Anda di halaman 1dari 18

Teori Kognitivistik dalam Pendidikan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu

Dr. Candra Utama…

Disusun oleh :

Alif Vimas Irvanza (22041160

Angelita Rizki Mufida (22041160

Dinda Ayu Maharani (220411603340)

Nashrullah (22041160

Sabella Ayu Navila Wijaya (220411603510)


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan kurnia-Nya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak dosen
Belajar dan Pembelajaran yang memberikan kesempatan waktu sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah ini dengan judul “Teori Kognitivistik dalam
Pendidikan”.

Makalah ini membahas tentang teori belajar kognitivisme. Semoga dengan


makalah ini, kita dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita. Dalam pembuatan
makalah ini, kami menyadari bahwa banyak kekurangan serta masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.

Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan sehingga


dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua serta dimanfaatkan sebaik-baiknya.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu sistem yang teratur dan mengemban misi


yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan
fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai
kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Salah satu dari sekian banyak
metode pembelajaran yang tepat adalah teori belajar kognitif. Teori ini
dikembangkan sebagai respons terhadap keterbatasan pendekatan
behavioristik yang hanya berfokus pada perilaku yang dapat diamati,
mengabaikan pemrosesan mental yang terjadi di dalam pikiran individu.
Teori belajar kognitif memandang individu sebagai pembelajar yang
aktif yang mengolah informasi, mengkonstruksi pengetahuan, dan memiliki
peran aktif dalam proses belajar mereka. Teori ini telah memberikan dasar
penting dalam pengembangan pendekatan-pendekatan pendidikan yang lebih
berorientasi pada pemahaman, refleksi, dan pemecahan masalah. Selain itu,
konsep-konsep dari teori ini telah diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk
psikologi pendidikan, psikologi klinis, dan pengembangan teknologi
pendidikan.

Dengan berbekal pemahaman yang utuh terkait teori pembelajaran


yang dijadikan sebagai pemahaman dasar dalam pembelajaran diharapkan
siswa dapat menerima pembelajaran yang akan kita sampaikan dengan baik
(Nugroho, 2015: 282). Teori kognitivisme adalah suatu teori pendidikan yang
mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu merupakan hasil
interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan
perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Kegiatan belajar dan pembelajaran
tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan dan tidak memiliki dasar-dasar
pijakan kuat sehingga tidak dapat memenuhi harapan.

1.2 Rumusan Masalah

1.1.1 Konsep Teori Belajar Kognitivistik


1.1.2 Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitivistik
1.1.3 Hukum-hukum Teori Belajar Kognitivistik
1.1.4 Contoh dan Penerapan teori Belajar Kognitivistik dalam Dunia
Pendidikan

1.3 Tujuan Pembahasan

1.1.1 Untuk mengetahui konsep teori belajar kognitivistik


1.1.2 Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori belajar kognitivistik
1.1.3 Untuk mengetahui hukum-hukum teori belajar kognitivistik
1.1.4 Untuk mengetahui contoh dan penerapan teori belajar
kognitivistik dalam dunia pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep teori belajar kognitivistik


Teori belajar kognitivistik adalah teori yang menggambarkan bahwa
belajar terdiri dari beberapa proses, antara lain, analisis, mengolah informasi,
prediksi, dan problem solving. Teori ini lebih mengutamakan proses belajar
daripada hasil belajarnya. Dengan menerapkan teori ini, seseorang dapat lebih
mudah untuk menjalankan proses belajar dan menyelesaikan permasalahan
yang akan datang.
Dalam teori belajar kognitivistik, belajar selalu didasarkan pada
kognisi, tindakan mempersepsikan atau memikirkan keadaan di mana perilaku
itu terjadi. Tujuan utama pendidik di sini adalah membantu siswa
mengembangkan diri.
Konsep Penting dalam Teori Belajar Kognitivistik
1. Skema
Skema adalah suatu struktur mental yang digunakan untuk
mengorganisasi informasi. Skema membantu individu dalam memahami
dan mengingat informasi baru dengan mengaitkannya dengan informasi
yang sudah ada dalam ingatan. Dalam teori belajar kognitivistik, skema
dianggap sebagai konsep penting dalam pembelajaran.
2. Proses Pemrosesan Informasi
Proses pemrosesan informasi adalah suatu proses mental yang terjadi
ketika individu menerima, mengolah, dan menyimpan informasi. Proses
ini melibatkan beberapa tahap, yaitu perhatian, pengkodean,
penyimpanan, dan pengambilan informasi. Dalam teori belajar
kognitivistik, proses pemrosesan informasi dianggap sebagai konsep
penting dalam pembelajaran.
3. Transfer
Transfer adalah kemampuan individu untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajari dalam situasi yang
berbeda. Dalam teori belajar kognitivistik, transfer dianggap sebagai
konsep penting dalam pembelajaran karena transfer merupakan tujuan
utama dari pembelajaran.
4. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu teori pembelajaran yang berfokus pada
peran aktif individu dalam membangun pengetahuan dan pemahaman.
Dalam teori belajar kognitivistik, konstruktivisme dianggap sebagai
konsep penting dalam pembelajaran karena teori ini menekankan
pentingnya interaksi antara individu dengan lingkungannya dalam
membangun pengetahuan dan pemahaman.
Dalam teori belajar kognitivistik, belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
adalah:
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Terdapat empat tahap perkembangan kognitif dalam teori Piaget, yaitu tahap
sensorik motorik (0-2 tahun), tahap preoperasional (2-6 tahun), tahap
operasional kongkrit (6-12 tahun), dan tahap formal yang bersifat internal (12-
18 tahun)
Dalam menerapkan teori belajar kognitivistik, seorang guru harus
pandai untuk memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik dari para siswa. Dengan mengetahui dan memahami karakteristik
dari para siswa, maka seorang guru bisa menentukan metode pembelajaran
yang tepat dan sesuai. Dengan menerapkan teori belajar kognitif, akan
mewujudkan daya serap yang cepat dan memiliki memori jangka panjang.
Bahkan dimulai sejak anak-anak di usia dini pun fungsi kognitif telah bekerja
dan inilah yang akhirnya mempengaruhi tumbuh kembang anak Dalam
pembelajaran.
konsep-konsep dalam teori belajar kognitivistik dapat digunakan untuk
membantu individu dalam memahami dan mengingat informasi baru serta
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajari dalam
situasi yang berbeda. Dengan menerapkan teori belajar kognitivistik, individu
dapat lebih mudah untuk menjalankan proses belajar dan menyelesaikan
permasalahan yang akan datang.

2.2 Tokoh-tokoh kognitivistik

1) Jean Piaget
Pakar epistemologi yang paling berpengaruh adalah Jean Piaget yang
pernah mengemukakan pandangannya tentang perkembangan kognitif anak
yang meliputi banyak tahapan. Terkait pemerolehan bahasa ibu, Piaget
menyampaikan bahwa
(i) selain meniru, anak juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa ibu
(ii) penguasaan bahasa berbasis kognitif
(iii) kognisi terstruktur dan fungsional (Suparno, 2016:11).
Fungsi ini bersifat bawaan, sedangkan struktur kognitif dapat berbeda-beda
sesuai dengan kemampuan dan usaha masing-masing individu (Jauhar,
2011:13-14; Suyudi dkk., 2013: 108). Siswa harus mendapat kesempatan
bereksperimen dengan benda-benda fisik, didukung interaksi dengan teman
sekelas dan didukung pertanyaan-pertanyaan mendalam dari guru. Guru
hendaknya banyak menciptakan rangsangan bagi siswa untuk aktif
berinteraksi dengan lingkungan, mencari dan menemukan berbagai hal di
lingkungan. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan proses
genetik, yaitu proses yang didasarkan pada perkembangan biologi sistem
saraf. Semakin tua seseorang, semakin kompleks susunan neuronnya dan
semakin tinggi kapasitasnya (Muhaimin, dkk. 2012:199). Oleh karena itu,
ketika seseorang beranjak dewasa, ia akan mengalami adaptasi biologis
terhadap lingkungannya, yang akan menyebabkan perubahan kualitatif pada
struktur kognitifnya. Piaget membagi proses pembelajaran menjadi tiga
tahapan yaitu:

1) Asimilasi
Proses mengintegrasikan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang ada
(John, 1969:9). Misalnya Siswa mengetahui prinsip penjumlahan, jika guru
mengenalkan prinsip perkalian maka akan terjadi proses integrasi antara
prinsip penjumlahan (anak sudah paham) dan prinsip perkalian (informasi
baru yang diketahui anak). akan mengerti) (Nugroho, 2015:295)
2) Akomodasi
Proses penyesuaian antar struktur kognitif dalam situasi baru. Menerapkan
prosedur perkalian pada situasi yang lebih spesifik (Wijayanti, 2015:85).
Misalnya :siswa sudah mengetahui prinsip perkalian dan guru memberikan
soal perkalian (Georgia (2010):254).
3) Keseimbangan
Proses penyesuaian terus-menerus antara asimilasi dan adaptasi. Hal ini
sebagai tandingan agar peserta didik dapat terus mengembangkan dan
memperkaya ilmunya. Namun untuk menjaga kestabilan mental diperlukan
proses penyeimbangan (Wijayanti, 2015:86). Tanpa proses tersebut maka
perkembangan kognitif seseorang akan stagnan dan tidak merata, sedangkan
mereka yang memiliki keseimbangan yang baik akan mampu menyusun
berbagai informasi yang diterima menjadi pola yang teratur, merasa benar
sendiri, jelas dan masuk akal (Nurdiansyah, 2016:50). Piaget berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses menyesuaikan, mengembangkan, dan
mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang
sebelumnya dimiliki seseorang. Ini disebut konsep skema (jamak =
skema/skema). Biarkan hasil belajar/struktur persepsi yang baru menjadi
dasar untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya (Warsita, 2016:70).
Proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan
kognitif yang dilalui siswa dan dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

1) Tahap sensorik motorik (bayi sampai 2 tahun)


2) Masa pra operasi (anak usia 2-8 tahun) (Suyudi et al., 2013: 108).
3) Tahap operasi khusus (anak 8/7-12/14)
4) Masa Operasi Formal (anak-anak 14 tahun ke atas) (Muhibbin: 68)

2. Jerome Bruner
Berbeda dengan Piaget, Bruner menganggap perkembangan kognitif
manusia berkaitan erat dengan budaya. Bagi Bruner, perkembangan kognitif
seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya, terutama bahasa yang
biasa digunakan. Oleh karena itu, perkembangan bahasa mempunyai pengaruh
yang besar terhadap perkembangan kognitif (Hilgard dan Bower, 1981;
Muhaimin, dkk. 2012:200) Menurut Bruner, untuk mengajarkan sesuatu,
seseorang tidak boleh menunggu sampai seorang anak mencapai tahap
perkembangan tertentu. Yang penting materi pelajarannya disederhanakan
agar bisa tersampaikan kepadanya. Dengan kata lain, perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan dengan mengorganisasikan materi pembelajaran
dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya (Pahliwandari,
2016:160). Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan
adalah kurikulum spiral dimana mata pelajaran yang sama dapat diajarkan
mulai dari sekolah dasar hingga universitas, namun disesuaikan dengan
tingkat perkembangan kognitif, rumusannya artinya 'membutuhkan
pengulangan'. Cara belajar terbaik menurut Bruner adalah memahami
konsep, makna dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat menarik
kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan kata lain belajar melalui
penemuan (Nurhadi, 2018:15; Nugroho, 2015:292) Makna teori Bruner dalam
proses pembelajaran adalah menempatkan anak pada situasi atau
permasalahan yang sulit; Anak akan mencoba membandingkan realitas
eksternal dengan model mental yang telah dimilikinya. Teori ini menjelaskan
bahwa proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan kreatif
apabila guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
kaidah (termasuk konsep, teori, definisi, dan lain-lain) melalui contoh-contoh
ilustratif (representatif) dari kaidah-kaidah tersebut. sumber. Dari pendekatan
ini “learning to explain” (belajar dengan menjelaskan). Siswa menerima
informasi umum dan didorong untuk mempelajari contoh-contoh spesifik dan
konkrit. Menurut Bruner, proses perkembangan kognitif mempunyai tiga
tahap, yaitu:

1) Aktif
upaya/kegiatan mengenal dan memahami lingkungan hidup melalui observasi
dan pengalaman praktis.
2) Ikonik
Siswa melihat dunia melalui gambar dan memvisualisasikannya dalam kata-
kata.
3) Simbolis
siswa yang gagasan abstraknya sangat dipengaruhi oleh bahasa, logika, dan
penggunaan simbol.

3. Ausubel
Proses pembelajaran berlangsung apabila siswa mampu menyerap
pengetahuannya dengan pengetahuan baru (pembelajaran menjadi
bermakna/makna pembelajaran tuntas). Proses pembelajaran melalui tahapan
sebagai berikut:

1). Perhatikan stimulus yang diberikan


2). Memahami arti menyimpan stimulus dan menggunakan informasi yang
dipahami
3). Artinya pembelajaran tuntas merupakan suatu proses yang terkait
dengannya.
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik apabila isi pelajaran
dirumuskan dengan jelas dan disajikan dengan benar, cocok untuk siswa
(Advanced Organizer), sehingga mempengaruhi penyesuaian kemampuan
belajar siswa. Advanced organiser merupakan konsep umum atau informasi
yang mewakili keseluruhan isi pelajaran yang akan dipelajari siswa.
Advanced Organizer memberikan tiga manfaat, yaitu:

1) Memberikan kerangka konseptual untuk literatur yang akan dipelajari.


2) Bertindak sebagai jembatan antara apa yang dipelajari dan apa yang akan
dipelajari.
3) Dapat membantu siswa memahami materi pelajaran dengan lebih mudah
(Nugroho, 2015:293). Oleh karena itu, pengetahuan guru terhadap isi
pembelajaran harus sangat baik agar dapat menemukan informasi yang sangat
abstrak, umum dan luas yang mewakili apa yang akan diajarkan. Guru juga
harus mempunyai pemikiran logis yang baik untuk mampu
mengorganisasikan materi pembelajaran, membentuknya menurut rumusan
yang ringkas, dan menyusun dokumen ke dalam struktur yang logis dan
mudah dipahami (Mulyati, 2015:80).

4. Robert M. Gagne
Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi
dalam otak manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam
bentuk hasil belajar. Pengolahan otak manusia :
1) Reseptor
2) Sensory register
3) Short-term memory
4) Long-term memory
5) Response generator.
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitif adalah teori pemrosesan
informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar
dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia.
Sedangkan pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Reseptor (alat indera)
menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsangan
neural, memberikan simbol informasi yang diterimanya dan kemudian
diteruskan.
2) Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris)
yang terdapat pada saraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris
dan mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual.
Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek dan
sebagian hilang dalam sistem.
3) Short term memory ( memori jangka pendek )
menampung hasil pengolahan perseptual dan menyimpannya. Informasi
tertentu disimpan untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek
dikenal juga dengan informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas,
waktu penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat
ditransformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke memori
jangka panjang.
4) Long Term memory (memori jangka panjang)
menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi
yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai
kapan saja.
5) Response generator (pencipta respon)
menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan
mengubahnya menjadi reaksi jawaban

2.3 Hukum Belajar Teori Kognitivistik


1. Hukum Pragnanz / Law of pragnanz
Merupakan suatu pengidentifikasian dengan pendekatan
kecenderungan dimana otak kita akan memutuskan bagaimana suatu
benda yang kita lihat di persepsikan. Dengan begini kita akan melihat
suatu hal yang rumit dan mempersepsikannya ke suatu hal yang
mudah. Misalnya jika seseorang mengamati objek, maka orang tadi
mengamatinya dalam arti tertentu yang diperoleh dari kesan-kesan
objek yang diamati baik menurut bentuk, warna, ukuran panjang, dan
lain sebagainya. Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang beralihnya
segala kejadian, sehingga suatu keadaan yang seimbang adalah Gestalt
yang baik, yaitu keadaan yang mencakup sifat-sifat keturunan,
kesederhanaan, kestabilan, simetri dan sebagainya.
2. Hukum kesamaan / Law of similarity
Hukum tersebut mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung
membentuk Gestalt (keseluruhan). Maka, objek dapat dilihat
berdasarkan kesamaan yang dimiliki, sehingga jika terdapat
perangsang pengamatan penglihatan maka orang pada umumnya
cenderung untuk mengamati / (melihat) deretan mendatar sebagai
kesatuan (gestalt). Contohnya adalah ketika kita melihat rangkaian
bunga berwarna merah dan putih dan diantara bunga tersebut terbentuk
angka 24 maka kita cenderung akan melihat pada angka 24 yang
terbentuk dari serangkaian bunga tersebut dibandingkan banyaknya
bunga.
3. Hukum kecenderungan / Law of proximity
Hukum kecenderungan adalah hal-hal yang berdekatan cenderung
gestalt (keseluruhan). Manusia selalu melihat secara kelompok-
kelompok. Contoh : banyak kursi di kelas tetapi dibagi menjadi tiga
baris. maka kita tidak lagi melihat banyaknya kursi itu tetapi kita akan
langsung melihat kelompok tiga baris itu.
4. Hukum Ketertutupan / Law of Closure
Dimana hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk Gestalt
sendiri, sebagai contoh gambar dengan bagian-bagiannya yang tidak
lengkap tetapi kita dapat dengan sendirinya mengetahui bahwa gambar
tersebut, karena kita cenderung mempersepsikan bahwa bagian yang
hilang tersebut ada sehingga kita akan tetap menganggap gambar
tersebut sebagai gambar yang sempurna meskipun bentuk ini tidak
lengkap.
5. Hukum kontinuitas / Law Of Continuity
Hukum kontinuitas atau yang biasa dikenal sebagai hukum
berkesinambungan, jadi suatu hal perlu saling berkaitan dan
berkelanjutan untuk dapat dianggap sebagai satu kesatuan yang utuh.
Contohnya yaitu dengan merealisasikan evaluasi hasil belajar dengan
pelaksanaan evaluasi secara teratur dan sambung menyambung dari
waktu ke waktu, yaitu secara sistematis dan kontinu agar dapat
memberikan gambaran kemampuan peserta didik yang dievaluasi.
2.4 Contoh Penerapan Teori Belajar Kognitivistik
Para penganut aliran teori ini mengatakan bahwa belajar tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Mereka tidak setuju
dengan pendapat dari teori sebelumnya, namun lebih mengarah pada
model belajar kognitif yaitu suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai perseptual.
Berikut contoh dan penerapan teorinya :
1. Penggunaan Model Konsep
Penerapan: Seorang guru matematika menggunakan manipulatif seperti
balok atau alat peraga geometri untuk mengajarkan konsep geometri
kepada siswa. Siswa dapat memanipulasi objek-objek ini untuk
mengembangkan pemahaman tentang konsep-konsep geometri secara
visual.
2. Metode Pengajaran Berbasis Masalah
Penerapan: Seorang guru biologi memberikan tugas kepada siswa
untuk meneliti dampak perubahan iklim terhadap ekosistem lokal
mereka. Siswa diminta untuk mengumpulkan data, menganalisis
hasilnya, dan mencari solusi untuk mengurangi dampak negatifnya.
3. Pembelajaran Kolaboratif
Penerapan : Seorang guru Bahasa inggris mengorganisir proyek penulisan
bersama di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membuat cerita
bersama. Mereka harus berkolaborasi, berbagi ide, dan menggabungkan
kontribusi individu menjadi sebuah cerita yang lengkap.
4. Penggunaan Teknologi Pendidikan
Penerapan : Sebuah sekolah menggunakan platform pembelajaran online
yang memanfaatkan teknologi interaktif, simulasi,dan video pembelajaran
untuk membantu siswa memahami konsep fisika yang kompleks. Siswa
dapat melakukan eksperimen virtual dan berinteraksi dengan materi
pembelajaran secara aktif.
5. Pembelajaran Berbasis Kasus
Penerapan : Seorang dosen kedokteran menggunakan metode
pembelajaran berbasis kasus (PBL) di mana mahasiswa diberikan
skenario pasien dan diminta untuk menganalisis masalah kesehatan
serta mengusulkan diagnosis dan perawatan. PBL mendorong
mahasiswa untuk memproses informasi medis secara mendalam.
6. Pengembangan Kemampuan Metakognitif
Penerapan : Seorang guru psikologi mengajar siswa untuk
mengidentifikasi strategi pembelajaran yang efektif untuk diri mereka
sendiri. Mereka meminta siswa untuk merencanakan, memantau, dan
mengevaluasi kemajuan mereka dalam memahami konsep psikologi.
7. Penggunaan Simulasi dalam Pembelajaran
Penerapan : Seorang guru fisika menggunakan perangkat lunak
simulasi komputer untuk membantu siswa memahami konsep fisika
seperti hukum gerak atau fenomena gelombang. Siswa dapat
berinteraksi dengan simulasi dan mengamati dampak perubahan
parameter pada hasilnya.
BAB III

KESIMPULAN

Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar itu sendiri. Teori belajar kognitif sangat berbeda dengan teori belajar yang
lain. Teori belajar kognitivisme Piaget sering disebut genetic epistemologi
(epistemologi genetik) karena teori ini berusaha untuk melacak bagaimana
perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetik memacu pertumbuhan
developmental bukan warisan biologis. Menurut Bruner memahami konsep arti dan
hubungan melalui proses intuitif yaitu yang disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Menurut Ausubel
membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Sedangkan
menurut Gagne belajar dipandang sebagai sebuah proses pengolahan informasi di
dalam otak manusia.

Teori belajar kognitivistik menekankan peran penting pemrosesan informasi,


konstruksi pengetahuan, dan faktor internal dalam proses pembelajaran individu. Ini
memiliki implikasi besar dalam bidang pendidikan dan psikologi kognitif, dan terus
menjadi dasar bagi banyak pendekatan pembelajaran modern.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai