Anda di halaman 1dari 21

1.

Pengertian Microteaching

Microteaching berasal dari dua kata yaitu micro yang berarti kecil,
terbatas, sempit danteaching berarti mengajar. Jadi, Microteaching berarti
suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan
atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah siswa, waktu,
bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan
dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru
secara akurat.
Microteaching atau pembelajaran mikro, dijelaskan oleh para ahli
dengan berbagai pengertian. Di antaranya adalah Mc.
Laughlin dan Moulton (1975) yang menjelaskan bahwa microteaching is as
performance training method to isolate the component parts of the teaching
process, so that the trainee can master each component one by one in a
simplified teaching situation (pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu
pendekatan atau model pembelajaran untuk melatih penampilan/
keterampilan mengajar guru melalui bagian demi bagian dari setiap
keterampilan dasar mengajar tersebut, yang dilakukan secara terkontrol dan
berkelanjutan dalam situasi pembelajaran).
Sedangkan A. Perlberg (1984) menjelaskan bahwa micro teaching is
a laboratory training procedure aimed at simplifyng the complexities of
regular teaching - learning processing (pembelajaran mikro pada dasarnya
adalah sebuah laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses latihan
kegiatan belajar mengajar/pembelajaran). Sementara itu Sugeng
Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro merupakan salah
satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar
mengajar yang di "mikro" kan untuk membentuk, mengembangkan
keterampilan mengajar.

2. Hakikat Pengajaran Mikro


Pengajaran mikro merupakan terjemahan dari micro teaching. Micro
Teaching berasal dari dua kata yaitu kata micro berarti kecil, terbatas,
sempit dan teaching berarti mengajar. Jadi, micro teaching berarti suatu
kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau
segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah murid, waktu,
bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan
dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru
secara akurat (Beni, 2008). J.Cooper & D.W. Allen (1971) (dalam Beni, 2008)
mengatakan bahwa Pengajaran mikro adalah studi tentang suatu situasi
pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yakni
selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak
tiga sampai sepuluh orang. Bentuk pengajaran di sederhanakan, guru hanya
memfokuskan diri hanya pada beberapa aspek. Pengajaran berlangsung
dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja diselenggarakan dalam bentuk
mikro.
Micro teaching adalah suatu tindakan atau kegiatan latihan belajar-
mengajar dalam situasi laboratoris (Sardirman, 2001).
Sulton (2009) menambahkan bahwa pengajaran mikro adalah suatu
tekni atau metode latihan yang dirancang untuk membangun keterampilan
mengajar, baik keterampilan-keterampilan baru, maupun keterampilan-
keterampilan lama yang telah dimiliki oleh calon guru/ guru (bersifat
remidial), yang dilakukan dengan cara mengisolasikan komponen-komponen
keterampilan mengajar sehingga setiap komponen keterampilan mengajar
tersebut dapat dikuasai dengan baik oleh calon guru/ guru dalam situasi dan
kondisi pengajaran yang disederhanakan atau dimikrokan.
Hartono (2010: 33) merumuskan delapan hal yang berkaitan dengan
pengajaran mikro sebagai berikut.
a. Pengajaran mikro merupakan suatu teknik/ metode latihan yang
dirancang untuk pengembangan keterampilan mengajar calon guru/
guru.
b. Pengajaran mikro sengaja mendesain situasi belajar mengajar agar
dapat dikontrol. Hal ini bertujuan agar pembentukan keterampilan baru
atau pun pembaharuan suatu keterampilan mengajar (membelajarkan)
dapat dilakukan secara terisolasi.
c. Pengajaran mikro sebagai cara latihan praktik mengajar
(membelajarkan) dalam situasi laboratoris. Karena itu, pengajaran mikro
dapat melatihkan berbagai keterampilan mengajar (teaching skills)
dalam kegiatan terkontrol untuk membentuk komepetensi.
d. Pengajaran mikro tetap merupakan real teaching tetapi dalam bentuk
mikro sehingga dapat dikontrol.
e. Situasi dan kondisi pengajaran yang disederhanakan (dimikrokan)
tersebut meliputi keterampilan mengajarnya (1-2 komponen
keterampilan), jumlah siswa (5-10 siswa), waktu mengajar (5-15 menit),
dan bahan pengajaran (1-2 aspek atau indikator) (Sulton 2009: 19 dalam
Hartono 2010: 34).
f. Upaya penyederhanaan atau pemikroan situasi dan kondisi dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan kepada para calon guru/ guru untuk
berlatih mengembangkan keterampilan dasar secara terpisah.
g. Di dalam pengajaran mikro, sekali pun situasi dan kondisinya
disederhanakan, namun tetap merupakan pembelajaran riil (real
teaching) walaupun bukan merupakan pengajaran kelas biasa (real
classroom teaching).
h. Sebagai suatu teknik latihan, pegajaran mikro sebenarnya tidak hanya
membatasi pada satu komponen keteramilan mengajar secara terpisah.

Sedangkan menurut Setyawan (2010) pengajaran mikro


atau micro teaching adalah salah satu model pelatihan praktik mengajar
dalam lingkup terbatas (mikro) untuk mengembangkan keterampilan dasar
mengajar (base teaching skill) yang dilaksanakan secara terisolasi dan dalam
situasi yang disederhanakan/ dikecilkan.
3. Karakteristik Pengajaran Mikro
Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu
Pengajaran yang nyata, artinya pengajaran di laksanakan tidak dalam bentuk
sebenarnya, tetapi berbentuk mini dengan karakteristik menurut Beni (2008)
sebagai berikut:
a. peserta berkisar antara 5 10 orang
b. waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
c. komponen mengajar dikembangkan terbatas
d. latihan terpusat pada keterampilan mengajar
e. mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
f. umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru
g. pengajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang
berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok
usia tertentu
h. pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang
diselenggarakan dalam laboratorium micro teaching
i. pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru
mengajari keterampilan mengajar.
j. penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi
aktif dalam pengajaran
k. penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan
dalam jangka waktu tertentu.

Setyawan (2010) menambahkan ciri khas micro teaching adalah: real


teaching yang dimikrokan meliputi jumlah siswa, alokasi waktu, fokus
keterampilan, kompetensi dasar, hasil belajar dan materi pokok
pembelajaran yang terbatas.
Hartono (2010: 36) merumuskan empat ciri pengajaran mikro sebagai
berikut.
a. Pembelajaran itu dilakukan dalam skala kecil.
b. Pengajaran Mikro membelajarkan pembelajaran mempelajari
keterampilan mengajar yang kompleks dengan terpisah-pisah secara
mendalam dan teliti.
c. Pengajaran Mikro adalah pembeajaran yang sebenarnya dalam situasi
belajar.
d. Pengajaran Mikro bukanlah simulasi.

4. Tujuan Pengajaran Mikro


Tujuan adalah membekali calon guru sebelum sungguh-sungguh terjun
ke sekolah tempat latihan praktek kependidikan untuk praktek mengajar
(Sardiman, 2001).
Setyawan (2010) mengemukakan tujuan umum dan tujuan khusus
pengajaran mikro. Tujuan umum pengajaran mikro (micro teaching) adalah
untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa (calon guru/ dosen)
untuk berlatih mempraktikkan beberapa keterampilan dasar mengajar di
depan temantemannya dalam suasana yang constructive,supportive, dan
bersahabat sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan dan
kemampuan (performance) yang terintegrasi untuk bekal praktik mengajar
sesungguhnya di sekolah/ institusi pendidikan. Adapun tujuan khusus
pengajaran mikro (micro teaching) antara lain sebagai berikut.
a. Mahasiswa terampil untuk membuat persiapan mengajar.
b. Membentuk sikap profesional sebagai calon guru/dosen.
c. Berlatih menjadi guru yang bertanggung jawab dan berpegang kepada
etika keguruan.
d. Dapat menjelaskan pengertian micro teaching.
e. Dapat berbicara di depan kelas secara runtut dan runut sehingga mudah
dipahami oleh audience atau peserta didik.
f. Terampil membuka dan menutup pelajaran.
g. Dapat bertanya secara benar.
h. Dapat memotivasi belajar siswa/peserta didik.
i. Dapat membuat variasi dalam mengajar.
j. Dapat menggunakan alat-alat/ media pembelajaran dengan benar dan
tepat.
k. Dapat mengamati keterampilan keguruan secara obyektif, sistematis,
kritis dan praktis.
l. Dapat memerankan sebagai guru/ dosen , supervisor, peserta didik,
maupun sebagai observer dengan baik.
m. Dapat menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam suasana
didaktis, paedagogis, metodik dan andragogis secara tepat dan menarik.
n. Berlatih membangun rasa percaya diri.

