NIM : A1J123032
KELAS: B
Topik: Teori tentang belajar dan pembelajaran yang berpijak pada pandangan
behaviorisme.
Menurut Bruner, pengalaman belajar harus di rancang dengan baik untuk membantu
peserta didik agar mau dan mampu belajar. Kemauan dan kemampuan belajar dapat
diaktifkan dengan menghadapkan peserta didik pada masalah yang menantang mereka
untuk mencari alternatif solusinya. Kondisi yang menantang untuk melakukan
eksplorasi adalah “ketidakpastian” yang memicu rasa keingintahuan.
Bruner menyadari, bahwa belajar dengan strategi ini memerlukan waktuyang tidak
sedikit. Oleh karena itu, dia menyarankan agar penggunaan strategi tersebut hanya
diterapkan pada materi yang memang membutuhkan proses bertanya dan mencari
jawaban terhadap pertanyaan melalui langkah-langkah ilmiah.
Adapun hal penting yang harus di pahami oleh guru professional disaat menyajikan
pembelajaran yaitu ada tiga model tahapan – tahapan penyajian pembelajaran yakni
mulai dari tahap Enaktif (hands-on, concret), ke tahap ikonik (visual ), dan terakhir ke
tahap simbolik ( description or mathematical symbols).
Dalam tahap Enaktif, peserta didik secara langsung dilibatkan dalam kegiatan
memanipulasi ( mengutak- atik) objek- objek yang berkaitan dengan materi Pelajaran
secara langsung. Pada tahap ini peserta didik dapat mempelajari sesuatu Pengetahuan
secara aktif dengan menggunakan benda- benda konkrit atau menggunakan situasi yag
nyata. Dengan car aini peserta didik dapat mrmahami sesuatu dari proses berbuat atau
melakukan secara langsung.
Tahap yang kedua yaitu tahap ikonik, berhubungan dengan mental yang merupakan dari
objek- objek yang manipulasinya. Tahap ikonik adalah tahapan penyajian pembelajaran
suatu pengetahuan yang dipresentasikan dalam bayangan visual, gambar atau dalam
bentuk diagram yang menggambarkan suatu konkret yang terdapat pada tahap enaktif.
Pada tahap ini bahasa pengantar menjadi penting sebagai media berfikir
Yang terakhir adalah tahapan Simbolik peserta didk memanipulasi simbul-simbul atau
lambang dan lambang objek tertentu. Mereka tidak lagi terikat pada objek seperti pada
tahap- tahap sebelumnya. Dalam tahap simbolik ini pembelajaran direpresantikan dalam
entuk simbul-simbul abstrak yaitu symbol arbitrer yang dipakai berdasarkan kesepakatan.
2. Siapa saja nama ahli yang menggagasi teori yang berorientasi pada tingkah laku
(behaviorisme)?
Jawaban:
Menurut teori belajar tingkah laku atau aliran (behaviorisme), belajar adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Adapun para
teori belajar aliran behaviorisme sepertiJohn Watson, Edward Thondike, dan B.F Skinner
menyetujui premis dasar ini, namun ada beberapa pendapat yang berbeda .
John Watson adalah pendukung teori belajar tingkah laku yang menyatakan
bahwa hanya tingkah laku yang teramati saja yang dapat dipelajari dengan valid
dan reliabel. Oleh karena itu stimumlus dan respon harus berbentuk tingkah laku
yang dapat di amati (observable). Watson mengabaikan berbagai perubahan
mental yang mungkin terjadi dalam proses belajar dan menganggapnya sebagai
faktor yang tidak perlu diperhatikan.
Menurut Thorndike, ada tiga hukum pokok yang berlaku dalam proses belajar
manusia yaitu yang pertama hukum kesiapan, yang kedua hukum akibat dan yang
ketiga yaitu hukum Latihan. Menurut hukum kesiapan (Law of readiness)
hubungan antara stimulus dan respon mudah terbentuk kalau ada kesiapan pada
diri seseorang. Hukum yang kedua ialah huukum akibat (law of Effech). Terkait
dengan hukum akibat bahwa suatu Tindakan yang diikuti oleh aibat yang
menyenangkan akan cenderung diulang-ualng, sebaliknya kalua Tindakan itu
diikuti oleh akibat yang tidak menyenangkan maka Tindakan itu mungkin tidak
akan diulangi lagi, yang terakhir adalah hukum Latihan (Law of Exercise)
menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi lebih kuat
dengan adanya Latihan yang berlanjut. Sebaiknya, hubungan antara stimulus
dengan respon akan menjadi lemah jika Latihan tidak dilanjutkan.
Teori awal tentang tingkah laku yang dikemukakan oleh John Watson dan
Edward Thorndike telah memberikan pondasi bagi Teknik pembelajaran drill dan
praktek. Ide mengenai pemberian pengharagaan untuk mendorong terbentuknya
tingkah laku yang diinginkan, memberikan inspirasi bagi pengembangan strategi
pembelajaran kooperatif ( cooperative learning) yang menekankan pentingnya
penghargaan atas keberhasilan peserta didik.
B.F Skinner dapat mendeskripsikan hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan perubahan tingkah laku dalam hubungannya dengan lingkungan.
Skinner membuat kemajuan yang cukup kuat dalam hal memperbaharui teori
behaviorisme. Teori Skinner adalah teori yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar. Skinner menyatakan bahwa perubahan tingkah laku
tergantung pada konsekuensi. Konsekuensi yang menyenangkan dinamakan
penguatan, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan di sebut dengan
hukuman. Konsekuensi yang menyenangkan akan menguatkan tingkah laku,
sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan dapat melemahkan tingkah
laku itu.
3. Bagaimana asumsi dasarnya, komponen dasarnya, dan isu-isu penting yang menjadi
focus teori tersebut diatas?
Jawaban:
Menurut asumsi Watson bahwa guru dapat meramalkan perubahan apa yang bakal terjadi
pada peserta didik. Dengan cara demikian pula, prikologi (ilmu jiwa) dan ilmu tentang
belajar dapat disejajarkan dengan ilmu- ilmu yang lain seperti fisika, biologi dan kimia
yang sangat berorientasi pada penglaman empiric. Dalam hal ini Watson lebih memilih
untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak dapat diukur, meskipun tetap mengakui bahwa
semua hal itu cukup penting.
Adapun pendapat asumsi lain dari teori belajar Bruner ini didasarkan pada asumsi yaitu
yang pertama perolehan pengetahuan merupakan satu proses interaktif, artinya
pengetahuan dan doperoleh peserta didik apabila mereka berinteraksi secara aktif dengan
lingkungannya. Yang kedua yaitu peserta didik mengkontruksi pengetahuannya dengan
cara menghubungkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan anatara hal yang
telah diketahuinya. Dengan model ini seseorang dapat memperluas struktur pengetahuan
yang telah dimilikinya atau mengembangkan pengetahuan dengan struktur yang baru.
Tokoh lain yang mendukung teori yakni Habermas. Dengan asumsi ini, dia membagi tipe
blajar menjadi tiga bagian yaitu, belajar teknis, belajar praktis dan belajar emansipatoris.
Dalam belajar teknis, peserta didik belajar bagaimana berinteraksi dengan alam
sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan cara mempelajari
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu. Dalam belajar praktis, peserta
didik juga belajar berinteraksi, tetapi pada tahap ini yang lebih dipentingkan adalah
interaksi antara peserta didik dengan orang-orang di sekelilingnya. Pada tahap ini,
pemahaman peserta didik terhadap alam tidak berhenti sebagai suatu pemahaman yang
kering dan terlepas dari manusia. Tetapi pemahaman terhadap alam justru relevan jika
dan hanya jika berkaitan dengan kepentingan manusia. Sedangkan dalam belajar
emansipatoris, peserta didik berusaha mencapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik
mungkin tentang perubahan (transformasi) kultural dari suatu lingkungan. Bagi
Habermas, pemahaman dan kesadaran terhadap transformasi kultural dianggap tahap
belajar yang paling tinggi, sebab transformasi kultural dianggap sebagai tujuan
pendidikan yang paling sstinggi.
4. Coba deskripsikan proses belajar berdasarkan teori yang berorientasi pada tingkah laku
(behaviorisme). Lengkapi jawaban anda dengan contoh-contoh konkrit berdasarlan
pengalaman belajar anda?
Jawaban:
Teori-teori belajar aliran behaviorisme memiliki beberapa karakteristik pokok yaitu
sederhana dan lebih mudah di pahami, dapat digunakan umtuk menjelaskan fenomena-
fenomena yang bersosiasi dengan pembelajaran dan didasarkan pada hasil penelitian-
penelitian yang terkontrol. Meskipun para pendukung aliran behaviorisme mengklaim
bahwa teorinya cukup ilmiah, namun fakta bahwa mereka hanya menggunakan apa yang
dapat diamati untuk menjelasakn dam memprediksian apa yang telah dipelajari
tampaknya tidak cukup ilmiah. Adapun contoh konkritnya yaitu penerapan teori belajar
behavioristik adalahnya adanya system kredit point Ketika siswa melanggar terhadap
aturan-aturan terutama penggunaan hp disaat pembelajaran berlangsung, dengan kredit
point ini peserta didik dapat meningkatkan kualitas perilaku mereka.