TEORI-TEORI BELAJAR
Disusun untuk memenuhi tugas
Oleh:
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2021
BAB I
PEMBAHASAN
Teori-teori belajar
Pada dasarnya teori Pavlov (Belajar Klasik) menjelaskan tentang bentuk paling
sederhana dalam sebuah proses belajar adalah pengondisian.
Menurut thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti:
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa
pikiran, perasaan dan gerakan atau tindakan.
1
Teori thorndike (belajar pengaitan) memiliki beberapa ciri yaitu; Ada motif
pendorong aktivitas, ada berbagai respon terhadap sesuatu, ada eliminasi respon-respon
yang salah. Implementasi teori thorndike dalam belajar tergantung kepada pendidik yang
harus merancang pembelajaran sedemikian hingga peserta didik memberikan respon atas
materi yang disampaikan.
1. Ketika berhadapan dengan situasi baru, berbagai respon dilakukan walaupun tiap
individu berbeda-beda.
2. Dalam diri seseorang sebetulnya telah tertanam potensi untuk melakukan seleksi
respon yang tepat dalam menghadapi suatu kondisi.
3. Orang cenderung memberi respon sama terhadap situasi yang sama dan
menghubungkan respon yang dikuasai dengan situasi tertentu.
Adapun kekurangan teori thorndike (belajar pengaitan) adalah teori ini sering kali
tidak mampu menggambarkan situasi belajar yang kompleks, karena banyak variabel
yang berkaitan dengan pendidikan yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon.
Teori skinner adalah salah satu itu jenis pengondisian dalam pembelajaran asosiasi,
yaitu pembelajaran yang muncul ketika sebuah hubungan dibuat untuk menghubungkan
dua peristiwa. Teori ini menjelaskan bahwa individu belajar mengenai hubungan antara
sebuah perilaku dan konsekuensinya. sebagai hasil dari hubungan asosiasi ini setiap
individu untuk meningkatkan perilaku yang diikuti dengan pemberian ganjaran dan
mengurangi perilaku yang diikuti dengan hukuman, sehingga tidak ada pengulangan
perilaku serupa. Menurut skinner tingkah laku bukan sekedar respon terhadap stimulus,
tetapi sebuah tindakan yang disengaja karena dipengaruhi oleh sesuatu yang akan terjadi
setelahnya (konsekuensi).
1. Hasil belajar segera diberitahukan kepada siswa untuk dibetulkan jika ada yang salah
dan diperkuat jika benar.
2
2. Dalam pembelajaran mengutamakan mengubah lingkungan untuk menghindari
pelanggaran agar tidak ada hukuman.
3. Tingkah laku yang yang sesuai dengan keinginan pendidik diberikan hadiah dan
dilakukan analisis untuk mencapai tujuan.
Kekurangan dari teori ini adalah peserta didik dianggap pasif dan butuh motivasi,
selain itu pengaplikasiannya juga terbatas.
D. Gagne
1. Informasi verbal
2. Keterampilan intelektual
3. Strategi kognitif
4. Sikap
Kemampuan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian
terhadap suatu kondisi.
5. Keterampilan motorik
3
Implementasi teori gagne dalam belajar matematika
Kekurangan dari teori ini adalah pembelajaran hanya berpusat pada guru, komunikasi
berlangsung satu arah, hanya berorientasi pada hasil yang diamati, peserta didik hanya
mendengarkan.
E. Piaget
Menurut piaget proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. tahapan ini harus dilalui berdasarkan urutan
tertentu sehingga seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahapannya.
Piaget membagi tahapan tersebut menjadi 4 yaitu tahap. Pertama sensorimotor umur
0-2 tahun, pada tahap ini individu melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda
dengan objek di sekitarnya. Kedua tahap praoperasional umur 2-7 tahun, individu dapat
membentuk kategori objek. Ketiga tahap operasional konkret umur 7-11 tahun, individu
dapat memecahkan masalah dengan cara logis, mengeksplorasi konsep dasar objek,
jumlah, waktu dan ruang. Terakhir tahap operasional formal, individu mampu berpikir
ilmiah.
Implementasi teori ini dalam belajar adalah pendidik menyampaikan materi sesuai
dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki peserta didik. Penyampaian materi yang
dilakukan pendidik harus menyesuaikan rentang usia peserta didik agar mudah diserap.
Kelemahan teori piaget adalah tidak mampu menjelaskan struktur, proses dan fungsi
kognitif dengan jelas.
F. Dienes
Dasar teori dienes bertumpu pada teori piaget dan pengembangannya diorientasikan
kepada anak-anak sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya dapat
4
menarik bagi anak-anak yang mempelajari matematika. Dienes berpendapat bahwa pada
dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur. setiap konsep atau
prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat
dipahami dengan baik oleh peserta didik.
Menurut dienes konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam 6 tahap, yaitu:
1. Permainan bebas, yaitu tahap paling awal dari pengembangan konsep yang
aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan.
2. Permainan dengan aturan, peserta didik mulai mengamati pola, kesamaan atau
ketidaksamaan keteraturan atau ketidakteraturan konsep diwakili oleh benda.
3. Mencari kesamaan, peserta didik diminta untuk mencari kesamaan sifat-sifat
4. Representasi, peserta didik diminta untuk mengemukakan suatu pernyataan tentang
sifat atau konsep yang ditemukan pada ada tahap sebelumnya
5. Simbolisasi, tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan
representasi dari setiap konsep dengan menggunakan simbol matematika atau
perumusan verbal
6. Formalisasi, di tahap ini peserta didik dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep
kemudian merumuskan sifat-sifat baru dari konsep tersebut.
Kelemahan dari teori ini ini adalah ah tidak dapat digunakan kan dalam semua materi,
tidak semua peserta didik memiliki kemampuan yang sama dalam keterampilan bermain.
G. Bruner
1. Tahap enaktif (enactive). Dalam tahap ini anak secara langsung terlbat dalam
memanipulasi (menotak-atik) suatu benda. Sebagai contoh, kita ingin mengenalkan
5
konsep bilangan pecahan yaitu . kita dapat menggunakan sebuah apel yang dibagi
dua sama besar.
2. Tahap ikonik (iconic). Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak sudah
behubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dri objek / benda yang
dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan
pada tahap enaktif. Misalnya dengan menunjukkan pada sajian yang berupa gambar
atau grafik.
3. Tahap simbolik (symbolic). Dalam tahap ini anak tidak lagi terikat dengan objek pada
tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu mengggunakan notasi / symbol
tanpa ketergantungan terhadap objek real / konkrit.
H. Ausubel
Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep yang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Di dalam belajar
bermakna, informasi baru diasimilasikan pada subsume-subsume yang ada. Ausubel
membedakan antara belajar menerima dengan belajar menemukan. Pada belajar
menerima, siswa hanya menerima sehingga tinggal menghapalnya.
Pada belajar menemukan, konsep sudah ditemukan oleh siswa, sehingga siswa tidak
menerima materi pelajaran begitu saja. Selain itu, Ausubel juga berpendapat bahwa
terdapat perbedaan mendasar antara belajar menghapal dengan belajar bermakna. Di
dalam belajar menghapal, siswa menghapalkan materi yang sudah diperolehnya,
sedangkan pada belajar bermakna, materi yang telah diperoleh tersebut tersebut
dikembangkan sehingga belajarnya menjadi lebih dimengerti.
6
1. Pengaturan awal, mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajari dan
mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat digunakan untuk membantu
guru dalam menanamkan konsep baru.
2. Diferensiasi progresif, Pengembangan kosep berlangsung paling baik jika unsur-unsur
yang paling umum, paling inklusif dari suatu konsep diperkenalkan terlebih dahul,
baru kemudian diberikan hal-hal yang lebih spesifik dan khusus dari konsep tersebut.
3. Belajar superordinate, belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang
telah dpelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari sebuah konsep yang lebih
luas dan lebih inklusif.
4. Penyesuaian integrative, Guru harus mampu memperlihatkan secara eksplisit
bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan dipertentangkan dengan arti-arti
sebelumnya yang lebih sempit, dan bagaimana konsep-konsep yang tingkatannya
lebih tinggi selanjutnya mengambil arti baru.
I. Baruda
Albert Baruda mengemukakan bahwa seseorang itu belajar melalui proses meniru.
Maksud meniru disini bukanlah mencontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh
orang lain. Ia melakukan percobaan bersama dengan rekan-rekannya untuk menemukan
adanya pengaruh antara model-model (yang telah dilate khusus untuk bertingkah laku
tertentu) terhadap orang-orang yang melihatnya.
J. Brownell
Menurut William Brownell (1935) bahwa belajar itu pada hakekatnya merupakan
suatu proses yang bermakna. Ia mengemukakan bahwa belajar matematika itu harus
merupakan belajar bermakna dan pengertian. Khusus dalam hubungan pembelajaran
matematika di SD, teori makna yang diperkenalkan oleh Brownell merupakan alternatife
dari teori hapalan. Teori hapalan dalam pengajaran matematika berdasarkan kepada teori
belajar asosiasi yang lebih dikenal dengan sebutan teori belajar stimulus respon.
K. Van Hiele
7
Menurut van hiele peserta didik akan melewati 5 tahapan berikut dalam belajar
8
BAB II
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Pembelajaran adalah proses pembentukan diri peserta didik untuk menjadi manusia
yang seutuhnya, sehingga tidak sepantasnya melalui “trial and error”. Siswa adalah
manusia yang sedang mengembangkan diri secara utuh dan tidak boleh dianggap sebagai
kelinci percobaan.
Materi yang disajikan dalam makalah ini membahas mengenai aliran psikologi
tingkah laku, yang mengurai aliran psikologi dari Thorndike, Skinner, Ausebel, Gagne,
Pavlov dan Baruda. Kemudian membahas mengenai aliran psikologi kognitif dengan
uraian teori dari Piaget, Bruner, Brownell, Dewey, Skemp, Dienes, dan Van Hiele.
9
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: P2LPTK
10