Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

tentang

PEMBUNUHAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah fiqih jinayah

Disusun Oleh:
Kelompok 12

1. Ardian Wahyudi : 1316002


2. Fathan Akbar. K : 1318032
3. Miftahul Fathon : 1318009

Dosen Pembimbing:

H. Fahmil Samarin, Lc. M. A

PRODI HUKUM KETATANEGARAAN ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

T.A 2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................i


BAB I PENDAHULUAN   
A.    Latar belakang...........................................................................1         
B.     Rumusan Masalah......................................................................1          
C.    Tujuan Penulisan........................................................................2        
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pembunuhan..............................................................3         
B.     bentuk- bentuk Pembunuhan........................................................4
C.     dasar hukum larangan membunuh.................................................6
D.    hukuman bagi pelaku pembunuhan................................................6
E.     pembunuhan secara berkelompok.................................................10
F. Hikmah Larangan Membunuh ......................................................11
BAB III PENUTUP         
DAFTAR PUSTAKA               

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia, Allah menciptakan


manusia sebagai sebaik-baiknya makhluk. Allah menjamin segala macam hak-hak yang
dibutuhkan manusia, mulai dari hak hidup, hak kepemilikan, hak memelihara
kehormatan, hak kemerdekaan, hak persamaan, hak menuntit ilmu pengetahuan, dan hak-
hak yang lain.
Hak yang paling utama dan wajib mendapat perhatian ialah hak hidup. Sebab hal
itu merupakan hak yang suci dan tidak seorang pun yang dibenarkan secara hukum untuk
melanggar hak ini, dengan alasan apapun yang tidak dibenarkan. Allah SWT berfirman:

ِّ ۗ ‫س الَّتِى َح َّر َم هللاُ اال بِ ْال َح‬


‫ق‬ َ ‫والتَ ْقتُلُوْ االنَّ ْف‬..
َ .

”dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),


melainkan dengan suatu alasan yang dibenarkan.”(Q.S. Al-Isra: 33)
 Dalam makalah ini, akan diuraikan mengenai masalah pembunuhan,
hukumannya, baik dilihat dari perspektif hukum Islam dan juga dilihat dari perspektif
hukum positif yang ada di Indonesia.

B.       Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:


1.      Apa itu pengertian pembunuhan?
2.      Apa saja bentuk-bentuk pembunuhan itu?
3.      Apa saja dasar hukum larangan membunuh?
4.      Apa saja hukuman bagi pelaku pembunuhan?
5.      Apa itu pembunuhan secara berkelompok?
6.      apa saja hikmah larangan membunuh?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:

1
1.      Dapat mengetahui pengertian pembunuhan?
2.      Dapat mengetahui bentuk-bentuk pembunuhan itu?
3.      Dapat mengetahui dasar hukum larangan membunuh?
4.      Dapat mengetahui hukuman bagi pelaku pembunuhan?
5.      Dapat mengetahui pembunuhan secara berkelompok?
6 Dapat mengetahui hikmah larangan membunuh?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembunuhan

           Pembunuhan secara bahasa merupakan menghilangkan nyawa seseorang.


Secara istilah adalah perbuatan manusia yang mengakibatkan hilangnya nyawa
seseorang baik dengan sengaja atau tidak sengaja, baik dengan alat yang mematikan
ataupun dengan alat yang tidak mematikan.

Pembunuhan1 secara etimologi, merupakan bentuk masdar ‫قتال‬, dari fi’il

madhi ‫قتل‬ yang artinya membunuh. Adapun secara terminologi, sebagaimana


dikemukakan oleh Wahbah az-Zuhaili, pembunuhan didefinisikan sebagai suatu
perbuatan mematikan; atau perbuatan seseorang yang dapat menghancurkan bangunan
kemanusiaan.2Sedangkan menurut Abdul Qadir ‘Audah, pembunuhan didefinisikan
sebagai suatu tindakan seseorang untuk menghilangkan nyawa; menghilangkan ruh
atau jiwa orang lain.3 Secara sederhana menurut Wojowasito pembunuhan adalah
perampasan nyawa seseorang. 4
Sedangkan dalam istilah KUHP pembunuhan adalah kesengajaan
menghilangkan nyawa orang lain.5 Dari definisi tersebut, maka tindak pidana
pembunuhan dianggap sebagai delik material bila delik tersebut selesai dilakukan oleh
pelakunya dengan timbulnya akibat yang dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh
Undang-undang. 6
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembunuhan adalah perampasan hak hidup
seseorang atau peniadaan nyawa seseorang oleh orang lain yang dapat mengakibatkan
tidak berfungsinya seluruh anggota badan disebabkan ketiadaan roh, baik perbuatan
tersebut dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja.

1 Ahmad Warson, Al-Munawwir, Cet. ke-1,(Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1992), hlm. 172.

2 Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Cet. ke-3, ( Damaskus: Dar al-Fikr, 1989, Jilid:
VI ), hlm. 217.
3 Abdul Qadir ‘Audah, at-Tasyri’i al-Jina’i al-Islami, ( Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, t.t.), Jilid II,
hlm. 6.
4 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Cet. ke-2, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 113.
5 P.A.F. Lamintang, Delik-delik Khusus, Cet. ke-1 (Bandung:  Bina Cipta, 1986), hlm. 1.
6 P.A.F. Lamintang, Delik-delik Khusus, Cet. ke-1 (Bandung:  Bina Cipta, 1986), hlm. 2.

3
Dalam hukum pidana Islam, pembunuhan termasuk ke dalam jarimah
qishash-diyat (tindakan pidana yang bersanksikan hukum qishash atau diyat). Dan
dengan penerapan qishash dan diyat masyarkat akan bersih dari tindakan pidan yang
dapat mengacaukan ketertiban umum dan mengganggu stabilitas masyarakat.
Sebagian ulama berpendapat bahwa pembunuhan adalah suatu perbuatan
manusia yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang dan itu tidak dibenarkan
dalam agama islam.
B. Bentuk-Bentuk Pembunuhan
        Pembunuhan biasanya dilatarbelakangi oleh bermacam-macam motiv, misalnya
politik, kecemburuan, dendam, membela diri, dan sebagainya. Pembunuhan dapat dila
kukan dengan berbagai cara. Yang paling umun dengan menggunakan senjata api atau
senjata tajam. 
Tidak semua tindakan pembunuhan terhadap jiwa membawa konsekuensi
untuk dijatuhi hukum qishash. Sebab, di antara tindakan itu ada yang sengaja, ada
yang menyerupai kesengajaan, ada yang tidak disengaja sama sekali. Dilihat dari segi
motivasi terjadinya pembunuhan, ulama Malikiyyah membagi pembunuhan menjadi
dua macam, yaitu pembunuhan sengaja dan tidak disengaja. Ini didasarkan pada ayat
Al-Qur’an surat An-Nissa: 92 dan 93.7 Sedangkan menurut ulama Hanafiyyah,
Safi’iyyah, dan Hanabilah, membaginya menjadi tiga bentuk, yang apabila diteliti
merupakan hasil kompromistis dari kedua bentuk pembunuhan sebelumnya. Adapun
ketiga klasifikasi pembunuhan itu adalah sebagai berikut:8
1.  Pembunuhan  Sengaja
         Pembunuhan sengaja (‫ )قتل العمد‬adalah pembunuhan yang yang dilakukan oleh
seorang mukallaf terhadap seseorang yang darahnya dilindungi, dengan memakai alat
yang pada kebiasaan alat tersebut dapat membuat orang mati. Dalam ajaran Islam,
pembunuhan yang dilakukan dengan disengaja terhadap orang-orang yang dilindungi
jiwanya, dianggap sebagai suatu jarimah dan juga dosa besar (akbarul
kaba’ir). Hukuman jarimah ini apabila memenuhi persyaratan dan semua unsur-unsur
adalah dibunuh kembali. Adapun unsur-unsur pembunuhan disengaja ada tiga, yaitu:

a. Orang yang dibunuh adalah manusia hidup, maksudnya ketika seseorang


membunuh, si terbunuh dalam keadaan hidup. Kerelaan orang yang dibunuh,
7 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Cet. ke-2, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 116.

8 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Cet. ke-2, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 118.

4
misalkan karena penyakit yang tak kunjung sembuh dan menyebabkan
keputusasaan (mercy killing  atau euthanasia), tidak mengurangi hukuman
bagi si pelaku. Karena kerelaan untuk dibunuh bukan termasuk kebolehan
untuk melakukan pembunuhan, dan bukan hal yang dibenarkan oleh syara’.
Oleh sebab itu, ada ulama yang menetapkan sanksi dari perbuatan ini
adalah qishash.
َ ِ‫ ٰيٓايُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ُكت‬...
َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالق‬
ۗ‫صاصُ فِےالقَ ْتلى‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan


orang yang dibunuh…”(Q.S. Al-Baqoroh: 178)

b.      Kematian korban merupakan hasil dari perbuatan si pembunuh. Misalkan


dengan menggunakan alat-alat yang lazim digunakan untuk membunuh.
c.       Adanya niat, karena apabila tidak ada niat, pastinya pelaku tidak akan
menyiapkan dan menggunakan alat yang lazim digunakan untuk membunuh.

Syarat-syarat pembunuhan dikategorikan sengaja adalah:9


a.       Pembunuh adalah orang yang berakal, baligh, dan sengaja membunuh.
b.      Si terbunuh hendaklah manusia yang darahnya dilindungi.
c.      Alat yang digunakan membunuh adalah alat yang pada kebiasaannya dapat
mematikan.

2. Pembunuhan Seperti  Sengaja
       Pembunuhan seperti sengaja (‫ )قتل شبه العمد‬adalah pembunuhan yang dilakukan
seseorang tanpa niat membunuh dan menggunakan alat yang tidak mematikan, namun
mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.

3. Pembunuhan Tersalah/Tidak Sengaja
      Pembunuhan tersalah/tidak sengaja (‫ )قتل الخطئ‬adalah pembunuhan yang terjadi
karena salah satu dari tiga kemungkinan,yaitu ; Pertama, Perbuatan tanpa maksud
melakukan kejahatan tetapi mengakibatkan kematian seseorang. Kedua, Perbuatan
yang mempunyai niat membunuh, tetapi orang itu tidak boleh dibunuh. Ketiga,
Perbuatan yang pelakunya tidak bermaksud jahat, tetapi akibat kelalaiannya dapat
mengakibatkan kematian seseorang.

9 Sayyid Sabiq, Ter. Nor Hasanuddin, dkk,  Fiqhus Sunnah,Cet. ke-1 (Jakarta: Pena Budi Aksara,
2006), Jilid III, hlm. 411.

5
C. Dasar atau Dalil Hukum Larangan Membunuh

      Membunuh adalah perbuatan yang dilarang dalam islam, karena islam sangat
menghormati dan melindungi hak hidup seseorang.
Firman Allah SWT:
ُ ‫وما فَقَ ۡد َج َع ۡلنَا لِ َولِيِِّۦه س ُۡل ٰطَ ٗنا فَاَل ي ُۡس„ ِرف فِّي ۡٱلقَ ۡت„ ۖ ِل إِنَّ ۥهُ َك„انَ َم‬
ٗ „‫نص‬
٣٣ ‫ورا‬ ِّ ۗ ‫س ٱلَّتِي َح َّر َم ٱهَّلل ُ إِاَّل بِ ۡٱل َح‬
ٗ ُ‫ق َو َمن قُتِ َل َم ۡظل‬ َ ‫وا ٱلنَّ ۡف‬
ْ ُ‫َواَل ت َۡقتُل‬

Artinya:
     "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melaikan dengan suatu alasan yang benar." (QS. Al-Isra' : 33)

         Terdapat ketegasan mengenai larangan pembunuhan, maka jika ada pihak yang
saling membunuh tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara', maka keduanya sama-
sama masuk kedalam neraka.
    Nabi saw  bersabda:

‫ القا تل والمقتول فى النار (رواه البخارى ومسلم‬      


   Artinya:
                   "Pembunuh dan yang terbunuh masuk neraka." (HR. al-Bukhari-Muslim).

D. Hukuman Bagi Pelaku Pembunuhan

       Pelaku/orang yang melakukan pembunuhan telah melanggar tiga macam hak yaitu,
hak Allah, hak ahli waris, dan hak yang terbunuh. Balasan di dunia diserahkan kepada
ahli waris korban, apakah pembunuh akan di Qashash atau dimaafkan. Apabila
dimaafkan wajib bagi si pembunuh membayar diyat kepada ahli waris korban.
Sedangkan hak Allah akan diberikan diberikan di akhirat nanti, apakah pembunuh akan
di maafkan oleh Allah SWT karena telah melaksanakan kaffarah atau akan disiksa di ak
hirat kelak.
Maka dari setiap jenis memiliki akibat atau sanksi yang berbeda, berikut akan
diuraikan sanksi pembunuhan menurut Islam.10

10 Sayyid Sabiq, Ter. Nor Hasanuddin, dkk,  Fiqhus Sunnah,Cet. ke-1 (Jakarta: Pena Budi Aksara,
2006), Jilid III, hlm.417.

6
1. Sanksi Atas Pembunuhan yang Disengaja
Pembunuhan yang disengaja, akan membawa akibat kepada empat perkara, yaitu:
a.       Dosa;
b.      Terhlang dari hak waris;
c.       Membayar kifarat;
d.      Di-qishash atau mendapat amnesti.

Si pembunuh sama sekali tidak mendapat warisan dari harta si terbunuh, apabila
yang membunuh adalah ahli waris, baik membunuh karena disengaja atau karena
kesalahan. Ulama ushul fiqh dalam masalah ini menetapkan kaidah: “barang siapa
tergesa-gesa untuk mendapatkan sesuatu sebelum saatnya, maka ia diganjar dengan
tidak mendapatkannya.”
Rasulullah SAW, pernah bersabda:

ِ ‫ْس لِ ْلقَاتِ ِل ِمنَ ال ِم ْي َرا‬


)‫ث َش ْي ٌء(روه ابوداود النساءى وابن ماجه‬ َ ‫لَي‬

Artinya: “pembunuh tidak mempunyai hak mewarisi sesuatu….”


Apabila seseorang melakukan pembunuhan maka diwajibkan kepadanya
hukuman qishash,  namun apabila wali si terbunuh atau korban memberikan ampunan,
hendaklah membayar diyat  pada keluarga korban. Dan dikenakan diyat  berat yaitu
seratus ekor unta, dengan perincian: 30 ekor unta betina usia 3-4 tahu, 30 ekor unta
betina usia 4-5 tahun, dan 40 ekor unta betina yang sedang hamil. Diyat ini wajib
dibayar tunai oleh orang yang membunuh. Dan alangkah utamanya apabila wali korban
memaafkannya. Ini didasarkan pada ayat Q.S Al-Baqoroh: 178

...‫ف َواَدَٓاا ٌءاِلَ ْي ِه بِاِحْ َسا ۗ ٍن‬ ْ ‫فَ َم ْن ُعفِ َي لَهُ ِم ْن ا ِخ ْي ِه‬...
ٌ ‫شي ٌء فَاتِّبَا‬
ِ ْ‫ع بِال َم ْعرُو‬

“…maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,


hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, hendaklah (yang
diberi maaf) membayar (diyat), kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik
(pula)…” (Al-Baqoroh: 178)

7
Serta pembunuh diwajibkan membayar kifarat ini didasarkan pada hadits Imam
Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Wa’ilah bin Ashaqa bahwa pada suatu hari
dating kepada nabi SAW sekolompok orang  dari kalangan bani Salim. Mereka
mengadukan permasalahan yang sedang mereka hadapi kepada beliau, “ada seseorang
di antara kami yang wajib atasnya membayar diyat.”Rasulullah SAW menjawab:

ِ َّ‫فَ ْليُ ْعتِ ْق َرقَبةً يَ ْف ِدي هللا بِك ِّل ُغضْ ٍو ِم ْنهَا ُغضْ ًوا ِم ْنهُ ِمنَ الن‬
)‫ار (رواه احمد‬

Artinya: “hendaknya ia memerdekakan maka kelak Allah akan menebus setiap


anggota tubuhnya dengan setiap anggota tubuh budak tersebut, sehingga ia selamat
dari neraka.”(H.R Ahmad)

Adapun bila wali si korban menuntut qishash, maka pembunuh tidak


diwajibkan atasnya membayar kifarat, karena qishash itu sendiri sebagai kifaratnya.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Nua’aim dalam kitab Al-
Ma’rifah bahwa Nabi SAW, bersabda:
ُ‫ْالقَ ْت ُل َكفَّا َرة‬
       Artinya: “Qishash itu adalah kifarat”

2. Sanksi Pembunuhan Tidak Sengaja


Pembunuhan karena tidak sengaja atau karena suatu kesalahan membawa
kepada dua konsekuensi, ini didasarkan pada ayat Al-Qur’an yang mmenerangkan
Q.S An-Nissa: 92.
ٓ ٰ ٌ‫و َم ْن قَتَ َل ُم ْؤ ِمنًا َخطَأ فَتَحْ ِر ْي ُر َرقَبَ ٍة ُّم ْؤ ِمنَ ٍة َّو ِديَةٌ ُّم َسلَّ َمة‬...
‫الى اَهلِ ٓه‬ َ

“…dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah,


(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diyat yang diserahkan kepada keluarga si terbunuh…”(Q.S. An-Nissa: 92)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sanksi bagi pembunuhan tidak disengaja


adalah sebagai berikut:
a.    Diyat ringan, yang dibebankan atas keluarga pembunuh untuk membayarnya dan
boleh membayar secara berangsur-angsur sampai tiga tahun. Diyatnya berupa 100
ekor unta, dengan perincian: 20 ekor unta betina usia 1-2 tahun, 20 ekor unta betina

8
usia 2-3 tahun, 20 ekor unta jantan usia 2-3 tahun, 20 ekor unta betina usia 3-4
tahun, 20 ekor unta betina usia 4-5 tahun. Dan tiap-tiap akhir tahun harus dibayar
sepertiganya.
b.    Kifarat, yaitu memerdekakan budak muslim tanpa cacat , bilamana pelaku tidak
dapat memenuhinya maka diwajibkan berpuasa selama dua bulan berturut-turut.

3. Pembunuhan Seperti Sengaja


Pembunuhan semi disengaja atau serupa dengan kesengajaan mengharuskan
pembunuhnya untuk membayar diyat berat, yaitu: seratus ekor unta, dengan perincian:
30 ekor unta betina usia 3-4 tahu, 30 ekor unta betina usia 4-5 tahun, dan 40 ekor unta
betina yang sedang hamil. Diyat ini wajib dibayar tunai oleh orang yang membunuh.
Adapun hukum qishash diwajibkan apabila orang yang membunuh memenuhi
syarat-syarat dikenakannya seseorang hukum qishash.  Adapun syaratnya adalah
sebagai berikut:11
a.   Orang yang terbunuh terlindungi darahnya, apabila yang dibunuh adalh
kafir harbi, orang yang zina muhshan, atau orang yang murtad, maka
pembunuh tidak dikenakan hukum qishash ataupun keharusan
membayar diyat, ini dikarenakan yang dibunuh adalah orang yang tersia-siakan
darahnya dan tidak dilindungi. Rasulullah Saw bersabda:
ٍ ِ‫اليُ ْقتَ ُل ُمسلِ ٌم ب‬
)‫(رواهالبخارى‬ ‫كافر‬
Artinya: “Orang Islam tidak dibunuh sebab ia membunuh orang kafir.” (H.R
Bukhari)
b.   Orang yang membunuh sudah baligh dan berakal, hukum qishash tidak
dikenakan pada anak keci, orang gila, dan orang yang berkebutuhan khusus atau
perkembangan akalnya terganggu, karena mereka bukan orang yang terkena
talif syar’i.
c.   Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari orang yang membunuh atau
sederajat. Dan  hendaklah ia membayar kifarat. Ini didasarkan pada Q.S Al-
Baqaroh : 178
‫بالحُرِّ َو ْال َع ْب ُد بِ ْال َع ْب ِد‬
ْ ُّ‫صاصُ فِےالقَ ْتلى اَ ْلحُر‬ َ ِ‫ٰيٓايُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ُكت‬
َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالق‬
“hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan
orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan
hamba sahaya…”(Q.S Al-Baqoroh: 178)
11 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam,Cet. ke-41, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), hlm. 431.

9
d.   Pembunuh adalah orang tua dari si korban, ini didasarkan pada hadits yang
diriwayatkan Imam Tirmidzi dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Saw, bersabda:

)‫(رواه الترمذى‬ ‫الولِ ُد بِ ْال َول ِد‬


َ ‫اليَ ْقتُ ُل‬

Artinya: Orang tua tidak diqishash oleh sebab membunuh anaknya.” (H.R Tirmidzi)
e.    Pembunuh dalam kondisi bebas memilih, karena bila pembunuh dalam kondisi
dipaksa, maka ia tidak memiliki hak memilih dicabut, dan tanggung jawab tidak
dibebankan kepada orang yang tidak memiliki hak pilih.

Qishash dilaksanakan setelah ada kesepakatan dengan wali


korban, qishash dirasakan perlu kepada seseorang yang kemungkinan besar akan
melakukan kejahatan yang sama apabila tidak dijatuhi hukum qishash.
Qishash hendaknya dilakukan setelah ada wali dari pihak korban, dan
hukuman qishash dilaksanakan sama dengan kejahatan yang dilakukan pada korban,
karena qishash menuntut persamaan. Allah SWT berfirman dalam Q.S An-Nahl: 126:
Dan hukum qishash menjadi hak hakim, dan qishash dapat gugur apabila ada
ampunan dari pihak wali korban, atau pembunuh telah mati terlebih dahulu sebelum
di qishash.

E. Pembunuh Secara Berkelompok
        Apabila sekelompok orang secara bersama-sama membunuh seseorang, makan
mereka harus di hukum qishash. Hal ini disandarkan pada peryataan Umar Bin Khattab
terkait praktik pembunuhan secara berkelompok yang diriwayatkan Imam Bukhari
berikut :
‫عن سعيد ابن المسيت ان عمر رضي هللا عنه قال خمسة او ستة قتلوا رجال غيلة بموضع خال وقال لوتماال عليه اهل‬
‫صنعاء لقتلتهم جميعا رواه البخارى‬

   Artinya:
        "Dari Said bin Musayyub, bahwa Umar ra telah menghukum bunuh lima atau enam
orang yang telah membunuh seorang laki-laki secara tipuan di tempat sunyi. Kemudian
ia berkata, "Andaikan semua penduduk Sun'a secara bersama-sama membunuhnya,
niscaya akan aku bunuh mereka semua." (HR. al-Bukhari).
         

10
F. Hikmah Larangan Membunuh

        Islam menerapkan hukuman bagi pelaku pembunuhan untuk memelihara


kehormatan dan keselamatan jiwa manusia. Pelaku diancam dengan hukuman yang
setimpal sesuai perbuatannya. Di antara dalil yang menjelaskan tentang hukuman bagi
pembunuh adalah :
   Firman Allah SWT :

ِ ‫ب هَّللا ُ َعلَيْ„„„„ ِه َولَ َعنَ„„„„هُ َوأَعَ„„„„ َّد لَ„„„„هُ عَ„„„„ َذابًا ع‬


‫َظي ًما‬ ِ ‫و َم ْن يَ ْقتُ„„„„لْ ُم ْؤ ِمنً„„„„ا ُمتَ َع ِّمدًا فَ َج„„„„ َزا ُؤهُ َجهَنَّ ُم خَالِ„„„„دًا فِيهَ„„„„ا َوغ‬  
َ „„„„‫َض‬ َ
  
Artinya:
       "Dan barang siapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya,
dan menyediakan adzab yang besar baginya." (QS. an-Nisa' "93)

       Penerapan hukuman yang berat bagi pembunuh di maksudkan agar tak seorang pun
melakukan tindakan yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.

BAB  III
PENUTUP

 A. KESIMPULAN 

11
           Syariat  islam diturunkan oleh Allah swt untuk kemaslahatan hidup manusia,baik yang
menyangkut kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.Nyawa seseorang adalah
mahal,karena itu harus dijaga dan dilindungi.Ketentuan hokum qishos,mempunyai relevansi
kuat dalam upaya melindungi manusia,sehingga para pelaku kriminal timbul
kejeraan,lantaran harus menanggung beban yang bakal menimpa dirinya jika ia
melakukannya.
         Selain itu,dapat dipetik dari sanksi hukum pidana pembunuhan adalah pihak keluarga
korban diberikan hak otonomi sepenuhnya untuk memilih hukuman yang bakal dikenakan
terhadap pelakunya.Hal ini mempunyai relevansi kuat dengan pertimbangan psikologi
keluarga.Betapa penderitaan pihak keluarga lantaran salah satu anggotanya meninggal,lebih-
lebih karena dibunuh oleh seseorang.Pihak keluarga korban sedikit banyak mengetahui
bahwa yang  terbunuh adalah salah seorang anggota keluarga yang akhlaknya kurang baik
dan atau/ tidak terpuji maka mereka dapat memakluminya jika ia di bunuh
oleh seseorang.Oleh karena itu,ia tidak akan dendam kepada pembunuhnya bahkan
kemungkinan besar akan memaafkan pelaku dari pembunuhan dimaksud.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir ‘Audah.  at-Tasyri’i al-Jina’i al-Islami. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi.
t.t.  Jilid II

12
Ahmad Warson. 1992. Al-Munawwir. Cet. ke-1. Yogyakarta: Pustaka Progresif.
P.A.F. Lamintang 1986. Delik-delik Khusus. Cet. ke-1. Bandung:  Bina Cipta.
Rahmat Hakim.2010. Hukum Pidana Islam. Cet. ke-2. Bandung: Pustaka Setia.
Sayyid Sabiq, Ter. Nor Hasanuddin, dkk. 2006. Fiqhus Sunnah. Cet. ke-1. Jakarta:
Pena Budi Aksara.Jilid III

Sulaiman Rasjid. 2008. Fiqh Islam. Cet. ke-41. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Wahbah az-Zuhaili. 1989. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. Cet. ke-3. Damaskus: Dar
al-Fikr. Jilid: VI

13

Anda mungkin juga menyukai