Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TASYRI’ PADA MASA SAHABAT


Di Susun Sebagai Tugas Mata Kuliah Tarikh Tasyri’
Dosen Pengampu:
Dr. Miftahul Huda, M.HI

Disusun Oleh:

1. Wafiq Mubarok (020211016)

2. Maulana Muhammad Rizky (020211008)

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) FATTAHUL MULUK
PAPUA
FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................3
1. Apa Saja Sumber Hukum Tasyri’ pada masa sahabat ?..........................................3
2. Bagimana Kondisi Tasyri’ pada masa sahabat ?.....................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Pemutus Perkara Setelah Wafatnya Nabi...............................................................4
B. Metode Pengambilan Keputusan pada Masa Khulafaur Rasyidin..........................5
1. Alquran dan Sunnah...........................................................................................5
2. Ijtihad Sahabat....................................................................................................6
3. Ijma’...................................................................................................................7
4. Ro’yu..................................................................................................................8
C. Keputusan-keputusan yang Ditetapkan pada Masa Khulafaur Rasyidin.................9
1. Masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq..............................................................9
2. Masa Khalifah Umar bin Khattab.....................................................................11
3. Masa Khalifah Utsman bin Affan....................................................................13
4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib....................................................................15
BAB III............................................................................................................................17
PENUTUPAN..................................................................................................................17
A. KESIMPULAN....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setelah Rasulullah wafat, maka terhentilah tasyri’ sebab wahyu sudah
tidak turun lagi, demikian juga dengan Sunnah. Masa selanjutnya adalah periode
sahabat. Periode ini merupakan periode yang sangat menarik, karena
perkembangan hukum Islam sangat dinamis. Penyebab kedinamisannya adalah nash
sudah tidak turun lagi, sementara persoalan-persoalan kehidupan manusia selalu
muncul dan memerlukan jawaban hukum. Terobosan-terobosan para sahabat
untuk menjawab persoalan zaman inilah yang menarik dan menjadi titik awal dari
adanya perbedaan pendapat di kalangan kaum muslimin.

Yang dimaksud dengan sahabat adalah orang-orang Islam yang lama


bergaul dengan Rasulullah. Definisi ini merupakan definisi umum. Ulama hadis
memberikan definisi: orang Islam yang pernah bertemu dengan Nabi walaupun
satu kali pertemuan.

Berita meninggalnya Muhammad betul-betul mengejutkan sahabat, bahkan

pada awalnya Umar bin Khattab tidak percaya bahwa Muhammad meninggal.
Pada hari meninggalnya Rasullullah, para sahabat dihadapkan pada kenyataan:
siapa yang akan menggantikan Rasulullah setelah beliau wafat? Maka hampir saja
terjadi pertengkaran yang hebat antara kaum Muhajirin dan Anshar, karena
masing-masing mengklaim bahwa dari kelompok merekalah yang pantas
menggantikan kedudukan Nabi. Perdebatan itu terjadi di Tsaqifah Bani Saidah
yang memakan waktu selama tiga hari. Selama itu pula jenazah Rasulullah tidak
terurus, kecuali hanya beberapa sahabat dari kalangan ahlu al-bait. Namun
akhirnya permasalahan itu bisa dipecahkan, akibat kepandaian dan kearifan Umar

1
2

bin Khattab yang secara demokratis memilih Abu Bakar sebagai khalifah
pertama.1

Banyak persoalan dan kekhawatiran para sahabat yang perlu dihadapi dan
diselesaikan oleh para sahabat, khususnya menyangkut masalah hukum, di
antaranya:

1. Kekhawatiran mereka akan kehilangan al-Qur’an karena banyaknya sahabat yang


hafal al-Qur’an meninggal dunia dalam peperangan melawan orang murtad2,
sementara tulisan al-Qur’an masih menyebar dimana-mana. Hal
ini dapat diatasi dengan dikodifikasikan al-Qur’an atas ide Umar bin Khattab
yang mendesak Abu Bakar dan Zaid bin Tsabit sebagai juru tulis.3

2. Sahabat mengkhawatirkan terjadinya ikhtilaf (perbedaan pendapat) di kalangan


sahabat terhadap al-Qur’an sehingga dikhawatirkan al-Qur’an bernasib sama
dengan kitab-kitab Allah sebelumnya yakni berubahnya Taurat, Jabur dan Injil
oleh orang Yahudi dan Nasrani.

3. Sahabat takut akan terjadi pembohongan terhadap Sunnah Rasulullah.


Antisipasi ke arah sana sudah dilakukan sejak zaman Abu Bakar dengan
memperketat periwayatan. Bahkan pada masa Umar bin Khattab, beliau sangat
menyeleksi dan membatasi periwayatan hadis, bahkan mencegah penulisan
hadis yang dilakukan oleh beberapa sahabat. Adanya pembohongan terhadap
sunnah ini terjadi dari dua kubu, pertama dari orang Islam sendiri yang
melakukan kesalahan atau merubah (tahnif) tanpa disengaja lalai dalam
mentransformasikan hadis atau lupa karena sudah tua. Di kubu yang lainnya
datang dari orang munafik yang dengan sengaja memalsukan hadis dengan
1
Manna’ al-Qatthan, Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, h. 186; lihat pula Marshall G. S. Hodgson, The
Venture of Islam I, Penerjemah Mulyadi Kartanegara, (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. II, h. 286.

2
Dalam perang Yamamah saja sekitar 1000 huffadz yang meninggal dunia
3
Dalam hal inilah terjadi perdebatan apakah al-Qur’an harus dibukukan atau tidak. Saat itu Abu Bakar menghubun-
gi Zaid bin Tsabit dan menyuruhnya untuk menulis al-Qur’an dan membukukannya. Sementara Zaid menjawab
perintah ini dengan pertanyaan: “Mengapa engkau memerintahkanku untuk melakukan apa yang tidak dilakukan
oleh Rasulullah? Lihat, Mausu’ah al-Islamiyyah al-Mu’ashirah,Tarikh al-Tasyri’ al-Islami: al-Tasyri’ fi ‘Ashri
Kibari al-Shahabah, diakses dari http://www.islampedia.com/mie2/tashrii/tarmid.html.
3

tujuan merusak agama.

4. Sahabat khawatir umat Islam menyimpang dari hukum Islam.

5. Sahabat menghadapi perkembangan kehidupan yang memerlukan ketentuan


dan jawaban terhadap syari’ah, karena Islam adalah petunjuk bagi mereka
tetapi belum ditetapkan ketentuannya dalam al-Qur’an dan sunnah.4

Untuk dua hal terakhir, para sahabat menentukan langkah-langkah berijtihad


(thuruqul ijtihad) seperti yang telah digariskan oleh Abu Bakar dan Umar bin
Khattab yaitu:

a. Mencari ketentuan hukum dalam al-Qur’an,

b. Apabila tidak ditemukan, dicari ketentuan hukum dalam sunnah,

c. Apabila tidak menemukan dalam sunnah, ditanyakan kepada para sahabat


lain apakah Rasulullah telah memutuskan persoalan tersebut pada
zamannya,

d. Jika tidak ada sahabat yang memberikan keterangan, ia mengumpulkan


para pembesar sahabat dan bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan
yang dihadapi (ijtihad jam’i/ijtihad kolektif ).

e. Ada ijtihad yang dilakukan oleh beberapa sahabat secara pribadi (ijtihad
individu). Biasanya sahabat semacam ini adalah sahabat yang diangkat
menjadi qadhi di beberapa daerah yang tidak mungkin melakukan
permusyawarahan dengan sahabat yang lain.5

Hal ini dilakukan oleh para sahabat karena pada dasarnya Rasulullah juga

telah mengizinkan para sahabat untuk melakukan ijtihad jika ternyata suatu
perkara tidak didapati dalam al-Qur’an atau hadis.6

4
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung Rasyda, hal 37 – 38; lihat pula Mausu’ah al-
Islamiyyah al-Mu’ashirah,Tarikh al-Tasyri’ al-Islami.
5
Hal ini diceritakan oleh Abu Ubaid dalam kitabnya al-Qhada’, dikutip dari Manna’ al-Qhatthan.
6
Manna’ al-Qatthan, Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, h. 189.
4

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Saja Sumber Hukum Tasyri’ pada masa sahabat ?

2. Bagimana Kondisi Tasyri’ pada masa sahabat ?

1.
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemutus Perkara Setelah Wafatnya Nabi

Untuk menggantikan kedudukan nabi Muhammad sebagai seorang


pemimpin ummat dan kepala Negara, dipilihlah seorang pengganti yang disebut
khalifah dari kalangan sahabat nabi sendiri.7 Khalifah adalah suatu kata yang
“dipinjam” dari alquran Surat Al-Baqarah ayat 30.
ٰۤ ْ
‫ض َخلِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن‬ِ ْ‫ر‬ َ ‫اْل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ٌ ‫اع‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ِّ ‫ن‬ ‫ِا‬ ‫ة‬ َ
ِ ِ َ ْ ِ ِِٕ ‫ال َرب َُّك لِل َم‬
‫ف‬ ‫ل‬ ‫ك‬ n
‫ٕى‬ ‫ل‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬
‫ال اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما‬
َ َ‫ك ۗ ق‬َ َ‫ك َونُقَ ِّدسُ ل‬ َ ‫ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ ُن نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬ ُ ِ‫يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف‬
‫اَل تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Oleh karena itu, maka sebagai seorang pengganti nabi, ummat islam secara
otomatis menganggap bahwa khalifah juga bertugas untuk memutuskan perkara
yang terjadi di masyarakat. Selain itu, para shahabat yang terkenal dengan
kedalaman ilmunya juga menjadi pemutus perkara-perkara yang terjadi saat itu,
semisal Abdullah ibnu abbas, zaid bin tsabit, Abdullah ibnu umar di madinah.
Abdullah ibnumas’ud di kuffah., Abdullah ibn amr ibn ash di mesir. Aisyah dan
zadhi yang mashur.Abu musa al asyari dan muadz bin jabal. Mereka terpencar di

7
Muhammad Ali As-says, Sejarah Fiqih Islam hal 169.
6

beberapa kota dan membimbing peletakan dasar fiqh islami dan


pengembangannya.

B. Metode Pengambilan Keputusan pada Masa Khulafaur


Rasyidin

Pada masa ini, sumber tasyri’ islam adalah alquran dan sunnah rasul.
Keduanya disebut nash atau naql. Apabila ada masalah yang tidak jelas di dalam
nash, para sahabat zaman khulafaurrasyidin memakai ijtihad untuk memperolah
hukum yang dicari. Jalan dalam ijtihadnya adalah berpegang pada ma’quul-
annash dan mengeluarkan illah atau hikmah yang dimaksud dari pada nash itu,
kemudian menerapkannya pada semua masalah yang sesuai illahnya dengan illah
yang dinashkan. Hal demikian kemudian dinamakan qiyash. 8 Dalam hal lain para
sahabat bermusyawarah dalam mencari hukum yang tidak ada nashnya, kemudian
mereka sepakat dalam hukum yang mereka temukan dalam suatu masalah itu,
yang kemudian dinamai dengan al-ijmaa’.Para ulama telah menyebutkan bahwa
dari praktek khlafaurrasyidin itu terdapat perluasan dasar tasyri’ islam disamping
khulafaur-rasyidin itu terdapat juga alqiyaash dan al ijmaa’.

Sumber hukum islam yang dipakai pada masa khulafaurrasyidin adalah :

a. Alquran

b. Sunnah Nabi

c. Ijtihad shahabat (ijma’ dan qiyash)9

1. Alquran dan Sunnah

Sepeninggal nabi, terjadi banyak permasalahan yang muncul dan harus


dipecahkan. Padahal, para sahabat tidak bisa lagi menanyakan penyelesaian
8
Abdul Wahab Khallaf, Sejarah Hukum Islam, Cet I, (Bandung: Maljah. 2005) hal 45.
9
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, cet 2, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), hal 41.
7

masalah pada nabi karena nabi telah wafat. Sehingga, mereka sendirilah yang
harus memutuskan penyelesaian masalah tersebut. Keharusan untuk
menyelesaiakan permasalahan yang terjadi ini mendorong umat islam untuk
menyelidiki Alquran dan Sunnah. Dalam berfatwa, para sahabat selalu berpegang
pada :

a. Alquran, karena dialah asas dan tiang agama. Mereka selalu


memahaminya dengan jelas dan terang karena Alquran diturunkan
dengan lidah (bahasa) mereka serta keistimewaan mereka
mengetahui sebab-sebab turunnya dan ketika itu belum seorangpun
selain Arab telah masuk di kalangan mereka.

b. Sunnah rasulullah. Para sahabat telah sepakat untuk mengikuti


sunnah nabi kapan saja mereka mendapatkannya dan percara pada
perawi yang benar periwayatannya.10

2. Ijtihad Sahabat

Namun ternyata ada masalah yang tidak ditemukan penyelesaiannya dalam


Alquran dan Sunnah. Hal ini disebabkan karena pada masa nabi, wilayah
kekuasaan islam hanya sebatas semenanjung arabia. Tapi pada masa khulafaur
rasyidin, kekuasaan islam mulai meluas dan membentang keluar dari jazirah arab,
meliputi: Mesir, Syiria, Persia dan Irak.11 Luasnya wilayah tersebut menyebabkan
kaum Muslimin menghadapi banyak kejadian dan persoalan yang belum pernah
dialami pada masa nabi. Hal ini mendorong umat muslim untuk berijitihad, yakni
mengerahkan kesungguhan dalam mengeluarkan hukum syara’ dari apa yang
dianggap syari’ sebagai dalil yaitu kitabullah dan sunnah nabinya. Ijtihad para
sahabat dalam arti luas adalah bahwa mereka melihat dilalah (indikasi),
menganalogi, menganggap hal-hal lain dan lain sebagainya.12

Ijtihad ada dua:

10
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam,……., hal 37
11
Muhammad Ali As-says, Sejarah ……. hal 59.
12
Muhammad Ali As-says, Sejarah…….hal 60.
8

a) Mengambil hukum dari dzahir-dzahir nash apabila hukum itu


diperoleh dari nash-nash itu.

b) Mengambil hukum dari ma’qul nash karena nash itu mengandung


illat yang menerangkannya, atau illat itu dapat diketahui dan tempat
kejadiannya yang di dalamnya mengandung illat, sedang nash tidak
memuat hukum itu.

3. Ijma’

Ijtihad pada masa itu berbentuk kolektif, disamping individual. Dalam


melakukan ijtihad kolektif, para sahabat berkumpul dan memusyawarahkan
hokum suatu masalah. Hasil musyawarah sahabat ini disebut ijma’13. Kemudian
rasulullah telah menyediakan metode-metode buat ijtihad bagi mereka, melatih
dan meridhoi mereka serta menetapkan pahala ijtihadnya baik salah maupun
benar. Tentang ijtihad itu boleh dipakai berdasarkan dalil bahwa seorang hakim
ketika ia berijtihad dalam menetapkan sebuah hukum kemudian benar hasilnya,
maka ia mendapatkan dua pahala. Adapun ketika salah ia mendapatkan satu
pahala.

Sebagaimana diriwayatkan Al-Baghawi yang diterima dari maimun bin


Mahram, yaitu suatu gambaran cara-cara mereka melakukan istinbath hukum, ia
berkata : apabila suatu perselihan di ajukan kepada abu bakar, maka ia lihat kitab
Allah. Apabila di temukan di sana hukum yang dapat memutuskan masalah yang
terjadi di antar mereka, maka ia putuskan dengan hukum tersebut. Bila tidak
ditemukan dalm kitab Allah, ia ketahui dari sunnah rasul tantang masalah itu,
maka ia putuskan dengan sunnah tersebut. Bila tidak di temukan jaga ia keluar
dan bertanya pada kaum muslimin: suatu masalah di ajukan padaku…lalu apakah
kalian mengetahui bahwa nabi pernah memutuskan suatu hukum dalam masalah
ini? Terkadang semua golongan berkumpul dan menuturkan suatu kepusan dari
rasulullah.Bila tidak di temukan jaga dari sunnah rasul, maka ia kumpulkan
tokoh-tokoh masyarakat dan orang-orang terpilih untuk bermusyawarah, apabila

13
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan ……., hal 41.
9

di peroleh kesepakatan hukumnya, maka ia putuskan masalah tersebut dengan


hasil kesepakatan itu.14

Langkah-langkah yang ditempuh Abu Bakar dalam mengambil keputusan


adalah sebagai berikut15:

a) Mencari ketentuan hukum dalam Alquran. Apabila ada, ia putuskan


berdasarkan ketetapan yang ada dalam Alquran.

b) Apabila tidak menemukannya dalam Alquran, ia mencari ketentuan


hukum dalam Sunnah. Bila ada, ia putuskan berdasarkan ketetapan yang
ada pada sunnah.

c) Apabila tidak menemukannya dalam Sunnah, ia bertanya kepada sahabat


lain apakah rasulullah telah memutuskan persoalan yang sama pada
zamannya. Jika ada yang tahu, ia memutuskan persoalan tersebut
berdasarkan keterangan dari yang menjawab setelah memenuhi beberapa
syarat.

d) Jika tidak ada sahabat yang memberikan keterangan, ia mengumpulkan


para pembesar sahabat dan bermusyawarah untuk menyelesaikan
persoalan yang dihadapi. Jika ada kesepakatan diantara mereka, ia
menjadikan kesepakatan itu sebagai keputusan.16

4. Ro’yu

Untuk menjawab persoalan hukum yang baru muncul itu para sahabat
terlebih dahulu menunjuk kepada Alquran dan Al-hadist. Namun bila para sahabat
tidak menemukan ketetapan hukum dari dua sumber hukum yang dimaksud, maka
disitulah para sahabat menggunakan akal pikiran (ra’yu) yang dijiwai oleh ajaran
islam. Sebagai contoh dapat diungkapkan siapa yang menjadi khalifah sesudah
Nabi Muhammad meninggal dunia. Permasalahan ini diselesaikan berdasarkan
qiyas atas posisi Abu Bakar sebagi pengganti nabi menjadi Imam shalat ketika
14
Muhammad Ali As-says, Sejarah ……., hal 61.
15
Abdul Wahab Khallaf, Sejarah hukum……., hal 51.
16
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan……. Hal 37.
10

nabi tidak dapat menjadi imam karena sakit.17 Tentang qiyas boleh di pakai
selama tidak menyalahi dalil yang shohih. Hanya saja mereka menyebut kata
ra’yu (pendapat) terhadap sesuatu yang dipertimbangkan oleh hati setelah
berpikir, mengamati, dan mencari untuk mengetahui sisi kebenaran dari tanda-
tanda yang terlihat. Sebagaimana didefinisikan oleh Ibnu Qayyim. Dengan
demikian, menurut mereka ra’yu tidak sebatas qiyas(analogi) saja, sebagaimana
dikenal sekarang, tetapi meliputi analogi, ihtisan, Baraah, Ashliyah, Saddu
Dzara’i dan Maslahah al-Mursalah.18

C. Keputusan-keputusan yang Ditetapkan pada Masa Khulafaur


Rasyidin

1. Masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq

Khalifah Abu Bakar adalah seorang ahli hukum yang tinggi mutunya dan
dikenal sebagai orang yang jujur dan disegani. Ia memerintah dari tahun 632
sampai 634 M. sebelum masuk islam, dia terkenal sebagai orang yang jujur dan
disegani. Ikut aktif mengembangkan dan menyiarkan islam. Atas usaha dan
seruannya banyak orang-orang terkemuka yang memeluk agama islam dan
kemudian terkenal sebagai pahlawan-pahlawan islam yang ternama. Dan kerena
hubungannya yang ssangat dekat dengan Nabi Muhammad, beliau mempunyai
pengertian yang dalam tentang isalm dibanding yang lain. Karena itu pula
pemilihannya sebagai khalifa pertama tepat sekali.

Tindakan-tindakan Penting yang Dilakukan Abu Bakar:

a. Pidatonya pada waktu pelantikan yang berbunyi:

“Aku telah kalian pilih sebagai khalifah, kepala Negara. Tetapi


aku bukanlah orang yang terbaik diantara kalian. Kerena itu, jika aku
melakukan sesuatu yang benar, ikutilah, dan bantulah aku. Tetapi
jika aku melakukan kesalahan, perbaikilah. Sebab menurut
17
Zainudin Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, hal 69.
18
Muhammad Ali As-Says. Sejarah Fiqih……. Hal 60.
11

pendapatku, menyatakan yang benar adalah amanat, membohongi


rakyat adalah pengkhianat.” Selanjutnya beliau berkata, “Ikutilah
perintahku selama aku mengikuti perintah Allah dan Rasulnya.
Kalian berhak untuk tidak patuh kepadaku dan akupun tidak akan
menuntut kepatuhan kalian.”19

Kata-katanya itu sangat penting artinya dipandang dari sudut


hukum ketatanegaraan dan pemikiran politik islam. Sebab, kata-
katanya itu dapat dijadikan dasar dalam menentukan hubungan
antara rakyat dengan penguasa, antara pemerintah dan warga negara.

b. Cara yang dilakukan dalam memecahkan persoalan yang timbul di


masyarakat. Mula-mula pemecahan masalah itu dicarinya dalam
wahyu tuhan. Kalu dalam wakyu tuhan tidak ada, dicarinya dalam
wahyu nabi. Kalau dalam sunnah nabi tidak diperoleh pemecahan
masalah, Abu bakar bertanya kepada para sahabat nabi yang
dikumpulkan dalam majelis. Mejelis ini melakukan ijtihad lalu
timbullah konsesus bersama yang disebut ijma’ mengenai masalah
tertentu.20 Dalam masa abu bakar inilah apa yang disebut dalam
kepustakaan sebagai ijma’ sahabat.

c. Pembentukan panitia khusus yang bertugas mengumpulkan catatan


ayat-ayat Alquran yang telah ditulis pada zaman nabi pada bahan-
bahan darurat seperti pelepah-pelepah kurma, tulang-tulang unta,
kemudian dihimpun dalam satu naskah. Panitia ini dipimpin oleh
Zaid bin Tsabit, salah seorang sekretaris nabi Muhammad. 21
Sebelum diserahkan kepada Abu Bakar, himpunan naskah Alquran
itu diuji dahulu ketepatan pencatatannya dengan hafalan para
penghafal Alquran yang selalu ada dari masa ke masa. Setelah
Khalifah Abu Bakar meninggal dunia, naskah itu disimpan oleh
Umar bin Khattab. Dan sesudah Khalifah Umar meninggal pula,

19
Idris Romulya, Asas-Asas Hukum Islam , hal 123.
20
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 124
21
Idris Romulya, Asas-asas……., hal 123.
12

naskah Alquran itu disimpan dan dipelihara oleh Hafshah, janda nabi
Muhammad.

2. Masa Khalifah Umar bin Khattab

Setelah khalifah Abu bakar meninggal dunia, Umar bin Khattab menjadi
khalifah tahun 13 H/634 M. Dalam masanya daerah islam berkembang dan
meluas antara lain : Mesir, Iraq, Adjebijan, Parsi, Siria. 22 Umar telah mengusir
orang-orang Yahudi dan Jazirah Arab. Dan Umarlah yang pertama kali menyusun
adsministrasi pemerintahan, menetapkan peradilan dan perkantoran, serta kalender
penanggalan.

Umar dkenal sebagai Imam Mujtahiddin. Pada masanya dia berijtihad antara
lain tidak menghukum pencuri dengan potong tangan karena tidak ada illat untuk
memotongnya. Pencuri itu merupakan pegawai dari majikannya yang kaya raya
yang tidak memberikan gaji secara wajar. Maka umar menjalankan istislah, yang
kemudian dinamai almaslahatul mursalah. Umat tidak memberikan zakat kepada
almullafatu qulubuhum karena tidak ada illat untuk memberikannya, maqashid
yang terdapat dalam ayat ma’qulun-nash itu tidak terdapat. Yang kemudian
dianamai dengan al-ihtihsaan dll.23

Selain itu yang perlu dicatat dari Umar adalah sikap tolerannya terhadap
pemeluk agama lain. Hal itu terbukti ketika beliau hendak mendirikan masjid
(yang sekarang terkenal dengan masjid Umar) di Jerussalem. Karena di tempat itu
telah berdiri suatu tempat ibadah umat Kristen dan Yahudi, sebelum mendirikan
masjid tersebut, Umar turun terlebih dahulu, memberitahukan maksudnya dan
memohon kepada pemimpin agama golongan Kristen dan Yahudi di tempat itu.
Padahal sebagai seorang khalifah atas seluruh daerah tersebut, Umar tidak wajib
melakukan hal itu. Namun, ia melakukan hal tersebut karena sikapnya yang
toleran terhadap pemeluk agama lain.

22
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 125.
23
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 125.
13

Karena usianya yang masih relatif muda dibandingkan dengan Abu Bakar,
Umar lama memegang pemerintahan. Sikapnya keras dan sebagaimana biasanya
orang yang mempunyai sikap keras, selalu berusaha bertindak adil melaksanakan
hukum. Terkenal keberaniannya dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran
berdasarkan keadaan nyata pada suatu saat tertentu. Ia mengikuti Abu Bakar
dalam menemukan hukum. Namun demikian, Khalifah Umar terkenal keberanian
dan kebijaksanaannya dalam menerapkan ketentuan hukum yang terdapat dalam
Alquran untuk mengatasi sesuatu masalah yang timbul dalam masyarakat
berdasarkan kemaslahatan atau kepentingan umum.

Tindakan-tindakan Khalifah Umar ;

a. Turut aktif menyiarkan agama Islam sampai ke Palestina, Syiria, Irak, dan
Persia serta ke Mesir.

b. Menentukan tahun Hijriyah sebagai tahun islam yang terkenal berdasarkan


peredaran bulan (qamariyah). Dibandingkan dengan tahun Masehi yang
didasarkan pada peredaran matahari (syamsiyahh), tahun Huijriyah lebih
pendek. Perbedaan pergeserannya 11 hari lebih dahulu dari tahun
sebelumnya. Penetapan tahun hijriyah ini dilakukan pada tahun 638 M
dengan bantuan para ahli hisab (hitung) pada waktu itu.

c. Menetapkan kebiasaan shalat tarawih., yaitu salat sunnah malam yang


dilakukan sesudah shalat isya’, selama bulan Ramadlan.24

Tindakan Umar dalam bidang hukum, ada beberapa contoh ijtihad Umar
antara lain sebagai berikut :

a. Talak tiga, yang diucapkan sekaligus di suatu tempat pada suatu ketika
dianggap sebagai talak yang tidak mungkin rujuk (kembali) sebagai suami
istri. Kecuali salah satu pihak (dalam hal ini bekas istri) kawin lebih
dahulu dengan orang lain. Garis hukum ini ditentukan oleh Umar

24
Idris Romulya,Asas-asas……., hal 125.
14

berdqsarkan kepentingan wanita, karena di zamannya banyak pria yang


dengan mudah mnegucapkan talak tiga sekaligus kepada istrinya, untuk
dapat bercerai dan kawin lagi dengan wanita lain. Tujuannya dalah untuk
melindungi kaum wanita dari penyalahgunaan hak talak yang berada di
tangan pria. Tindakan ini dilakukan oleh Umar agar pria berhati-hati
mempergunakan hak talak itu dan tidak mudah mengucapkan talak tiga
sekaligus yang di zaman nabi dan Khalifah Abu Bakar dianggap (jatuh
sebagai) talak satu.25 Umar menetapkan garis hukum yang demikian untuk
mendidik suami supaya tidak menyalahgunakan wewenang yang berada
dalam tangannya.

b. Pemberian hak zakat kepada mualaf (orang yang baru masuk islam) seperti
yang ditetapkan dalam Alquran.26 Dikarenakan ia perlu dilindungi karena
masih lemah imannya dan (mungkin) terputus hubungan dengan
keluarganya. Pada zaman rasulullah, golongan ini memperoleh golongan
zakat, tapi Umar menghentikan pemberian zakat kepada muallat
berdasarkan pertimbangan, islam lebih kuat sehingga tidak perlu diberi
keistimewaan.

3. Masa Khalifah Utsman bin Affan

Panitia pemilihan khalifah memilih Utsman menjadi khalifah ketiga


menggantikan Umar bin khattab. Pemerintahan Utsman ini berlangsung dari tahun
644 sampai 655 M. Ketika dipilih, Utsman telah berusia 70 tahun. Ia seorang yang
mempunyai kepribadian yang lemah. Kelemahan ini dipergunakan oleh orang-
orang di sekitarnya untuk mengejar keuntungan pribadi, kekayaan dan
kemewahan. Hal ini dimanfaatkan utamanya oleh keluarganya sendiri dan
golongan Umayyah. Banyak pangkat-pangkat tinggi dan jabatan-jabatan penting
dikuasai oleh familinya. Pelaksanaan pemerintahan seperti ini dalam bahas orang-
orang sekarang disebut nepotisme(kecendrungan untuk mengutamakan atau

25
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 126.
26
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 126.
15

menguntungkan sanak saudara/ keluarga sendiri). Timbullah klik system dalam


pemerintahan.27

Tindakan-tindakan Khalifah Utsman:

a. Membentuk kembali panitia yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dan
Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Harrits menjalin
kembali naskah-naskah Alquran kedalam lima mushaf (kumpulan
lembaran-lembaran yang ditulis, dan alquran itu sendiri juga disebut
mushaf), kemudian dikirim ke ibukota provinsi (Makkah, Kairo,
Damaskus, Bagdad). Naskah itu disimpan di masjid besarnya masing-
masing seperti umat Indonesia menyimpan Alquran pusakanya di masjid
Baiturrahim di komplek Istana Merdeka Jakarta. Satu naskah disimpan di
Madinah untuk mengenang jasa Utsman. Hal itu terjadi pada tahun 30 H/
650 M. Naskah mushaf Usmany adalah naskah yang dikirim pada
masanya. Sebagai kenang-kenangan atas jasa-jasanya, Utsman disebut
juga Al-imam.28 Mushaf Usmany di salin dan diberi tanda-tanda bacaan di
Mesir seperti yang kita liat sekarang ini.

b. Penelitian terhadap kitab-kitab suci agama di dunia sekarang menunjukkan


bahwa diantara kitab-kitab suci yang ada, hanya Alquran yang tidak dapat
dibuktikan telah pernah dipasulkan oleh tangan manusia. Ia tetap asli
seperti waktu diturunkan dahulu, tanpa perubahan sedikitpun baik dalam
surah maupun dalam ayat dan kalimat-kalimatnya.

c. Menyalin dan membuat alquran standar yang disebut dengan kodifikasi


Alquran.29 Standarisasi Alquran ini perlu diadakan. Karena, pada masa itu,
wilayah Islam sangat luas dan didiami oleh berbagai suku bangsa dan
dialek yang tidak sama. Karena itu, di kalangan pemeluk agama islam
terjadi perbedaan ungkapandan ucapan tentang ayat-ayat alquran yang
disebarkan melalui hafalan. Perbedaan cara mengungkapakan itu
menimbulkan perbedaan arti.

27
Idris Romulya, Asas-asas……., hal 127.
28
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 128.
29
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 128.
16

d. Meluaskan daerah pemerintahan sampai ke baros, Maroko, India dan


Konstantinopel.30

4. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Setelah Utsman meninggal dunia, orang-orang terkemuka memilih Ali bin


Abi Thalib menjadi khalifah keempat. Ia memerintah dari tahun 656 sampai tahun
662 M. Sejak kecil ia diasuh dan didik oleh nabi Muhammad, oleh karena itu,
hubungannya rapat sekali dengan nabi. Ali adalah keponakan dan menantu Nabi
SAW, setelah ia menikah dengan putri nabi, Fathimah Az-zahra. Ketika nabi
Muhammas masih hidup, Ali sering ditunjuk oleh nabi menggantikan beliau
menyelesaikan masalah-masalah penting. Nabi Muhammad sendiri pernah
menyatakan bahwa hubungan nabi dengan Ali dapat dimisalkan seperti Nabi
Musa dan Harun. Dan karena itu pula, orang berkata bahwa Ali telah mengambil
suri teladan, ilmu pengetahuan, budi pekerti, dan kebersihan hati Nabi
Muhammad Saw. Karena itu banyak orang yang berpendapat bahwa ia lebih
berhak menjadi khalifah daripada yang lainnya. Yang berpendapat demikian
terkenal dengan golongan syi’ah. Ali terkenal dengan kemahirannya sebagai qadli,
sejak zaman Nabi.

Semasa pemerintahan Ali, tidak banyak yang diperbuat untuk


mengembangkan hukum islam.31 Hal ini dikarenakan keadaan Negara tidak stabil.
Di sana sini timbul bibit-bibit perpecahan yang serius dalam tubuh umat islam
yang bermuara pada perang saudara dan timbulnya kelompok-kelompok besar
umat islam sekarang ini, antara lain :

a. Kelompok Ahlussunnah waljamaah (suni), yaitu kelompok atau jamaah


yang berpegang teguh pada sunnah nabi Muhammad;

b. Kelompok syiah yaitu pengikut ali bin Abi Thalib.

Dasar perpecahan adalah perbedaan pendapat mengenai masalah politik,


yakni siapa saja yang berhak menjadi khalifah, masalah pemahaman akidah,

30
Idris Romulya, Asas-asas........., hal 129.
31
Idris Romulya, Asas-asas........., hal 130.
17

pelaksanaan ibadah, system hukum dan kekeluargaan. Golongan syiah banyak


terdapat di Lebanon, Irak, Pakistan, dan India. Bekas pengaruhnya terdapat di
Indonesia, tepatnya di Tanjung Priok, di Pasar Koja.32

32
Idris Romulya, Asas-asas ……., hal 130.
18

BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Setelah nabi wafat, pengambilan keputusan dilaksanakan oleh sahabat,


utamanya khulafaur rsyidin juga dengan sahabat-sahabat besar yang lain seperti
Zaid bin Tsabit, Ibnu Masud dll. Pada masa khulafaur Rasyidin, terjadi berbagai
permasalahan yang belum pernah terjadi pada masa Rasulullah. Sehingga,
timbullah penafsiran nash-nash ayat dan terbukalah pintu istinbath terhadap
masalah-masalah yang tidak ada nash yang jelas. Ketika  mengambilan keputusan,
khulafaur rasyidin dan para shahabat tetap berpegang pada Alquran dan Sunnah
namun jika penyelesainya tidak ditemukan dalam alquran dan sunna maka
shahabat  melakukan ijtihad berupa  ijma’ dan qiyash. Hal ini dilakukan bila tidak
ada penyelesaian tertulis dalam Alquran dan Sunnah.
Pengambilan keputusan pada masa khulafaur Rasyidin ini menjadi rujukan
bagi ulama’-ulama’ mutaakhirin dan menjadi dasar pijakan bagi generasi
setelahnya dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah syari’at.
Akan tetapi fatwa-fatwa yang muncul pada zaman khulafaurrasyidin tersebut amat
terbatas.Dikarenakan sahabat lebih memilih untuk tidak membicarakan
pengambilan keputusan jika tidak ada terjadi masalah.  Para sahabat juga tidak
membukukan fatwa mereka sehingga menyulitkan generasi setelahnya untuk
mendapatkan pendapat para sahabat.
19

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2007. Al-Quran dan Terjemahnya. Cet VII,Bandung:


Diponegoro.

Ramulya, Idris. 2004. Asas-asas Hukum Islam. Cet.I, Jakarta: Sinar Grafika.

Zainuddin, Ali. 2006. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di


Indonesia. Cet.I, Jakarta: Sinar Grafika.

Wahab, Abdul hallaf. 2005. Sejarah Hukum Islam. Cet I, Bandung: Maljah.

Mubarok, Jaih. 2000. Sejarah Dan Perkembangan Hukum Islam. Cet.II,


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Says, Muhammad Ali As. 2003. Sejarah Fiqih Islam, Surabaya: Pustaka Al-
Kautsar

Anda mungkin juga menyukai