Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makalah ini akan mengkaji tentang pandangan kognitif dalam
kegiatan pembelajaran. Teori Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih
banyak ditentukan karena adanya usaha dari setiap individu dalam upaya
menggali ilmu pengetahuan melalui dunia pendidikan. Penataan kondisi
tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses belajar bagi anak didik,
tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara pribadi ini diarahkan
untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar. Keaktifan siswa menjadi
unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas
mandiri merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal
dalam proses belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para
perancang pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran
perlu menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan
pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting
untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks
pembelajaran yang dihadapi.
Pada bagian ini dikaji tentang pengertian teori belajar kognitif dan
pandangan teori belajar kognitif menurut beberapa tokoh terhadap proses
belajar serta aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak
didik. Masing-masing teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan.
Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang
tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan
ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan
prasarana yang tersedia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Jelaskan pengertian teori kognitivisme?
2

2. Bagaimana teori belajar kognitivisme menurut beberapa tokoh?


3. Apa saja kelebihan dan kelemahan teori belajar kognitivisme?
4. Bagaimana implikasi teori belajar kognitivisme dalam proses
pembelajaran ?

C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
Dengan adanya makalah mengenai ini, penulis berharap akan dapat
memberikan wahana pengetahuan bagi pembaca berkaitan dengan:
1. Pengertian teori belajar kognitivisme.
2. Teori belajar kognitivisme menurut beberapa tokoh
3. Kelemahan dan kelebihan teori belajar kognitivisme
4. Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam proses pembelajaran.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitivisme


Secara istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition yang
padanannya knowing artinya adalah mengetahui. Dalam artian yang luas
Cognition adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. 1
Didalam perkembangan selanjutnya, kognitif ini menjadi populer sebagai
salah satu wilayah psikologi manusia atau konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan,
menyangka, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat diotak juga berhubungan
dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang berkaitan dengan rasa.2
Aliran kognitivisme pada awalnya muncul sebagai bentuk respons
ketidaksepakatan terhadap konsep-konsep belajar behaviorisme yang
menganggap belajar hanya masalah hubungan stimulus dan respon.3 Bagi
penganut aliran ini, teori belajar kognitivisme merupakan suatu teori belajar
yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.
Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan stimulus respon akan tetapi proses
berpikir yang sangat kompleks. Lebih daripada itu aliran kognitivisme ini
beranggapan bahwa selama proses belajar berlangsung terdapat aktivitas di
dalam otak individu. Teori ini lebih menekankan bagaimana upaya atau
proses untuk mengoptimalkan kemampuan aspek intelektual (otak) yang
dimiliki individu tersebut daripada lebih lebih mengoptimalkan hasilnya.
Prinsip teori belajar kognitivisme adalah bahwa setiap orang dalam
bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa di pengaruhi oleh

1
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 22
2
Ibid, 22.
3
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam
Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 165.
4

tingkat-tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri. Seseorang


memiliki kepercayaan, ide-ide, dan prinsip-prinsip yang dipilih untuk
kepentingan dirinya sendiri.4 Dalam pembelajaran teori belajar kognitif
berpandangan bahwa belajar bukan semata-mata proses perubahan tingkah
laku yang tampak, melainkan sesuatu yang kompleks yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi mental siswa yang tidak tampak. Oleh karenanya,
dalam kehidupan sehari-sehari sering kita temui pada proses pembelajaran di
kelas seorang guru perlu memperhatikan kondisi siswa yang berhubungan
dengan persepsi, perhatian, motivasi, dan lain-lainnya agar guru tersebut
dapat memahami apa yang dibutuhkan siswa dan metode seperti apa yang
tepat digunakan dalam menyesuaikan dengan keadaan siswa tersebut.
Seorang guru juga diharuskan memiliki kemampuan intelektual khususnya
dalam penguasaan materi ajar karena belajar akan berjalan baik bila materi
pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki oleh siswa.
Dalam pemerolehan ilmu pengetahuan, Ilmu pengetahuan dibangun
dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi
melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat
sesesorang yang melakukan sholat, tidak hanya memahami gerakan sholat
dan bacaannya akan tetapi masuk dan menyatu kedalam pikiran dan jiwanya
sebagai sebuah kesatuan utuh. Selain itu, dalam teori belajar kognitif,
manusia melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu,
menganalisisnya, lalu mensintesiskannya kembali. Konsep-konsep terpenting
dalam teori belajar adalah adaptasi intelektual terhadap segala sesuatu yang
ada di sekitar.
Penting untuk dipahami bahwa dua pemikiran pokok dari teori belajar
kognitivisme adalah teori pemrosesan informasi dan teori skema. Kedua

4
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), 32.
5

gagasan pokok ini dikembangkan baik oleh Jean Peaget maupun jerome S.
Bruner, David P. Ausabel dan Robert M. Gagne.
1. Teori Pemrosesan Informasi (Information-Processing Theory)
Teori ini merupakan salah satu teori kognitif tentang belajar yang
pertama dan paling berpengaruh. Teori pemrosesan informasi adalah teori
belajar yang menggambarkan pemrosesan, penyimpanan, dan perolehan
pengetahuan oleh pikiran.5 Dalam belajar menyangkut tentang bagaimana
informasi dari lingkungan dapat disimpan dalam memori. untuk
menggambarkan proses tersebut digunakan pemodelan. Model proses
penyimpanan informasi yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah
model yang dikemukakan oleh Atkinson dan Shiffrin sebagaimana dikutip
oleh Nyanyu Khodijah dalam bukunya, model tersebut memiliki tiga
komponen mayor, yaitu : penyimpanan informasi (information store),
Proses kognitif (cognitive proces), dan metakognisi (metakognition).
Komponen pertama adalah penyimpanan informasi, yaitu tempat
penyimpanan data yang digunakan untuk menyimpan informasi, sering
kali dianalogikan dengan buku alamat atau hardisk komputer. Dalam
model pemrosesan informasi, tempat penyimpanan informasi pada
manusia tersusun dari tiga tahap yaitu tahap pertama pengolahan informasi
dalam sensor pencatat (sensory memory ) lalu diproses melewati short-
them memory (STM) dan pada akhirnya ditranfer menuju dan berakhir
dalam long term memory (LTM) untuk disimpan dan sewaktu diperlukan
dipanggil kembali:

INFORMATION  RECEPTOR  SENSORY MEMORY 


SHORTERMS MEMORY  LONGTERM MEMORY.

a. Memory Sensory (sensory memory), suatu sistem mengingat stimuli


secara cepat sehingga dapat berlangsung analisis persepsi, disini
proses berlangsung selama 3-5 detik, masukan utamanya dari
penglihatan dan suara.
5
Nyanyu Khadijah, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 78.
6

b. Memory kerja (working memory), merupakan memory jangka pendek,


short term memory (STM), mampu menyimpan 5-9 informasi dalam
waktu sekitar 15-20 detik, sehingga cukup waktu bagi pengolahan
informasi. Dalam hal ini, informasi yang diberi kode (decode) serta
persepsi setiap individu akan menentukan apa yang disimpan dalam
memory kerja.
c. Memory jangka panjang, lingterm memory (LTM), berfungsi
menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama.
Informasi yang tersimpan didalamnya dapat dalam bentuk verbal
maupun visual.6
Komponen kedua adalah proses kognitif, yaitu tindakan internal,
intelektual yang mentransfer informasi dari suatu tempat penyimpanan ke
tempat penyimpanan lain.7 Proses-proses kognitif yang terlibat dalam
pemrosesan informasi komponen kedua ini adalah perhatian, persepsi,
pengulangan/latian, penyandian, dan pengungkapan kembali.
Komponen ketiga adalah metakognisi, yaitu pengetahuan dan
kontrol terhadap proses-proses kognitif.8 Metakognisi mengontrol dan
mengkoordinasikan proses-proses yang mentransfer informasi dari satu
tempat penyimpanan ke tempat penyimpanan lainnya.
Implikasi dari teori pemrosesan informasi ini terhadap dunia
pendidikan diantaranya:
a) Guru perlu mengetahui bahwa siswa pada dasarnya memilki
keterbatasan dalam memproses dan mengingat informasi.
b) Guru harus memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
pengulangan dan latihan.
2. Teori Skema (Schema)
Teori skema sangat erat kaitannya dengan teori pemrosesan
informasi. Skema merupakan suatu struktur pengetahuan internal.
Informasi baru yang masuk dan diterima individu dibandingkan dengan
6
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 77
7
Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, 79
8
Ibid, 79.
7

struktur kognitif yang telah dimilikinya. Skema yang ada akan


digabungkan , diperluas, atau diubah untuk mengakomodasi informasi
baru tersebut.
Skema adalah proses atau cara mengorganisasikan dan merespon
berbagai pengalaman belajar.9 Dengan kata lain skema adalah suatu pola
sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah
yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai
tantangan dan berbagai jenis situasi. Skema menyatakan pengetahuan
tentang konsep, yaitu individu dan hubungannya dengan individu yang
lain, kejadian-kejadian, urutan kejadian, tindakan dan serangkaian
tindakan.
Implikasi teori skema terhadap dunia pendidikan diantaranya :
a. Guru harus memandang belajar sebagai perolehan dan modifikasi
schema dan bukan perolehan tanpa makna.
b. Guru harus mengetahui bahwa tanpa berbagai alat bantu belajar, siswa
terkadang hanya menyerap sedikit pengalaman atau pelajaran.
c. Belajar yang bernakna timbul bila siswa dapat memasukkan informasi
baru kedalam schema yang telah ada.

B. Teori Belajar Kognitivisme Menurut Beberapa Tokoh


1. Teori Cognitive Field
Teori ini dikemukakan oleh Kurt Lewin (1892-1947). Kurt Lewin
Mengembangkan suatu teori belajar kognitif-field dengan menaruh
perhatian kepada kepribadian dan psikologi social. Lewin memandang
masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan yang
bersifat psikologis. Medan dimana individu bereaksi disebut life space.
Life space mencakup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi,
misalnya: orang – orang yang dijumpainya, objek material yang ia hadapi
serta fungsi kejiwaan yang ia miliki.10 Jadi menurut Lewin, belajar

9
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, 78.
10
Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, 77.
8

berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.


Perubahan sruktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu
dari stuktur medan kognisi itu sendiri, yang lainya dari kebutuhan
motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan lebih penting pada
motivasi dari reward. Lewin juga lebih setuju dengan penggunaan istilah
sukses dan gagal dari pada reward dan punishment.
2. Teori Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang padanan artinya bentuk
atau konfigurasi. Dalam dunia psikologi gestalt dimaknai sebagai
kesatuan atau keseluruhan yang bermakna (a unified or meaningful
whole). Pokok pandangan gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa
tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi. 11
Tokoh-tokoh dari teori gestalt ini diantaranya Max Wertheimer, Wolfgang
Kohler, dan Kurt Koffka. Psikologi gestalt bermula pada lapangan
pengamatan (persepsi). Para ahli psikologi gestalt beralih dari masalah
pengamatan ke masalah belajar, maka hasil yang telah kuat / sukses dalam
penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai
belajar.12
Para tokoh gestalt ini belum merasa puas dengan penemuan-
penemuan para ahli sebelumnya yang menyatakan bahwa belajar sebagai
proses stimulus dan respons serta manusia bersifat mekanistik. Penelitian-
penelitian yang dilakukan oleh para tokoh gestalt lebih menekankan pada
persepsi. Menurut mereka, manusia bukanlah sekedar makhluk yang
hanya bisa bereaksi jika ada stimulus yang mempengaruhinya. Tetapi
lebih dari itu, manusia adalah makhluk yang utuh antara rohani dan
jasmaninya. Dimana ketika manusia bereaksi dengan lingkungannya,
tidak sekedar merespons, tetapi juga melibatkan unsur subyektivitasnya
yang antara masing-masing individunya dapat berbeda.

11
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, 79.
12
Mohammad Muchlis Solichin, Psikologi belajar Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam
Pembelajaran, (Yogyakarta: Suka Press UIN Sunan Kalijaga, 2012) 45.
9

Menurut teori gestalt, belajar adalah proses


mengembangkan insight (wawasan, pengertian/pengetahuan). Insight ini
adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi
permasalahan. Teori gestalt menganggap bahwa insight adalah inti dari
pembentukan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan hukum yang terkenal
dari teori gestalt yaitu hukum pragnanz. Pragnanz ini berarti teratur,
seimbang, dan harmonis. Belajar adalah mencari dan
mendapatkan pragnanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari
sesuatu. Untuk menemukan pragnanz diperlukan adanya pemahaman
(insight).
3. Teori Cognitive Developmental.
Pencetus pertama dari teori cognitive developmental ini adalah Jean
Piaget. Ia dikenal sebagai seorang ahli psikologi developmental dengan
penelitiannya terhadap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang
mempengaruhi kemampuan belajar sesseorang. Menurut Piaget proses
belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap tahap perkembangan
tertentu sesuai dengan umurnya. Penjenjangan ini harus dilalui ber-
dasarkan urutan tertentu dan orang tidak dapat belajar sesuatu yang
berada di luar tahap kognitifnya. Di sini terdapat empat macam tahapan,
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perkembangan individu tersebut pada
4 tahapan:
a. Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)
Selama perkembangan dalam periode sensori-motor yang berlangsung
sejak anak lahir sampai usia 2 tahun. Intelegensi yang dimilki anak
masih bersifat primitif.13 Anak mulai mengenal lingkungan sekitarnya
dengan alat inderanya (penglihatan, pendengaran, penciuma,
pengecapan, dan perabaan).14 Pada usia satu setengah hingga dua
tahun anak sudah bisa mengenali dengan sungguh-sungguh orang-
orang atau benda-benda disekitarnya.
13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 26
14
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Jogjakarta Ar-Ruzz Media, 2007),
89.
10

Pada tahap sensorimotor, Pendidikan Agama Islam sudah dapat


diajarkan pada anak. Seperti membiasakan membaca hamdalah, makan
dengan tangan kanan dan sebagainya. Karena pada tahap ini anak
mengandalkan reflex bawaaannya untuk mengeksplorasi dunianya.
Dengan membiasakan membaca hamdalah dan sebagainya diharapkan
ketika dewasa nanti sang anak akan selalu melakukannya karena sudah
menjadi reflek/kebiasaan sejak kecil.
b. Tahap pra-operassional (2-7 tahun )
Pada tahap ini kemampuan anak dalam menerima rangsangan masih
terbatas. Anak mulai berkembang kemapuan bahasanya, pemikirannya
masih statis, dan belum bisa berpikir abstrak, persepsi waktu dan
tempat masih terbatas.15 Pada tahapan praoperasional ini anak akan
belajar menggunakan dan mempresentasikan objek dengan gambaran dan
kata-kata. Sehingga ketika sang anak banyak bertanya janganlah
dimarahi, tetapi jawablah dengan lemah lembut dan pengertian.
Kaitkanlah penjelasan-penjelasan yang kita sampaikan pada anak dengan
keislaman. Contohnya ketika anak bertanya tentang hewan peliharaan
ayam maka terangkanlah ayam itu apa, disambung dengan manfaat ayam.
Kita juga harus menyayangi ayam dengan cara memberinya makan, hal
ini merupakan bagian dari keislaman karena islam mengajarkan kita
memiliki kasih saying pada makhluk ciptaa Allah swt. Pelajaran-
pelajaran yang diterima oleh sang anak akan membekas pada dirinya
sampai anak dewasa bahkan sampai ajal menjemputnya.
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun )
Pada tahap ini seorang anak dapat membuat kesimpulan dari seesuatu
pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret karena
pada masa ini logika anak sudah memadai. Proses penting selama
pengurutan itu adalah mengurutkan objek berdasarkan bentu atau
ukuranya atau ciri lainnya16. Contohnya misalnya ketika anak diberi

15
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Prakek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), 50
16
Mohammad Muchlis sholichin, Psikologi Belajar Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses
Pembelajaran, 36.
11

benda berdasarkan ukran, mreka dapat mengurutkannya dari yang


paling kecil ke yang paling besar. Dalam keislaman misalnya sudah
saaatnya sang anak diajari tata cara beribadah sesuai syariat,
membiasakan anak untuk taaat beribadah, mengingatkan anak bila
berbuat jelek, mengajaknya pada pembiasaaan perbuatan baik.
d. Tahap operasional formal (11 tahun keatas )
Pada tahap yang terakhir, yaitu tahapan operasional formal sang anak
sudah mampu berfikir secara abstarak, menalar secara logis dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia. Sudah dapat memahami hal-hal
seperti cinta, bukti logis dan niali. Sang anak sudah bisa diajak untuk
memaknaiarti ibadah yang dilakukan, mengartkan kejadian-kejadian
dalam hidup, melati kesabarannya, menghargai orang lain dan
sebagainya.
Yang merupakan titik pusat teori Perkembangan Kognitif Piaget ialah
bagaimana individu mengalami kemajuan tingkat perkembangan mental
atau pengetahuan ke tingkat yang lebih tinggi. Hal yang pokok dalam teori
ini adalah kepercayaan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu dalam
interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu berubah.

.
4. Discovery Learning
Bruner mengusulkan teori yang disebut Discovery learning.
Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
apabila memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) sebagai contoh-
contoh yang mengambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.
siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.
Konsep dasar dari Bruner ini adalah belajar dngan menemukan discovery
learning, siswa mengorganisasikan bahan pellajarang yang dipelajarinya
dengan bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak. 17
Misalnya, untuk memahami konsep kejujuran, siswa tidak menghafal
definisi kata kejujuran, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang
17
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, 88.
12

kejujuran. Dari contoh itulah, siswa dibimbing untuk mendefinisikan


kata kejujuran.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang terjadi tiga
tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu sebagai
berikut:18
a. Tahap enaktif (enactive)
Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk
memahami lingkungan sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran ketika materi
pembelajaran bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan
benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran tersebut
dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata.
b. Tahap ikonik (iconic)
Tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak,
dipelajari siswa dengan menggunkan ikon, gambar dan diagram yang
menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda konkret. Dengan
demikian, topic pembelajaran yang bersifat abstrak ini telah
direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata yang
dapat diamati siswa.
c. Tahap simbolik (simbolic)
Seseorang telah mampu mempunyai ide-ide abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuanya dalam berbahasa atau logika. Cara yang
baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery
learning).

5. Teori Belajar Bermakna


Teori ini diperkenalkan oleh David P. Ausabel. Ausabel mengawali
teorinya dengan memfokuskan pada pembelajaran verbal. Teorinya
terkait dengan sifat-sifat makna, dan ia percaya bahwa dunia luar akan

18
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, 89.
13

memberikan makna terhadap pembelajaran ketika berbagai konsep yang


berasal dari luar mampu diubah menjadi kerangka isi oleh siswa.
Makna diciptakan melali beberapa bentuk hubungan ekuivalen antara
bahasa dan konteks mental, yag melibatkan dua proses:
a. Resepsi, yang ditimbukna melalui pembelajaran verbal yang
bermakna.
b. Penemuan, yang terlibat dalam pembentukan konsep dan pemecahan
masalah.19
Sifat atau karakteristik untuk teori ini adalah apa yang disebut advance
organizers yang apabila dipakai dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk mempelajari informasi baru. Advance organizer ini merupakan
kerangka berbentuk abstraksi atau ringkasan-ringkasan dari konsep dasar
yang harus dipelajari serta hubungannya dengan apa yang telah ada dalam
struktur kognisi siswa.
Dalam proses belajar mengajar, seorang pengajar dapat menerapkan
prinsip belajar bermakna oleh Ausubel, melalui langkah-langkah sebagai
berikut. Pertama, mengukur kesiapan siswa (minat, kemampuan, struktur
kognisi) melalui tes awal, interview, review, pertanyaan dll. Kedua,
memilih materi, mengaturnya dan menyajikan konsep-konsep inti, dimulai
dari contoh konkrit dan contoh kontroversial. Ketiga, mengidentifikasi
prinsip-prinsip yang harus diketahui dari materi baru dan menyajikan
suatu pandangan menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari. Keempat,
memakai advance organizers; agar siswa dapat memahami konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang ada dengan memberikan fokus pada hubungan
yang ada.

C. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitivisme


Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan
teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula

19
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, 100.
14

kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan


kelemahan teori kognitif :
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
2. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
3. Teori ini dapat memaksimalkan ingatan peserta didik
4. Lebih memudahkan guru dalam memberikan materi, guru sebagai
fasilitator yang mengarahkan dan mengawasi jalannya pembelajaran.
Kelemahan Teori Belajar kognitif
1. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan
2. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
3. Teori ini tidak cocok dipraktekkan di SMK.
4. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya
masih belum tuntas.

D. Pengaplikasian Teori Belajar Kognitivisme Dalam Pembelajaran


Pada makalah ini penulis mencoba untuk mengaplikasikan teori belajar
kognitif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, kelas VII semester 1, dengan pokok bahasan Misi
Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah. Sebagaimana yang telah
dipaparkan sebelumnya bahwa langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan
dalam teori kognitif adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Memilih materi pembelajaran
3. Menentukan topik yang dapat dipelajari peserta didik secara aktif
4. Menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
topik
5. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan
cara berfikir peserta didik
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik
15

Penerapan teori kognitif dalam pembelajaran sejarah kebudayaan islam di


madrasah :
Standar Kompetensi : Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode
Mekkah
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan misi Nabi Muhammad SAW
sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa
kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat
Tujuan Pembelajaran :
- Membuat peta konsep tentang misi Nabi Muhammad SAW
sebagai rahmatan lil ‘alamin
- Mengambil ibrah dari misi nabi muhammad SAW, sebagai rahmat bagi
alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan dan kemajuan
masyarakat untuk masa kini dan yang akann datang.
- Meneladani perjuangan nabi muhammad SAW dan para sahabat dalam
menghadapi masyarakat mekkah.
Materi pembelajaran : Dakwah nabi Muhammad SAW di Mekkah
Kegiatan pembelajaran dalam materi ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara berikut ini :
Pertama : sesuai dengan materi pembelajaran yang telah ditentukan, guru
sebelum membagi kelompok terlebih dahulu memberikan gambaran sekilas
tentang materi dakwah nabi Muhammad SAW. Gambaran tersebut sebagai
bentuk pengenalan awal siswa terhadap materi Dakwah Nabi Muhammad di
Mekah. Tahap pemberian penjelasan singkat atau gambaran sekilas terhadap
materi yang diberikan ini, penulis pahami sebagai gambaran awal dari
tahapan atau proses pertama dalam teori belajar kognitif. Setelah
memberikan penjelasan atau gambaran sekilas tentang materi dakwah nabi
muhammad SAW maka selanjutnya guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok, sesuai dengan banyaknya sub bahasan yang akan didiskusikan.
Pembagian kelompok dan materi ajar terhadap masing-masing kelompok,
penulis pahami sebagai tahapan kognitif yang kedua karena pada tahap ini
siswa diminta untuk melakukan tindakan terhadap materi yang ia dapat
16

sesuai dengan kelompoknya. Materi materi tersebut terbagi kedalam tiga


kelompok yaitu :
- kelompok 1 : membahas tentang dakwah nabi muhammad di
kota mekkah
- kelompok 2 : membahas tentang ibrah misi dakwah nabi
muhammad saw
- kelompok 3 : membahas tentang meneladari perjuangan nabi
muhammad saw
setelah materi didapat semua oleh semua kelompok, guru meminta siswa
untuk mendiskusikan materi-materi tersebut sesuai dengan kelompoknya
masing masing. Siswa mulai aktif berdiskusi dengan kelompoknya untuk
mendapatkan gambaran atau pemahaman terhadap materi yang didapatkan.
Tidak hanya itu, pada tahap perkembangan selanjutnya siswa diminta
menganalisis lebih dalam lagi materi yang didapat dengan mengaitkannya
dengan berbagai referensi yang berkaitan dengan topik yang kemudian dari
hasil diskusi dan analisis tersebut siswa pada tahapan terakhir ini mampu
melakukan hal-hal berikut :
a. menuangkan hasil penemuannya dalam bentuk gambar di karton dengan
krayon. (tujuan membuat gambar dalam karton untuk menumbuhkan
kreatifitas dan cara berfikir anak).
b. Masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi
dan analisisnya didepan kelas yang diwakili oleh seorang atau beberapa
orang siswa tentang hasil temuannya yang berkaitan dengan topik yang
diberikan. Hal ini juga bertujuan untuk menumbuhkan kreatifitas dan
kemapuan berpikir anak serta untuk lebih mengembangkan materi
tersebut. Memberikan penejelasan dan pemahaman terhadap kelompok
lain terkait dengan materi yang sedang siswa atau beberapa siswa
presentasikan.
c. Tahapan selanjutnya guru menyediakan waktu bagi siswa untuk tetap
menggali pengetahuan dari hasil analisis dan presentasi siswa dengan
menyediakan kesempatan bertanya jawab dari siswa kepada siswa yang
17

sedang mempresentasikan materinya di depan kelas. Disini peran guru


tidak lagi hanya mengawasi dan memantau jalannya diskusi, tapi disini
guru juga berperan aktif meluruskan, mengarahkan dan memberikan
pemahaman lebih terkait dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
siswa sesuai dengan materi masing-masing kelompok. Hal ini dilakukan
agar siswa pada tahap akhir nanti paham terhadap apa yang ia pelajari
dan mampu memberikan kesimpulan yang benar.
d. Setelah selesai menganalisis dan presentasi seluruh siswa diminta
membuat rangkuman atau review serta kesimpulan atas materi-materi
yang telah siswa analisis dan presentasikan bersama. Materi ditulis di 1
lembar kertas yang diberi identitas diri, yang kemudian dikumpulkan
kepada guru sebagai evalusai sejauh mana siswa dapat menyerap materi
yang telah dipresentasikan.
e. Guru memberikan nilai sesuai dengan kadar hasil review dan
kesimpulan.

E. Pengaplikasian Teori Belajar Kognitivisme lainnya Dalam


Pembelajaran PAI.
Salah satu unsur terpenting dalam penerapan teori belajar
kognitivisme adalah pemahaman guru untuk menerapkan starategi
pembelajaran kognitiv di dalam kelas. Untuk lebih memahami cara
pengaplikasian pembelajaran kognitiv di dalam kelas, dibawah ini
disajikan contoh penerapannya dalam pendidikan agama islam.
Misalnya, pada suatu hari seorang guru ingin memberikan
pelajaran tentang haji. Kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan
siswa untuk memahami hukum islam tentang haji. Untuk mencapai
kompetensi tersebut dirumuskan beberapa indikator hasil belajar sebagai
berikut :
1. Menjelaskan pengertian haji
2. Melafalkan dalil mengenai haji
18

3. Menjelaskan syarat wajib haji, larangan diwaktu melaksanakan


haji, dan sunnah-sunnah haji
4. Menjelaskan rukun haji
5. Menyebutkan fungsi ibadah haji
6. Mampu menjelaskan dan mempraktekkan tata cara haji.
Untuk mencapai tujuan kompetensi diatas, dengan menggunakan
pembelajaran kognitivisme guru dapat melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Pendahuluan
a. Guru pertama kali memulai pertemuan dengan salam dan absen serta
mengkondisikan kelas kemudian guru menjelaskan kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran, manfaat dari proses pembelajaran
dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan
siswa, baik itu sekarang atau nanti dimasa depan.
b. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kognitivisme.
1) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
siswa.
2) Masing-masing kelompok ditugaskan sesuai banyaknya indikator
kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya kelompok 1 ditugaskan
untuk menjelaskan pengertian haji dan dalilnya dengan mencarinya
di buku-buku pelajaran, majalah, artikel atau di perpustakaan.
Kelompok ke-2 dan ke-3 bertugas untuk menjelaskan tentang
syarat wajib haji, larangan diwaktu melaksanakan haji, dan sunnah-
sunnah haji dengan mencarinya dibuku-buku pelajaran dan
perpustakaan atau langsung menanyakannya pada orang yang
sudah melaksanakan haji dengan tekhnik wawancara. Kelompok
ke-4 dan ke-5 bertugas menjelaskan tentang rukun haji dan
menyebutkan fungsi ibadah haji dengan cara yang sama yaitu
dengan mengunjungi perpustakaan dan mencari buku-buku yang
berhubungan dengan kelompok masing-masing tentang haji.
Kelompok yang ke-6 bertugas untuk menjelaskan dan
19

mempraktekkan tentang tata cara haji maka siswa bisa ditugaskan


oleh gurunya untuk melakukakan wawancara kepada beberapa
orang yang sudah melaksanakan haji baik itu guru, tetangga atau
orang tua siswa. Siswa juga bisa melihat tata cara pelaksanaan haji
dengan melihat video, televisi dan lain sebagainya. Tujuan dari
kegiatan pembelajaran ini adalah agar siswa mampu mencari
sendiri informasi yang ingin dia pelajari, memprosesnya hingga
menjadi suatu informasi yang baru dalam hidupnya.
3) Siswa ditugaskan untuk mencatat dari semua perolehan informasi
yang mereka dapat, baik itu dari buku, artikel, televisi, wawancara
dan lain sebagainya.
c. Guru melakukan tanya jawab seputar tugas haji yang harus dikerjakan
oleh masing-masing kelompok siswa.
2. Inti Pembelajaran
Dilapangan siswa dari masing-masing kelompok melakukan hal-hal
berikut:
a. Mencari informasi dengan membaca buku, membaca arikel,
mengunjungi perpustakaan, menontot TV atau Video, melakukan
wawancara dengan orang yang berpengalaman melaksanakan haji.
b. Mencatat semua hasil perolehan informasi baik itu dari buku, artikel,
televisi maupun hasil wawancara.
Di dalam kelas siswa dari masing-masing kelompok melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Mendiskusikan hasil temuan dan perolehan informasi yang mereka
dapatkan dengan anggota kelompok mereka masing-masing.
b. Melaporkan dan menjelaskan hasil diskusi mereka
c. Setiap kelompok melakukan tanya jawab dengan kelompok lain
seputar materi yang mereka dapatkan masing-masing.

3. Penutup
20

a. Siswa menyimpulkan hasil diskusi masing-masing kelompok


berkenaan dengan masalah haji, dan guru juga membantu
menyimpulkan dan lebih menguatkan penjelasan masing-masing
kelompok dengan memadukannya dengan indikator hasil belajar yang
harus dicapai.
b. Guru kemudian menugaskan masing-masing kelompok untuk
membuat laporan terkait dengan pengalaman belajar yang telah
mereka lakukan dengan tema tentang haji.
c. Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan selamat
mengerjakan dan salam.
21

BAB III
KESIMPULAN

c. Teori belajar kognitivisme berpendapat bahwa belajar tidak sekedar


melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar
adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks dan mementingkan
proses belajar. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui
proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-
sambung, dan menyeluruh.
d. Dua pokok yang menjadi bahasan teori kognitivisme yaitu teori pemrosesan
informasi dan teori skema. Teori lain tentang teori belajar kognitivisme yang
dikemukakan oleh beberapa tokoh diantaranya adalah : Cognitive Field oleh
Kurt Lewin, Gestalt oleh Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt
Koffka , Cognitive Developmental oleh Jean Peaget, Discovery Learning oleh
Jeremy S. Bruner dan Belajar Bermakna oleh David P. Ausabel.
e. Kelebihan dan Kelemahan diantaranya yaitu :
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
- Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
- Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Kelemahan Teori Belajar kognitif
- Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
- Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
4. Penulis mencoba untuk mengaplikasikan teori belajar kognitif dalam
pembelajaran pendidikan agama islam mata pelajaran Sejarah kebudayaan
Islam, kelas VII semester 1, dengan pokok bahasan Misi Dakwah Nabi
Muhammad SAW di Mekkah. Dan juga pada mata pelajaran fiqih dengan
pokok bahasan tentang haji.
22

DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers


Irham, Muhammad dan Novan Ardy Wiyani. Psikologi Pendidikan Teori dan
Aplikasi dalam Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2012. Kurikulum dan
Pembelajaran Jakarta: Rajawali Pers.
Khadijah, Nyanyu . 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran . Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muchlis Solichin, Mohammad. 2012. Psikologi belajar Aplikasi Teori-Teori
Belajar Dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Suka Press UIN Sunan
Kalijaga,
Idi, Abdullah .2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik . Jogjakarta
Ar-Ruzz Media.
Syaodih Sukmadinata , Nana. 2013. Pengembangan Kurikulum Teori Dan
Prakek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai