Disampaikan pada Seminar Kelas Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
Semester Dua (II) Tahun Akademik 2021/2022
OLEH:
Nurdalia
80100321027
Dosen Pemandu:
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebab kesulitan belajar berasal dari faktor internal, yaitu yang berasal
dari dalam anak itu sendiri. Anak ini mengalami gangguan pemusatan perhatian,
kesulitan belajar, bukan faktor eksternal (yang berasal dari luar anak), seperti
Dengan demikian, mereka memiliki kesenjangan yang nyata antara potensi dan
Teori adalah pernyataan adanya hubungan sebab akibat dua variabel atau
lebih atas terjadinya suatu peristiwa baru.2 Dalam kajian ilmu pengetahuan, teori
memiliki dua aspek, yaitu aspek formal dan aspek empiris. Aspek formal
Contoh rumusan teori dalam bentuk sintaksis di atas adalah perubahan bentuk-
1
Andi Tahir, Psikologi Belajar (Bandar Lampung, 2014), h. 209.
2
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media,2012), h. 245.
bentuk air dalam berbagai suhu. Dalam bentuk simbol-simbol dimisalkan S-R,
artinya apabila ada stimulus (S) maka akan ada respon (R).3
Salah satu teori belajar yaitu Teori Belajar behaviorisme adalah teori
belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon. teori behaviorisme merupakan sebuah teori yang
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang
tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori belajar
koneksionisme salah satu teori yang sangat bermanfaat dalam belajar meskipun
B. Rumusan Masalah
BAB II
6
Sudarwan Danim, Psikologi Pendidikan (Alfabeta: Bandung, 2011). h, 8
PEMBAHASAN
Lee Thorndike pada tahun 1874 – 1949. Menurut Thorndike, belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak
tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak
respon (R).8 Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang
sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena
sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus
dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta
(error) terlebih dahulu.Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error
Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori
7
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. h. 32.
8
Muhammad Siri Dangnga, Teori Belajar dan pembelajaran ( Sibuku Makassar:
Makassa, 2015), h. 63
asosiasi. 9Adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberi sumbangan
yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah
sudah lapar diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka
secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh.
Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and
juga disebut “S-R Bond theory” dan S-R Psykology oflearning”. Di samping
Bentuk paling dasar dari belajar adalah trials and learning atau selecting
memperoleh suatu perubahan tingkah laku maka pelaksaan tingkah laku tersebut
hubungan antara keadaan dan perbuatan bisa tinggi alasannya adalah karena
kebiasaan berlatuh dalam diri tetapi bisa juga akan menurun jika latihan semakin
menurun dan terjadi sesuatu yang tidak biasa. Dalam kegiatan belajar mengajar
perlu adanya latihan. Semakin sering melakukan latihan maka seseorang akan
9
Sudarwan Danim, Psikologi Pendidikan, h. 93.
10
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Grasindo 2002),126
menguasai materi pembelajaran. Pada hukum latihan ini terdapat 3 hal yakni,
pertama hukum kegunaan yaitu suatu tanggapan pada rangsangan yang diberikan
bisa memperkuat hubungan keduanya, kedua hukum tidak adanya kegunaan atau
hasil koneksi yaitu jika tanggapan tidak muncul pada rangsangan yang diberikan
pembelajaran dengan memulai salam dan berdoa sesuai keseharian di sekolah, dan
siswapun merespon dengan menjawab salam dari guru dan berdoa sesuai dengan
yang diharapkan oleh guru. Lalu guru menanayakan kabar siswa, dan siswapun
wajah gembira dan ceria. Guru juga menyiapkan bahan ajar untuk siswa.
dan respons sering terjadi, maka asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat.
Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering pengetahuan yang telah
terbentuk akibat terjadinya asosiasi antara stimulus dan respons yang dilatih
(digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Hubungan antara keadaan
dan perbuatan bisa tinggi alasannya adalah karena kebiasaan berlatuh dalam diri
tetapi bisa juga akan menurun jika latihan semakin menurun dan terjadi
Pada hukum latihan ini terdapat 3 hal yakni, pertama hukum kegunaan yaitu suatu
kedua hukum ketidak gunaan yaitu jika tanggapan tidak muncul pada rangsangan
11
Schunk, Dale H. Learning Theories. (Boston: Pearson Education, . 2012), h. 71
12
Schunk, Dale H. Learning Theories. (Boston: Pearson Education, . 2012), h. 71.
latihan maka respon yang ditimbulkan akan membawa dampak atau hasil
c. Hukum akibat (Law of Effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara
stimulus dan respons diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin
meningkat. Hal ini berarti (idealnya), jika suatu proses yang diberikan oleh
kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat. Proses pembelajaran akan
memberikan hadiah akan condong diulangi, tetapi jika proses pembelajaran akan
memberikan hasil yang kurang maksimal artinya tidak memuaskan maka yang
terjadi adalah adanya hukuman. Hal tersebut yang menjadi adanya hukum sebab
akibat dalam teori ini. Dalam kegiatan belajar mengajar hukum tersebut biasa
stimulus stimulus yang diberikan oleh guru terhadap siswa dalam proses
yang diharapkan oleh guru. Selain hukum dasar di atas, ada lima hukum
dihadapi. 15
artinya hasil dari stimulus dapat menimbulkan respon yang
si c.
