Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI-TEORI BELAJAR
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Metodologi Pembelajaran

Dosen Pengampu: Dyan Falasifa Tsani, M.Pd

Oleh:

Basith Al Anshori Karim (1908056038)

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN WALISONGO SEMARANG

2021
BAB I

PEMBAHASAN
Teori-teori belajar

A. Ivan Pavlov (Belajar Klasik)

Pada dasarnya teori Pavlov (Belajar Klasik) menjelaskan tentang bentuk paling
sederhana dalam sebuah proses belajar adalah pengondisian.

Prinsip-prinsip belajar menurut teori pavlov adalah sebagai berikut.

1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara cara menghubungkan perangsang


(stimulus) yang kuat dengan yang lebih lemah.
2. Kegiatan belajar terjadi jika ada interaksi si antara organisme dengan lingkungan.
3. Belajar adalah sebuah proses perubahan yang terjadi karena adanya kondisi yang
menimbulkan respon.
4. Belajar memiliki hubungan yang erat dengan prinsip penguatan kembali dengan kata
lain ulangan dalam belajar adalah hal yang penting.

Implementasi teori pavlov dalam pendidikan adalah dengan memberikan suasana


yang menyenangkan ketika memberikan tugas belajar, membantu siswa mengatasi si
situasi yang mencemaskan atau menekan saat belajar, membantu siswa mengenal
perbedaan dan persamaan terhadap situasi yang dihadapi. Pada teori ini siswa tidak
menyadari bahwa dirinya dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Sedangkan kekurangan teori ini adalah jika dilakukan secara cara terus menerus maka
dikhawatirkan siswa akan memiliki rasa ketergantungan dengan stimulus.

B. Thorndike (Belajar Pengaitan)

Menurut thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti:
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa
pikiran, perasaan dan gerakan atau tindakan.

1
Teori thorndike (belajar pengaitan) memiliki beberapa ciri yaitu; Ada motif
pendorong aktivitas, ada berbagai respon terhadap sesuatu, ada eliminasi respon-respon
yang salah. Implementasi teori thorndike dalam belajar tergantung kepada pendidik yang
harus merancang pembelajaran sedemikian hingga peserta didik memberikan respon atas
materi yang disampaikan.

Prinsip belajar menurut thorndike diantaranya:

1. Ketika berhadapan dengan situasi baru, berbagai respon dilakukan walaupun tiap
individu berbeda-beda.
2. Dalam diri seseorang sebetulnya telah tertanam potensi untuk melakukan seleksi
respon yang tepat dalam menghadapi suatu kondisi.
3. Orang cenderung memberi respon sama terhadap situasi yang sama dan
menghubungkan respon yang dikuasai dengan situasi tertentu.

Adapun kekurangan teori thorndike (belajar pengaitan) adalah teori ini sering kali
tidak mampu menggambarkan situasi belajar yang kompleks, karena banyak variabel
yang berkaitan dengan pendidikan yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon.

C. B.F Skinner (Belajar Aktif)

Teori skinner adalah salah satu itu jenis pengondisian dalam pembelajaran asosiasi,
yaitu pembelajaran yang muncul ketika sebuah hubungan dibuat untuk menghubungkan
dua peristiwa. Teori ini menjelaskan bahwa individu belajar mengenai hubungan antara
sebuah perilaku dan konsekuensinya. sebagai hasil dari hubungan asosiasi ini setiap
individu untuk meningkatkan perilaku yang diikuti dengan pemberian ganjaran dan
mengurangi perilaku yang diikuti dengan hukuman, sehingga tidak ada pengulangan
perilaku serupa. Menurut skinner tingkah laku bukan sekedar respon terhadap stimulus,
tetapi sebuah tindakan yang disengaja karena dipengaruhi oleh sesuatu yang akan terjadi
setelahnya (konsekuensi).