Beni (2008) menambahkan tujuan umum micro teaching adalah


mempersipkan mahasiswa calon guru untuk menghadapi pekerjaan
mengajar spsenuhnya di muka kelas dengan memiliki pengetahuan,
keterampilan, kecakapan dan sikap sebagai guru yang profesional. Adapun
tujuan khusus micro teaching sebagai berikut: a) menganalisis tingkah laku
mengajar kawan sejawat dan dirinya sendiri; b) mempraktikkan berbagai
teknik mengajar dengan benar dan tepat dan c) mewujudkan situasi belajar-
mengajar yang efektif dan efisien.
Hartono (2010: 37) megelompokkan tujuan pengajaran mikro ke dalam
dua kelompok tujuan, yaitu tujuan yang berkaitan dengan mahasiswa calon
guru dan guru.
a. Tujuan yang berkaitan dengan mahasiswa calon guru, yaitu a) memberi
latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah dan latihan
pengalaman mengajar yang nyata; b) memberi kesempatan calon guru
mengembangkan keterampilan mengajar dan bimbingan sebelum mereka
tampil di kelas yang sebenarnya; c) memberikan kesempatan calon guru
untuk mendapatkan latihan keterampilan mengajar dan berlatih kapan harus
menerapkannya.
b. Tujuan yang berkaitan dengan guru, yaitu a) memberikan penyegaran
keterampilan dasar mengajar; b) memberikan kesempatan menambah
pengalaman terbimbing untuk penigkatan dan pengembangan profesinya;
dan c) mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap tanggapan/ kritik
atas kekurangannya dan pembaharuan yang berkembang di dunia
pendidikan.
5. Manfaat Pengajaran Mikro
Pengajaran mikro dilakukan di program kepedidikan sebagai wadah
latihan calon guru memiliki beberapa manfaat. Menurut Asril (2010: 53)
dalam Hartono (2010: 38) manfaat pengajaran mikro sebagai berikut.
a. Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu calon guru dalam
mengajar.
b. Keterampilan mengajar terkontrol dan dapat dilatihkan.
c. Perbaikan atau penyempunaan secara cepat dapat segera dicermati.
d. Latihan penguasaan keterampilan mengajar lebih baik.
e. Saat latihan berlangsung calon guru dapat memusatkan perhatian
secara objektif.
f. Menuntut dikembangkan pola observasi yang sistematis dan objektif.
g. Mempertinggi efisiensi dan efektivitas penggunaan sekolah dalam waktu
praktik mengajar yang relatif singkat.

Brown dan Ametrong (1975) dalam Setyawan (2010), mencatat hasil


Riset tentang manfaat pengajaran mikro (micro teaching) sebagai berikut.
a. Korelasi antara pengajaran mikro (micro teaching) dan praktik keguruan
sangat tinggi.
Artinya : calon guru/ dosen yang berpenampilan baik dalam pengajaran
mikro (micro teaching), akan baik pula dalam praktik mengajar di kelas.
b. Praktikan yang lebih dulu menempuh program pengajaran mikro (micro
teaching) ternyata lebih baik/ lebih terampil dibandingkan praktikan yang
tidak mengikuti pengajaran mikro (micro teaching).
c. Praktikan yang menempuh pengajaran mikro (micro teaching)
menunjukkan prestasi mengajar yang lebih tinggi.
d. Bagi praktikan yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam pengajaran,
pengajaran mikro (micro teaching) kurang bermanfaat.
e. Setelah mengikuti pengajaran mikro (micro teaching), praktikan dapat
menciptakan interaksi dengan siswa secara lebih baik.
f. Penyajian model rekaman mengajar lebih baik daripada model lisan
sehingga lebih signifikan dengan keterampilan mengajar.

References :

http://citraindonesiaku.blogspot.co.id/2012/03/pengajaran-mikro-micro-
teacihng.html

Beni. 2010. Hakikat Micro Teaching. Online.


http://beni64.wordpress.com/2008/10/28/materi-1-teaching-skill-1/
Kompetensi Pendidik, Peran Guru dan Siswa

1. Kompetensi Pendidik

Menurut kamaus besar bahasa Indonesia(WJS. Purwadarminta)


kompetensi berarti (competency) yakni kemampuan atau kecakapan. Istilah
competency sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang
dikemukakan sebagai berikut:
1. Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatip dari prilaku guru
yang tampak sangat bararti. (Broke and Stone,1975)
2. Kompetensi merupakan prilaku yang rasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.(Charles E.
Jhonson,1974)
3. Keadaan berwenang atau memenuhi syarat menuntut ketentuan
hokum

Adapun kompetensi guru yaitu kemampuan seorang guru dalam


melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan
layak. Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu, guru yang
profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan), karena itu
kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan
kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan
kemampuan tinggi (Muhibbin Syah : 230). Dengan sertifikasi dan predikat guru
profesional yang disandangnya, maka guru harus introspeksi diri apakah saya sudah mengajar
sesuai dengan cara-cara seorang guru profesional. Sebab disadarai atau tidak banyak diantara
kita para pendidik belum bisa menjadi guru yang profesional sebagai mana yang diharapkan
dengan adanya sertifikasi guru sampai saat ini.

A. Kompetensi kepribadian
Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub
kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi :
1. Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial,
bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etod kerja sebagai guru.
3. Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam
berpikir dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif
terhadappeserta didik dan memiliki perilaku yangh disegani.
5. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan norma
religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta
didik.
B.Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pemahaman terhadappeserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah :
1. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik
dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip
kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
2. Merancang pembelajaran,teermasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan pendidikan,
menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi
ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar ( setting) pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan
melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan denga berbagai metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan
hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan
memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya
meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik,
dan memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi
nonakademik.
C. Kompetensi Profesional
Adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup
penguasaan materi kurikulummata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Sub kompetensi
dalam kompetensi Profesional adalah :
1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang meliputi
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur,
konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar,
memahami hubungan konsep antar nmata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-
konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan yang meliputi menguasai langkah-langkah
penelitian dan kajian kritis untuk membperdalam pengetahuandan materi bidang studi.
D.Kompetensi Sosial
adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar

Kode etik Guru dan Dosen


Kode etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan
tugas dan kehidupan sehari-hari.

Isi Pokok Kode Etik Guru dan Dosen :


1. Kewajiban beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Menjunjung tinggi hukum dan peraturan yang berlaku
3. Mematuhi norma dan etika susila
4.Menghormati kebebasan akademik
5. Melaksanakan tridarma perguruan tinggi
6. Menghormati kebebasan mimbar akademik
7. Mengukuti perkembangan ilmu
8. Mengembangkan sikap obyektif dan universal
9. Mengharagai hasil karya orang lain
10. Menciptakan kehidupan sekolah/kampus yang kondusif
11. Mengutamakan tugas dari kepentingan lain
12. Pelanggaran terhadap kode etik guru dan dosen dapat dikenai sanksi akademik, administrasi
dan moral.

- Jenis-jenis Kompetensi
1. Kompetensi pribadi, Kemampuan pribadi ini meliputi hal-hal berikut:
a. Mengembangkan kepribadian:
1. Bertakwa kepada tuhan yang maha Esa
- Mengkaji ajaran yang dianut
- Mengamalkan ajaran-ajaran agama yang dianut
- Menghayati peristiwa yang mencerminkan sikap saling
menghargai antara umat beragama.
2. Berperan sebagai warga Negara yang berjiwa pancasila
- Menkaji berbagai cirri manusia pancasila
- Mengkaji sifat-sifat kepatriotan bangsa Indonesia
- Menghayati urunan para patriot dalam merebut,
mempertahankan, dan mengisi kemerdekaaan.
- Membiasakan diri menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan
- Mengkaji hubungan manusia dengan lingkungan alamiah dan
buatan
- Membiasakan diri menghargai dan memelihara mutu
lingkungan hidup.

3. Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi


guru.
- Mangkaji sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh guru
- Membiasakan diri menerapkan sifat-sifat sabar, demokratis,
menghargai pendapat orang lain, sopan santun dan tanggap
terhadap pembaharuan.

b. Berintraksi dan berkomunikasi


1. Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan
professional
- Mengkaji ajaran struktur organisasi Depdikbud.
- Mengkaji hubungan profesional
- Membiasakan diri mengikuti perkembangan profesi
2. Berintraksi dengan masyarakat untuk penuanaian misi
pendidikan
- Mengkaji berbagai lembaga kemasyarakatan yang berkaitan
dengan pendidikan
- Berlatih menylenggarakan kegiata kemasyarakatan yang
menunjang usaha pendidikan.
3. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
- membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
- mengkaji konsep-konsep dasar bimbingan
- berlatih mengenal kesulitan murid
- membimbing siswa yang berkelainan dan berbakat khusus
4. melaksanakan administrasi sekolah
- mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah
5. melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
- mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah
- melaksanakan penelitian sederhana

2. kompetensi professional
Kemampuan professional ini meliputi hal-hal berikut:
1. Menguasai landasan kependidikan
- Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional
- Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
- Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar
2. Menguasai bahan pengajaran
- Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan
menengah.
- Menguasai bahan pengayaan
3. Menyusun program pengajaran
- Menetapkan tujuan pembelajaran
- Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran
- Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
- Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
- Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
4. Melaksanakan program pengajaran
- Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
- Mengatur ruangan belajar
- Mengelola intraksi belajar
5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
- Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
- Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

2. Peran Guru dalam Pembelajaran


Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar
membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan
kompetensinya karena proses belajar- mengajar dan hasil belajar siswa
sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif
dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa
berada pada tingkat optimal.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar
meliputi banyak hal sebagaimana yang diungkapkan oleh Adam dan Becey
dalam Basic principles of student teaching, antara lain guru sebagai
pengajar, pemimpin kelas, pembingbing, pengatur, pengatur lingkungan,
partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor. Yang
akan dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan
diklasifikasikan sebagai berikut:

Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction)


Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan
pembelajaran yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu
waktu tertentu. Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam
merencanakan PBM tersebut dengan memerhatikan berbagai komponen
dalam sistem pembelajaran yang meliputi :
1. Membuat dan merumuskan bahan ajar.
2. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas,
perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan
siswa, komprehensif,sistematis, dan fungsional efektif.
3. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
4. Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai
fasilitator dalam pengajaran.

Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran


Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru
mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar
mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan
motivasi adalah sebagai berikut:
1. Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.
2. Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir
pengjaran
3. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat
merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari
4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

Guru sebagai Konselor


Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan
dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses
pembelajaran, Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar:
1. Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang
timbul antara peserta didik dengan orang tuanya.
2. Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yng manusiawi
dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama
dengan bermacam-macam manusia.

Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya


sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka ataupun keinginannya. Semua
hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam
berhubungan dengan orang lain terutama siswa.
Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat
oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara
resmi kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau
dicita-citakan . Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat
bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya
guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala
sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan
pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu
bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya
terletak di tangan pribadi guru.
Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan
kurikulum secara aktif antara lain yaitu :
1. perencanaan kurukulum
2. pelaksanaan di lapangan
3. proses penilaian
4. pengadministrasian
5. perubahan kurikulum

Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis


Lingkungan
Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya
dengan peserta didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan
peserta didik dalam belajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang memadai. Pengetahuan, sikap,
dan ketramoilan yang dituntut dari guru dalam proses pembelajaran yang
memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan atas posisi dan peranan guru,
tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar yang profesional.
Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan
berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran dimana guru harus
menempatkan diri sebagai :
1. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi
pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
2. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam
berbagai bentuk.
3. Moderator belajar, guru sebgai pengatur arus kegiatan belajar peserta
didik,. Selain itu guru bersama peserta didik harus menarik kesimpulan
atau jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik,atas dasar
semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.
4. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau
melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat
menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau
melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
5. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif.
Sebagai evaluator guru berkewajiban mengawasi, memantau proses
pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga
berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik,
menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara
individual, kelompok, maupun secara klasikal.

Guru sebagai Demonstrator


Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang
akan diajarkannya serta senantiasa mengembagkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini
akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah
pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara
demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan
sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan
demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya
secara didaktis. Maksudnya agar apa yang disampaikannya itu dimiliki betul-
betul dimiliki oleh anak didik.

Guru sebagai pengelola kelas


Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah
ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya.
Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif
dan efesien.
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
kepada tujuan tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan
itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan
belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan
merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan
dalam mencapai tujuan.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar agar mencapai hasil
yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar, tetapi juga
mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar, serta membantu siswa
untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Pengelolaan kelas juga terkait dengan kegiatan penjadwalan
penggunaan kelas untuk berbagai mata pelajaran yang sesuai dengan sifat
dan karakteristiknya masing-masing, sehingga tidak saling ganggu-
menggangu. Ketika pada satu kelas terjadi kegiatan pelajaran bernyanyi
misalnya, maka kelas yang berdekatan dengannya tidak merasa terganggu.

Guru sebagai mediator dan fasilitator


Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar
mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang
sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral
demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran disekolah.
Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam hubungan
antarmanusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana orang berintraksi dan berkomunikasi.
Tujuannya agar guru bias menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan
yang interaktif.
Dan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan
sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan
proses belajar-mengajar baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah,
ataupun surat kabar.

Guru sebagai evaluator


Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang
evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
tujuan yang dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang
diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat
dijawab melalui kegiata evaluasi atau penilaian.
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian
tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran , serta ketepatan atau
keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah
untuk mengatahuikedudukan siswa dalam kelas atau kelompoknya.

Anda mungkin juga menyukai