Anda di halaman 1dari 10

A.

Klasifikasi teori-teori belajar dalam pembelajaran


1. Teori Behavioristik

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage, Gagne dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau
akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/
buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku
wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik:


a. Obyek psikologi adalah tingkah laku.
b. Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.
c. Mementingkan pembentukan kebiasaan.
d. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.
e. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.

Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Hull, Edwin
Guthrie dan Skinner. Teori belajar Skinner akan dijelaskan pada bagian yang khusus yaitu
teori belajar proses.

a. Thorndike Menurut Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulu dan
respon. Menurut Thorndike perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat
diamati atau yang tidak dapat diamati
b. Watson Menurut Watson belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon .
Stimulus dan respon tersebut berbentuk tingkah laku yang bisa diamati. dengan kata
lain Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam
belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui karena faktor-
faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum.
c. Clark Hull Hull berpendapat bahwa tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga
kelangsungan hidup. Oleh karena itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan
biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull kebutuhan dikonsepkan sebagai
dorongan, stimulus hampir selalu dikaitan dengan kebutuhan biologis.
 Kekurangan
1) Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru Peserta didik hanya
mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru. Mereka tidak
diajarkan untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik cenderung
pasif dan bosan.
2) Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru Pembelajaran
seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno karena menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman
biasanya sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan.
3) Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi Karena menurut teori ini belajar
merupakan proses pembentukan yang membawa peserta didik untuk mencapai target
tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus menerus tanpa ada cara belajar lain, maka
bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak menyukai guru dan bahkan malas belajar.
 Kelebihan
1) Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan membuat
peserta didik paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan baik.
2) Materi yang diberikan sangat detail Hal ini adalah proses memasukkan stimulus
yang yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang diberikan,
diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti setiap pembelajarannya.
3) Membangun konsentrasi pikiran Dalam teori ini adanya penguatan dan hukuman
dirasa perlu. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat
munculnya respon. Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya membangun
sehingga peserta didik mampu berkonsentrai dengan baik.
2. Teori Kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.Model kognitif ini memiliki perspektif
bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi
diproses.

Karakteristik teori belajar kognitif :

a. Belajar adalah proses mental bukan behavioral.


b. Siswa aktif sebagai penyalur.
c. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.
d. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus.
e. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.
f. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight
 Teori Belajar Piaget

Jean Piaget adalah seorang ilmuwan perilaku dari Swiss, ilmuwan yang sangat terkenal dalam
penelitian mengenai perkembangan berpikir khususnya proses berpikir pada anak. Menurut
Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur.
Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang
keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun tahapan-
tahapan tersebut adalah:

1) Tahap Sensori Motor (dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya
dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan.
Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa
kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini.Anak tersebut mengetahui bahwa
perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan
menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
2) Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu
mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas.Dengan adanya perkembangan
bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek
anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan
yang berbeda dengannya.
3) Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis.Dalam upaya mengerti
tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang
datang dari pancaindra.Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah
menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra
seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya
kuantitas.Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang
mengetahui bila membuat kesalahan.
4) Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai gagasan.Anak
dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan
masalah.Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan
pertimbangan ilmiah.Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang
besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang
bersifat abstrak.1
 Kelemahan
1. Teori ini di anggap lebih dekat kepada psikologi belajar anak,sehingga
penerapannya pada proses belajar anak tidak mudah.
2. Teori ini di anggap susah di praktekkan sebab seringkali kita tidak mungkin
memahami struktur teori kognitif tersebut menjadi bagian-bagian yang jelas.
3. Teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat di ukur
dengan hanya satu orang siswa saja.
4. Teori ini dapat menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan. Teori ini sulit
dipraktekkan, terutama untuk usia lanjut.
 Kelebihan

1
Limbong, Reja. 2021. Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika SD. diakses
pada tanggal 1 Maret 2023 melalui
https://www.academia.edu/42722590/TEORI_BELAJAR_DALAM_PEMBELAJARAN_M
ATEMATIKA_SD
1. Teori kognitif ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan
masalah (problem solving)
2. Teori ini juga dapat meningkatkan motivasi siswa.
3. Teori kognitif ini juga dapat menjadikan lebih kreatif dan mandiri.
4. Dalam teori ini dapat membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
3. Teori Kontruktivisme

Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari
disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai
bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan
pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya.Dalam
perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama
psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong
terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif
siswa mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai
berikut:

a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka
lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian
yang telah ia punyai.
b. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terusmenerus seumur
hidup.
c. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada
pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru.
Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu
sendiri.Suatuperkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali
pemikiran seseorang.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan
yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi
yang baik untuk belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan
siswa.2
 Kelemahan
1. Siswa membuat pengetahuannya sendiri,tidak jarang bahwa hasil konstruksi
siswa tersebut tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga
menyebabkan kesalah pahaman. Dan menyebabkan siswa bingung dengan
pengetahuannya.
2. Konstruktifistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri.hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. Apalagi untuk siswa yang
malas dan kurang membangun pengetahuannya sendiri.
3. Situasi dan kondisi setiap sekolah tidak sama,karena itu tidak semua sekolah
memiliki sarana dan prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas
siswa.
 Kelebihan
1. Pembelajaran dalam teori konstruktifistik memberikan pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah di miliki siswa sehingga siswa
terdorong untuk membedakan gagasan tentang sesuatu yang menantang siswa.
Teori konstruktifistik memberi kesempatan siswa untuk mencoba gagasan
baru agar siswa terdorong memperoleh kepercayaan dirinya.
2. Pembelajaran konstruktifistik memberikan lingkungan belajar yang nyanman
dan kondusif agar bisa mendukung siswa mengungkapkan gagasan,saling
menyimak,dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
3. Teori pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapka gagasan sendiri secara bebas dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri.
4. Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berfikir
tentang pengalamannya.
5. Ini dapat mendorong siswa berfikir kreatif,imajinatif,serta mengenalkan
gagasan-gagasannya. Teori konstruktivistik ini juga mendorong siswa untuk
memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka

2
Gusnarib Wahab. 2021. Teori-teori belajar dan pembelajaran. Sulawesi tengah:
Penerbit Adab.
serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan
mereka
4. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia atau
proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Teori ini mengajarkan peserta didik untuk berkreasi dan berinofasi sebebas-bebasnya
untuk menemukan hal-hal baru sebagai latihan. Peran guru disini tidak begitu banyak karena
guru hanya membimbing dan mengarahkan bukan mengatur peserta didik. Guru hanya
membantu peserta didik untuk mengenal dirinya juga lingkungannya. Teori ini lebih
mementingkan apa yang dipelajari bukan bagaimana cara belajarnya. Humanistik sangat
bertentangan dengan behavioristik karena menurutnya manusia bukan gelas yang siap diisi
dengan apa saja. Pembelajaran ini biasanya menciptakan suasana yang menyenangkan agar
peserta didik tidak bosan dan dapat membangkitkan semangat belajar mereka.
Pinsip-Prinsip Teori Humanistik Peserta didik mempunyai cara belajar yang alami
Cara belajar ini biasanya lebih cepat dalam memahami materi karena peserta didik
menangkap pemahaman berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan menemukan
kreatifitasnya. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam Keterlibatan peserta didik dalam proses belajar adalah cara yang cukup tepat guna
melatih kemampuannya. Potensi-potensi akan muncul seiring dengan berjalannya
pembelajaran. Disinilah peserta didik mulai mengenali dirinya dan lingkungan yang
berpengaruh terhadapnya. Kritis terhadap lingkungan disekitarnya Teori ini membangun pola
pikir yang logis dan berwawasan. Keingintahuan yang besar cukup membuatnya penasaran
dan selalu mencari tahu. Disinilah pola pikir itu dilatih untuk mengkritisi hal-hal di sekitarnya
yang menurutnya kurang sesuai dengan apa yang diketahuinya. Nilai-Nilai Penting yang
ditumbuhkembangkan dalam Pendidikan Humanisme Kejujuran (tidak menyontek, tidak
merusak, dan bisa dipercaya). Menghargai hak orang lain (menerima dan menghormati
perbedaan individu yang ada, mau mendengarkan orang lain, menolong orang lain, dan bisa
berempati terhadap problem orang lain). Menjaga lingkungan (menghemat penggunaan
listrik, gas, kayu, logam, kertas, dll. Menjaga barang milik sendiri ataupun milik orang lain).
Perilaku (mau berbagi, menolong orang lain, ramah terhadap orang lain, dan berlaku pantas
didepan publik). Perkembangan pribadi (menjalankan tanggung jawab, menghargai kesehatan
dan kebersihan fisik, mengembangkan bakat yang dimiliki secara optimal, mengembangkan
rasa hormat dan rasa bangga terhadap diri sendiri, mengontrol perilaku, memiliki sikap
berani, terhormat dan patriotik, serta menghargai keindahan).
 Kekurangan
1) Pemahaman yang kurang jelas dapat menghambat pembelajaran Guru
biasanya tidak memberikan informasi yang lengkap sehingga peserta didik
yang kurang referensi akan kesulitan untuk belajar.
2) Kebebasan yang diberikan akan cenderung disalahgunakan Misal saja guru
menugaskan peserta didik untuk berdiskusi sesuai kelompok, pasti ada
beberapa peserta didik yang mengandalkan teman atau tidak mau bekerja
sama.
3) Pemusatan pikiran akan berkurang Dalam hal ini guru tidak sepenuhnya
mengawasi karena system belajar yang seperti ini adalah siswa yang berperan
aktif menggali potensi, sehingga peserta didik akan memanfaatkan keadaan
yang ada. Misal dalam mencari referensi menggunakan internet peserta didik
malah bermain game atau mengaktifkan akun sosial media. Secara otomatis
pemusatan pikiran dalam belajar akan terganggu.
4) Kecurangan-kecurangan yang semakin menjadi tradisi Dalam pembuatan
tugas peserta didik yang malas akan berinisiatif mengcopy pekerjaan
temannya. Ini akan mengurangi kepercayaan guru maupun temannya.
 Kelebihan
1) Tumbuhnya kreatifitas peserta didik Dengan belajar aktif dan mengenali
diri maka kreatifitas ang sesuai dengan karakternya akan muncul dengan
sendirinya. Dengan begitu akan muncul keragaman karya. Jika berlanjut
kepada nilai jual misalnya maka itu juga akan menambah pemasukan atau
paling tidak ada perasaan senang karena karyanya dihargai.
2) Semakin canggihnya teknologi maka akan semakin maju perkembangan
belajarnya Canggihnya teknologi ternyata mampu membangun motivasi dalam
diri peserta didik untuk belajar. Hal inilah yang membuat pikirannya terasah
untuk menemukan pengetahuan baru.
3) Tugas guru berkurang Dengan peserta didik yang melinbatkan dirinya
dalam proses belajar itu juga akan mengurangi tugas guru karena guru hanylah
failisator peserta didik. Guru tidak lagi memberikan ‘ceramah’ yang panjang,
cukup dengan memberikan pengarahan-pengarahan.
4) Mendekatkan satu dengan yang lainnya Bimbingan guru kepada peserta
didik akan mempererat hubungan antar keduanya. Seringnya berkomunikasi
akan menciptakan suasana yang nyaman karena peserta didik tidak merasa
takut atau tertekan. Begitupun antar peserta didik. Berdiskusi atau belajar
kelompok akan membuat persahabatan semakin erat, memahami satu sama
lain, menghargai perbedaan dan menumbuhkan rasa tolong menolong.

DAFTAR PUSTAKA

Akrim. 2022. “Strategi pembelajaran”. Medan: Umsu press.


Departemen Agama. 2020. Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsari.

Karwono. 2018. Belajar dan pembelajaran. Depok: PT.Raja grafindo persada.

Limbong, Reja. 2021. Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika SD. diakses pada
tanggal 1 Maret 2023 melalui
https://www.academia.edu/42722590/TEORI_BELAJAR_DALAM_PEMBELAJARAN_M
ATEMATIKA_SD

Ramadhan, Rahmi i dkk. 2020. “Belajar dan pembelajaran : konsep dan pengembangan.
Medan : Yayasan kita menulis.

Simarmata Janner, dkk. 2021. “Teori belajar dan pembelajaran”. Medan: Yayasan kita
menulis.

Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan. 2017. “Kamus besar bahasa
indonesia”. Jakarta: Balai pustaka.

Gusnarib Wahab. 2021. Teori-teori belajar dan pembelajaran. Sulawesi tengah: Penerbit
Adab.

Anda mungkin juga menyukai