Anda di halaman 1dari 10

PRODUK BADAN PERADILAN AGAMA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akademik

Mata Kuliah : Peradilan Agama Di Indonesia

Dosen Pengampu : Musodikin. SHI.,M.H

Disusun Oleh :

1. Laelatul Mubarokah 182111053


2. Afifah Ana Zursida 182111054

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Produk Badan Peradilan Agama ............................................................................. 2
B. Pengertian Putusan .................................................................................................. 2
C. Pengertian Penetapan .............................................................................................. 4
D. Produk Peradilan Agama dalam Pembinaan Hukum Di Indonesia ......................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 7
B. Saran ........................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradialan agama sudah lama di kenal masyarakat indonesia
sejak lama. Peradilan agama menjadi salah satu tempat bagi
masyarakat yang mencari kebenaran dan keadilan. Dalam peradilan
agama hakim itu sebagai seseorang yang memutusan suatu perkara
yang baik bersifat gugatan maupun permohonan. Peradilan agama
dicantumkan pasal 60 UU No. 7 1989 tentang peradilan agama yang
menjelaskan dua macam produk hukum yaitu putusan dan penetapan
pengadilan sah dan mempunyai kekuatan hukum jika diucapkan dalam
sidang yang terbuka atau secara umum.
Semenjak dikeluarkan UU No. 7 1989 produk peradilan agama
hanya ada dua yaitu putusan dan penetapan. Putusan itu merupakan
keputusan pengadilan yang atas perkara gugatan berdasarkan adanya
suatu sengketa sedangkan penetapan yaitu keputusan atas perkara
permohonan. Peradilan gama yang ada di Indonesia memiliki ciri-ciri
yang sama hai itu dikarenakan semua peradilan yang ada di Indonesia
dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Produk Badan Peradilan Agama ?
2. Apa yang dimaksud dengan Putusan ?
3. Apa yang dimaksud dengan Penetapan ?
4. Bagaimana Produk Peradilan Agama dalam Pembinaan Hukum
Nasional
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Produk Badan Peradilan Agama
2. Untuk mengetahui yang dimaksud Putusan
3. Untuk mengetahui yang dimaksud Penetapan
4. Untuk mengetahui Produk Peradilan Agama dalam Pembinaan
Hukum Nasional

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Produk Hukum Peradilan Agama
Pengadilan agama setelah memerikasa perkara maka harus
mengadili, memberikan putusan serta mengeluarkan produknya.
Adapun produk hukum dilingkungan peradilan agama pada prinsipnya
sama dengan produk dilingkungan peradilan umum. Pada umumnya
produk hukum tersebut sesuai dengan pembagian menurut ketentuan
perundang-undagan yang mengaturnya.
Peradilan agama dan peradilan umumitu dPasal 60 UU No. 7
Tahun 1989 tentang peradilan agama menyebutkan bahwa “penetapan
dan putusan pengadilan hanya sah dan mempuyai kekuatan hukum
apabila diucapkan dalam sidang terbuka”. Pasal ini memberikan tanda
bahwa pengadilan agama hanya mengenal dua macam produk hukum
yaitu putusan dan penetapan.
B. Pengertian Putusan
Kata al-Ahkam adalah jamak dari kata al-Hukm sebagaimana di
dalam kamus al-Qodh. Hukum atau putusan suatu hakim adalah orang
yang menjalankan suatu hukum. Yang di maksud hukum adalah
putusan yang dikeluarkan oleh hakim yang merupakan penetapan hak
bagi mahkum lah (pihak yang di menangkan) dari mahkum alaih (pihak
yang dikalahkan). 1
Menurut kitab fiqh landasan yang harus digunakan dari putusan
hakim adalah nash-nash dan hukum yang pasti dari Al-Qur’an dan
Sunnah, dan hukum-hukum yng telah disepakati oleh ulama, atau
hukum-hukum yang telah dikenal dalam agama secara pasti.2
Pada pasal 60 UU No. 7 Tahun 1989 memberikan definisi
tentang putusan yaitu “Putusan adalah keputusan pengadilan atas
perkara gugatan berdasarkan adanya suatu sengketa”. Adapun

1
Basiq Djalil, “Peradilan Agama Di Indonesia”, (Jakarta: kencana, 2012), hlm 79
2
ibid

2
kesimpulan dari definisi putusan yaitu putusan ialah pernyatan hakim
yan dituangkan dalam bentuk tertulis dan di ucapkan oleh hakim dalam
sidang terbuka untuk umum, sebagai suatu produk pengadilan (agama)
sebagai hasil dari suatu pemeriksaan perkara gugatan berdasarkan
adanya suatu sengketa. Produk
a. Macam-macam Putusan
Mengenai macam-macam putusan. HIR tidak mengaturnya
secara tersendiri. Di berbagai literatur, pembagian macam atau
jenis putusan itu terdapat berbagai macam. Tentang macam-macam
putusan ini terdapat keamaan dalam penjabaran. Disini akan
dijelaskan berbagai macam-macam putusan menurut Drs. Mukhti
Arto, yaitu diantaranya :3
1. Dilihat dari segi fungsi ;
a. Putusan Akhir
Putusan Akhir yaitu putusanputusan yang
mengakhiri pemeriksn di persidangan, baik yang telah
melalui semua tahap pemeriksaan maupun yang belum
menempuh semuan tahap
b. Putusan sela
Putusan Sela yaitu putusan yang dijatuhkan masih
dalam proses pemeriksaan perkara dengan tujuan
memeprlancar jalannya pemeriksaan.
2. Dilihat dari segi hadir tidaknya para pihak ada saat putusan:
a. Putusan Gugur
Putusan Gugur ialah putusan yang menyatakan
bahwa gugatan atau pemohon gugur karena penggugat
atau pemohon tidak hadir.
b. Putusan Verstek

3
A Mukti Arto,” Praktik Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama”, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, cet. 1, 1996), hlm 246

3
Putusan Verstek ialah putusan yang dijatuhkan
karena tergugat tidak hadir. Putusan verstec itu dalam
pasal 125 HIR dan 196-197 HIR.4
c. Putusan Kortadiktoir
Putusan Kortadiktoir yaitu putusan akhir yang
dijatuhkan pada saat sidang tanpa kehadiran para pihak.
3. Jenis putusan diliht dari segi sifatnya :
a. Putusan Declaratoir
Putusan Declaratoir yaitu putusan yang
menyatakan atau menerangkan kadaan atau status hokum.
b. Putusan Constitutif
Putusan Constitutif yaitu putusan yang meniadakan
suatu keadaan hukum dan menimbulkan suatu keadaan
hukum yang baru.
c. Putusan Condemnatoir
Putusan Condemnatoir Adalah putusan yang
bersifat menghukum kepada salah satu pihak.
C. Pengertian Penetapan
Penetapan disebut al-Isbat (Arab) atau beschihing (Belanda),
adalah produk pengadilan agama dalam arti bukan peradilan
sesungguhnya yang di istilahkan jurisdieti volumtaria. Di katakan
bukan peradilan sesungguhnya karena disana hanya terdapat memohon
yang memohon untuk ditetapkan tentang sesuatu sedangkan ini tidak
berpekara dengan lawan. 5 Penetapan itu merupakan keputusan atas
suatu perkara dari permohonan. Penetapan bertujuan untuk menetapkan
suatu keadaan atas suatu status tertentu bagi diri pemohon.
Penetapan ini muncul sebagai produk pengadilan atas
permohonan pemohon yang tidak berlawanan. Maka diktum penetapan

4
M. Fauzan,” Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah
Syar’iyah Indonesia”, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 19
5
Roihan A Rasyid,”Hukum Acara Peradilan Agama”, (Jakarta: Raja wali Press,1991), hlm
210

4
tidak akan pernah berbunyi menghukum, melainkan hanya bersifat
menyatakan (deklaratoire) atau menciptakan (constitutoire).
a. Macam-macam penetapan
Apabila dilihat dari sisi kemurnian bentuk voluntaria dari
suatu penetapan, maka penetapan ini dapat dibagi menjadi
dua ,sebagai berikut :6
1. Penetapan murni dalam bentuk voluntaria. Secara singkat ciri-
cirinya adalah merupakan gugat secara sepihah atau pihaknya
hanya berdiri dari pememohon. Tidak ditujukan untuk
menyelesaikan masalah suatu perseketaan. Tujuannya hanya
untuk menetapkan suatu keadaan atau status tertentu bagi
pemohon. Petitum dan amar permohonan bersifat declatoir,
2. Dilingkugan peradilan agama ada beberapa jenis perkara
dibidang perkawinan yang produk pengadilan agamanya
berupa penetapan tetapi bukan merupakan voluntaria murni.
Meskipun pada produk penetapan tersebut ada pihak pemihon
dan termohon, tetapi para pihak tersebut harus dianggap
sebagai penggugat dan tergugat, sehingga penetapan ini harus
dianggap sebagai putusan.
Bentuk dan isi penetapan itu hampir sama dengan bentuk
dan isi putusan dan meskipun ada juga sedikit perbedaan.
b. Kekuatan penetapan
Putusan mempunyai tiga kekuatan dan berlaku untuk pihak-
pihak maupun untuk pihak ketiga tetapi penetapan hanya berlaku
untuk pemohon sendiri, untuk ahli warisnya dan untuk orang yang
memperoleh hak darinya.
D. Produk Peradilan Agama Dalam Pembinaan Hukum Nasional
Dalam proses melaksanakan kekuasaan kehakiman di Indonesia
peradilan agama memeriksa perkara, menghasilkan produk peradilan

6
Gemala Dewi,” Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Di Indonesia.” (Jakarta:
Kencana, 2015), hlm 164

5
agama yang disebut putusan dan penetapan. Produk peradilan
mempuyai peranan yang sangat penting dalam pembinaan hukum
nasional di Indonesia seperti adanya izin untuk berpolygami, sedangkan
penetapan itu mengenai larangan, pencegahan, pembatalan perkawinan
yang mempuyai tujuan agar suatu perkawinan yang dilakukan sesuai
dengan ajaran agama Islam, sehingga tujuan adanya suatu hukum untuk
menciptakan masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera.
Putusan mengenai perkara-perkara yang menjadi kewenangan
dari peradilan agama dalam memutuskan siapa yang benar dan siapa
yang salah dan harus bersifat objektif atau berdasarkan hukum.
Sehingga dalam suatu masyarakat yang bersengketa mendapatkan
keadilan yang diinginkan. Adanya putusan terhadap suatu sengketa
yang menjadi pihak dalam suatu perkara masih mempunyai hukuman
darah, maka dari itu sengketa warisan itu terjadi pada antar keluarga
sendiri sehingga dengan adanya putusan dalam suatu pengadilan
mengenai sebuah sengketa warisan yang akan memberikan keadilan
kepada semua pihak. Karena dalam suatu perkara dapat diputuskan
berdasarkan ajaran agama Islam. 7
Pada dasarnya putusan-putusan mengenai perkara yang menjadi
kewenangan peradilan agama dalam rangka pembinaan hukum tidak
dapat diabaikan begitu saja, karena sebagai salah satu pelaksanaan
kekuasaan kehakiman. Peradilan agama itu mempuyai perana penting
dalam menegakkan hukum di Indonesia.

7
Abdullah Tri Wahyudi,” Peradilan Agama Di Indonesia”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), hlm 169

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
produk badan peradilan agama di atur dalam pasal 60 UU No. 7 1989
yang menyatakan bahwa produk badan peradilan agama di bagi dua
macam yaitu putusan dan penetapan, pengadilan hanya sah dan
mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka
untuk masyarakat.
Salah satu produk pengadilan agama itu tugasnya untuk
memeriksa, mengadili dan menyelesaikan suatu perkara yang disebut
penetapan. Penetapan itu merupakan keputusan atas suatu perkara dari
permohonan. Tugas dari penetapan yaitu untuk menetapkan suatu
keadaan tertentu bagi diri pemohon. Sedangkan Putusan merupakan
keputusan dari pengadilan atas perkara gugatan berdasarkan adanya
sengketa.
B. Saran
Semoga makalah ini bisa dapat membantu dan mempermudah
pembaca dalam mempelajari mata kuliah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.
Makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
masukan serta saran dari pada pembaca sangat kami harapkan demi
terciptanya kesempurnaan.

7
DAFTAR PESTAKA

A, Mukti Arto. 1996 .” Praktik Perkara Perdata Pada Pengadilan


Agama”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
A, Roihan Rasyid. 1991. ”Hukum Acara Peradilan Agama”. Jakarta: Raja
Wali Press.
Dewi. Gemala. 2015. “Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Di
Indonesia”. Jakarta: Kencana.
Djalil, Basiq. 2012 “ Peradilan Agama Di Indonesia”. Jakarta: Kencana.
Wahyudi, Abdullah Tri 2004.” Peradilan Agama Di Indonesia”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai