Secara etimologis, paradigma berasal dari bahasa Yunani, PARA yang artinya di samping atau berdampingan dan DIEGMA yang artinya contoh.
Sedangkan secara etimologis sosiologis istilah ini
banyak dipakai sebagai cara pandang, pola, model, anutan dan sebagainya.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia paradigma
juga diartikan sebagai model dalam ilmu pengetahuan juga kerangka berpikir. PENGERTIAN PARADIGMA
Definisi paradigma. paradigma adalah suatu asumsi-asumsi
dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum yang merupakan suatu sumber nilai.
Konsekuensinya hal itu merupakan suatu sumber hukum-
hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam
berbagai bidang kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain, misalnya politik, hukum, ekonomi dan budaya Satjipto Rahardjo yang menegaskan bahwa tidak ada tatanan sosial, termasuk di dalamnya tatanan hukum, yang tidak bertolak dari kearifan pandangan tentang manusia dan masyarakat.
Dengan kata lain tidak ada tatanan
tanpa paradigma. Liek Wilaryo mendefinisikan paradigma sebagai model yang dipakai ilmuan dalam kegiatan keilmuannya untuk menentukan jenis-jenis persoalan yang perlu digarap, dan dengan metode apa serta melalui prosedur yang bagaimana penggarapan itu harus dilakukan Hukum mempunyai paradigma, yang oleh Satjipto Raharjo diartikan sebagai perspektif dasar Otje Salman , Paradigma Sosiologi hukum merupakan pengaruh timbal balik antara hukum dengan gejala sosial lainnya.
Untuk menggambarkan paradigma hukum,
Yakni cara pandang hukum sebagai : 1. sistem nilai, 2.ideologi, 3.institusi 4. rekayasa soaial. HUKUM SEBAGAI SITEM NILAI Satjipto Rahardjo, nilai merupakan salah satu paradigma hukum, sehingga nilai dapat dilihat sebagai sosok hukum juga.
Hukum sebagai perwujudan nilai-nilai
mengandung arti, bahwa kehadirannya adalah untuk melindungi dan memajukan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. HUKUM SEBAGAI SITEM NILAI
Menurut Fuller hukum tidak dapat
diterima sebagai hukum, kecuali apabila bertolak dari moralitas tertentu. Kegagalan-kegagalan tsb sebagai berikut: 1. Kegagalan untuk mengeluarkan aturan (to achief rules) 2. Kegagalan untuk mengumumkan aturan tersebut kepada public (to publicize) 3. Kegagalan karena menyalahgunakan perundang-undangan yang berlaku surut (retroactive legislation) 4. Kegagalan karena membuat aturan-aturan yang saling bertentangan (contraditory rules) 5. Kegagalan karena menuntut dilakukannya perilaku di luar kemampuan orang yang diatur (beyond the power of the affected) 6. Kegagalan karena sering melakukan perubahan 7. Kegagalan untuk menyerasikan aturan dengan praktik penerapannya (konsistensi). 8. Kegagalan menyusun peraturan dalam rumusan yang mudah dimengerti. HUKUM SEBAGAI IDEOLOGI
Sebagai paradigma, ideologi tidak membiarkan
hukum sebagai suatu lembaga yang netral.
Ideologi merupakan suatu sistem gagasan yang
menyetujui seperangkat norma.
Jika norma menetapkan bagaimana cara orang
berperilaku, maka tugas ideologi adalah untuk menjelaskan mengapa harus bertindak demikian dan mengapa mereka seringkali gagal bertindak bagaimana semestinya. HUKUM SEBAGAI REKAYASA SOSIAL
Pemikiran tentang hukum sebagai
sarana rekayasa sosial dipelopori oleh Rescoe Pound dalam bukunya "An Introduction to the Philoshophy of Law” bahwa tugas pokok pemikiran modern mengenai hukum adalah tugas rekayasa sosial. HUKUM SEBAGAI INSTITUSI
fungsi hukum sebagai institusi sosial ad hukum
menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat agar tercipta keadilan dan ketentraman.
Sehingga masyarakat dapat hidup dengan damai
tanpa ada konflik.
Institusi merupakan suatu sistem hubungan sosial
yang menciptakan keteraturan dengan mendefinisikan dan membagikan peran-peran yang saling bhubungan didalam institusi. Dengan mengetahui paradigma yang ada di belakang hukum, kita dapat memahami hukum lebih baik daripada jika kita tidak dapat mengetahuinya.
Adanya paradigma hukum yang
bermacam-macam. Sebagai akibatnya, maka hukum juga mengekspresikan bermacam-macam hal sesuai dengan perspektif dasarnya