kebebasan dari rasa takut akan kekerasan antara
individu atau kelompok.
Dalam konsepsi Islam, peristiwa perang telah diatur secara jelas, baik pada tahap
tujuan, syarat dibolehkannya perang, sampai pada etika dalam perang, telah diuraikan secara
detail. Dalam Islam, perang hanya dilegalkan dalam situasi yang sangat darurat
(terpaksa).Pada prinsipnya, ajaran Islam hanya mengizinkanperangdilakukan ketikauntuk
menolak serangan musuh, mempertahankan hak yang sudah dilanggar musuh, danmelindungi
keamanan dakwahIslam. Islam baru membenarkan perang apabila serangan benar-benar
terjadi atau telah nyata adanya fitnah.

DAFTAR PUSTAKA

11
A.Hasjmy, Nabi Muhammad SAW Sebagai Panglima Perang, Jakarta: Mutiara Sumber
Widya, 1998.
Anshari, Endang Syaifuddin, 1983, Wawasan Islam, Bandung: Perpustakaan Salman IT
https://www.researchgate.net/publication/320186966_PERANG_DAN_JIHAD_DALAM_P
ERSPEKTIF_FIQH_SIYASAH_DAULIYAH_Telaah_Historis_Berbasis_Teks_Suci/fulltext
/59d38979aca2721f436cd3c5/PERANG-DAN-JIHAD-DALAM-PERSPEKTIF-FIQH-
SIYASAH-DAULIYAH-Telaah-Historis-Berbasis-Teks-Suci.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai