Dosen Pengampu:
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. Atas limpahan rahmat dan karunianya kepada
kami, sehinhga dapat menyelesaikan makalah Teori Pemrosesan Informasi ini tepat
waktu. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw yang telah
menunjukkan jalan kebenaran kepada kita semua.
Di dalam makalah ini akan dijelaskan menegenai definisi belajar dari segi
kognitif, teori teori belajar kognitif dari beberapa pakar, penerapan teori dalam
pembelajaran IPA serta kelemahan dan kelebihan tiap teori yang ada.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
tidak banyak mempunyai strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak
pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang
mampu memonitor kerja proses kognitifnya.
Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar pada diri seseorang
yang berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan informasi adalah teori
pemrosesan informasi. Menurut teori ini proses belajar tidak berbeda halya dengan
proses menerima,menyimpan dan mengungkapken kembali dengan informasi-
informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala tentang belajar dapat
dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai proses transformasi masukan
menjadi keluaran. Jadi, proses belajar tersebut mirip dengan apa yang terjadi pada
sebuah komputer.
Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli
dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari
sudut pandang teori pemrosesan informasi. Proses belajar menurut teori ini meliputi
kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali informasi-informasi
yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa yang anda lihat, yang penting
bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri pembelajar.
5
1.3 Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai
contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan
berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi
dalam kelompok secara demokratis.
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir
induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk per- baikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam
pelajaran mengarang.
d. Memiliki bagian-bagian model dalam pelaksanaan, yaitu: urutan
langkahlangkah pembelajaran(syntax); adanya prinsip-prinsip reaksi; sistem
social; sistem pendukung.
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut
meliputi: dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, dan
dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang. 6. Membuat persiapan
mengajar (desain instruksional) dengan pedomaan model pembelajaran yang
dipilihnya.
8
b. Pengenalan pola. Pengenalan pola adalah proses transformasi dan
pengorganisasian informasi yang masih kasar agar mempunyai makna atau arti
tertentu. Aspek ini lebih dalam dari hanya sekedar menyimpan informasi yang
masuk melalui reseptor, dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa aspek
pengenalan pola ini adalah sebuah upaya untuk menata informasi yang masuk
sesuai dengan karakteristik yang menonjol untuk ditempatkan sesuai dengan
jenisnya.
c. Perhatian. Perhatian adalah aspek yang ketiga, yang diartikan sebagai proses
pemusatan aktivitas mental atau proses konsentrasi pikiran dengan
mengabaikan rangsangan lain yang tidak berkaitan. Aktivitas ini menuntut
pemusatan konsentrasi pikiran pada hal-hal yang menonjol dari sebuah
informasi dan bekerja secara intens terhadap informasi tersebut dengan
mengabaikan hal-hal yang tidak terkait.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif
dari pembelajaran. Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu
komputer, dikembangkan model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan
menggambarkan cara individu memani- pulasi simbol dan memproses informasi.
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif
information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural
sistem informasi, yaitu:
a. Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory
register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam
sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan dengan
informasi di long-term memory.
b. Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working
memory, di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory
sangat terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi
secara serempak.
c. Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya
sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki siswa.
9
Perolehan informasi, penyimpanan informasi, mendapatkan kem- bali informasi, dan
penggunaan informasi terdiri atas sejumlah tahapan yang terpisah. Pendekatan
pemrosesan informasi mencaoba mengidentifikasi apa yang terjadi tahapan ini (Haber,
1969). Pendekatan tahapan ini dipengaruhi oleh metafora computer di mana seseorang
memasukkan, menyimpan, dan mendapatkan kembali data dari komputer.
a. Teori Kognitif
Model pemrosesan informasi ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget)
dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang
dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal
dan visual. Ilmu kognisi (cognitive science) merupakan kajian mengenai
10
inteligensi manusia, program computer, dan teori abstrak dengan penekanan
pada perilaku cerdas, seperti perhitungan (Simon&Kaplan, 1989). Teori
pemrosesan informasi /kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985).
Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Pembelajaran merupakan keluaran pemrosesan informasi yang
berupa kecakapan manusia.
b. Teori Template
Teori Template mengusulkan bahwa pola-pola tidak “diuraikan”semua.
Template adalah suatu kesatuan yang holistic atau tidak dapat dianalisis yang
kita bandingkan dengan pola lainnya dengan mengukur seberapa banyak
kedua pola dapat dicocokkan atau saling melengkapi. Kelemahan dari teori
template membuat teori tersebut kurang menjanjikan untuk dijadikan teori
umum pengenalan pola biasanya akan cepat hilang.
c. Teori Ciri
Teori Ciri (Feature Theory) memung- kinkan untuk menggambarkan sebuah
pola dengan membuat bagian-bagiannya. Teori Ciri tepat sekali untuk
menggambarkan perceptual learning (pembelajaran perceptual) dan salah satu
diskusi terbaik mengenai teori cirri terdapat Principle Of Preceptual Learning
and Development dari Gibson (1969). Teori Gibson menyebutkan bahwa
epembelajaran perceptual terjadi melalui penemuan ciri-ciri yang
membedakan satu pola dengan pola lainnya. Meskipun kebanyakan teoritikus
pengenalan pola menggunakan konsep ciri, namun sering kali untuk
menemukan seperangkat ciri yang baik merupakan tugas yang menantang
Gibson (1969) mengajukan kriteria berikut sebagai dasar dalam menyeleksi
seperangkat ciri dari huruf besar, yaitu:
1) Ciri haruslah merupakan cirri yang paling penting sehingga terlihat
berbeda.
11
2) Identitas dari cirri tersebut harus tidak berubah-ubah ketika terjadi
perubahan kecepatan keterangan, ukuran, dan perspektif.
3) Ciri tersebut harus menghasilkan pola yang unik untuk setiap huruf.
4) Jumlah ciri yang diajukan haruslah sedikit.
A. Analisis Kelebihan
Dengan manggunakan teori pemprosesan informasi akan membantu
meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa akan berusaha mengaitkan suatu kejadian atau proses pembelajaran
yang menarik dengan materi yang disampaikan, karena dalam teori
pemprosesan informasi guru atau pendidik di tuntut untuk kreatif dalam
memberikan pengajaran terhadap peserta didik. Yang dimaksud guru kreatif
tersebut adalah guru mampu menyajikan materi pembelajaran dengan
menggunakan alat bantu dan metode penyampaian yang dapat menarik siswa
sehingga, siswa akan mudah mengingat dan memahami materi yang di
sampaikan.
12
B. Analisis Kelemahan
Jika seorang guru tidak bisa menyampaikan meteri pembelajaran dengan
metode dan alat bantu yang dapat menarik siswa, maka proses pembelajaran
akan terasa membosankan. Sehingga tidak akan menarik perhatian siswa yang
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu apabila
menghadapi siswa atau peserta didik yang benar-benar tidak mampu diajak
untuk aktif berfikir maka akan terjadi ketidak singkronan antara pendidik dan
peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
15