Anda di halaman 1dari 11

TAFSIR AYAT HUKUM

Tafsir Q. S. Al-Baqarah Ayat 232 tentang Wali Nikah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Hukum

Dosen Pengampu : Dr. Mansur, S. Ag., M. Ag.

Disusun Oleh :

Ni’matun Musyafa’ah / HKI B

18103050004

HUKUM KELUARGA ISLAM (AS)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2020
Tafsir Al-Baqarah ayat 232

a. Ayat dan Terjemah

َ ِ‫ُوف ۗ ٰ َذل‬
‫ ظُ بِ ِهۦ‬0‫ك يُو َع‬ ِ ‫ضلُوه َُّن أَن يَن ِكحْ نَ أَ ْز ٰ َو َجه َُّن إِ َذا تَ َربَ ْينَهُم بِ ْٱل َم ْعر‬
ُ ‫َوإِ َذا طَلَّ ْقتُ ُم ٱلنِّ َسٓا َء فَبَلَ ْغنَ أَ َجلَه َُّن فَاَل تَ ْع‬

َ‫ون‬0000‫ر َوٱهَّلل ُ يَ ْعلَ ُم َوأَنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُم‬0000


ۗ َ‫طه‬ ْ َ‫ ِر ۗ ٰ َذلِ ُك ْم أَ ْز َك ٰى لَ ُك ْم َوأ‬0000‫اخ‬
ِ ‫وْ ِم ٱلْ َء‬0000َ‫ؤ ِمنُ بِٱهَّلل ِ َو ْٱلي‬0000ُ
ْ ‫انَ ِمن ُك ْم ي‬0000‫َمن َك‬

Artinya : Dan apabila kamu menceraikan istri-istri (kamu), lalu sampai

idahnya, maka jangan kamu halangi mereka menikah (lagi) dengan calon

suaminya, apabila telah terjalin kecocokan diantara mereka dengan cara yang

baik. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang diantara kamu yang

beriman kepada Allah dan hari akhir. Itu lebih suci bagimu dan lebih bersih.

Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.1

b. Keyword

‫أَ َجلَه َُّن‬ : Kata al-ajal berarti batas waktu, yaitu batas waktu menunggu

bagi seorang wanita setelah diceraikan suaminya. Hal ini disebut

juga dengan ‘iddah.

M. Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an membagi tema waktu

dalam empat istilah yaitu ajal, dahr, waqt, dan ‘ashr.

Kata ajal menunjukkan waktu berakhirnya usia manusia atau

masyarakat.2 Kontrak berakhirnya perjanjian antara Nabi Musa dengan Nabi

Syu’aib.

1
Departemen Agama RI , Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung : PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), hlm. 37.
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur’an : Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung : Mizan Pustaka, 2013).

2
Dia berkata “itulah perjanjian antara aku dan kamu. Mana saja dari

kedua waktu yang ditentukan ituaku sempurnakan, maka tidak ada

tuntutan tambahan atas diriku lagi dan Allah adalah saksi atas apa yang

kita ucapkan.” (Q. S. Al-Qasas : 28)

Kata Dahr digunakan untuk saat berkepanjangan yang dilalui alam

raya dalam kehidupan ini, sejak diciptakan sampai punah.

Dan mereka berkata, “ kehidupan ini tidak lain saat kita berada di dunia,

kita main dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita kecuali

dahr (perjalanan waktu) yang dilalui oleh alam.” (Q.S. Al-Jatsiyah: 24)

Kata Waqt digunakan dalam arti batas akhir kesempatan atau peluang

untuk menyelesaikan suatu peristiwa.

Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban kepada orang-orang mukmin

yang tertentu waktu-waktunya. (Q.S. An-Nisa : 103)

Kata ‘asr biasa diartikan “waktu menjelang terbenamnya matahari”,

tetapi juga dapat diartikan sebagai “masa” secara mutlak.

‫ضلُوه َُّن‬
ُ ‫تَ ْع‬ : Kata ta’dhuluna merupakan fi’il mudhari’ jamak yang berasal

dari kata adhala yang artinya menghalangi.

c. Asbabun Nuzul

Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa Ma’qil bin Yasar mengawinkan

adik perempuanya dengan seorang laki-laki. Kemudian laki-laki itu

menceraikannya. Setelah ‘iddah-nya selesai, laki-laki tersebut melamarnya

3
kembali dan adik perempuan Ma’qil setuju. Namun Ma’qil bin Yasar

menolaknya. Maka turun ayat ‫لُوه َُّن أَن يَن ِكحْ نَ أَ ْز ٰ َو َجه َُّن‬0 ‫ْض‬
ُ ‫ فَاَل تَع‬, yang melarang

Ma’qil menghalangi laki-laki tersebut menikah dengan adiknya.3

d. Munasabah

Q. S. Al-Baqarah ayat 232 tentang wali ini berkaitan dengan ayat al-

aqur’an yang lain, yaitu Q. S. An-Nisa ayat 25

ِ َ‫ت أَ ْي ٰ َمنُ ُكم ِّمن فَتَ ٰيَتِ ُك ُم ْٱل ُم ْؤ ِم ٰن‬


ُ ‫ت ۚ َوٱهَّلل‬ ِ َ‫ت ْٱل ُم ْؤ ِم ٰن‬
ْ ‫ت فَ ِمن َّما َملَ َك‬ ِ َ‫ص ٰن‬
َ ْ‫َو َمن لَّ ْم يَ ْستَ ِط ْع ِمن ُك ْم طَوْ اًل أَن يَن ِك َح ْٱل ُمح‬

ٍ َ‫ص ٰن‬
‫ت َغ ْي َر‬ ِ ‫ْض ۚ فَٱن ِكحُوه َُّن بِإ ِ ْذ ِن أَ ْهلِ ِه َّن َو َءاتُوه َُّن أُجُو َره َُّن بِ ْٱل َم ْعر‬
َ ْ‫ُوف ُمح‬ ُ ‫أَ ْعلَ ُم بِإِي ٰ َمنِ ُكم ۚ بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُكم ِّم ۢن بَع‬

ِ ‫ت ِمنَ ْٱل َع َذا‬


ۚ‫ب‬ َ ْ‫ص َّن فَإ ِ ْن أَتَ ْينَ بِ ٰفَ ِح َش ٍة فَ َعلَ ْي ِه َّن نِصْ فُ َما َعلَى ْٱل ُمح‬
ِ َ‫ص ٰن‬ ِ ‫ت َواَل ُمتَّ ِخ ٰ َذ‬
ِ ْ‫ت أَ ْخدَا ٍن ۚ فَإ ِ َذٓا أُح‬ ٍ ‫ُم ٰ َسفِ ٰ َح‬
۟ ‫ك لِم ْن َخ ِشى ْٱل َعنَتَ ِمن ُك ْم ۚ َوأَن تَصْ بر‬
‫ُوا خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم ۗ َوٱهَّلل ُ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬ ٰ
ِ َ َ َ ِ‫َذل‬

Artinya : Dan barang siapa diantara kamu tidak mempunyai biaya untuk

menikahi perempuan merdeka yang beriman, maka (dihalalkan menikahi

perempuan) yang beriman dari hamba sahaya yang kamu miliki. Allah

mengetahui keimananmu. Sebagian dari kamu adalah sebagian dari yang lain

(sama sama keturunan Adam dan Hawa), karena itu nikahilah mereka dengan

izin tuannya dan berilah mereka maskawin yang pantas, karena mereka

adalah perempuan-perempuan yang memelihara diri, bukan pezina, bukan

(pula) perempuan yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya. Apabila

kamu telah berumah tangga (bersuami), tetapi melakukan perbuatan keji

(zina), maka (hukuman) bagi mereka setengah dari apa hukuman perempuan-

perempuan merdeka (yang tidak bersuami). (Kebolehan menikahi hamba

3
Al-Wahidi, Asbab An-Nuzul, hlm. 56. Lihat juga Ibnu Hajar Al-Asqalani , Fathul Baari :
Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2007), hlm. 136-137.

4
sahaya) itu, adalah bagi orang-orang yang takut terhadap kesulitan dalam

menjaga diri (dari perbuatan zina). Tetapi jika kamu bersabar, iitu lebih baik

bagimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Lebih spesifik munasabah antara Q. S. Al-Baqarah ayat 232 dengan Q. S.

An-Nisa ayat 25 adalah pada potongan ayat ‫إ ِ ْذ ِن أَ ْهلِ ِه ّن‬00ِ‫ٱن ِكحُوه َُّن ب‬00َ‫( ف‬...Maka

nikahilah mereka dengan izin dari tuannya, ....). Dan maksud dari potongan

Q. S. An-Nisa ayat 25 tersebuat adalah tidak sah pernikahan budak beriman

tanpa izin dari tuannya. Adapun apabila yang melangsungkan pernikahan

adalah perempuan merdeka yang sudah dewasa tidak sah pernikahan itu tanpa

adanya wali, kecuali perwalian sudah dikuasakan pada pegawai atau

pemerintah yang berwenang.4 Kata ‫إ ِ ْذ ِن أَ ْهلِ ِه ّن‬00ِ‫ ب‬menunjukkan adanya wali

menjadi syarat keabsahan pernikahan.

Lebih lanjut orang yang boleh menjadi wali, mereka itu secara berurutan

adalah ayah, kakek dan jalur keatas, saudara laki-laki kandung, saudara laki-

laki seayah, anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung, anak laki-laki

dari saudara laki-laki seayah, paman dari ayah kandung, paman dari ayah

seayah, anak laki-laki paman kandung, dan anak laki-laki paman seayah.

Apabila orang-orang tersebut tidak ada maka wali bagi perempuan merdeka

pindah pada wali hakim.

Terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama terkait persoalan wali dalam

akad nikah. Jumhur ulama sepakat bahwa wali merupakan salah satu syarat

4
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar , juzu’ ke-5 , (Surabaya : H. Abdul Karim,
1982), hlm. 25.

5
dalam perkawinan. Sedangkan menurut Abu Hanifah adanya wali nikah

dalam perkawinan merupakan suatu keutamaan bukan sesuatu hal yang harus

ada dalam perkawinan.

e. Penjelasan Ayat

Literatur tafsir : Kitab Tafsir At-Tabari

Allah menurunkan ayat ini sebagai dalil larangan untuk para wali memberi

mudharat kepada para wanita yang menginginkan ruju’ dari suaminya.

Kata ‫ضلُوه َُّن‬


ُ ‫“ فَاَل تَ ْع‬maka janganlah kamu (para wali)menghalangi mereka”

maknanya adalah larangan bagi para wali untuk menghalangi para wanita

yang ingin kembali kepada suaminya dengan akad nikah yang baru.

Adapun ‫ َ أَن‬dalam َ‫ أَن يَن ِكحْ ن‬kedudukannya adalah nashab oleh kata ‫ضلُوه َُّن‬
ُ ‫ تَ ْع‬.

ْ 0ِ‫ َربَ ْينَهُم ب‬0َ‫ إِ َذا ت‬memiliki makna bahwa jika mereka berdua
ِ ‫ٱل َم ْعر‬0
Potongan ‫ُوف‬

(pihak suami dan istri) sama sama suka sebagaimana dihalalkan pernikahan

mereka dan dibolehkan menikah dengan akad yang baru.

Baihaqi meriwayatkan dalam kitab Sunan Kubra :

Ibnu Basyar menceritakan kepada kami, ia berkata : Abdurrahman

menceritakan kepada kami, ia berkata : Sufyan menceritakan kepada kami

dari Umair bin Abdullah bin dari Abul Malik bin Al-Mughirah dari

Abdurrahman Al-Bilmani, ia berkata : Rasulullah bersabda “Kawinkanlah

orang-orang yang sendirian baik laki-laki maupun perempuan, seorang

bertanya : wahai Rasulullah, bagaimanakah itu? Rasulullah bersabda :

“dengan persetujuan para walinya.”

6
Ayat ini menguatkan pendapat tidak sahnya perkawinan tanpa adanya

wali, karena Allah telah melarang para wali untuk menghalangi mereka

menikah. Jika seorang wanita memiliki hak untuk menikahkan dirinya sendiri

tentu larangan pada ayat ini tidak berlaku. Wali hendaklah menikahkan

perempuan yang berada dibawah perwaliannya apabila laki-laki itu baik dan

mereka sama-sama suka. Sebaliknya, para wali dilarang mencegah

pernikahan orang yang berada dibawah perwaliannya dengan lelaki muslim

yang baik.

َ ِ‫“ " ٰ َذل‬itulah yang


Potongan lafadz ‫ ِر‬0‫ك يُو َعظُ بِ ِهۦ َمن َكانَ ِمن ُك ْم ي ُْؤ ِمنُ بِٱهَّلل ِ َو ْٱليَوْ ِم ٱلْ َءا ِخ‬

dinasihatkan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari

akhir” maknanya adalah larangan Allah untuk tidak menghalangi mereka

kawin adalah sebagai nasihat Allah untuk orang-orang yang beriman kepada

Allah dan hari akhir. ‫ ِر‬0‫“ َو ْٱليَوْ ِم ٱلْ َءا ِخ‬Dan Hari kemudian” maknanya adalah

barang siapa yang beriman kepada hari akhir dan membenarkan hari

kebangkitan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan manusia maka

takutlah kepada Allah serta janganlah menganiaya para wanita yang

menghendaki pernikahan dengan menghalanginya jika mereka sama-sama

suka.

ْ َ‫“ ٰ َذلِ ُك ْم أَ ْز َك ٰى لَ ُك ْم َوأ‬itu lebih baik bagimu


Potongan ayat َ‫طهَ ۗر َوٱهَّلل ُ يَ ْعلَ ُم َوأَنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون‬

dan lebih suci. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”. Makna

‫ ٰ َذلِ ُك ْم‬adalah pernikahan berdua dan rujuk kepada istrinya dengan akad dan

mahar yang baru itu lebih baik bagi kalian wahai para wali, para suami, dan

para istri. Makna ‫ أَ ْز َك ٰى لَ ُك ْم‬yaitu lebih baik dan utama disisi Allah dari pada

7
ْ َ‫ َوأ‬adalah lebih suci untuk hatimu dan hati
perceraian mereka. Makna ‫طهَر‬

suami istri tersebut dari kebimbangan sebab jika diantara keduanya masih ada

perasaan cinta maka dikhawatirkan melanggar larangan Allah. Dan Allah

menghendaki para wali untuk menikahkan mereka sesuai dengan ketentuan

syariat dan tidak menghalanginya untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan.

Kemudian Allah swt. memberitahukan kepada para hambaNya bahwa Dia

Maha Mengetahui segala sesuatu baik rahasia mereka maupun urusan

diantara mereka. Dan Allah memberikan petunjuk kepada mereka supaya

para wali menikahkan mereka jika mereka saling suka.

Literatur Tafsir : Tafsir Fathul Qadir

Khitab pada ayat ini ‫( َوإِ َذا طَلَّ ْقتُ ُم‬apabila kamu menceraikan) dan dengan

redaksi ‫ضلُوه َُّن‬


ُ ‫( فَاَل تَ ْع‬maka jangan kamu menghalangi mereka) bisa ditujukan

kepada para suami, sehingga makna al-‘adhl (menghalangi) yang mereka

lakukan adalah menghalangi para mantan istri mereka untuk menikah dengan

laki-laki yang yang mereka kehendaki setelah habisnya masa iddah, hal

tersebut dikarenakan fanatisme jahiliyah yang banyak dilakukan sejumlah

pemimpin dan penguasa karena cemburu jika perempuan yang pernah

menjadi istri mereka diperistri orang lain. Bisa juga khitab ini ditujukan untuk

para wali sehingga makna penyandaran talak kepada mereka karena mereka

yang menjadi penyebabnya, yaitu karena merekalah yang menikahkan

perempuan yang dicerai itu. Dan makna menghalangi disini adalah

8
menghalangi perempuan yang berada dibawah perwaliannya menikah lagi

dengan mantan suaminya.

Makna Al-ajal adalah telah sampai pada batas akhirnya (telah habis masa

iddahnya). Makna al-‘adhl adalah al-habs(menahan).

Kata َ‫ أَن يَن ِكحْ ن‬maknanya adalah menikah lagi dengan akad yang baru.

Kata ‫( أَ ْز ٰ َو َجه َُّن‬calon suaminya) , bila yang dimaksud adalah para suami yang

menceraikan mereka, maka redaksi ini sebagai kiasan dari kondisi sebelum

bercerai, dan bila yang dimaksudkan adalah orang yang hendak dinikahi,

maka ini sebgai kiasan dari kondisi yang akan terjadi.

Kata َ‫ك‬00ِ‫( ٰ َذل‬itulah) sebagai isyarat kepada rincian-rincian hukum yang

disebutkan sebelumnya. Kata ‫( أَ ْز َك ٰى‬lebih suci) yakni lebih berguna dan

ْ َ‫( َوأ‬dan lebih bersih) dariberbagai kotoran. ‫( َوٱهَّلل ُ يَ ْعلَ ُم‬Dan Allah
bermanfaat. ‫طهَر‬

mengetahui) apa maslahat bagi kalian. َ‫( َوأَنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون‬sedangkan kamu tidak

mengetahui) itu.

f. Analisis

Dari kedua ayat yang dibahas yaitu Q. S. Al-Baqarah ayat 232 dan An-

Nisa ayat 25 kita dapat mengambil pengertian bahwa Allah melarang para

wali menghalangi pernikahan perempuan yang berada dibawah perwaliannya.

Larangan para wali menghalangi pernikahan perempuan yang berada dibawah

perwaliannya menunjukkan pentingnya wali dalam sistem pernikahan, tidak

sah pernikahan tanpa adanya wali. Apabila wali tidak harus ada, maka Al-

Qur’an tidak perlu melarang para wali menghalangi perkawinan wanita yang

9
berada dibawah perwaliannya, karena walaupun wali menghalangi,

pernikahan tetap bisa dilaksanakan. Kasus dalam ayat diatas bahwa

pernikahan kedua kali mereka lebih baik dan lebih membawa mashlahat dari

perceraian mereka sebelumnya.

Ayat ini juga bisa dikaitkan dengan iman, yaitu sebagai orang yang

beriman kita harus dapat mengambil nasihat-nasihat baik yang tercantum

dalam Al-Qur’an.

Dan ayat ini membuka pintu ijtihad bagi kita terkait bagaimana

seharusnya hubungan baik dan saling memahami antara wali dan perempuan

yang berada dibawah perwaliannya. Wali adalah pelindung dan wali tidak

boleh memaksa menikah maupun memaksa menghalangi pernikahan.

10
Daftar Pustaka

Agama RI, Departemen. 2009. Al-Qur’an dan Terjemah. Bandung : PT.

Sygma Arkanleema.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 2007. Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al

Bukhari. Jakarta : Pustaka Azzam.

Amrullah, Abdulmalik Abdulkarim. 1982 . Tafsir Al-Azhar juzu’ ke-5.

Surabaya : H. Abdul Karim.

Asy-Syaukani. 2008. Tafsir Fathul Qadir. Jakarta : Pustaka Azam

Ath-Thabari . 2008. Tafsir Ath-Thabari. Jakarta : Pustaka Azam

Shihab, M. Quraish. 2013. Wawasan Al-Qur’an (Tafsir Tematik atas

Pelbagai Persoalan Umat). Bandung : Mizan Pustaka.

11

Anda mungkin juga menyukai