Disusun Oleh:
Kelompok 7
Belajar adalah proses perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman. Dalam konteks
ini, kognitivisme merupakan salah satu teori belajar yang sangat populer di kalangan ilmuwan
dan praktisi pendidikan. Teori ini berfokus pada cara manusia memproses informasi dan
mengambil keputusan dalam memperoleh pengetahuan.
Kognitivisme berkembang pada masa setelah Behaviorisme, yaitu pada tahun 1950-an.
Behaviorisme menekankan pada belajar melalui pengalaman yang dihadapi seseorang secara
langsung. Sedangkan, kognitivisme berfokus pada cara manusia memproses informasi yang
diterima dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman tersebut.
Salah satu tokoh dalam kognitivisme adalah Jean Piaget. Ia menyatakan bahwa anak-anak
memiliki pola pikir yang berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak cenderung berpikir konkrit
dan menerima informasi secara langsung, sedangkan orang dewasa mampu berpikir abstrak
dan memproses informasi secara lebih kompleks. Hal ini membuka jalan bagi pengembangan
model pembelajaran yang berfokus pada kognitivisme.
Dalam dunia pendidikan, kognitivisme sangat relevan untuk dikaji. Teori ini memberikan
pandangan yang berbeda tentang bagaimana orang belajar dan memperoleh pengetahuan.
Dengan memahami kognitivisme, guru dapat mengembangkan metode pembelajaran yang
lebih efektif dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
1. Memahami prinsip-prinsip dasar belajar kognitivisme
2. Mengetahui cara kerja otak manusia dalam menerima, menyimpan, dan mengolah
informasi
3. Membangun keterampilan berpikir kritis dan analitis dalam memecahkan masalah
4. Meningkatkan kemampuan belajar dan mengingat informasi dengan lebih efektif
5. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan kolaborasi dalam konteks pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Teori belajar kognitivisme adalah suatu teori belajar yang lebih mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajar. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antar stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar melibatkan prinsip-prinsip
dasar psikologi, yaitu belajar aktif, belajar lewat interaksi sosial dan lewat pengalaman
sendiri.
2. J.S Bruner
Menurut Bruner, belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan yang terjadi dalam proses belajar. Guru harus menciptakan situasi belajar
yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mencari
jawaban sendiri dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan
adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut
sampai dapat menemukan sendiri dan melakukan eksperiman.
3. Ausebel
Menurut Ausubel, belajar dapat di klasifikasikan ke dalam dua dimensi.
Dimensi pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua,
menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur
kognitif yang ada. Struktur kognitif tersebut mencakup fakta-fakta, konsep-konsep
dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diinginkan oleh siswa. Pada
tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan kepada siswa baik
dalam bentuk belajar penerimaan yang manyajikan informasi secara final, maupun
dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa
menghubungkan atau mengaitkan informasi baru dengan struktur pengetahuan
(fakta, konsep-konsep, generalisasi dan lainnya) yang dimiliki oleh siswa, dalam hal
ini terjadi belajar bermakna (meaningful learning). Akan tetapi, siswa dapat juga
berusaha mencoba-coba menerima, menguasai dan menghafal informasi baru itu
tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep yang ada dalam kognitifnya, maka
terjadilah belajar hafalan (rote learning).
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar
yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses internal.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
1. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta
didik,sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta
didik itumempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
2. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
3. Sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut.
4. Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan
peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.
BAB III
KESIMPULAN