Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI BELAJAR PENGOLAHAN INFORMASI


(INFORMATION PROCESSING THEORY)

Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teori Belajar

Dosen Pengampu:
Dr. Kustiono, M. Pd.
Dra. Istyarini, M. Pd.

Disusun oleh:
Aliyya Qotrunnada 1102421038
Wahyu Setiadi 1102421041
So, Melisa Indriani Gunawan 1102421051
Della Okvrika Widyani 1102421061
Ratna sari 3510122151
Serli Kalo Raben 3510122154

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Teori
Belajar Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)” ini sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Istyarini, M. Pd. dan Bapak Dr.
Kustiono, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Belajar. Ucapan terima kasih juga
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

21 Oktober 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... I


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... II
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
A. Konsep Pengolahan Informasi ................................................................................. 3
B. Proses Pengolahan Informasi ................................................................................... 4
C. Model-Model Pengolahan Informasi ....................................................................... 9
D. Implementasi Pengolahan Informasi ..................................................................... 11
BAB III .............................................................................................................................. 13
PENUTUP ......................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu instrumen keberhasilan proses pembelajaran adalah nilai hasil evaluasi
belajar siswa. Jika siswa memperoleh nilai rendah atau dibawah target pembelajaran maka
seringkali seorang guru menyimpulkan bahwa metode pembelajarannya yang telah
digunakan tidak tepat atau beranggapan bahwa siswanya memang kurang cerdas. Namun
tulisan ini mencoba untuk mengkaji tentang bagaimana guru menjelaskan materi ajarnya
yang berisi tentang informasi baru bagi siswanya dan bagaimana siswa itu mampu
memahami dan menerima informasi kemudian menyimpan informasi itu sebagai suatu
pengetahuan baru bagi mereka.
Pengolahan informasi menitikberatkan pada perhatian siswa bagaimana siswa
memperhatikan lingkungan sekitar, mengkodekan informasi-informasi untuk dipelajari,
dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada dalam memori, dan menariknya
kembali pada saat dibutuhkan. Pikiran merupakan sebuah sistem pengolahan informasi,
kognisi adalah serangkaian proses mental, dan pembelajaran adalah penguasaan
representasi mental.
Teori pemrosesan informasi dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan
merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan
individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan).
Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari teori pengolahan informasi?
2. Bagaimana proses teori pengolahan informasi?
3. Apa saja model-model pembelajaran pengolahan informasi?
4. Bagaimana implementasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran?

1
C. Tujuan
1. Untuk memahami konsep dari teori pengolahan informasi
2. Untuk memahami proses teori pengolahan informasi
3. Untuk mengetahui model-model pembelajaran pengolahan informasi
4. Untuk mengetahui implementasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pengolahan Informasi


Teori belajar Pengolahan informasi merupakan teori dari Gagne. Teori yang satu
ini ialah gambaran atau bentuk dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memproses
suatu informasi. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran, berlangsung proses perolehan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga mendapatkan keluaran berupa hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi berlangsung sebuah interaksi antara kondisi-kondisi internal
dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal ialah keadaan dalam diri individu
yang dibutuhkan dalam memperoleh hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal ialah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Informasi merupakan pengetahuan yang diperoleh dari suatu pembelajaran,
pengalaman. Pengolahan informasi sendiri berisi pengertian tentang bagaimana persepsi,
organisasi, dan ingatan peserta didik pada banyaknya informasi yang diterima dari suatu
lingkungan. Para pakar teori pengolahan informasi berpendapat bahwa individu memilah
dan mengamati elemen-elemen dari lingkungan, mengubah dan mengulang informasi,
mengaitkan informasi-informasi yang baru dengan pengetahuan-pengetahuan yang
didapatkan sebelumnya, dan merangkai pengetahuan agar menjadi sesuatu yang mudah
dimengerti dan bermakna.
Prinsip dari teori ini ialah manusia merupakan pemproses informasi. Pikiran ialah
suatu sistem pengolahan informasi, kognisi ialah serangkaian proses mental, dan
pembelajaran ialah penguasaan representasi mental.

3
B. Proses Pengolahan Informasi

Gambar di atas menunjukkan proses perjalanan pengolahan informasi. Garis


putus-putus digambarkan sebagai batas antara peristiwa kognitif internal dan eksternal.
Pada model gambar tersebut dapat dilihat bahwa Short-Term Sensory Store (STSS)
menerima dan menyimpan secara cepat informasi atau stimuli dari lingkungan seperti
sinar, suara, bau dan lain sebagainya. Apabila informasi atau stimuli tersebut
diperhatikan dan diberikan makna maka informasi atau stimuli tersebut disampaikan ke
Short-Term Memory (STM) dan Work Memory System (WM). Informasi atau stimuli
yang diulang-ulang dan dan disandingkan lalu dimasukkan ke dalam memori jangka
panjang atau Long-Term Memory (LTM).
Berikut deskripsi dari masing-masing komponen dalam teori pengolahan
informasi:
1. Penampungan Kesan-kesan Penginderaan Jangka Pendek (STSS)
Komponen yang pertama didalam proses perjalanan pengolahan
informasi yaitu pada sistem memori yang menerima dan menyimpan secara
cepat informasi atau stimuli dari lingkungan seperti sinar, suara, bau dan lain
sebagainya dalam waktu yang singkat. Komponen ini berfungsi sebagai
penampung memori inderawi. Pusat penampungan kesan-kesan penginderaan
ini menerima informasi dalam jumlah yang sangat banyak yang dihasilkan dari
proses penginderaan secara singkat. Kapasitas penampungan di dalam STSS
tidak terbatas. Informasi tersimpan secara terpisah pada masing-masing indera.
Gage dan Berliner (1984) menyatakan bahwa stimulus yang berasal dari
luar sebgaian besar mampu membangkitkan respon seseorang. Respon ini

4
diwujudkan melalui perubahan postur tubuh, gelombang otak, ataupun respon
psikofisik lainnya dan fokus kepada stimulus, sehingga seseorang dapat
memutuskan apakah ingin memperhatikan secara kebih dekat, atau
menghindarinya. Stimulus yang dapat membangkitkan kebutuhan dibedakan
menjadi 4 bagian yaitu,
a. Stimulus Psikofisik (psychophisical stimulus), merupakan variasi
intensitas, ukuran, suara, dan warna suatu stimulus dapat memunculkan
respon tertentu. Contohnya yaitu pada Pendidik yang mengajar dengan
menggunakan metode ceramah, dan suaranya berirama secara teratur,
misalnya suara agak dikeraskan dengan maksud untuk memberi tekanan
pada isi materi tertentu, maka dapat membangkitkan respon pada diri
peserta didik.
b. Stimulus Emosional (emotional stimulus), merupakan stimulus yang
dapat membangkitkan respon emosi. Contohnya pendidik yang mampu
mendramatisir materi pembelajaran, maka akan mampu membangkitkan
emosi peserta didik yang pada akhirnya peserta didik cepat memahami
pelajaran baru.
c. Stimulus Kesenjangan (discrepant stimulus), merupakan stimulus yang
mampu membangkitkan perhatian sebagian tergantung pada efek
kebaharuan, kompleksitas, dan keunikannya. Contohnya pendidik
dalam menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan gambar,
dan memberikan sedikit tulisan sebagai penjelasan, akan lebih menarik
dibandingkan ketika pendidik memberikan banyak tulisan dalam
menjelaskan materi pembelajaran.
d. Manding Stimuli (manding stimuli), merupakan pernyataan verbal yang
memiliki konsekuensi tinggi. Contohnya pendidik pada waktu
menjelaskan materi pembelajaran tiba-tiba menyatakan: Nah! Sekarang
perhatikan benda-benda di sekeliling kamu, cari dan tunjukkan benda-
benda yang dapat dijadikan sebagai contoh dari penjelasan tadi‖.
Pernyataan verbal ini memberi konsekuensi tertentu sehingga peserta
didik segera memperhatikan benda-benda yang ada di sekelilingnya.
STSS memiliki implikasi yang penting di dalam proses pembelajaran
karena peserta didik harus memperhatikan informasi yang akan diingat dan
proses membawa informasi ke dalam alam sadar memerlukan waktu. Oleh

5
karena itu apabila peserta didik diberikan banyak informasi dan tidak
ditunjukkan aspek mana yang harus diperhatikan, misalnya, mereka akan
mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Demikian pula apabila mereka
tidak diberi kesempatan untuk mengingat tentang informasi yang baru diterima,
mereka juga akan mengalami kesulitan dalam menguasainya.
2. Memori Jangka Pendek (STM) dan Memori Kerja (WM)
Kapasitas penampungan ini terbatas, kurang lebih tujuh penggal
informasi. Informasi tidak dalam bentuk penginderaan kasar sebagaimana di
dalam STSS. Informasi dapat digeser oleh informasi baru. STM adalah memori
kesadaran, yakni seseorang menyadari adanya informasi. Memori kerja
(working memory) memiliki karakteristik seperti STM. Jika STM seperti
memori kesadaran, WM seperti alas atau papan penggaris yang digunakan
membuat daftar orang-orang yang diundang pada suatu acara tertentu.
Informasi yang diamati dan diperhatikan oleh seseorang akan masuk ke
dalam memori jangka pendek (STM) atau memori kerja (WM) melalui sistem
penyimpanan yang mampu menyimpan sejumlah informasi selama beberapa
detik. Demikian pula STM merupakan bagian dari memori dimana suatu
informasi pada akhirnya dipikirkan untuk disimpan. Apabila seseorang berhenti
memikirkan informasi yang baru masuk, maka informasi akan segera hilang dari
STMnya.
Informasi yang masuk ke dalam STM dapat berasal dari STSS, atau dari
LTM. Informasi yang berasal dari STSS dan LTM kadang-kadang masuk secara
bersamaan. Misalnya, ketika seseorang melihat ikan paus, STSS mengirim
bayangan burung ke dalam STM. Dalam waktu yang sama, orang itu secara
tidak sadar mencari informasi tentang jenis-jenis ikan di dalam LTMnya untuk
mengidentifikasi tentang burung paus. Pada waktu mengidentifikasi ikan paus
di dalam pikirannya, orang tersebut menghadirkan banyak informasi tentang
ikan paus yang diperoleh dari pengalaman masa lalu. Semua informasi tentang
ikan paus itu disimpan di dalam LTM dan masuk ke dalam kesadaran (STM)
melalui proses tentang ikan paus yang pernah dilihatnya.
Salah satu cara untuk menyimpan informasi ke dalam STM adalah
memikirkan atau mengucapkannya secara terus-menerus atau disebut rehersal.
Rehearsal penting dalam belajar karena semakin lama informasi itu berada di
dalam STM, maka semakin besar peluangnya untuk dialihkan ke dalam LTM.

6
Tanpa Rehearsal, informasi mungkin tidak akan berada di dalam STM selama
lebih dari tiga puluh detik. Namun karena STM memiliki kapasitas terbatas
dalam menyimpan informasi, maka informasi itu dapat hilang karena tergeser
oleh informasi lain. Hal ini seperti orang yang baru saja membaca nomor
telepon temannya, kemudian lupa akan nomor telepon temannya tersebut
setelah meneleponnya.
Dalam proses pembelajaran di kelas, pendidik harus memberi waktu
kepada peserta didik agar memiliki kesempatan untuk melakukan rehersal.
Mengajar terlalu banyak informasi dan terlalu cepat tidak akan efektif karena
peserta didik tidak memiliki kesempatan melakukan rehersal pada setiap bagian
informasi yang harus disimpan di dalam memorinya. Akibatnya, informasi yang
hadir belakangan akan mendorong keluar informasi yang telah ada di dalam
STM. Demikian pula, pembelajaran akan efektif apabila pendidik berhenti
sejenak untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan. Peristiwa berhenti sejenak ini juga berarti memberi kesempatan
pada peserta didik untuk memikirkan informasi yang baru diterimanya dan
melakukan rehersal terhadap informasi yang baru dipelajari. Tindakan seperti
ini dapat membantu peserta didik memproses informasi ke dalam STM, dan
selanjutnya peserta didik dapat memasukkan informasi ke dalam LTM.
Keterbatasan kapasitas yang dimiliki STM juga memiliki implikasi
penting dalam pembelajaran. Pendidik tidak boleh menyajikan terlalu banyak
gagasan dalam sekali pembelajaran kecuali kalau gagasan itu diorganisir dengan
baik dan dihubungkan dengan informasi yang telah ada di dalam LTM peserta
didik, sehingga STM mereka dengan bantuan LTM dapat mengakomodasi
seluruh gagasan tersebut.
3. Memori Jangka Panjang (LTM)
Memori jangka panjang (LTM) adalah bagian dari sistem memori di
mana seseorang menyimpan informasi untuk periode waktu yang lama. LTM
memiliki kapasitas tidak terbatas dalam menyimpan informasi. Informasi yang
telah disimpan tidak ada yang hilang karena lupa, dan walaupun informasi itu
mungkin tidak dapat dilacak kembali karena gagal di dalam mencari informasi
tersebut. Para pakar teori belajar menyatakan bahwa setiap orang tidak pernah
melupakan informasi yang telah ada di dalam LTM. Apabila seseorang lupa
akan sesuatu bukan berarti orang tersebut lupa akan informasi yang telah

7
dimiliki, melainkan karena adanya kehilangan kemampuan untuk menemukan
informasi yang telah ada di dalam memorinya.
Para teorisi belajar kognitif membagi memori jangka panjang ke dalam
tiga bagian, yaitu: (a) memori episodik, (b) memori semantik, dan (c) memori
prosedural (Gage dan Berliner, 1984; Slavin, 1994).
Memori episodik (episodic memory) adalah memori tentang
pengalaman personal, yakni semacam gambaran mental mengenai sesuatu yang
telah dilihat atau didengar. Bayangan atau gambaran itu dianalogikan dengan
representasi fisik dari suatu kata. Apabila seseorang menghadapi pertanyaan
tentang jenis makanan yang dimakan kemarin malam, maka orang itu
mengingat kembali dengan cara membayangkan kegiatan makan yang
dilakukan kemarin malam. Memori episodik ini sukar dilacak kembali karena
episode kehidupan seseorang seringkali muncul secara berulang-ulang,
sehingga episode yang terakhir bercampur dengan memori sebelumnya.
Memori semantik (semantic memory) berisi tentang fakta dan informasi
tergeneralisasi yang telah diketahui sebelumnya; konsep-konsep, prinsip, dan
cara menggunakan informasi tersebut; serta keterampilan pemecahan masalah
dan strategi belajar. Dengan kata lain, dalam proses penyandian semantik,
informasi yang disimpan didasarkan pada arti dari kata yang menggambarkan
suatu peristiwa dan konteks penggunaannya. Kebanyakan informasi yang
dipelajari di kelas disimpan di dalam memori semantik. Memori semantik,
disebut juga memori deklaratif, diorganisir dengan cara yang khas. Memori ini
secara mental diorganisir dalam jaringan gagasan yang saling berhubungan
yang disebut dengan skemata (bentuk tunggalnya disebut skema). Piaget
menyebut skema untuk menggambarkan jaringan kerja kognitif yang digunakan
oleh seseorang untuk mengorganisir persepsi dan pengalamannya. Dapat
diartikan pula bahwa skemata merupakan struktur organisasional yang
berfungsi untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah ke
dalam suatu unit konseptual. Para pakar belajar kognitif menggunakan istilah
skema dan skemata untuk menggambarkan jaringan konsep yang dimiliki oleh
seseorang di dalam memorinya sehingga memungkinkan dia memahami dan
menggabungkan informasi baru. Skema itu serupa dengan garis besar, dimana
berbagai konsep atau gagasan dikelompokkan ke dalam kategori tertentu.
Berbagai aspek skemata dapat dihubungkan melalui serangkaian proposisi atau

8
dalil. Skemata itu memiliki fungsi ganda, yaitu: (s) sebagai skema yang
merepresentasikan organisasi pengetahuan; dan (b) sebagai kerangka untuk
mengaitkan pengetahuan baru. Oleh karena itu apabila informasi yang baru
dipelajari oleh seseorang kemudian dimasukkan ke dalam skema secara baik,
maka informasi itu akan lebih mudah diingat dibandingkan dengan informasi
yang tidak dimasukkan ke dalam skema.
Memori prosedural (procedural memory) menunjuk pada pengetahuan
tentang cara mengerjakan sesuatu (know how), terutama dalam tugas-tugas
fisik. Jenis memori ini disimpan di dalam serangkaian pasangan stimulus-
respon. Kemampuan mengendarai mobil, mengoperasikan komputer, atau
bersepeda adalah contoh-contoh keterampilan yang tersimpan dalam memori
prosedural.
Memori episodik, semantik dan prosedural memiliki perbedaan dalam
cara penyimpanan dan mengorganisir informasi. Informasi dalam memori
episodik disimpan dalam bentuk bayangan yang diatur berdasarkan kapan dan
bagaimana peristiwa itu terjadi. Informasi dalam memori semantik diatur dalam
bentuk jaringan sejumlah gagasan yang oleh Piaget disebut skema. Informasi
dalam memori prosedural disimpan dalam bentuk pasangan stimulus-respon
yang kompleks.

C. Model-Model Pengolahan Informasi


Teori pemrosesan informasi berakar pada paradigma psikologi kognitif yang secara
ilmiah meneliti otak manusia sebagai pengolah informasi. Psikologi kognitif berupaya
membangun model pemrosesan informasi yang terjadi di otak manusia yang melibatkan
persepsi, perhatian, bahasa, memori, proses berpikir, dan kesadaran. Dalam psikologi
komunikasi, model pemrosesan informasi ini dikenal sebagai proses pemrosesan informasi
yang meliputi sensasi, persepsi, memori, dan pemikiran. Proses pengolahan informasi ini
sering mengacu pada komunikasi intrapersonal. Ada beberapa model pengolahan
informasi, yaitu: model berpikir induktif, model latihan penelitian, penelitian ilmiah,
penemuan konsep, pertumbuhan konsep.
1. Model penemuan konsep
Model ini didasarkan pada pandangan bahwa lingkungan memiliki orang yang
berbeda. Siswa harus mampu membedakan, mengkategorikan dan menamai
semuanya untuk menemukan suatu konsep. Oleh karena itu, model penemuan konsep

9
merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk membantu siswa memahami
konsep-konsep tertentu.
2. Inkuiri ilmiah
Model Inkuiri Ilmiah bertujuan agar peserta didik mampu melakukan penelitian,
menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah. Disamping itu,
model ini mengajarkan peserta didik cara meneliti dan memikirkan pilihan atau
alternatif yang dipakai dalam memikirkan makna pendidikan, hakikat sains, dan
karakter pola pikir pendidikan.
3. Berpikir induktif
Pola berpikir induktif ini beranggapan bahwa kemampuan berpikir seseorang tidak
otomatis berkembang dengan baik jika proses pembelajaran dikembangkan tanpa
memperhatikan kecukupan kebutuhan berpikir seseorang. Keterampilan berpikir
harus diajarkan melalui pendekatan khusus yang memungkinkan siswa menjadi mahir
dalam berpikir. Model berpikir induktif ini merupakan strategi pendidikan yang
dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengubah informasi.
4. Pertumbuhan kognitif
Model ini berpendapat bahwa perkembangan kognitif sebagian besar dipengaruhi
oleh manipulasi dan interaksi aktif siswa dengan lingkungan mereka di mana
pengetahuan berasal dari tindakan mereka. Melalui interaksi dengan lingkungan,
struktur kognitif akan selalu mengembangkan pengalaman dan terus menerus berubah
selama interaksi berlangsung. Metode ini membantu siswa meningkatkan
pertumbuhan intelektualnya dari proses reflektif sampai siswa mampu memikirkan
kemungkinan kejadian dan secara mental mampu mengeksplorasi konsekuensi yang
mungkin terjadi.
5. Latihan inkuiri
Model pelatihan tanya jawab ditemukan oleh Richard Suchman. Menurutnya, model
ini digunakan untuk melatih siswa yang dapat melakukan penelitian, menafsirkan
fenomena dan memecahkan masalah secara alami. Fokus utama dari model ini adalah
bagaimana siswa dapat merumuskan masalah yang menarik, misterius dan menantang
sehingga dapat berpikir secara ilmiah.

10
D. Implementasi Pengolahan Informasi
1. Guru melakukan tindakan untuk mendapatkan perhatian siswa
a. Menunjukan suatu tanda tertentu untuk memusatkan perhatian siswa pada guru,
misalnya dengan tepuk tangan.
b. Berkeliling ruangan atau berbicara seirama
c. Memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang membangkitkan
minat terhadap topik yang akan dibicarakan
d. Meminta perhatian kepada siswa tertentu jika perlu menyebut namanya atau
berjalan menghampirinya serta mengajukan pertanyaan.
2. Guru hendaknya membantu siswa untuk memilah hal yang perlu dipelajari serta
memusatkan diri pada informasi yang penting
a. Guru menuliskan atau menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
agar para siswa tahu apa yang harus dilakukannya dalam belajar.
b. Ketika guru menerangkan pelajaran dan ada hal-hal penting, maka intonasi
suara guru perlu diberi penegasan.
3. Guru membantu siswa untuk menghubungkan informasi baru dengan apa yang telah
diketahuinya
a. Guru membantu siswa untuk mengingat kembali informasi-informasi yang telah
diketahui yang diperlukan untuk memahami bahan pelajaran yang baru.
b. Guru memberikan siswa tugas yang menyangkut penggunaan informasi
bersama-sama dengan informasi yang telah dipelajarinya.
4. Guru menyajikan bahan pelajaran secara tersusun dan jelas
a. Menjelaskan tujuan pelajaran yang hendak dicapai
b. Memberikan garis besar materi untuk memudahkan siswa mengajukan
pertanyaan atau memberikan komentar.
5. Mengutamakan makna pelajaran
a. Untuk menghafalkan informasi yang tidak terlalu memerlukan pemahaman,
penggunaan cara mneumonic adalah cukup efektif.
b. Membawakan situasi yang dapat membantu siswa untuk memahami informasi
dan sekaligus menyimpannya dalam memori.
c. Bagi pelajaran-pelajaran yang memerlukan ingatan cepat, dapat menggunakan
metode drill

11
Menurut Robert M. Gagne mengemukakan ada 8 fase proses pembelajaran, di
antaranya:
1. Motivasi yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk
melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tententu (motivasi intrinsik dan
ekstrinsik).
2. Pemahaman, yaitu individu menerima dan memahami Informasi yang diperoleh dari
pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
3. Pemerolehan, yaitu individu memberikan makna/mempersepsi segala Informasi yang
sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta
didik.
4. Penahanan, yaitu menahan informasi/ hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka
panjang. Hal ini merupakan proses mengingat jangka panjang.
5. Ingatan kembali, yaitu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada
rangsangan
6. Generalisasi, yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
7. Perlakuan, yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran
8. Umpan balik, yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah
dilakukannya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori pengolahan informasi ialah teori yang menggambarkan bagaimana otak
manusia memproses sebuah informasi, di dalam pemrosesan tersebut terjadi interaksi
internal dan eksternal. Informasi-informasi tadi diolah dan dikaitkan dengan pengetahuan
yang ada dan dijadikan sebagai sesuatu yang mudah dipahami. Teori ini memiliki tiga
komponen, yang pertama ialah penampung memori indrawai, kedua memori jangka
pendek, dan terakhir memori jangka panjang. Penampung memori indrawi sendiri
menerima informasi dengan cepat dari lingkungan, lalu memori jangka pendek
memberikan kesadaran bahwa ada informasi yang masuk, tetapi memori jangka pendek
hanya bisa menyimpan informasi sementara sehingga perlu dialihkan ke memori jangka
panjang. Cara mengalihkan informasi ke memori jangka panjang bisa dengan
mengucapkannya terus menerus atau biasa disebut rehersal.
Teori ini memiliki banyak model, salah satunya ada model inkuiri yang ditemukan
oleh Richard Suchman, dimana fokus peserta didik ialah merumuskan sebuah masalah yang
menarik dan menantang sehingga dapat berpikir secara ilmiah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Khotijah, S., Trianto, A., & Utomo, P. (2017). Penerapan model pemrosesan informasi pada
pembelajaran membaca siswa di SMP negeri 02 bengkulu utara. Jurnal Ilmiah
KORPUS, 1(2), 199-209.
Rafiqa, R. (2015). Teori Pengolahan Informasi: Perspektif Pendidikan. Komunida: Media
Komunikasi Dan Dakwah, 5(2).
Rahayu, T. (2019). Teori Pengolahan Informasi Dalam Pembelajaran MI. Al-Misbah (Jurnal
Prodi PGMI), 5(02), 59–72.
Ramadhan, H. M. (2018). Pengolahan Informasi Pembelajaran dalam Metode Psikologi
Pendidikan.
RC Rifai, Achmad & Anni, Cattharina T. (2018). Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES
Press.

14

Anda mungkin juga menyukai