Anda di halaman 1dari 14

BELAJAR

Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata


Kuliah Pengantar Psikologi

Dosen Pengampu: Sri Hartati, M.A

Oleh

1. Aditya Yogi Anggara Saputra 171290001


2. Eka Sulistia 14290019
3. Siti Muttiqoh 171290013

Prodi: Bimbingan Konseling Islam (BKI)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF (IAIM) NU
METRO LAMPUNG
2018 M/1439 H

1
ABSTRAK

Potensi diri, pengendalian diri, kecerdasan, dan kepribadian yang luhur dapat
menambahkan motivasi anak dalam proses belajar anak. Belajar adalah kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya
pencapain tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami
siswa, baik ketika ia berada disekolah , lingkungan keluarga atau lingkungan
masyarakat sendiri. Pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.

Kata kunci: Belajar

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Mengapa anak (manusia) perlu dan harus didik? Pertanyaan ini
menuntut jawaban yang tidak berbeda dengan pertanyaan mengapa
anak (manusia) harus belajar? Sebagai jawaban terhadap pertanyaan
ini, agaknya kita sependapat bahwa di dunia ini tak ada mahluk hidup,
yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti
bayi manusia, sebaliknya tidak ada mahluk lain di dunia ini yang
setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan
manusia dewasa. Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak
mendapat bantuan dari manusia dewasa yang lain, tidak belajar,
niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia
tidak dididik/ diajar oleh manusia.1 Benar bahwa bayi yang baru
dilahirkan telah membawa beberapa naluri/ instink dan potensi-potensi
yang di perlukan untuk kelangsungan hidupnya, tetapi jumlahnya
terbatas sekali. Jika potensi-potensi bawaan itu tidak mungkin
berkembang baik tanpa pengaruh dari luar.
Di samping kepandaian-kepandaian yang bersifat jasmaniah (skill,
motor abilty), seperti: merangkak, duduk, berjalan tegak, lari naik
1
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 83

1
sepeda, makan dengan sendok, dan sebagainya, anak (manusia) itu
membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat rohani. Manusia
adalah mahluk biologis seperti halnya dengan hewan. Manusia adalah
mahluk sosial dan budaya. Jelasnya bahwa belajar sangat penting bagi
kehidupan seorang manusia. Juga mengerti pula kita sekarang,
mengapa anak (manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk belajar
sehingga menjadi manusia dewasa. Manusia selalu dan senantiasa
belajar dimanapun dia belajar.2

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian belajar?
b. Bagaimana proses belajar?
c. Apa saja teori belajar?
d. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?

B. KAJIAN TEORITIK
1. Pengertian Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.”3 Berikut ini pengertian belajar menurut para
ahli:
a. Hilgart dan bower, dalam buku theories of learning
mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi
itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau
dasr kecenderungan respon pembawaan, kematanagn, atau

2
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 84
3
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,
2015), hlm. 2

2
keadaan-keadan sesaat seseorang (misalnya: kelelahan, pengaruh
obat, dan sebagainya).
b. Gagne, dalam buku the conditions of learning menyatakan bahwa:
belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu
ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
c. Morg, dalam buku introdution to psychology mengemukakan :
belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalama.
d. Witherington,dalam buku eductional psychology mengemukakan:
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian. 4
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaia kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku.

2. Proses Belajar
Belajar tentu saja, bukan sekedar penyerapan informasi. Lebih
dari itu, belajar adalah proses pengaktifan informasi. Ia melibatkan
upaya pengaksesan informasi dan penyimpanannya di dalam memori
terdalam. Proses penyimpanan informasi merupakan satu bagian dari
proses belajar. Menangkap stimuli istilah definitifnya sensasi adalah
bagian proses belajar lainnya. Begitu juga, persepsi dan perhatian.
Sensasi adalah proses pengubahan informasi menjadi implus-
implus saraf. Ia merupakan pengalaman elemter yang bersifat serta
merta tanpa memerlukan penguraian secara verbal, simbolis,
konseptual, dan berhubungan dengan kegiatan alat indra.

4
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 84-85

3
Persepsi sebagai proses belajar, persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
merupakan proses pemberian makna pada stimuli indrawi. Keterkaitan
antara persepsi dan sensasi sangat erat.
Perhatian adalah padanan dari kata attention dalam bahasa
inggris. Menurut Kenneth E. Andersen perhatian (attention) adalah
proses mental ketika suatu stimuli atau serangkaian stimuli berposisi
menonjol dalam kesadaran seiring dengan keadaan stimuli yang lainya
sedang melemah.5

3. Teori Belajar
Teori belajar dimunculkan oleh para psikologi pendidikan
setelah mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar
secara menyeluruh. Sebagian psikolog menghaluskan kesulitan ini
dengan istilah, memperjelas penegertian dan proses belajar. Apapun
dalil para psikolog, yang pasti bahwa teori belajar adalah alat bantu
yang sistematis dalam proses belajar.
a. Pavlovionisme
Teori pavlovionisme lebih dikenal dengan teori pembiasaan
klasik. Teori ini dimunculkan sebagai hasil ekspermen yang
dilakukan oleh Ivan Pavlov, seorang ilmuan rusia, yang berhasil
menyabet hadiah Nobel pada tahun 1909.
Dalam eksperimenya, Pavlov menggunakan anjing utuk
mengetahui hubungan antara conditioned stimulus, unoditioned
stimulus, conditioned response, dan unconditioned response.
Contidioned stimulus adalah rangsangan yang mampu
mendatangkan respons yang dipelajari. Respons yang dipelajari
disebut conditioned response. Berdasarkan hasil eksperimennya,
Pavlov semakin yakin bahwa belajar adalah perubahan yang

5
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 35

4
ditandai dengan adanya hubungan antara stimulustimuli dan
responsesrepons.6
b. Teori Koneksionisme
Menurut teori ini belajar adalah pembentukan atau
penguatan hubungan antara stimulus dan respon. Teori
koneksionisme merupakan rumusan deduktif Thorndike setelah ia
melakukan percobaan pada seekor kucing muda. Kucing muda
diyakini oleh Thorndika masih mempunyai kemungkinan
kemungkinan dibiasakan lebih banyak dan luwes. Kucing ini
dibiarkan lapar dalam kurungan yang pintunya ditata sedemikian
mungkin rupa. Kurungan kucing ini diberi beberapa tombol.
Apabila salah satu tombol itu terpijat, pintu itu terbuka dengan
sendirinya. Setelah sekian lama percobaan dilakukan, kucing tidak
perlu mondar mandir lagi untuk keluar dari kurungannya. Ia
langsung menyentuh tombol pembuka pintu.
Thorndike menyimpulkan bahwa proses belajar melalui dua
bentuk, yaitu trial and eror dan law of effect. Law of effect
mengandung arti bahwa segala tingkah laku yang mengakibatkan
suatu keadaan yang memuaskan akan diingat dan dipelajari dengan
sebaik-baiknya. Thorndike memandang bahwa belajar hanya
merupakan asosiasi antara respon dan stimuli. Akibatnya, belajar
hanya usaha radikal untuk memperkuat asosiasi tersebut dengan
latihan-latihan atau ulangan yang terus menerus.7
c. Teori Pembiasaan Perilaku Respons
Teori pembiasaan prilaku respons dengan istilah operant
conditioning. Teori ini dapat dikatakan sebagai teori belajar yang
paling muda dan masih sangant berpengaruh dikalangan para ahli
psikologi belajar masa kini. Pencetus teori ini adalah Burrhus
Frederic Skinner. Ia lahir pada 1904. Menurut para psikologi
6
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2005),
hlm. 249
7
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan., hlm. 249

5
modern, skinner adalah penganut behaviorisme yang dianggap
kontroversial. Dalam bukunya about behaviorism konsekuensi-
konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.
Operant adalah sejumlah prilaku atau respons yang
membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat.
Dalam eksperimennya, skiner menggunakan seekor tikus yang
ditempatkan dalam sebuah peti. Peti ini terdiri dari dua macam
komponen pokok yaitu manipulandum dan wadah makan.
Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanupilasi dan
gerakannya berhubungan dengan wadah makan.
Disimpulkan bahwa pandangan Skiner tidak berbeda
dengan trial and error yang dikemukakan oleh Thorndike. Hanya
saja perbedaannya adalah tingkah laku belajar menurut Thorndike
selalu melibatkan kepuasan. Adapun fenomena tingkah laku ,
menurut Skiner selalu melibatkan penguatan. Dengan demikian,
law of effect, seperti yang telah kita sebutkan diatas sangat
berpengaruh dalam proses belajar.8
d. Teori Kognitif
Psikologi kognitif lebih menekankan pendidikan sebagai
proses internal mental manusia. Menurut para ahli kognitif ,
tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan
diterangkan tanpa melibatkan proses mentalnya, seperti motivasi,
kayakinan, dan sebagainya.
Psikologi kognitif menyebutkan bahwa belajar adalah
peristiwa mental, bukan peristiwa prilaku fisik meskipun hala-hal
yang bersifat behvioral kadang-kadang tampak kasat mata dalam
setiap peristiwa belajar manusia. Seseorang yang sedang belajar
membaca dan menulis tentu menggunakan perangkat jasmaniah ,
mulut dan tangan untuk mengucapkan kata dan menggoreskan
pena, yang dilakukannya bukan sekedar respons atas stimulus yang

8
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan., hlm. 250

6
ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang
diatur oleh otaknya.9
e. Teori Conditioning Guthrie
Guthrie menyatakan bahwa tingkah laku manusia secara
keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan tingkah laku yang
terdiri dari berbagai unit. Unit-unit tingkah laku merupakan reaksi
dari perangsang sebelumnya, kemudian, unit tersebut menjadi
stimulus yang kemudian menimbulkan respons bagi unit tingkah
laku berikutnya. Demekian seterusnya hingga menjadi deretan unit
tingkah laku yang terus menerus. Jadi pada prose conditioning
pada umumnya terjadi proses asosiasi antara unit-unit tingkah laku
satu sama lain yang berurutan. Latihan yang berkali-kali
memperkuat asosiasi yang terdapat antara unit tingkah laku yang
satu dan unit tingkah laku yang berikutnya.10
f. Teori Operant Conditioning
Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga memahani
tingkah laku sebagai hubungan antar perangsang dan respons,
perbedaannya adalah Skinner membuat perincian lebih jauh. Ia
membedakan dua macam respons. Pertama, respondent response
yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang
tertentu. Kedua operant response yaitu respons yang timbul dan
berkembang dengan diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu.11
Contoh: Seorang anak selalu mendapatkan nilai yang jelek dalam
ulangan matematika. Melihat anaknya selalu mendapatkan nilai
yang jelek dalam ulangan matematika, ayahnya membuat janji
kepada anaknya jika anak tersebut mendapatkan nilai yang bagus
dalam ulangan matematika selanjutnya maka ia akan mendapatkan
tas baru. Ketika akan menghadapi ulangan matematika anaknya
belajar dengan tekun dan pada saat nilai ulangan dibagikan anak
9
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan., hlm. 250
10
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan., hlm. 250
11
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan., hlm. 251

7
tersebut berhasil mendapatkan nilai yang bagus sehingga anak
tersebut mendapat tas baru dari ayahnya.
g. Teori Systematic Behavior
Pencetus teori ini adalah Clark C. Hull. Teori ini
menyebutkan bahwa suatu kebutuhan harus ada terlebih dahulu
dalam diri pelajar sebelum suatu respons dapat diperkuat atas dasar
pengurangan kebutuhan itu. Dalam hal ini, efesiensi belajar
bergantung pada besarnay tingkat pengurangan dan kepuasan motif
yang menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respons-
respons yang dibuat individu itu.
Jadi kesimpulan hull, prinsip yang utama adalah suatu
kebutuhan atau motif harus ada pada seseorang sebelum belajar.
Selain itu, apa yang dipelajari itu harus terbayangkan oelh orang
yang belajar sebagai sesuatu yang dapat mengurangi kebutuhan
atau memuaskan kebutuhannya.12
h. Teori Gestalt
Manusia menurut gestalt adalah mahluk bebas. Ia bebas
memilih cara bereaksi dan menentukan stimuli yang diterima atau
stimuli yang ditolaknya. Dengan demikian, belajar menurut
psikologi Gestalt bukan sekedar proses asosiasi antara stimulus dan
respons yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan
atau ulang-ulangan. Akan tetapi belajar,terjadi jika ada pengertian
(insight). Pengertian atau insight ini muncul apabila setelah
beberapa saat, seseorang mencoba memahami suatu masalah yang
muncul kepadanya. Dalam hal ini belajar adalah suatu proses
rentetan penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang
sudah ada. Manusia belajar memahami dunia sekitarnya dengan
jalan menyusun kembali pengalaman-pengalaman yang banyak dan
berserakan hingga menjadi suatu struktur yang terpahami.13

12
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan., hlm. 251
13
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan., hlm. 251-252

8
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
a. Faktor individual
1. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat
memepengaruhi semangat dan intensitas pelajar dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi
jika disertai sakit kepala, misalnya, dapat menurunkan kualitas
daya cipta sehingga, materi pelajaran kurang bahkan tidak
berbekas. Keadaan organ-organ khusus, seperti indra
pendengar dan indra penglihatan, memengaruhi kemampuan
siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.
Pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah akan
menghambat penyerapan informasi yang bersifat gambar dan
citra.14
2. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologi yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
pelajar. Di antara faktor-faktor yang bersifat psikis, dan
esensial adalah tingkah laku kecerdasan, sikap, bakat, minat,
dan motivasi.
Semua psikolog hampir sepakat bahwa tingkah laku
kecerdasan otak (IQ) menentukan tingkat keberhasilan belajar
pelajar. Semakin tinggi kemampuan kecerdasan seorang siswa,
semakin besar peluangnya untuk meraih kesuksesan dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan seorang siswa,
semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.
Akan tetapi, kesepakatan ini dijungkirbalikan oleh Daniel
Guleman yang menyatakan bahwa hanya 20% IQ berpengaruh

14
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 95

9
pada kesuksesan seseorang, sedangkan, 80% lagi ditentukan
oleh kecerdasan emosional.15
3. Sikap siswa
Sikap yang paling terkenal adalah gejala internal
berdimensi efektif yang berupa kecenderungan untuk
merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Sikap adalah bentukan sosial dan personal. Artinya , sikap
seseorang muncul akibat pengaruh lingkungannya. Namun, di
sisi lain, sikap pun terkait dengan faktor internal perseorangan,
yaitu rasa benci dan senang.16
4. Bakat pelajaran
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Menurut Al-Ghazali, bakat bukan hasil belajar dan
latihan, tetapi, lebih merupakan mauhibah (karunia dari Alloh).
Bakat merupakan sarana yang mempermudh seseorang untuk
menyerap pengetahuan yang sesuai dengan bakatnya.
Seseorang yang memiliki bakat dalam bidang bahasa akan
mudah menerima pelajaran atau informasi yang berkenaan
dengan bahasa dari pada pelajaran menghitung.17
5. Minat siswa
Minat adalah kecenderungan dan gairah anda yang tinggi
terhadap sesuatu. Raber menyebutkan bahwa minat tidak
termasuk istilah psikologi yang populer. Sebab, ia bergantung
pada banyak faktor internal seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat dapat

15
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 95
16
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 95-96
17
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 96

10
mempengaruhi kualitas belajar seseorang dalam bidang studi
tertentu.18
6. Motivasi siswa
Dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik
manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik
adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang
dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Motivasi
ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorong untuk melakukan
kegiatan belajar.19

b. Faktor eksternal
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekola seperti guru, staf administrasi
dan teman-teman sekelas, dapat mempengaruhi semangat
belajar seseorang. Para guru yang selalu menunjukkan sikap
dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan teladan yang
baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin
membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang
positif begi kegiatan belajar siswa. Termasuk lingkungan sosial
yang mempengaruhi belajar adalah masyarakat dan tetangga
serta teman-teman seperminan disekitar perkampungan siswa.
2. Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingku ngan nonsosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal seseorang , alat-
alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan

18
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 96
19
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 97

11
pelajar. Faktor-fakto ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar seseorang.20

C. PEMBAHASAN/ANASILIS
Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Prose belajar tentu saja, bukan sekedar penyerapan informasi.
Lebih dari itu, belajar adalah proses pengaktifan informasi. Ia melibatkan
upaya pengaksesan informasi dan penyimpanannya di dalam memori
terdalam. Proses penyimpanan informasi merupakan satu bagian dari
proses belajar. Menangkap stimuli istilah definitifnya sensasi adalah
bagian proses belajar lainnya. Begitu juga, persepsi dan perhatian.
Teori belajar dimunculkan oleh para psikologi pendidikan setelah
mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara
menyeluruh. Sebagian psikolog menghaluskan kesulitan ini dengan istilah,
memperjelas pengertian dan proses belajar. Apapun dalil para psikolog,
yang pasti bahwa teori belajar adalah alat bantu yang sistematis dalam
proses belajar. Ada delapan teori belajar yaitu pavlovionisme, teori
koneksionisme, teori pembiasaan prilaku respons, teori conditioning
guthrie,teori operant conditioning, teori systematic behavior, teori gestalt.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, secara simple ada tiga
macam yaitu faktor individual, yaitu sosial, dan faktor struktural. Faktor
individual dalah faktor internal siswa, seperti kondisi jasmani dan
rohaninya. Faktor sosial adalah faktor eksternal siswa seperti kondisi
lingkungan. Adapun faktor struktural adalah pendekatan belajar yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa dan guru dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.

D. KESIMPULAN
20
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, hlm. 25

12
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi
juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
Seseorang yang mengalami proses belajar tidak dapat dilihat oleh kasaf
mata, dalam arti konkrit, proses perubahan tersebut terjadi pada wilayah
sikap, kecerdasan motorik, sensorik dan keadaan psikis, adapun yang
terlihat secara kasat mata adalah hasil dari perubahan tersebut.

E. DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009)

Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010)


Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1990)

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta:


Rineka Cipta, 2015)

Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo


Persada: 2005)

13

Anda mungkin juga menyukai