13
Schunk, Dale H. Learning Theories. (Boston: Pearson Education, 2012), h. 71.
14
Mardianto, Landasan Untuk Pengembangan Strategi Pembelajaran, (Perdana
Publishing: h. 63
15
Mardianto, Landasan Untuk Pengembangan Strategi Pembelajaran,h. 63
2. Hukum Sikap (Attitude), perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan
oleh hubungan stimulus dengan respon saja tetapi juga ditentukan keadaan
yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun
psikomotor.
proses belajar memberikan respon hanya pada stimulus tertentu saja sesuai
kata lain menyelaraskan antara teori yang lam dengan teori baru yang
Berdasarkan uraian di atas teori koneksionisme adalah salah satu teori yang
oleh setiap individu. Bahwa sahnya belajar itu berawal dari percobaan dan
16
Mardianto, Landasan Untuk Pengembangan Strategi Pembelajaran, h. 63.
17
Mardianto, Landasan Untuk Pengembangan Strategi Pembelajaran, (Perdana
Publishing: h. 64
kesalahan, jadi ketika terjadi percobaan dapat menimbulkan kesalahan, hal ini
suatu yang wajar dalam teori ini. kegiatan belajar mengajar pada anak pada
awalnya melakukan kegiatan belajar juga melakukan coba mencoba dan juga
terjadi kesalahan pada awal pembelajaran sebelum akhirnya bisa dan terbiasa
dengan apa yang dipelajarinya, seperti pembelajaran kosa kata yang ada yang
pada akhirnya anak menjadi mudah dalam menyampaikan maksud dan tujuan
perilaku.
1. Berpusat pada peserta didik. Setiap peserta didik pada dasarnya berbeda,
(learning style) yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta
didik yang lainnya. 18 Begitu juga kemampuan dalam belajar, peserta didik
didik lain dengan cara menulis dan membuat ringkasan, peserta didik lain
dengan melihat, dan yang lain dengan cara melakukan belajar secara
18
Qowaid, Inovasi pembelajaran PAI, (Jakarta: Pena Citrasatria, 2007), hlm. 2
karakteristik individual peserta didik. Karenanya kegiatan belajar yang
dan maksimal.
dan pemahaman dapat dilakukan sendiri oleh peserta didik dengan persepsi,
pengetahuannya sendiri.
aktivitas. Aktivitas peserta didik akan sangat ideal bila dilakukan dengan
19
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 200.
20
Agus Sujanto, Psikologi Umum, h. 200.
didik tidak akan mudah melupakan apa yang diperolehnya dengan cara
hati sanubari dan pikirannya, karena ia belajar secara aktif dengan cara
Agama Islam, seperti materi salat dan praktek ibadah yang lainnya akan
efektif dan berkesan bagi peserta didik bila dipraktekkan secara langsung
salat atau ibadah yang lainnya. Peserta didik sebaiknya dihadapkan pada
situasi nyata yang sesungguhnya. Jika tidak mungkin, maka perlu dibuat
situasi buatan dan bila tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan audio-
interaksi dengan orang lain seperti antar peserta didik, antara peserta didik
dengan guru, dan peserta didik dengan masyarakat. Dengan interaksi yang
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada. Secara lebih
menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya
mengharapkan peserta didik tahu apa yang telah diajarkan, tetapi guru harus tahu
apa yang hendak diajarkan.23 Dengan ini guru harus mengerti materi apa yang
hendak diajarkan, respon apa yang diharapkan dan kapan harus memberi hadiah
atau membetulkan respons yang salah. Maka tujuan pendidikan harus dirumuskan
peserta didikan dan harus terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru
mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai
yang kompleks.24
21
Agus Sujanto, Psikologi Umum, h. 201
22
Agus Sujanto, Psikologi Umum, h. 201
23
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, h. 60
24
Mardianto, Landasan Untuk Pengembangan Strategi Pembelajaran, (Perdana
Publishing: h. 90
Adapun analisis aplikasi teori Behavariosme koneksinisme berdasarkan teori
1. Tahapan Persiapan
Persiapkan ruangan tempat belajar yang nyaman dan variatif sehingga tidak
jenuh, kedua menentukan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran yang
masing individu.
2. Tahapan Pelaksanaan
timbul semangat, percaya diri. Perhatikan variasi belajar pada peserta didik.
didik. memilih pendekatan belajar dan model, metode. Materi ajar maupun
3. Tahap Penilaian
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
peserta didik. Setiap peserta didik pada dasarnya berbeda, dan telah ada
B. Implikasi
pembelajaran.
terletak pada hasil dari pada stimulus serta respon yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA