Anda di halaman 1dari 7

Tugas 2 Matkul Pembelajaran IPA

Teori Belajar dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD

Anggota Kelompok 1

1. M. Fa'ilul Fatikhin (198000069)


2. Tulusliana (198000224)
3. Setya Fanni Dama Wisnu Wardhani (198000226)
4. Ferry Dwi Fernanda (198000230)

1. Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget, anak bukan merupakan suatu botol kosong yang siapun untuk diisi,
melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya, ada sedikitnya tiga hal
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam
pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah:

1. Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan


2. Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian
3. Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk
menjamin perkembangan intelektual anak.

Penjelasan: teori piaget ini mengajarkan kita pada suatu kenyataan bahwa anak mengikuti pola
perkembangan yang sama, secara aktif anak akan membangun pengetahuan tentang dunia dan
isinya melalui keterlibatannya atau hubungan dengannya.

Alasan: teori ini sangat cocok digunakan karena anak melawati semua tahapan yang secara
berurutan, jika saat ada anak yang belum atau paham, tugas bagi guru ialah membantu sampai si
anak tersebut paham di tahapan itu dan lanjut ke tahapan selanjutnya. Kegiatan fisik dan
intelektual harus sama, agar ada perkembangan di anak tersebut.

Contoh dan Kelas: menggunakan contoh kelas 2 SD

Konsep yang diajarkan : Udara mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya bagi
kehidupan manusia.

Sub-Konsep : Udara yang bergerak mempunyai tekanan yang lebih rendah daripada udara diam.

Metode yang dipakai : Eksperimen.

Alat dan bahan yang digunakan:

1. dua bola pingpong (tenis meja);


2. benang;

3. kayu, kira-kira 30 cm.

Cara kerja:

1. Ikatlah kedua bola pingpong dengan benang yang ada.


2. Ikatkan kedua ujung benang secara berdekatan pada kayu yang telah disediakan, sehingga
tampak seperti gambar berikut.

3. Peganglah salah satu ujung kayu dan tiuplah kuat-kuat persis di tengahtengah antara kedua
bola pingpong yang tergantung.
4. Amati apa yang terjadi.

Kegiatan guru yang paling penting adalah memperhatikan siswa yang apa mereka lakukan.
Apakah kegiatan tersebut sudah benar atau tidak. guru harus selalu siap dengan alternative
jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Pada akhir pembelajaran tentunya guru mengulas
kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.

2. Teori Belajar Gesalt

Sumber utama dalam belajar adalah dimengertinya hal-hal yang dipelajari (insight).

Insight dipengaruhi oleh :

1) Kemampuan dasar yang dimiliki


2) Pengalaman yang relevan
3) Situasi yang dihadapi

A. Asumsi

Bahwa obyek peristiwa tertentu akan dipandang sebagai keseluruhan.

B. Ciri-ciri
1) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) :
Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam
identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal – hal yang
dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dalam proses
kehidupannya.
2) Perilaku bertujuan (pusposive behavior) :
Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang
ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah
aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
3) Prinsip ruang hidup (life space) :
Materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
4) Transfer dalam belajar :
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip
pokok disuatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan
dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.

C. Penerapan dalam Pembelajaran


Dalam proses IPA siswa membaca materi terlebih dahulu atau guru menjelaskan materi
tersebut pada siswa. Hal ini dilakukian agar siswa mempunyai gambaran tentang materi
yang akan dijadikan percobaan. Setelah itu siswa melakukan percobaan dengan guru.
Hasil dari percobaan dibandingkan dengan materi yang telah diajarkan

3. Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne belajar mencakup tiga unsur yaitu siswa yang belajar, situasi stimulus, dan
respons sebagai akibat dari stimulus. Menurutnya, belajar bukan merupakan proses tunggal
melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku.
Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Artinya, banyak keterampilan
yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit.
Kapasitas itu diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif
yang dilakukan siswa.

Penjelasan: belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar
pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu seseorang meliputi
lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial.

