Disusun Oleh:
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................3
1. Apa Saja Sumber Hukum Tasyri’ pada masa sahabat ?..........................................3
2. Bagimana Kondisi Tasyri’ pada masa sahabat ?.....................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Pemutus Perkara Setelah Wafatnya Nabi...............................................................4
B. Metode Pengambilan Keputusan pada Masa Khulafaur Rasyidin..........................5
1. Alquran dan Sunnah...........................................................................................5
2. Ijtihad Sahabat....................................................................................................6
3. Ijma’...................................................................................................................7
4. Ro’yu..................................................................................................................8
C. Keputusan-keputusan yang Ditetapkan pada Masa Khulafaur Rasyidin.................9
1. Masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq..............................................................9
2. Masa Khalifah Umar bin Khattab.....................................................................11
3. Masa Khalifah Utsman bin Affan....................................................................13
4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib....................................................................15
BAB III............................................................................................................................17
PENUTUPAN..................................................................................................................17
A. KESIMPULAN....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah Rasulullah wafat, maka terhentilah tasyri’ sebab wahyu sudah
tidak turun lagi, demikian juga dengan Sunnah. Masa selanjutnya adalah periode
sahabat. Periode ini merupakan periode yang sangat menarik, karena
perkembangan hukum Islam sangat dinamis. Penyebab kedinamisannya adalah nash
sudah tidak turun lagi, sementara persoalan-persoalan kehidupan manusia selalu
muncul dan memerlukan jawaban hukum. Terobosan-terobosan para sahabat
untuk menjawab persoalan zaman inilah yang menarik dan menjadi titik awal dari
adanya perbedaan pendapat di kalangan kaum muslimin.
pada awalnya Umar bin Khattab tidak percaya bahwa Muhammad meninggal.
Pada hari meninggalnya Rasullullah, para sahabat dihadapkan pada kenyataan:
siapa yang akan menggantikan Rasulullah setelah beliau wafat? Maka hampir saja
terjadi pertengkaran yang hebat antara kaum Muhajirin dan Anshar, karena
masing-masing mengklaim bahwa dari kelompok merekalah yang pantas
menggantikan kedudukan Nabi. Perdebatan itu terjadi di Tsaqifah Bani Saidah
yang memakan waktu selama tiga hari. Selama itu pula jenazah Rasulullah tidak
terurus, kecuali hanya beberapa sahabat dari kalangan ahlu al-bait. Namun
akhirnya permasalahan itu bisa dipecahkan, akibat kepandaian dan kearifan Umar
1
2
bin Khattab yang secara demokratis memilih Abu Bakar sebagai khalifah
pertama.1
Banyak persoalan dan kekhawatiran para sahabat yang perlu dihadapi dan
diselesaikan oleh para sahabat, khususnya menyangkut masalah hukum, di
antaranya:
2
Dalam perang Yamamah saja sekitar 1000 huffadz yang meninggal dunia
3
Dalam hal inilah terjadi perdebatan apakah al-Qur’an harus dibukukan atau tidak. Saat itu Abu Bakar menghubun-
gi Zaid bin Tsabit dan menyuruhnya untuk menulis al-Qur’an dan membukukannya. Sementara Zaid menjawab
perintah ini dengan pertanyaan: “Mengapa engkau memerintahkanku untuk melakukan apa yang tidak dilakukan
oleh Rasulullah? Lihat, Mausu’ah al-Islamiyyah al-Mu’ashirah,Tarikh al-Tasyri’ al-Islami: al-Tasyri’ fi ‘Ashri
Kibari al-Shahabah, diakses dari http://www.islampedia.com/mie2/tashrii/tarmid.html.
3
e. Ada ijtihad yang dilakukan oleh beberapa sahabat secara pribadi (ijtihad
individu). Biasanya sahabat semacam ini adalah sahabat yang diangkat
menjadi qadhi di beberapa daerah yang tidak mungkin melakukan
permusyawarahan dengan sahabat yang lain.5
Hal ini dilakukan oleh para sahabat karena pada dasarnya Rasulullah juga
telah mengizinkan para sahabat untuk melakukan ijtihad jika ternyata suatu
perkara tidak didapati dalam al-Qur’an atau hadis.6
4
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung Rasyda, hal 37 – 38; lihat pula Mausu’ah al-
Islamiyyah al-Mu’ashirah,Tarikh al-Tasyri’ al-Islami.
5
Hal ini diceritakan oleh Abu Ubaid dalam kitabnya al-Qhada’, dikutip dari Manna’ al-Qhatthan.
6
Manna’ al-Qatthan, Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, h. 189.
4
B. RUMUSAN MASALAH
1.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Oleh karena itu, maka sebagai seorang pengganti nabi, ummat islam secara
otomatis menganggap bahwa khalifah juga bertugas untuk memutuskan perkara
yang terjadi di masyarakat. Selain itu, para shahabat yang terkenal dengan
kedalaman ilmunya juga menjadi pemutus perkara-perkara yang terjadi saat itu,
semisal Abdullah ibnu abbas, zaid bin tsabit, Abdullah ibnu umar di madinah.
Abdullah ibnumas’ud di kuffah., Abdullah ibn amr ibn ash di mesir. Aisyah dan
zadhi yang mashur.Abu musa al asyari dan muadz bin jabal. Mereka terpencar di
7
Muhammad Ali As-says, Sejarah Fiqih Islam hal 169.
6
Pada masa ini, sumber tasyri’ islam adalah alquran dan sunnah rasul.
Keduanya disebut nash atau naql. Apabila ada masalah yang tidak jelas di dalam
nash, para sahabat zaman khulafaurrasyidin memakai ijtihad untuk memperolah
hukum yang dicari. Jalan dalam ijtihadnya adalah berpegang pada ma’quul-
annash dan mengeluarkan illah atau hikmah yang dimaksud dari pada nash itu,
kemudian menerapkannya pada semua masalah yang sesuai illahnya dengan illah
yang dinashkan. Hal demikian kemudian dinamakan qiyash. 8 Dalam hal lain para
sahabat bermusyawarah dalam mencari hukum yang tidak ada nashnya, kemudian
mereka sepakat dalam hukum yang mereka temukan dalam suatu masalah itu,
yang kemudian dinamai dengan al-ijmaa’.Para ulama telah menyebutkan bahwa
dari praktek khlafaurrasyidin itu terdapat perluasan dasar tasyri’ islam disamping
khulafaur-rasyidin itu terdapat juga alqiyaash dan al ijmaa’.
a. Alquran
b. Sunnah Nabi
masalah pada nabi karena nabi telah wafat. Sehingga, mereka sendirilah yang
harus memutuskan penyelesaian masalah tersebut. Keharusan untuk
menyelesaiakan permasalahan yang terjadi ini mendorong umat islam untuk
menyelidiki Alquran dan Sunnah. Dalam berfatwa, para sahabat selalu berpegang
pada :
2. Ijtihad Sahabat
10
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam,……., hal 37
11
Muhammad Ali As-says, Sejarah ……. hal 59.
12
Muhammad Ali As-says, Sejarah…….hal 60.
8
3. Ijma’
13
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan ……., hal 41.
9
4. Ro’yu
Untuk menjawab persoalan hukum yang baru muncul itu para sahabat
terlebih dahulu menunjuk kepada Alquran dan Al-hadist. Namun bila para sahabat
tidak menemukan ketetapan hukum dari dua sumber hukum yang dimaksud, maka
disitulah para sahabat menggunakan akal pikiran (ra’yu) yang dijiwai oleh ajaran
islam. Sebagai contoh dapat diungkapkan siapa yang menjadi khalifah sesudah
Nabi Muhammad meninggal dunia. Permasalahan ini diselesaikan berdasarkan
qiyas atas posisi Abu Bakar sebagi pengganti nabi menjadi Imam shalat ketika
14
Muhammad Ali As-says, Sejarah ……., hal 61.
15
Abdul Wahab Khallaf, Sejarah hukum……., hal 51.
16
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan……. Hal 37.
10
nabi tidak dapat menjadi imam karena sakit.17 Tentang qiyas boleh di pakai
selama tidak menyalahi dalil yang shohih. Hanya saja mereka menyebut kata
ra’yu (pendapat) terhadap sesuatu yang dipertimbangkan oleh hati setelah
berpikir, mengamati, dan mencari untuk mengetahui sisi kebenaran dari tanda-
tanda yang terlihat. Sebagaimana didefinisikan oleh Ibnu Qayyim. Dengan
demikian, menurut mereka ra’yu tidak sebatas qiyas(analogi) saja, sebagaimana
dikenal sekarang, tetapi meliputi analogi, ihtisan, Baraah, Ashliyah, Saddu
Dzara’i dan Maslahah al-Mursalah.18
Khalifah Abu Bakar adalah seorang ahli hukum yang tinggi mutunya dan
dikenal sebagai orang yang jujur dan disegani. Ia memerintah dari tahun 632
sampai 634 M. sebelum masuk islam, dia terkenal sebagai orang yang jujur dan
disegani. Ikut aktif mengembangkan dan menyiarkan islam. Atas usaha dan
seruannya banyak orang-orang terkemuka yang memeluk agama islam dan
kemudian terkenal sebagai pahlawan-pahlawan islam yang ternama. Dan kerena
hubungannya yang ssangat dekat dengan Nabi Muhammad, beliau mempunyai
pengertian yang dalam tentang isalm dibanding yang lain. Karena itu pula
pemilihannya sebagai khalifa pertama tepat sekali.
19
Idris Romulya, Asas-Asas Hukum Islam , hal 123.
20
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 124
21
Idris Romulya, Asas-asas……., hal 123.
12
naskah Alquran itu disimpan dan dipelihara oleh Hafshah, janda nabi
Muhammad.
Setelah khalifah Abu bakar meninggal dunia, Umar bin Khattab menjadi
khalifah tahun 13 H/634 M. Dalam masanya daerah islam berkembang dan
meluas antara lain : Mesir, Iraq, Adjebijan, Parsi, Siria. 22 Umar telah mengusir
orang-orang Yahudi dan Jazirah Arab. Dan Umarlah yang pertama kali menyusun
adsministrasi pemerintahan, menetapkan peradilan dan perkantoran, serta kalender
penanggalan.
Umar dkenal sebagai Imam Mujtahiddin. Pada masanya dia berijtihad antara
lain tidak menghukum pencuri dengan potong tangan karena tidak ada illat untuk
memotongnya. Pencuri itu merupakan pegawai dari majikannya yang kaya raya
yang tidak memberikan gaji secara wajar. Maka umar menjalankan istislah, yang
kemudian dinamai almaslahatul mursalah. Umat tidak memberikan zakat kepada
almullafatu qulubuhum karena tidak ada illat untuk memberikannya, maqashid
yang terdapat dalam ayat ma’qulun-nash itu tidak terdapat. Yang kemudian
dianamai dengan al-ihtihsaan dll.23
Selain itu yang perlu dicatat dari Umar adalah sikap tolerannya terhadap
pemeluk agama lain. Hal itu terbukti ketika beliau hendak mendirikan masjid
(yang sekarang terkenal dengan masjid Umar) di Jerussalem. Karena di tempat itu
telah berdiri suatu tempat ibadah umat Kristen dan Yahudi, sebelum mendirikan
masjid tersebut, Umar turun terlebih dahulu, memberitahukan maksudnya dan
memohon kepada pemimpin agama golongan Kristen dan Yahudi di tempat itu.
Padahal sebagai seorang khalifah atas seluruh daerah tersebut, Umar tidak wajib
melakukan hal itu. Namun, ia melakukan hal tersebut karena sikapnya yang
toleran terhadap pemeluk agama lain.
22
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 125.
23
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 125.
13
Karena usianya yang masih relatif muda dibandingkan dengan Abu Bakar,
Umar lama memegang pemerintahan. Sikapnya keras dan sebagaimana biasanya
orang yang mempunyai sikap keras, selalu berusaha bertindak adil melaksanakan
hukum. Terkenal keberaniannya dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran
berdasarkan keadaan nyata pada suatu saat tertentu. Ia mengikuti Abu Bakar
dalam menemukan hukum. Namun demikian, Khalifah Umar terkenal keberanian
dan kebijaksanaannya dalam menerapkan ketentuan hukum yang terdapat dalam
Alquran untuk mengatasi sesuatu masalah yang timbul dalam masyarakat
berdasarkan kemaslahatan atau kepentingan umum.
a. Turut aktif menyiarkan agama Islam sampai ke Palestina, Syiria, Irak, dan
Persia serta ke Mesir.
Tindakan Umar dalam bidang hukum, ada beberapa contoh ijtihad Umar
antara lain sebagai berikut :
a. Talak tiga, yang diucapkan sekaligus di suatu tempat pada suatu ketika
dianggap sebagai talak yang tidak mungkin rujuk (kembali) sebagai suami
istri. Kecuali salah satu pihak (dalam hal ini bekas istri) kawin lebih
dahulu dengan orang lain. Garis hukum ini ditentukan oleh Umar
24
Idris Romulya,Asas-asas……., hal 125.
14
b. Pemberian hak zakat kepada mualaf (orang yang baru masuk islam) seperti
yang ditetapkan dalam Alquran.26 Dikarenakan ia perlu dilindungi karena
masih lemah imannya dan (mungkin) terputus hubungan dengan
keluarganya. Pada zaman rasulullah, golongan ini memperoleh golongan
zakat, tapi Umar menghentikan pemberian zakat kepada muallat
berdasarkan pertimbangan, islam lebih kuat sehingga tidak perlu diberi
keistimewaan.
25
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 126.
26
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 126.
15
a. Membentuk kembali panitia yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dan
Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Harrits menjalin
kembali naskah-naskah Alquran kedalam lima mushaf (kumpulan
lembaran-lembaran yang ditulis, dan alquran itu sendiri juga disebut
mushaf), kemudian dikirim ke ibukota provinsi (Makkah, Kairo,
Damaskus, Bagdad). Naskah itu disimpan di masjid besarnya masing-
masing seperti umat Indonesia menyimpan Alquran pusakanya di masjid
Baiturrahim di komplek Istana Merdeka Jakarta. Satu naskah disimpan di
Madinah untuk mengenang jasa Utsman. Hal itu terjadi pada tahun 30 H/
650 M. Naskah mushaf Usmany adalah naskah yang dikirim pada
masanya. Sebagai kenang-kenangan atas jasa-jasanya, Utsman disebut
juga Al-imam.28 Mushaf Usmany di salin dan diberi tanda-tanda bacaan di
Mesir seperti yang kita liat sekarang ini.
27
Idris Romulya, Asas-asas……., hal 127.
28
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 128.
29
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 128.
16
30
Idris Romulya, Asas-asas........., hal 129.
31
Idris Romulya, Asas-asas........., hal 130.
17
32
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 130.
18
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ramulya, Idris. 2004. Asas-asas Hukum Islam. Cet.I, Jakarta: Sinar Grafika.
Wahab, Abdul hallaf. 2005. Sejarah Hukum Islam. Cet I, Bandung: Maljah.
Says, Muhammad Ali As. 2003. Sejarah Fiqih Islam, Surabaya: Pustaka Al-
Kautsar