Pengaplikasian teori ini dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Hasil belajar segera diberitahukan kepada siswa untuk dibetulkan jika ada yang salah
dan diperkuat jika benar.

2
2. Dalam pembelajaran mengutamakan mengubah lingkungan untuk menghindari
pelanggaran agar tidak ada hukuman.
3. Tingkah laku yang yang sesuai dengan keinginan pendidik diberikan hadiah dan
dilakukan analisis untuk mencapai tujuan.

Kekurangan dari teori ini adalah peserta didik dianggap pasif dan butuh motivasi,
selain itu pengaplikasiannya juga terbatas.

D. Gagne

Menurut gagne belajar adalah proses yang memungkinkan manusia mengubah


tingkah laku secara permanen, sedemikian hingga perubahan yang sama tidak akan terjadi
pada keadaan yang baru. Selain itu itu iya mengungkapan bahwa kematangan tidak
diperoleh dari belajar karena perubahan tingkah laku yang terjadi merupakan akibat dari
pertumbuhan struktur pada diri seseorang.

Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar yaitu

1. Informasi verbal

Kemampuan mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta.

2. Keterampilan intelektual

Kemampuan untuk dapat membedakan menguasai konsep aturan dan menyelesaikan


persoalan.

3. Strategi kognitif

Adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir


dengan cara merekam dan menganalisis.

4. Sikap

Kemampuan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian
terhadap suatu kondisi.

5. Keterampilan motorik

Kemampuan dalam hal kecepatan ketepatan dan kelancaran gerakan tubuh.

3
Implementasi teori gagne dalam belajar matematika

1. Membangkitkan dan memelihara perhatian


2. Merangsang siswa untuk mengingat kembali konsep, aturan dan keterampilan
3. Memberikan bimbingan belajar
4. Memantapkan materi dengan memberikan latihan-latihan

Kekurangan dari teori ini adalah pembelajaran hanya berpusat pada guru, komunikasi
berlangsung satu arah, hanya berorientasi pada hasil yang diamati, peserta didik hanya
mendengarkan.

E. Piaget

Menurut piaget proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. tahapan ini harus dilalui berdasarkan urutan
tertentu sehingga seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahapannya.

Piaget membagi tahapan tersebut menjadi 4 yaitu tahap. Pertama sensorimotor umur
0-2 tahun, pada tahap ini individu melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda
dengan objek di sekitarnya. Kedua tahap praoperasional umur 2-7 tahun, individu dapat
membentuk kategori objek. Ketiga tahap operasional konkret umur 7-11 tahun, individu
dapat memecahkan masalah dengan cara logis, mengeksplorasi konsep dasar objek,
jumlah, waktu dan ruang. Terakhir tahap operasional formal, individu mampu berpikir
ilmiah.

Implementasi teori ini dalam belajar adalah pendidik menyampaikan materi sesuai
dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki peserta didik. Penyampaian materi yang
dilakukan pendidik harus menyesuaikan rentang usia peserta didik agar mudah diserap.

Kelemahan teori piaget adalah tidak mampu menjelaskan struktur, proses dan fungsi
kognitif dengan jelas.

F. Dienes

Dasar teori dienes bertumpu pada teori piaget dan pengembangannya diorientasikan
kepada anak-anak sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya dapat

4
menarik bagi anak-anak yang mempelajari matematika. Dienes berpendapat bahwa pada
dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur. setiap konsep atau
prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat
dipahami dengan baik oleh peserta didik.

Menurut dienes konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam 6 tahap, yaitu:

1. Permainan bebas, yaitu tahap paling awal dari pengembangan konsep yang
aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan.
2. Permainan dengan aturan, peserta didik mulai mengamati pola, kesamaan atau
ketidaksamaan keteraturan atau ketidakteraturan konsep diwakili oleh benda.
3. Mencari kesamaan, peserta didik diminta untuk mencari kesamaan sifat-sifat
4. Representasi, peserta didik diminta untuk mengemukakan suatu pernyataan tentang
sifat atau konsep yang ditemukan pada ada tahap sebelumnya
5. Simbolisasi, tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan
representasi dari setiap konsep dengan menggunakan simbol matematika atau
perumusan verbal
6. Formalisasi, di tahap ini peserta didik dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep
kemudian merumuskan sifat-sifat baru dari konsep tersebut.