Alasan: teori ini dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering disebut kejadian-kejadian
instruksional (instructional events), meliputi:

1) Mengaktifkan motivasi (activating motivation).


2) Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information).
3) Mengarahkan perhatian (directing motivation).
4) Merangsang ingatan (stimulating recall).
5) Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance).
6) Meningkatkan retensi (enhancing retention).
7) Membantu transfer belajar (helping transfer of leaning).
8) a. Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance).
b. Memberi umpan balik (providing feedback).

4. Teori Belajar Sosial (Albert Bandura)

Teori ini banyak menggunakan prinsip-prinsip teori belajar perilaku dengan penekanan pada
efek atau isyarat perilaku dan proses mental siswa. Penerapan teori belajar sosial menggunakan
reinforcement yang bersifat eksternal dan aktivitas kognitif yang bersifat internal untuk
memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari sumber atau tempat siswa
belajar.Melalui pengamatan dan interpretasi kognitif terhadap lingkungan sekitar banyak
informasi dan penampilan bermakna yang dapat dipelajari.

Teori ini cocok digunakan untuk mengajarkan langkah-langkah kerja atau proses melakukan
sesuatu seperti prosedur penggunaan mikroskop, cara membuat awetan, cara menggambarkan
pembentukan bayangan pada cermin dan sebagainya. Dalam teori ini yang menjadi model
langsung adalah guru yang kemudian pada proses selanjutnya mungkin saja menggunakan siswa
yang telah memiliki pemahaman yang lebih dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.

5. Teori Pemrosesan Informasi

Teori pemrosesan informasi melakukan kajian tentang pembelajaran berdasarkan konsep


memori manusia dengan alur atau sistem pemrosesan informasi yang mirip dengan pemrosesan
informasi yang terjadi pada komputer. Langkah-langkah dalam sistem ini dimulai pada saat salah
satu atau lebih indera (penglihatan, pendengar, pembau, peraba, dan pengecapan) menerima
rangsangan ini disimpan hanya sesaat didalam sensori register, yaitu tempat rangsangan tersebut
dikenali atau pahami.

Teori ini cocok digunakan untuk menyampaikan konsep-konsep IPA yang berkaitan
dengan sejumlah fakta atau teori yang sewaktu-waktu akan digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan IPA. Penggunaan teori ini lebih ditekankan pada persiapan siswa
untuk menempuh proses evaluasi belajar seperti Ujian Nasional atau Ujian Semester.

6. Teori Belajar Bruner


Teori belajar Bruner ini disebut sebagai teori belajar penemuan. Ada tiga tahap penampilan
mental yang dikemukakan oleh Bruner, yaitu :

a. Tahap Penampilan Enaktif sejajar dengan Tahap Sensori Motor pada PiagetDimana
anak pada dasarnya mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran dirinya
dengan lingkungannya.

b. Tahap Penampilan Ikonik sejajar dengan Tahap Pre-Operasional pada Piaget. Pada
tahap ini penampilan mental anak sangat dipengaruhi oleh persepsinya, dimana
persepsi tersebut bersifat egosentris dan tidak stabil. Mereka belum mengembangkan
kontrol pada persepsinya yang memungkinkan mereka melihat dirinya sendiri sengan
suatu pola yang tetap.

c. Tahap Penampilan Simbolik sejajar dengan Tahap Operasi Logis (Formal) pada
Piaget. Inti dari tahap penampilan simbolik ini adalah pengembangan keterampilan
berbahasa dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan
idenya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi.

Penjelasan teori brunner :

a. Tahap Penampilan Enaktif, Dimana anak pada dasarnya mengembangkan


keterampilan motorik dan kesadaran dirinya dengan lingkungannya. Dalam artian
seorang anak mampu menempatkan posisi mereka dengan tanggung jawab atas
pembelajaran yang akan diterima, kemudian dari kemampuan tersebut mereka akan
berusaha mengembangkannya sebagai bentuk pemahamannya.

b. Tahap Keterampilan Ikonik, Pada tahap ini penampilan mental anak sangat
dipengaruhi oleh persepsinya, dimana persepsi tersebut bersifat egosentris dan tidak
stabil. Mereka belum mengembangkan kontrol pada persepsinya yang
memungkinkan mereka melihat dirinya sendiri sengan suatu pola yang tetap. Dalam
artian mental anak belum bersifat tetap dan kemungkinan akan terjadi perubahan
sewaktu waktu terhadap apa yg mereka alami.

c. Tahap Penampilan Simbolik, pengembangan keterampilan berbahasa dan


kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan idenya. Anak yang
memulai untuk secara simbolik memproses informasi. Dalam artian kemampuan
berbahasa anak dengan penyampaian ucapannya menjadi proses tanggapan untuk
mendapat informasi yang mereka ketahui. Karena dari proses tersebut terdapat ide
mereka dalam menanggapi sebagai penambahan informasi.

Ulasan terhadap teori brunner, benar terhadap pernyataannya bahwa semua anak akan
mengalami proses mental yang akan menjadikan diri seseorang untuk mengasah inovasi hingga
mendapatkan informasi.
Alasan terhadap teori brunner ini sangat tepat bila digunakan dalam masa ke masa karena
dengan adanya pemberian inovasi dalam penemuan atau saat penelitian ipa.

Contoh dan Kelas: menggunakan contoh kelas 2 SD

Kelas : IV

Tujuan : Siswa memahami susunan, sifat dan kegunaan udara dengan melakukan percobaan dan
menafsirkan informasi.

Topik : Udara diperlukan bagi pembakaran.

Alat dan bahan :

a. gelas kecil
b. gelas besar
c. stoples kira-kira berukuran 2 liter
d. lilin pendek 3 buah
e. korek api

Cara Pelaksanaan:

1. Sebelum memperbolehkan siswa untuk melakukan percobaan, berilah pertanyaan seperti:


a. Apa yang akan terjadi apabila lilin yang menyala ditutup dengan gelas?
b. Bagaimana kemungkinan yang akan terjadi apabila tiga lilin yang menyala ditutup
dengan penutup yang berbeda besarnya?
2. Berilah kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan idenya (sebagai hipotesis) dan
kemudian mengujinya melalui percobaan.
3. Setelah selesai melakukan percobaan, berilah pertanyaan seperti:
a. Apakah hasil percobaan sesuai dengan perkiraan semula?
b. Mengapa diperlukan waktu yang bersamaan saat menutup ketiga lilin?

7. Trowbridge and Bybee sains


IPA merupakan representasi dari hubungan dinamis yang
mencakup tiga faktor utama yaitu “the extant body of scientific knowledge, the values of
science and the method and procecces of science” yang artinya sains merupakan produk dan
proses, serta mengandung nilai-nilai. IPA adalah hasil interpretasi tentang dunia kealaman.
IPA sebagai proses/metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap dan langkah-langkah
kegiatan scientis untuk untuk memperoleh produk-produk IPA, misalnya observasi,
pengukuran, merumuskan, menguji hipotesa, mengumpulkan data, bereksperimen dan prediksi.
Ulasan teori Trowbridge and Bybee, pernyataan ilmu sangat nyata dengan penelitian dan
percobaan akurat dan dilakukan secara leluasa dengan terstruktur yang menemukan unsur - unsur
dari proses alamiah.

Alasan teori Trowbridge and Bybee untuk masa ke masa perlu dilakukan dalam
pembelajarannya karena dengan pernyataannya dapat membuat rincian penelitian hingga
pembuatan yang sangat tepat dengan hasil akurat dan memudahkan proses pelajar untuk
mencobanya dengan teliti dan memudahkan pemahaman.

8. Teori Belajar Ausubel

Ada beberapa tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:

1) Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih
dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru
tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan
sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia
hafalkan.
3) Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun
secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang
baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.

Ulasan: dengan teori ini siswa mempelajari informasi secara bermakna sehingga lebih lama
diingat, Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat
meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar
mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.

Anda mungkin juga menyukai