Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI....................................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Model Belajar Menurut Teori Pemrosesan Informasi ............... 3
2.2 Proses-Proses Belajar Menurut Model Pemrosesan Informasi .................... 5
a. Stimuli (Lingkungan)........................................................................................ 6
b. Komponen penyimpanan informasi ................................................................ 7
c. Proses-proses kognitif ..................................................................................... 13
d. Metakognisi ..................................................................................................... 20
BAB III.................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENUTUP............................................................................Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan ..........................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RUJUKAN .........................................................Error! Bookmark not defined.

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Dalam pembelajaran terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga
menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi
adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal
individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi
dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak
mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dengan orang
dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi, kurang
sistematis, tidak banyak mempunyai strategi untuk mengatasi masalah,
tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan
untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses
kognitifnya. Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar pada
diri seseorang yang berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan
informasi adalah teori pemrosesan informasi. Menurut teori ini proses
belajar tidak berbeda halnya dengan proses menerima, menyimpan dan
mengungkapkan kembali dengan informasi-informasi yang telah diterima
sebelumnya. Genjala-gejala tentang belajar dapat dijelaskan jika proses
belajar itu dianggap sebagai proses transformasi masukan menjadi keluaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian model belajar menurut teori pemrosesan informasi?
2. Bagaimana proses-proses belajar menurut model pemrosesan
informasi?
3. Bagaimana penerapan model belajar menurut teori pemrosesan
informasi di kelas?

1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk menjelaskan tentang pengertian model belajar menurut teori
pemrosesan informasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses-proses belajar menurut model
pemrosesan informasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model belajar menurut teori
pemrosesan informasi di kelas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Belajar Menurut Teori Pemrosesan Informasi

Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar


yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali
pengetahuan dari otak. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang
memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang
dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui
beberapa indera. Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai
oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan registrasi
penginderaan menerima jumlah besar informasi dari indera dan
menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik.
Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam
register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang.
Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam
pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi
bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk
membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke
dalam kesadaran.
Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai
persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus,
karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu,
pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain. Informasi yang dipersepsi

3
seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari
sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah
sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa
detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek
adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-
kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar.
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat
menyimpan informasi untuk periode panjang. Memori jangka panjang
menjadi tiga bagian, yaitu memoriepisodik, yaitu bagian memori jangka
panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi
kita, memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang
yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum, dan memori prosedural
adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan
sesuatu.
Model pemrosesan informasi ini dibuat untuk membantu
pemahaman kita akan proses internal yang terjadi dalam otak manusia.
Karena itu belajar menurut Model Pemrosesan Informasi (MPI) adalah
perubahan perilaku dalam bentuk perubahan kapasitas memori untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang disebabkan oleh tinggi rendahnya
intensitas pemrosesan informasi yang berasal dari lingkungan. Teori
Pemrosesan Imformasi merupakan teori belajar kognitif yang
mendeskripsikan pemrosesan, penyimpanan dan pelacakan pengetahuan
dari otak atau pikiran (Slavin dalam Hipiteuw 2009:68)
Teori belajar oleh Gagne (1988) disebut dengan “Information
Processing Learning Theory”. Teori ini merupakan gambaran atau model
dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses suatu informasi.
Karenanya teori belajar tadi disebut juga Information-Processing Model
oleh Lefrancois atau Model Pemrosesan Informasi. Menurut Gagne dalam
Rehalat (2014:2) bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam
bentuk hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan
informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri

4
dari: informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap,
kecakapan motorik.
Model pembelajaran pemrosesan informasi adalah model
pembelajaran yang menitik beratkan pada aktivitas yang terkait dengan
kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas
siswa melalui proses pembelajaran. Model ini lebih memfokuskan pada
fungsi kognitif peserta didik. Model ini berdasarkan teori belajar kognitif
sehingga model tersebut berorientasi pada kemampaun siswa memproses
informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan tersebut.
Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara mengumpulkan atau
menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan
masalah, menemukan konsep-konsep, dan pemecahan masalah, serta
menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini berkenaan
dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir
produktif, serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum (general
intellectual ability)

2.2 Proses-Proses Belajar Menurut Model Pemrosesan Informasi


Menurut Hitipeuw (2009:69) MPI memiliki 3 (tiga) komponen
utama. Komponen pertama adalah komponen penyimpanan informasi.
Komponen PENYIMPANAN INFORMASI adalah tempat-tempat
penyimpanan data yang berfungsi untuk menyimpan informasi. Ini serupa
dengan lemari file atau Buku Alamat, dan analog juga dengan unit
penyimpanan pada komputer seperti CPU dan Hard Drive atau Flashdisc.
Komponen penyimpanan Informasi dalam model pemrosesan informasi
terdiri dari tiga bagian yakni sensory registers, short-term memory (working
memory), dan long-term memory.
Komponen kedua terdiri dari proses-proses kognitif. PROSES-
PROSES KOGNITIF adalah aksi-aksi internalintelektual yang mentransfer
informasi dari satu penyimpanan informasi ke penyimpanan informasi
lainnya. Proses-prosesnya meliputi attention, perception, rehearsal,
encoding, dan retrieval. Sebagian proses-proses kognitif ini sebagai

5
attention (perhatian) dan persepsi merupakan hal-hal yang sudah diketahui
lama oleh banyak orang, sehingga bukan hal-hal ynag baru sama sekali,
hanya saja banyak orang tidak tahu bagaimana mengaktifkan proses-proses
ini agar membantu dalam belajar.
Kompetensi Ketiga adalah METAKOGNISI yang merupakan
presiden dari proses-proses kognitif. Metakognisi adalah pengetahuan dan
kesadaran individu akan proses-proses kognitifnya dan dalam mengontrol
proses-proses tersebut. Saat Tina memutusakan mencatat perkuliahan yang
sedang berlangsung karena dengan begitu bisa menolongnya terus terarah
dengan perkuliahannya dan tidak beralih ke hal yang lain, Tina sebenarnya
sedang mendemonstrasikan pengetahuan dan kontrolnya atas
attention(keterarahan). Inilah contoh metakogisi.
Berikut adalah penjelasan berkenaan dengan MPI dalam arti
bagaimana mendemonstrasikan cara kerja model ini. Kita akan
mendiskusikan proses-proses yang menggerakkan informasi dari satu
tempat penyimpanan ke tempat penyimapana lainnya, dan akhirnya kita
akan menganalisa bagaimana kemampua-kemampuan metakognisi
mengatur prose-proses.
a. Stimuli (Lingkungan)
Saat anda sedang aktif coba pejamkan mata, lalu coba pasang
telinga anda dengan seksama! Berapa banyak informasi auditori
yang anda dengar? Bila di sekolah, anda jadi sadar bahwa ada
banyak suara dan bunyi-bunyian yang sebelumnya tidak anda sadari
sebab anda hanya memberi perhatian pada beberapa saja dari suara
dan bunyi-bunyian tersebut, sehingga lainya lost (hilang begitu
saja).
Sepanjang pengalaman kita, selama hidup, stimulus dari
lingkungan terus memborbardir kita. Bunyi burung yang berkicau
dan mesin kendaraan, bau yang ditimbulkan dari pembakaran dan
parfum, cerahnya matahari yang masuk melalui jendela, suara yang
keras yang ditimbulkan oleh orang dan sebagainya semuanya ini
disebeut dengan stimuli, atau stimulus bila hanya tunggal. Di ruang

6
kelas, suara guru dan siswa yang sedang tanya jawab, tulisan pada
halaman buku, tayangan melalui LCD, keluhan siswa dari tempat
duduknya adalah stimulus yang dijumpai. Semua stimulus yang
inilah harusnya kita tangkap dan proses saat kita belajar di kelas dan
mengingat apa yang dipelajari.
b. Komponen penyimpanan informasi
 The Sensory Registers
Tubuh manusia diperlengkapi dengan berbagai indera
(senses/sensory) yang bisa digunakan untuk menagkap semua
informasi yang ada dalam lingkungan untuk diteruskan ke otak guna
diproses untuk memahaminya dan atau menyimpannya. Ada indera
pendengaran (auditory), penglihatan (visual), pembau (smell),
pengecap (taste), peraba (touch), juga ada indera keseimbangan
(vestibular), dan indera proprioseptik ataupun indera yang ada pada
otot dan pergelangan.
Sensory register merekam informasi tanpa batas. Berebeda
dengan komputer yang kapasitasnya terbatas. PA yang dilihat atau
didengar terekam apa adanya, belum dimaknai secara personal dan
merupakan tempat penyimpanan informasi yang paling luar yang
langsung menangkap/berhadapan dengan stimulus. Hebatnya
manusia memiliki banyak indera untuk menangkap
informasi(stimulus). Karena itu bila indera mata tidak ada atau
indera pendengaran tidak ada tau kedua indera tersebut tidak ada,
manusia tetap bisa belajar dan menangkap informasi dari
lingkungan.
Sayangnya lama penyimpanan hanya 1 detik untuk stimulus
visual dan 4 detik untuk stimulus auditory. Bila tidak diberi
perhatian maka stimulus-stimulus tersebut akan hilang. Durasi 1
detik untuk visual, cukup untuk membuktikan bahwa sensory
register adalah tempat penyimpan informasi. Perhatikanlah baling-
baling bila sedang berputar maka yang terlihat seperti piring bukan
baling-baling. Saat baling-baling tersebut berputar 360 derajat,

7
durasinya kurang 1 detik sehingga disetiap derajat putaran,
bayangan baling-baling belum sempat hilang dari rekaman visual
atau cobalah gerakan tangan anda ke kiri dan ke kanan didepan mata.
Anda akan melihat ada bayangan tangan anda disisi kiri saat anda
sudah gerakkan tangan ke sisi kanan, sebab durasinya kurang dari
satu detik.
Untuk stimulus auditory bisa sampai 4 detik bertahan dan ini
yang menyebbakan juga anak-anak kecil bisa membeo apa yang
diucapkan oleh orang dewasa sekitarnya sebab apa yang diucapkan
durasinya kurang dari 4 detik sehingga anak dapat mengulang kata-
kata yang baru diucapkan oleh ibunya.
Sensory register adalah tempat penyimpana informasi yang
menyimapan kopi asli stimulus dalam waktu yang sangat singkat,
sekitar 1 detik untuk informasi visual dan sekitar 4 detik untuk
informasi auditory. Sensory register memiliki kapasitas menyimpan
informasi tanpa batas tetapi jika pemrosesan tidak segera dimulai,
maka memory akan stimulus yang terlacak akan segera hilang.
Karena itu keberadaan sensory register sangat penting untuk
pemrosesan lebih lanjut.
Beberapa hal yang bisa menghambat fungsi sensory.
Misalnya faktor usia yang masih mudah, dana tau faktor kecacatan
yang berkaitan dengan hilangnya kemampuan indera sehingga
individu yang bersangkutan perlu mengkompensasi hilangnya
indera tertentu pada indera yang lain. Misalnya anak tunanetra akan
melakukan kompensasi atas hilangnya indera penglihatan dengan
mengoptimalkan penggunaan indera pendengaran dan perabaan.
Mereka bisa membaca dan menulis bukan karena bisa melihat huruf-
huruf tersebut tetapi karena mereka meraba dan mendengar
deskripsi verbal tentang huruf-huruf tersebut.
 Working-Memory (Short-term Memory)
Informasi yang diterima oleh sensory registers kemudian
ditransfer kepenyimpanan informasi berikutnya, yakni working

8
memori atau short term memory. Short term memory adalah tempat
penyimpanan informasi yang secara sadar sedang kita oleh atau
pikirkan.
Working Memory memiliki dua fungsi vital yang saling
berhubungan:
1) Penyimpanan sementara yang mampu menyimpan secara
terbatas informasi untuk waktu yang singkat, biasanya 5 - 9
item (atau 7 ± 2) dan untuk waktu yang juga terbatas sekitar
20 detik (pada orang dewasa)
2) Short-term memory melakukan operasi-operasi mental,
seperti pemecahan masalah, menganalisis kebutuhan,
mempertanyakan sesuatu, membandingkan sesuatu dengan
yang lain, bahkan sampai mengerjakan hal yang sederhana
seperti operasi hitung dua tambah dua, dan sebagainya.
Singkatnya apa yang kita pikirkan dan kerjakan dengan otak --- itu
berarti working memory sedang berjalan, aktif atau bekerja.
Disebut short-term memory karena sebagai tempat
penyimpanan sementara dari informasi yang sedang diolah; dan
umumnya disebut juga working memory karena operasi-operasi
manipulasi mental merupakan fungsi dari memory ini.
Berkaitan dengan kapasitas penyimpanannya yang terbatas,
Cognitive Load Theory menekankan tiga faktor yang dapat
menolong mengakomodasi keterbatasan working memory dalam
pembelajaran: (1) Chunking; (2) Automa-ticity, dan (3) Dual
Processing (Eggen & Kauchak, 2004). Chunking yaitu proses
memadukan item-item yang berbeda secara mental ke dalam unit-
unit yang lebih bermakna dan besar. Misalnya I, S, B adalah huruf-
huruf yang berdiri sendiri dan butuh tiga byte untuk diingat, akan
tetapi bila dijadikan 1 byte menjadi BIS akan memudahkan diingat.
Contoh lainnya: CATRUMAHINIMASIHBASAH --- sulit
ditangkap secara cepat karena begitu banyak makan "bytes" sekitar
23. Akan tetapi bila diolah dengan penggalan (chunking) ke dalam

9
kata-kata bermakna menjadi CAT RUMAH INI MASIH BASAH -
-- ia hanya menghabiskan 5 chunking atau "bytes". Artinya working
memory akan dimampukan untuk bekerja secara efektif dan efisien.
Working memory berfungsi juga sebagai alat pemilah stimulus
dan ini diperlukan karena keterbatasan kapasitasnya. Stimulus yang
masuk kita putuskan apakah akan kita (1) lupakan saja atau
membuangnya; ataukah kita (2) menahannya dengan cara
mengulang-ngulang (rehearsal); atau (3) memproses informasi
(stimulus) tersebut ke long-term memory dengan melakukan
rehearsal yang intensif, atau menghubungkan informasi dari
stimulus tersebut dengan informasi yang telah ada dalam long-term
memory (ecoding).
Berbeda dengan sensory register, working memory
kapasitasnya terbatas. Karena itu materi yang disajikan harus
bertahap atau dipecah-pecah agar tidak overloader (kepenuhan,
lebih dari kapasitas). Pastikan dulu anak sudah memahami tahap
atau sub tersebut sebelum melanjutkan ke bagian selanjutnya. Untuk
materi yang banyak dan menuntut hapalan misalnya, cara lain yang
digunakan adalah dengan mengemasnya jadi satu kelompok agar
memory tidak overloaded. Misal ilmu kimia: untuk mengatasi
keterbatasan working memory dalam mempelajari unsur periodik,
digunakan jembata keledai (mnemonic) misalnya untuk Golongan
IA: "LiNa kawin Rubi CS Frustrasi" untuk meghapal unsur-unsur
Li, Na, K, Rb, Cs, Fr. Ada juga yang membuat jembatan keledainya
berikut: "Hari Libur Nanti Kita Rebut Castil France" untuk
mengingat unsur-unsur periodik H, Li, Na, K, Rb, Cs. Fr. Atau untuk
nomor telepon bebas pulsa untuk reservasi tiket pesawat misalnya
cukup ditulis 0804-1-GARUDA --- penulisan semacam ini hanya
memakan 3 bytes atau chunkng atau item yakni 0804,1, garuda.
Pada anak-anak usia dini, kadang mereka mengalami
kesulitan memproses stimuli dari berbagai sumber secara simultan.
Di sekolah dikenal istilah sambil menyelam minum air, artinya

10
sambil mengerjakan tugas tertentu seseorang diminta untuk
memperhatikan hal lainnya juga secara simultan. Bagi anak-anak hal
ini sulit apalagi bila mereka sedang terfokus dengan satu sumber.
Misalnya, saat para siswa sedang serius mengerjakan tugas di meja
masing-masing sebaiknya guru jangan sambil memberikan
pengumuman yang lain. Pengumuman tersebut bisa tidak diproses
alias tidak ditangkap apalagi teringat. Karena pada saat itu short term
memory anak sedang sibuk bekerja mengolah informasi dari banyak
stimulus. Apa yang ditulis dipapam tulis dan apa yang sedang
ditulisnya, serta apa yang muncul dalam pikiranya untuk mengola
informasi tersebut. Sehingga jika ada stimuli baru (pengumuman
guru) maka sulit untuk diolah dan akan segera terbuang atau hilang
atau terlupakan.

Untuk itu perlu dilakukan Automaticity atau otomatisasi yakni


penggunaan operasi-operasi mental yang dapat ditampilkan dengan
tidak begitu banyak usaha yang sadar (Healy et al 1993 & Schneider
& Shiffrin, 1997). Bila siswa diminta membuat karangan singkat
misalnya, dan bila siswa tersebut sudah terampil bagaimana menulis
huruf kecil dan capital dalam menulis kata-kata, dan telah
menguasai penggunaan tanda-tanda baca ---- maka hal-hal ini (huruf
kecil dan capital dan tanda-tanda baca) tidak lagi memenuhi working
memory anak. Sehingga anak cukup memikirkan cerita apa yang
akan ditulisnya. Dengan cara demikian apa yang akan dikerjakan
tidak lagi banyak.
Dual Processing adalah cara dari dua bagian yang berbeda,
komponen auditory dan visual, bekerja bersama-sama dalam
working memory (Baddeley, 1992). Misalnya saat kita
menggunakan power point (visual) kita juga menggunakan
penjelasan verbal untuk saling melengkapi sehingga membantu
siswa mengingat dengan baik. Cara semacam ini secara empiris
telah terbukti (Mayer & Moreno, 1998)

11
 Long-term Memory
Long-term memory adalah tempat penyimpanan memory
yang permanent dengan kapasitas yang tidak terbatas. Pakar teori
ada yang mengatakan bentuk memory atau isi dari long- term
memory ada yang berupa episodic memory dan ada yang berupa
semantic memory. EPISODIC MEMORY adalah memory
penyimpanan informasi yang menyimpan pengalaman- pengalaman
pribadi kita, merupakan memori autobiografi kita di mana peristiwa-
peristiwa yang diingat dan dialami secara pribadi sepanjang hidup.
Pegalaman atau informasi yang ada dalam episodic memory
umumnya tidak sulit tersimpan bahkan sangat mudah disebabkan
faktor peristiwa kejadiannya (event) yang sudah sifatnya pribadi
atau menarik atau malah sebaliknya begitu menakutkan atau begitu
menyenangkan. Misalnya, bila manusia dewasa sekarang ditanya
kapan kejadian WTC (World Trade Center) New York di serang
teroris? Maka hampir semua dengan mudah menjawab “nine
eleven” atau 9/11 atau bagi kita Indonesia berarti tanggal sebelas
september. Tetapi bila anda ditanya kapan terakhir membeli baju
baru tahun lalu? Maka hampir pasti semuanya kesulitan
mengingat. Mengapa? Sebab itu merupakan hal yang biasa. Karena
itu hal-hal yang menakutkan seperti peristiwa WTC, atau hal-hal
pribadi seperti tanggal lahir pasangan kita atau nama pacar pertama
kita waktu SMA dan semacamnya umumnya dengan mudah
tersimpan sebagai pengalaman pribadi. Selain itu tempat (where) di
mana kejadian berlangsung dan sifatnya menyenangkan atau
mengerikan sehingga bersifat pribadi --- misalnya "di mana pertama
kali kita dicium oleh pasangan kita dan di mana kejadiannya"
umumnya teringat dengan baik.
Sementara itu, SEMANTIC MEMORY adalah bagian dan long-
term memory yang menyimpan fakta, konsep, generalis dan aturan-
aturan isi bidang ilmu beserta strategi-strategpemecahan masalah
dan ketrampilan berpikir. Di sinilanspengetahuan kita yang secara

12
khusus dipelajari diumumnya tersimpan. Ada juga yang membagi
isi lomemory berdasarkan pengetahuan yakni pengetanu dan
pengetahuan prosedural. PENGETAHUAN DEKLARATIF adalah
pengetahuan akan fakta-fakta, defenisi, gener hukum-hukum.
Dengan pengetahuan ini, individu dapat menjelaskan sesuatu
dengan baik atau mengomentari atau mengkritisi sesuatu dengan
baik.
Sedangkan PENGETAHUAN PROSEDURAL adalah
pengetahuan berkenaan akan bagaimana melakukan aktivitas.
Pengetahuan terkadang disebut juga dengan sebutan muscle
knowledge (pengetahuan yang tersimpan di otot). Mengapa disebut
demikian, karena pengetahuan procedural bila terus dikerjakan ----
lama kelamaan akan berkembang menjadi otomatis, dan karena
otomatis tersebut membuatnya seolah- olah tidak perlu dipikirkan
dan seolah-olah bagian-bagian tubuh bisa bergerak dengan
sendirinya. Pengetahuan ini umumnya tidak bisa diacak urutannya
sebab bersifat procedural.
Contoh pengetahuan procedural, misalnya dalam belajar
mengendari mobil langkah pertama menghidupkan, lalu disusul
dengan menginjak "kopling" dan pada hampir bersamaan
memasukkan "persneling". Lalu bersamaan melepas kopling, kita
menginjak gas dan mobil segera jalan. Begitu juga bila ingin masuk
persneling (gigi) dua maka langkah tersebut diulang. Cara-cara ini
tidak bisa dirubah, kecuali mobil yang otomatis, karena akan
membuat tidak berjalan dengan semestinya. Pengetahuan ini tidak
bisa terlihat hanya dengan membaca buku atau melalui tes tulis.
Sekalipun dia lulus tes tulis, tetap belum menggan dia bisa
melakukannya.
Dengan kata lain deklaraftif dapat diketahui melalui komentar
seseorang, sedangkan prosedural dapat diketahui melalui
performansi seseorang.
c. Proses-proses kognitif

13
 Attention
Attention merupakan proses untuk memfokuskan diri pada stimull
tertentu dan sementara itu memilah yang tidak penting untuk
dikeluarkan (Slavin, 1997). Masih ingat bahwa berbagai stimulus
terus membombardir indera-indera kita, apakah berbentuk visual
yang terlihat oleh mata atau berbentuk auditory yang terdengar oleh
telinga tidak terbatas jumlahnya. Apa yang terekam dalam sensory
register --- sebanyak apapun --- bias lenyap begitu saja. Mungkin
kita masih ingat ucapan “masuk telinga kiri keluar telinga kanan:.
Coba ingat berapa banyak stimuli di sepanjang jalan yang kamu
lewati? Jawabannya begitu banyak bahkan tak terhitung mungkin.
Lalu kemana semua itu? Berapa banyak yang teringat? Mungkin
juga tidak ada. Mengapa demikian? Jawabannya adalah stimuli yang
tidak satupun yang menarik perhatian anda.
Attention (perhatian atau keterarahan) merupakan langkah pertama
untuk focus pada stimuli tertentu dan otomatis mengabaikan stimuli
yang tidak tidak terfokus. Karena itu, mengapa sewaktu di jalan,
semua yanhg terlihat atau terdengar hilang begitu saja saat kita
sampai di rumah atau di sekolah. Jadi attention merupakan langkah
pertama untuk memproses informasi yang tertangkap oleh sensory
register. Dengan kata lain Bila informasi di sensory register tidak
diberi perhatian maka dalam sekejap akan hilang dan tidak bisa
masuk dalam proses selanjutnya.
Contoh paling menarik adalah pengalaman di Mall. Begitu banyak
Mall yang kita datangi dan begitu banyak orang yang kita temui di
sana. Tetapi adakah yang teringat? Biasanya hamper tidak ada. Bila
ada yang teringat, pasti orang tersebut menarik perhatian kita ---
apakah cantik sekali atau ganteng sekali, atau sebaliknya begitu
anehnya orang itu, atau orang-orang yang dekat dengan kehidupan
kita misalnya teman, kerabat, saudara atau anak, atau orang tersebut
musuh bebuyutan kita selama ini. Yang semacam ini akan sulit
untuk tidak menarik perhatian.

14
Intinya membangun perhatian adalah penting. Produk orang atau
jasa perlu menarik perhatian bahkan penjualnyapun perlu menarik
dari segi fisik, penampilan, dan cara bercira dan gaya. Tetapi banyak
hal yang sebaliknya sudah memiliki unsur ketertarikan atau menarik
dengan sendirinya --- dan dengan sendirinya tidak memerlukan
banyak iklan untuk menarik perhatian orang, misalnya status yang
melekat pada para pangeran kerajaan, para diva dan divo, artis,
negarawan dan semacamnya.
 Perception
Persepsi merupakan intrepretasi seseorang terhadap stimull yang
diterima (Slavin, 1997). Stimull apa saja yang menjadi perhatian
mengalami proses seleksi, dan dengan sendirinya informasi (stimull)
itu saja yang akan diproses lebih jauh, dan selanjutnya informasi
tersebut dimaknai melalui proses persepsi. Saat dipersepsi berarti
orang tersebut secara bersamaan menuruskan informasi yang telah
dimaknai ke Working memory.
Bilang informasi yang sampai di working memory perlu
dihitung misalnya-karena berisi angka-angka, maka selesai dihitung
bisa dibuang alias dilupakan karena mungkin dianggap tidak
penting. Misalnya menghitung jumlah barang yang dibeli di pasar
apakah sudah lengkap atau belum? Bila sudah lengkap, maka hasil
penghitungan tidak perlu dipelajari lagi atau diulang, sendirinya dari
pemrosesan informasi karena munculnya informasi baru yang
masuk.
 Rehearsial
Bila informasi yang masuk ke working memory dianggap penting,
misalnya bahan-bahan ujian, maka guru (external) atau siswa sendiri
(internal) akan mencoba mengulang selalu sampai materi tersebut
dikuasai dengan baik. Rehearsal adalah pengulangan-pengulangan
guna membantu informasi yang dipelajari tersimpan ke dalam long
therm memory sehingga menjadi pengetahuan individu tersebut.

15
Singkatnya bila selalu diulang, maka apa yang diulang tersebut
otomatis tersimpan di memory kita selmanya. Tidak heran di kelas
guru selalu mengajukan pertanyaan atau menyimpulkan satu tujuan
pembelajaran setelah dijelaskan guna membantu ingatan siswa.
Setelah itu juga guru memberi latihan di kelas, dan biasanya
menugaskan juga siswa dengan PR-PR. Diperguruan Tinggi
dilakukan dengan menyuruh mahasiswa membuat Chapter Report,
krmudian mempresentasikannya, dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan. Semua itu merupakan proses mengulang-
ulang. Bahkan textbooks banyak yang dirancang dengan
memperhitungkan aspek rehearsal. Coba simak pada setiap chapter
selalu ada kata kunci, summary, pertanyaan, bahkan ilustrasi guna
membantu informasi yang dipelajari tersimpan dengan baik.
Singkatnya semakin seringf informasi tersebut diproses dalam
rehearsal --- maka semakin otomatis informasi tersebut tersimpan di
dalam long-term memory (memory jangka panjang). Semakin
jarang proses diulang, semakin sulit untuk diingat atau tersimpan
dalam memory. Tidak heran system belajar “SKS (system kebut
semalam)” yang dipraktekkan banyak kalangan hanya karena mau
ujian atau tes --- tidak bertahan lama. Apa yang dipelajari segera
lenyap sejalan dengan berakhirnya tes.
Kembali kepada bagan 1 Model MPI, bila seseorang setelah melihat
bagan 1 dan terus memprosesnya di shortterm memory, misalnya
dengan cara dipertanyakan apa itu banar model? Model apa itu?
Maka orang tersebut melakukan pengulangan (rehearsal) dan kalau
perlu pelacakan (retrieval) sekaligus. Pelacakan dilakukan untuk
mendapatkan informasi teambahan yang diperlukan untuk
memahami apa yang sedang diproses di memory jangka pendek.
Bila alhirnya dipahami bahwa itu bagan untuk menggambarkan
pemrosesan informasi --- lalu anak menulis kembali hasil
pemikirannya, atau menyimpulkannya atau mendiskusikannya atau
menjawab pertanyaan sosal-soal berkenaan hal tersebut --- maka ia

16
melakukan banyak rehearsal (pengulangan). Bila terus diulang
informasi tersebut akhirya tersimpan dalam memori jangka panjang
orang tersebut (long-term memory), dan sulit untuk dilupakan atau
hilang (forgotten/lost).
 Encoding
Encoding adalah prosesm merepresentasikan informasi ke dalam
long-term memory (Brunning et al. 1999) secara bermakna. Arti
bermakna di sini bahwa apa yang baru disimpang ke dalam long-
term memory dikaitkan dengan apa yang sudah ada dalam long-term
memory agar informasi yang baru dipelajari tidak berdiri sendiri
tetapi berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki
individu tersebut. Dengan kata lain Meaningful Encoding (encoding
yang bermakna) adalah membuat koneksi-koneksi atau hubungan
antara satu idea atau lebih yang sedang dipelajari dengan ide-ide lain
yang telah ada dalam long-term memory.
Hal yang penting adalah semakin banyak dan luas
pengetahuan sebelumnya (background knowledge) terkait dengan
pengetahuan baru --- maka semakin mudah untuk yang telah ada
sebelumnya di long-term memory. Berarti background knowledge
perlu diperhatikan oleh para pendidik utamanya guru.
Eggen & Kauchak (2004) mengetengahkan bahwa
guru dapat membantu siswa membuat meaningful encoding melalui
tiga cara: (1) organisasi; (2) Elaborasi; dan (3) Aktivitas. Organisasi
adalah proses pengelompokkan item-item yang isinya saling
berhubungan ke dalam kategori-kategori atau pola-pola yang
menggambarkan hubungan-hubungan. Riset dalam bidang reading,
memory, dan pembelajaran alam kelas menegaskan manfaat
organisasi dalam memajukan belajar.
Informasi dapat diorganisasi dalam beberapa cara,
misalnya dengan membuat: Gambar/Bagan & Matriks; hirarki;
models; outlines; grafik, table, bagan alur, dan map/peta. Semua
cara-cara tersebut bertujuan menunjukkan adanya hubungan antar

17
tiap bagian. Pebelajar perlu didorong untuk menggunaknnya sebagai
stratregi-strategi belajar yang akan membantunya dalam usahanya
untuk membangun informasi yang bermakna (Merkey & Jefferies,
2001; & Meyer, 1997).
Yang perlu diingat, bahwa cara0cara penganisasian
materi tudak seta merta membantu siswa belajar lebih efektif. Bila
apa yang dipelajari tidak terpahami, maka materi tersebut beresiko
akan diabaikan atau ditolak siswa. Untuk itu penting sekali guru
berinteraksi dengan siswanya melalui pengajuan pertanyaan dan
diskusi tentang apa yang sedang dipelajari melalui
pengorganisasian.
Dual-Coding Theory menganjurkan bahwa long-
term memory berisi dua system memory yang berbeda: satu untuk
informasi verbal dan satunya untuk menyimpan citra (images) atau
gambar (Paivo, 1991). Ketika guru mengajar menggunakan
organizers seperti bagan, hirarki, model dan semacamnya maka guru
menggunak citra untuk meningkat proses encoding visual. Citra atau
imagery merupakan proses membentuk gambar-gambar mental
(Schwartz et al, 1998) seperti model Pemrosesan Informasi pada
bagian-bagian awal bab ini merupakan usaha untuk memvisualkan
hubungab-hubungan abstrak antaran komponen-komponen model
guna menolong orang yang mempelajarinya untuk membedakan
mana informasi yang utama dan mana yang bukan.
Elaborasi adalah proses peningkatan kebermaknaan informasi
dengan membentuk hubungan-hubungan tambahan pada
pengetahuan yang telah ada atau dengan menambah oengetahuan
baru (Willoughby, Wood, & Khan, 994). Guru di kelas bisa
mendorong terjadinya elaborasi melalui: pemberian contoh dari
suatu ide; pembentukan analogy; & penggunaan perangkat
mnemonic. Bila siswa mampu memberikan contoh dari ide-ide yang
dipelajarinya berarti dia mampu mengelborasi ide tersebut.

18
Bila guru menjelaskan ke siswatentang bola mata dan
berkata demikian:

Sebagaimana buah kelapa bila dikupas maka berturut-turut


dari lapisan luar ke dalam akan ditemukan pertama-tama sabut, lalu
tempurung, dan pada lapisan terdalam daging kelapa. Demikian
halnya dengan bola mata kita terdiri dari tiga lapis, di mana mulai
bagian luar ke bagian dalam berturut-turut adalah sclera, khoroid,
dan retina.

Dengan analogy, sekalipun kelapa tidak sama


(dengan bola mata), namun dengannya siswa dimudahkan untuk
dengan pengetahuannya sebelumnya (buah kelapa).
Memonic biasa digunakan dalam acronym dan
biasanya untuk menolong mengingat kosa kata, nama-nama,
hokum-hukum, daftar berbagai pengetahuan factual lainnya.
Aktivitas tidaklah segampang yang nampak
dipermukaan. Tidak jarang guru menekankan belajar siswa aktif
dengan berbagai cara seperti dengan “manipulative benda-benda”
dalam matematika, “hands-on activities” dalam sains, “cooperative
learning”, dan berbagai strategi lainnya. Guru berasumsi bahwa
belajar terjadi bila siswa bekerja dengan bahan-bahan seperti
magnet, dan benda-benda lainnya. Namun hal ini bukanlah yang
utama. Sebab bila tujuan pembelajaran tidak jelas, atau bila siswa
tidak didorong untuk membuat hubungan-hubungan antara apa yang
sedang dilakukan dan informasi apa yang telah dia miliki, maka
belajar mungkin tidak terjadi sama sekali. “Hands-on” activities
tidak menjamin “minds-on” activities (Mayer, 1999).
Karena itu untuk membangun aktivitas yang beul-betul
mendorong terjadinya aktivitas kognitif yang bertujuan maka:
 Ubahlah materi dalam bentuk problem problem yang akan
dipecahkan dan dalam bentul pertanyaan-pertanyaan yang

19
harus dijawab --- daripada hanya memberikan informasi ke
siswa untuk dihapalkan.
 Ajukanlah pertanyaan yang mengharuskan siswa
menggunakan pemahamannya, dan bukannya sekedar
menhyebutkan informasi.
 Wajibkan siswa untuk memberikan bukti-bukti terhadap
kesimpulannya, daripada hanya sekedar membangun
kesimpulannya.
 Kembangkan pelajaran-pelajaran yang penuh dengan
contoh-contoh dan terapan-terapan, daripada sekedar
membangun definisi.
 Gunakan tes, kuis dan PR yang menuntut penerapan
pengetahuan, daripada sekedar hapalan.
 Tetrieval
Retrieve informasi dari long-term memory untuk masuk ke
dalam working memory. Bila seseorang gagal atau tidak dapat
menarik informasi dari long-term memory ---- tidak berarti
informasi tersebut telah hilang --- tetapi lebih sekedar orang tersebut
tidak dapat retrieve saja atau retrieval failure (Ashcraft, 1989).
Retrieval failure bisa terjadi karena factor konteks. Misalnya kita
bertemu seseorang di pesta, kita mengenalnya tetapi tidak bisa
mengingat namanya, sebab orang tersebut namanya telah
mengalami encoding dalam konteks kumpulan orang tua di sekolah
yang menunggu anaknya. Karena itu semakin terhubung-hubung
semua ide, pengalaman atau pengetahuan yang ada long-term
memory, maka akan semakin mudah retrieve.
d. Metakognisi
Apa yang menjadi perhatian kita (attention), bagaimana kita
mempersepsi (perception) dan apakah kita mengulang
mempelajarinya atau memikirkannya (reherasal), dan apakah kita mau
susah payah menghubungkan dan mengaitkan dengan pengetahuan
sebelumnya (encoding) guna mendapatkan pemahaman yang lebih.

20
Semuanya ini tergantung metacognition individu tersebut, sebab
metakognisi adalah presiden-presiden dari proses kognisi.
Metakoginisi adalah kesadaran dan pengetahuan akan kontrol proses-
proses kognitif (attention, preseption, rehearsal, retrieval, dan
encoding).
Tidak heran mengapa anak kembar identic sekalipun bisa
menunjukkan hasil belajar yang berbeda sekalipun mereka mengikuti
program pendidikan yang sama. Sebab faktor metakognisi yang
merupakan aspek pribadi dari pembelajar.
2.3 Penerapan Teori Pemrosesan Informasi Dalam Kelas
Sensory register dalam kelas
1. Saat menyajikan sesuatu informasi, beri waktu bagi siswa untuk
memproses informasi tersebut sebelum berpindah ke informasi lain
(stimulus lain). Seorang guru menyajikan dua soal melalui
transparan OHP, dan menunggu sampai siswa selesai mengkopi soal
tersebut baru kemudian dia mulai penjelasan.
2. Ajukan satu pertanyaan untuk satu satuan waktu
3. Saat memberi petunjuk ke siswa berkenaan tugas atau aktivitas yang
akan dikerjakan, sajikan petunjuk secara perlahan dan satu demi
satu. Minta siswa mengulang petunjuk-petunjuk yang diminta
sebelum mereka mulai menjalankannya.

Working Memory dalam Kelas

4. Jagalah sampai penjelasan verbal – singkat dan perlahan untuk


mencegah siswa kepunuhan informasi. Lakukan lebih perlahan bila
usia siswa semakin mudah.

Manfaat teori pemrosesan informasi antara lain

1. membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu


beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah
2. menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang
berorientasi pada proses lebih menonjol
3. kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap

21
4. prinsip perbedaan individual terlayani

Hambatan teori pemrosesan informasi antara lain

1. tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal


2. proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung
3. tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah
disimpan dalam ingatatan
4. kemampuan otak tiap individu tidak sama

Menurut Robert M. Gagne dalam Rehalata (2014:10) mengemukakan ada delapan


fase proses pembelajaran. Kedelapan fase itu sebagai berikut:

1. Motivasi yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan


untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tententu (motivasi
intrinsik dan ekstrinsik).
2. Pemahaman, yaitu individu menerima dan memahami Informasi yang
diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
3. Pemerolehan, yaitu individu memberikan makna/mempersepsi segala
Informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan
dalam memori peserta didik.
4. Penahanan, yaitu menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan
untuk jangka panjang. Hal ini merupakan proses mengingat jangka panjang.
5. Ingatan kembali, yaitu mengeluarkan kembali informasi yang telah
disimpan, bila ada rangsangan
6. Generalisasi, yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan
tertentu.
7. Perlakuan, yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil
pembelajaran
8. Umpan balik, yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah
dilakukannya.

Menurut Rehalata (2014:10) ada sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di
kelas dalam kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan informasi.

22
a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik.

b. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang dibahas.

c. Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran.

d. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah dirancang.

e. Memberikan bimbingan bagi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.

f. Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.

g. Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik.

h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil.

i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab


berdasarkan pengalamannya

23

Anda mungkin juga menyukai