Dosen Pengampu
Disusun oleh :
Nashrullah (22041160
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan kurnia-Nya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen
Belajar dan Pembelajaran yang memberikan kesempatan waktu sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah ini dengan judul “Teori Kognitivistik dalam
Pendidikan”.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1) Jean Piaget
Pakar epistemologi yang paling berpengaruh adalah Jean Piaget yang
pernah mengemukakan pandangannya tentang perkembangan kognitif anak
yang meliputi banyak tahapan. Terkait pemerolehan bahasa ibu, Piaget
menyampaikan bahwa
(i) selain meniru, anak juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa ibu
(ii) penguasaan bahasa berbasis kognitif
(iii) kognisi terstruktur dan fungsional (Suparno, 2016:11).
Fungsi ini bersifat bawaan, sedangkan struktur kognitif dapat berbeda-beda
sesuai dengan kemampuan dan usaha masing-masing individu (Jauhar,
2011:13-14; Suyudi dkk., 2013: 108). Siswa harus mendapat kesempatan
bereksperimen dengan benda-benda fisik, didukung interaksi dengan teman
sekelas dan didukung pertanyaan-pertanyaan mendalam dari guru. Guru
hendaknya banyak menciptakan rangsangan bagi siswa untuk aktif
berinteraksi dengan lingkungan, mencari dan menemukan berbagai hal di
lingkungan. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan proses
genetik, yaitu proses yang didasarkan pada perkembangan biologi sistem
saraf. Semakin tua seseorang, semakin kompleks susunan neuronnya dan
semakin tinggi kapasitasnya (Muhaimin, dkk. 2012:199). Oleh karena itu,
ketika seseorang beranjak dewasa, ia akan mengalami adaptasi biologis
terhadap lingkungannya, yang akan menyebabkan perubahan kualitatif pada
struktur kognitifnya. Piaget membagi proses pembelajaran menjadi tiga
tahapan yaitu:
1) Asimilasi
Proses mengintegrasikan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang ada
(John, 1969:9). Misalnya Siswa mengetahui prinsip penjumlahan, jika guru
mengenalkan prinsip perkalian maka akan terjadi proses integrasi antara
prinsip penjumlahan (anak sudah paham) dan prinsip perkalian (informasi
baru yang diketahui anak). akan mengerti) (Nugroho, 2015:295)
2) Akomodasi
Proses penyesuaian antar struktur kognitif dalam situasi baru. Menerapkan
prosedur perkalian pada situasi yang lebih spesifik (Wijayanti, 2015:85).
Misalnya :siswa sudah mengetahui prinsip perkalian dan guru memberikan
soal perkalian (Georgia (2010):254).
3) Keseimbangan
Proses penyesuaian terus-menerus antara asimilasi dan adaptasi. Hal ini
sebagai tandingan agar peserta didik dapat terus mengembangkan dan
memperkaya ilmunya. Namun untuk menjaga kestabilan mental diperlukan
proses penyeimbangan (Wijayanti, 2015:86). Tanpa proses tersebut maka
perkembangan kognitif seseorang akan stagnan dan tidak merata, sedangkan
mereka yang memiliki keseimbangan yang baik akan mampu menyusun
berbagai informasi yang diterima menjadi pola yang teratur, merasa benar
sendiri, jelas dan masuk akal (Nurdiansyah, 2016:50). Piaget berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses menyesuaikan, mengembangkan, dan
mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang
sebelumnya dimiliki seseorang. Ini disebut konsep skema (jamak =
skema/skema). Biarkan hasil belajar/struktur persepsi yang baru menjadi
dasar untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya (Warsita, 2016:70).
Proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan
kognitif yang dilalui siswa dan dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
2. Jerome Bruner
Berbeda dengan Piaget, Bruner menganggap perkembangan kognitif
manusia berkaitan erat dengan budaya. Bagi Bruner, perkembangan kognitif
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya, terutama bahasa yang
biasa digunakan. Oleh karena itu, perkembangan bahasa mempunyai pengaruh
yang besar terhadap perkembangan kognitif (Hilgard dan Bower, 1981;
Muhaimin, dkk. 2012:200) Menurut Bruner, untuk mengajarkan sesuatu,
seseorang tidak boleh menunggu sampai seorang anak mencapai tahap
perkembangan tertentu. Yang penting materi pelajarannya disederhanakan
agar bisa tersampaikan kepadanya. Dengan kata lain, perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan dengan mengorganisasikan materi pembelajaran
dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya (Pahliwandari,
2016:160). Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan
adalah kurikulum spiral dimana mata pelajaran yang sama dapat diajarkan
mulai dari sekolah dasar hingga universitas, namun disesuaikan dengan
tingkat perkembangan kognitif, rumusannya artinya 'membutuhkan
pengulangan'. Cara belajar terbaik menurut Bruner adalah memahami
konsep, makna dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat menarik
kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan kata lain belajar melalui
penemuan (Nurhadi, 2018:15; Nugroho, 2015:292) Makna teori Bruner dalam
proses pembelajaran adalah menempatkan anak pada situasi atau
permasalahan yang sulit; Anak akan mencoba membandingkan realitas
eksternal dengan model mental yang telah dimilikinya. Teori ini menjelaskan
bahwa proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan kreatif
apabila guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
kaidah (termasuk konsep, teori, definisi, dan lain-lain) melalui contoh-contoh
ilustratif (representatif) dari kaidah-kaidah tersebut. sumber. Dari pendekatan
ini “learning to explain” (belajar dengan menjelaskan). Siswa menerima
informasi umum dan didorong untuk mempelajari contoh-contoh spesifik dan
konkrit. Menurut Bruner, proses perkembangan kognitif mempunyai tiga
tahap, yaitu:
1) Aktif
upaya/kegiatan mengenal dan memahami lingkungan hidup melalui observasi
dan pengalaman praktis.
2) Ikonik
Siswa melihat dunia melalui gambar dan memvisualisasikannya dalam kata-
kata.
3) Simbolis
siswa yang gagasan abstraknya sangat dipengaruhi oleh bahasa, logika, dan
penggunaan simbol.
3. Ausubel
Proses pembelajaran berlangsung apabila siswa mampu menyerap
pengetahuannya dengan pengetahuan baru (pembelajaran menjadi
bermakna/makna pembelajaran tuntas). Proses pembelajaran melalui tahapan
sebagai berikut:
4. Robert M. Gagne
Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi
dalam otak manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam
bentuk hasil belajar. Pengolahan otak manusia :
1) Reseptor
2) Sensory register
3) Short-term memory
4) Long-term memory
5) Response generator.
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitif adalah teori pemrosesan
informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar
dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia.
Sedangkan pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Reseptor (alat indera)
menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsangan
neural, memberikan simbol informasi yang diterimanya dan kemudian
diteruskan.
2) Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris)
yang terdapat pada saraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris
dan mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual.
Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek dan
sebagian hilang dalam sistem.
3) Short term memory ( memori jangka pendek )
menampung hasil pengolahan perseptual dan menyimpannya. Informasi
tertentu disimpan untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek
dikenal juga dengan informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas,
waktu penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat
ditransformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke memori
jangka panjang.
4) Long Term memory (memori jangka panjang)
menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi
yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai
kapan saja.
5) Response generator (pencipta respon)
menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan
mengubahnya menjadi reaksi jawaban
KESIMPULAN
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar itu sendiri. Teori belajar kognitif sangat berbeda dengan teori belajar yang
lain. Teori belajar kognitivisme Piaget sering disebut genetic epistemologi
(epistemologi genetik) karena teori ini berusaha untuk melacak bagaimana
perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetik memacu pertumbuhan
developmental bukan warisan biologis. Menurut Bruner memahami konsep arti dan
hubungan melalui proses intuitif yaitu yang disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Menurut Ausubel
membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Sedangkan
menurut Gagne belajar dipandang sebagai sebuah proses pengolahan informasi di
dalam otak manusia.