Kelemahan dari teori ini ini adalah ah tidak dapat digunakan kan dalam semua materi,
tidak semua peserta didik memiliki kemampuan yang sama dalam keterampilan bermain.

G. Bruner

Menurut Bruner, belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan


struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari
hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Untuk
menjamin keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan menggunakan penyajian yang
tidak sesuai dengan tingkat kognitif siswa.

Bruner menjelaskan bahwa pengetahuan itu dapat diinternalisasikan dalam pikiran,


maka pengetahuan itu dapat dipelajari dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap enaktif (enactive). Dalam tahap ini anak secara langsung terlbat dalam
memanipulasi (menotak-atik) suatu benda. Sebagai contoh, kita ingin mengenalkan

5
konsep bilangan pecahan yaitu . kita dapat menggunakan sebuah apel yang dibagi
dua sama besar.
2. Tahap ikonik (iconic). Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak sudah
behubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dri objek / benda yang
dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan
pada tahap enaktif. Misalnya dengan menunjukkan pada sajian yang berupa gambar
atau grafik.
3. Tahap simbolik (symbolic). Dalam tahap ini anak tidak lagi terikat dengan objek pada
tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu mengggunakan notasi / symbol
tanpa ketergantungan terhadap objek real / konkrit.

H. Ausubel

Menurut Ausubel, pada tahap pertama belajar, informasi dapat dikomunikasikan


kepada siswa dalam bentuk belajar penerimaan dengan menyajikan informasi dalam
bentuk final atau mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri materi yang akan
diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi tersebut
pada pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi proses belajar bermakna.

Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep yang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Di dalam belajar
bermakna, informasi baru diasimilasikan pada subsume-subsume yang ada. Ausubel
membedakan antara belajar menerima dengan belajar menemukan. Pada belajar
menerima, siswa hanya menerima sehingga tinggal menghapalnya.

Pada belajar menemukan, konsep sudah ditemukan oleh siswa, sehingga siswa tidak
menerima materi pelajaran begitu saja. Selain itu, Ausubel juga berpendapat bahwa
terdapat perbedaan mendasar antara belajar menghapal dengan belajar bermakna. Di
dalam belajar menghapal, siswa menghapalkan materi yang sudah diperolehnya,
sedangkan pada belajar bermakna, materi yang telah diperoleh tersebut tersebut
dikembangkan sehingga belajarnya menjadi lebih dimengerti.

Prinsip penerapan teori ausubel

6
1. Pengaturan awal, mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajari dan
mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat digunakan untuk membantu
guru dalam menanamkan konsep baru.
2. Diferensiasi progresif, Pengembangan kosep berlangsung paling baik jika unsur-unsur
yang paling umum, paling inklusif dari suatu konsep diperkenalkan terlebih dahul,
baru kemudian diberikan hal-hal yang lebih spesifik dan khusus dari konsep tersebut.
3. Belajar superordinate, belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang
telah dpelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari sebuah konsep yang lebih
luas dan lebih inklusif.
4. Penyesuaian integrative, Guru harus mampu memperlihatkan secara eksplisit
bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan dipertentangkan dengan arti-arti
sebelumnya yang lebih sempit, dan bagaimana konsep-konsep yang tingkatannya
lebih tinggi selanjutnya mengambil arti baru.

I. Baruda

Albert Baruda mengemukakan bahwa seseorang itu belajar melalui proses meniru.
Maksud meniru disini bukanlah mencontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh
orang lain. Ia melakukan percobaan bersama dengan rekan-rekannya untuk menemukan
adanya pengaruh antara model-model (yang telah dilate khusus untuk bertingkah laku
tertentu) terhadap orang-orang yang melihatnya.

J. Brownell

Menurut William Brownell (1935) bahwa belajar itu pada hakekatnya merupakan
suatu proses yang bermakna. Ia mengemukakan bahwa belajar matematika itu harus
merupakan belajar bermakna dan pengertian. Khusus dalam hubungan pembelajaran
matematika di SD, teori makna yang diperkenalkan oleh Brownell merupakan alternatife
dari teori hapalan. Teori hapalan dalam pengajaran matematika berdasarkan kepada teori
belajar asosiasi yang lebih dikenal dengan sebutan teori belajar stimulus respon.

K. Van Hiele

7
Menurut van hiele peserta didik akan melewati 5 tahapan berikut dalam belajar

1. Visualisasi, Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan penanaman gambar-gambar.


Siswa sudah mengenal bentuk-bentuk geometri, seperti : segitiga, kubus, bola,
lingkaran dan sebagainya. Akan tetapi siswa belum bisa memahami sifat-sifatnya.
2. Analisis, Tahap ini merupakan tahap penggambaran sifat-sifat. Pada tahap ini siswa
sudah memahami sifat-sifat konsep atau bentuk geometri. Misalnya siswa mengetahui
dan mengenal bahwa sisi persegi panjang yang berhadapan itu sama panjang, kledua
diagonalnya sama panjang dan memotong satu sama lain. Akan tetapi siswa belum
bisa memahami hubungan bentuk-bentuk geometri, misalnya persegi merupakan
persegi panjang.
3. Pengurutan, Tahap ini merupakan tahap pengklasifikasian dan penggeneralisasian
melaui sifat-sifat. Pada tahap ini siswa sudah mengenal bentuk-bentuk geometri,
memahami sifat-sifatnya, dan juga sudah mampu mengurutkan bentuk-bentuk
geometri yang satu sama lain berhubungan. Hanya saja, pada tahap ini pemikiran
deduktif siswa masih belum berkembang, tapi baru mulai dan cenderung informal.
4. Deduksi, Tahap ini merupakan tahap pengembangan bukti melalui aksioma dan
definisi. Pemikiran deduktif siswa sudah tumbuh, tapi belum berkembang dengan
baik.
5. Keakuratan, Tahap ini merupakan tahap dimana individu bekerja dalam berbagai
sistem geometris. Pada tahap ini siswa sudah dapat memahami bahwa adanya
ketepatan (presisi) dari apa-apa yang mendasar adalah hal yang penting. Berdasarkan
hasil penelitian Driscoll (1983), tahap pemahaman ini jarang bisa dicapai oleh siswa-
siswa menengah atas.

8
BAB II

PENUTUPAN
A. KESIMPULAN

Pembelajaran adalah proses pembentukan diri peserta didik untuk menjadi manusia
yang seutuhnya, sehingga tidak sepantasnya melalui “trial and error”. Siswa adalah
manusia yang sedang mengembangkan diri secara utuh dan tidak boleh dianggap sebagai
kelinci percobaan.

Materi yang disajikan dalam makalah ini membahas mengenai aliran psikologi
tingkah laku, yang mengurai aliran psikologi dari Thorndike, Skinner, Ausebel, Gagne,
Pavlov dan Baruda. Kemudian membahas mengenai aliran psikologi kognitif dengan
uraian teori dari Piaget, Bruner, Brownell, Dewey, Skemp, Dienes, dan Van Hiele.

9
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: P2LPTK

Isti’adah, Feida Noorlaila. 2020. Teori-teori Belajar dalam Pendidikan.


Tasikmalaya: Edu Publisher

Fathurrohman, Muhammad. 2017. Belajar dan Pembelajaran Modern.


Yogyakarta: Garudhawaca

10

Anda mungkin juga menyukai