Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan pengajaran mikro (micro-teaching) untuk latihan mengajar
didasari oleh banyak hal. Penerapan pendekatan pelatihan mengajar secara
tradisional telah terbukti kurang mampu membekali kesiapan mental,
kemampuan dan keterampilan mengajar mahasiswa keguruan (calon guru)
untuk tampil di depan kelas yang sesungguhnya (real classroom). Hal ini
disebabkan pelatihan mengajar dengan teknik tradisional dilakukan secara
langsung di sekolah, dimana lembaga keguruan hanya menekankan teori
tentang dasardasar keguruan, isi dan bahan pembelajaran. Cara ini
berasumsi bahwa dengan penguasaan teori, mahasiswa keguruan sudah
menguasai dan terampil mengajarkan ilmunya kepada siswa di sekolah.
Oleh karena itu, mereka langsung mengajar di sekolahsekolah untuk
menjadi guru praktikan. Dampaknya sering terjadi banyak siswa sekolah
yang dijadikan tempat praktik merasa dirugikan akibat banyaknya
kesalahan yang dilakukan oleh guru praktikan. Pendekatan semacam ini
ternyata tidak efektif dan kurang berhasil. Karena penguasaan teori
keguruan dan bahan pembelajaran lebih banyak memberikan bekal
kemampuan kognitif sehingga belum dapat memberikan kemampuan
mahasiswa keguruan dalam bersikap, mengelola kelas dan menerapkan
keterampilan mengajar sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam rangka mencari metode latihan bagi para calon guru yang lebih
efektif, maka pada Tahun 1963 Universitas Stanford mulai mengembangkan
Pengajaran Mikro (Micro-Teaching). Pengajaran Mikro sebagai suatu teknik
latihan bagi calon guru berdasarkan rasional, yang terdiri atas : pengajaran
yang nyata, konsentrasi pada keterampilan mengajar, menggunakan
informasi dan pengetahuan tentang tingkah laku belajar sebagai umpan
balik, berdasarkan kemampuan calon dan pengaturan distribusi latihan
keterampilan dalam periode waktu tertentu.
Melalui pengajaran mikro (micro-teaching) dengan bantuan observer, maka
seluruh rangkaian penampilan calon guru akan terekam dan
kekurangannya akan dapat diketahui dan sekaligus dapat menjadi umpan
balik (feed-back). Melalui play-back rekaman, calon guru dapat melihat
kembali penampilannya yang kurang dan yang sudah baik, sehingga calon
guru dapat memperbaiki atau meningkatkan penampilan berikutnya.

Menurut Brown (1978), untuk menghasilkan calon guru yang profesional,


sebelum praktik mengajar di sekolah, calon guru perlu dilatih
mengembangkan keterampilan dasar mengajar dengan diberikan
kesempatan mengembangkan gaya mengajarnya sendiri dan mengurangi
atau menghilangkan kesalahankesalahan atau kekurangankekurangan
yang masih ada.
Atas dasar inilah maka micro-teaching diwajibkan bagi mahasiswa
kependidikan UNY yang akan melaksanakan praktik mengajar di sekolah.
Micro-Teaching dipilih sebagai salah satu pendekatan pelatihan mengajar
yang melandasi program pengalaman lapangan (praktik mengajar di
sekolah). Dalam micro-teaching mahasiswa keguruan diajarkan supaya
dapat menyusun rencana yang mendekati tingkah laku nyata (rencana
program pembelajaran disingkat rpp) kemudian berlatih mengajar sesuai
dengan yang direncanakan secara terusmenerus dengan berbagai
keterampilan dasar mengajar, baik secara terisolasi (isolated skill) maupun
terintegrasi (integrated skill).
Pengajaran mikro merupakan pelatihan tahap awal dalam pembentukan
kompetensi mengajar melalui pengaktualisasian kompetensi dasar mengajar.
Pada dasarnya pengajaran mikro merupakan suatu metode pembelajaran atas
dasar kinerjaperforma yang tekniknya dilakukan dengan cara melatihkan
komponen-komponen kompetensi dasar mengajar dalam proses pembelajaran
sehingga calon guru benar-benar mampu menguasai setiap komponen satu
persatu atau beberapa komponen secara terpadu dalam situasi pembelajaran
yang disederhanakan. Pengajaran mikro merupakan bagian yang integral mata
kuliah Praktik Pengalaman Lapangan bagi mahasiswa program S1 kependidikan
UNY. Pengajaran mikro dilakukan di kampus dengan model peer teaching.
Dalam pelaksanaannya, pengajaran mikro mencakup kegiatan orientasi,
observasi pembelajaran di sekolah atau di lembaga yang akan dipakai untuk PPL,
serta praktik mengajar dengan model peer teaching. Diterapkannya model peer
teaching ini dipandang paling fleksibel dilaksanakan sebelum mahasiswa
melakukan real- teaching dalam pelaksanaan PPL di sekolah. Dalam pengajaran
mikro, mahasiswa dapat berlatih unjuk kompetensi dasar mengajar secara
terbatas dan secara terpadu dari beberapa kompetensi dasar mengajar, dengan
kompetensi, materi, peserta didik, maupun waktu yang dipresentasikan yang
dibatasi (dimikrokan). Pengajaran mikro juga sebagai sarana latihan untuk tampil
berani menghadapi kelas, mengendalikan emosi, ritme pembicaraan, dan lainlain. Praktik mengajar mikro dilakukan sampai mahasiswa yang bersangkutan
menguasai kompetensi secara memadai sebagai prasyarat untuk mengikuti PPL
(Ppraktik Pengalaman Lapangan) (PPL) pembelajaran) di sekolah/lembaga.

Kompetensi Guru

Guru
sebagai
tenaga
profesional
bertugas
merencanakan
dan
melaksanakan
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran,
melakukan
pembimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian, membantu pengembangan
dan pengelolaan program sekolah serta mengembangkan profesionalitasnya
(Depdiknas, 2004: 8). Oleh karena itu, fungsi guru adalah sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing, pelatih, pengembang program, pengelola program, dan
tenaga profesional. Tugas dan fungsi guru tersebut menggambarkan kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru yang professional. Direktorat Pembinaan
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan dan Direktorat Ketenagaan Perguruan
Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas (2004), telah
merumuskan dan mengembangkan Standar Kompetensi Guru Pemula (SKGP)
SMP dan SMA, yang mencakup empat standar kompetensi, yaitu: (1) penguasaan
bidang studi, (2) pemahaman tentang peserta didik, (3) penguasaan
pembelajaran yang mendidik, dan (4) pengembangan kepribadian dan
keprofesionalan. Keempat standar kompetensi guru tersebut dikemas dengan
menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
beriman dan bertaqwa, dan sebagai wWarga nNegara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab.

Menurut Undang-undang Sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003,


Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada Bab VI
pasal 3 ditegaskan tentang sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru. Undang Undang ini di dukung dan di perjelas oleh PP No
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta PERMENDIKNAS
Nomor 16/ 2007 tentang Standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru, telah mengamanatkan bahwa guru yang profesional memiliki
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi
kepribadian /personal, dan kompetensi sosial.
Pengajaran Mikro

Secara bahasa micro teaching terdiri dari micro dan teaching. Micro
berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau mengajar.
Micro teaching berarti suatu kegiatan mengajar di mana segala
sesuatunya
dikecilkan
atau
disederhanakan
untuk
membentuk
/mengembangkan keterampilan mengajar.
Ada beberapa definisi tentang Pengajaran Mikro (Micro Teaching) yang
dapat dikemukakan, diantaranya adalah :
Micro teaching is a method that has been used since 1960s in teacher educationand in
other teaching-learning environments. Its application showed that ineducation, medicine,
anthropology classes teacher behaviors are affectedconsiderably by micro teaching, and
micro teaching improves
teachersbehaviors in learning environment. It can be used for a range of functions
fromteacher education to teacher employment and in-service courses (Brown,

1975;Baytekin, 2004).
Menurut Wikipedia: Microteaching is a training technique whereby the
teacher reviews a videotape of the lesson after each session, in order to
conduct a "post-mortem". Teachers find out what has worked, which
aspects have fallen short, and what needs to be done to enhance their
teaching technique. Dengan kata lain Micro teaching adalah teknik

pelatihan dimana guru melakukan review dari sesi pembelajaran yang


dilakukan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran yang telah
dilakukannya, apa kekurangan yang harus dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan mengajarnya.
Cooper dan Allien (1971), mendefinisikan Pengajaran Mikro (MicroTeaching) adalah suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam
waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5 20 menit dengan
jumlah siswa sebanyak 3 s.d. 10 orang.
Mc.Laughlin dan Moulitton (1975) mendefinisikan Micro Teaching is a
Performance training method designed to isolated the component partof
teaching process, so that the trainee can master each component one by
one in a simplified teaching situation.
Waskito (1977) mendefinisikan Micro Teaching adalah suatu metode
belajar mengajar atas dasar Performance yang tekniknya dengan cara
mengisolasikan komponenkomponen proses belajar mengajar sehingga
calon guru dapat menguasai setiap komponen satu per satu dalam situasi
yang disederhanakan atau dikecilkan.
Berdasarkan beberapa Pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
micro-teaching atau pengajaran mikro adalah : Salah satu model
pelatihan praktik mengajar dalam lingkup terbatas (Mikro) untuk
mengembangkan keterampilan dasar mengajar (Base Teaching Skill) yang
dilaksanakan secara terisolasi dan dalam situasi yang disederhanakan /
dikecilkan Dengan demikian, Ciri Khas Micro-Teaching adalah : RealTeaching yang di-Mikro-kan meliputi Jumlah Siswa, Alokasi Waktu, Fokus
Keterampilan, Kompetensi Dasar, Hasil belajar dan Materi Pokok
Pembelajaran yang terbatas.
Pengajaran Mikro (Micro-Teaching) merupakan salah satu bentuk Model
Praktek Kependidikan atau Pelatihan Mengajar. Dalam konteks yang
sebenarnya, mengajar mengandung banyak tindakan, baik mencakup
Teknis Penyampaian Materi, Penggunaan Metode, Penggunaan Media,
Membimbing Belajar, Memberi Motivasi, Mengelola Kelas, Memberikan
Penilaian dst. Dengan kata lain; bahwa Perbuatan Mengajar itu sangatlah
Kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka Penguasaan Keterampilan Dasar
Mengajar, calon Guru perlu berlatih secara Parsial, artinya : Tiap tiap
Komponen Keterampilan Dasar Mengajar itu perlu dikuasai secara terPisah
Pisah (Isolated). Berlatih untuk menguasai Keterampilan Dasar Mengajar
seperti itulah yang dinamakan Micro-Teaching (Pengajaran Mikro). Bentuk
pengajaran yang sederhana, dimana calon guru berada dalam suatu
lingkungan kelas yang terbatas dan terkontrol. Dan hanya mengajarkan
Satu Konsep dengan menggunakan Satu atau Dua Keterampilan Dasar
Mengajar.
As. Glicman menjelaskan yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar pada
dasarnya adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific
instructional behaviours) yang harus dimiliki dan diterapkan oleh guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran (1991). Adapun jenisjenis keterampilan dasar

mengajar yang harus dikuasai oleh setiap guru antara lain: keterampilan membuka dan
menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan memberikan stimulus
yang bervariasi, keterampilan menggunakan metoda dan media secara tepat,
keterampilan mengelola lingkungan pembelajaran, keterampilan bertanya, memberikan
balikan dan penguatan, dan keterampilan-keterampilan lainnya.
Keterampilan dasar mengajar ini merupakan panduan pengajaran mikro dengan
menggunakan perangkat Sydney Micro Skills (1973). Keseluruhan keterampilan dasar
tersebut adalah:
1. Keterampilan Bertanya

2. Keterampilan Memberi Penguatan


3. Keterampilan Mengadakan variasi
4. Keterampilan Menjelaskan

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil


7. Keterampilan Mengelola Kelas

8. Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Komponen Keterampilan Dasar Mengajar yang dilatihkan dalam


Pengajaran Mikro (Micro-Teaching) menurut hasil Penelitian Tumey (1973)
terdapat 8 (Delapan) Keterampilan yang sangat berperan dalam Kegiatan
Belajar Mengajar. Kedelapan Keterampilan tersebut antara lain :
1. Keterampilan Dasar Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction
and Closure)
2. Keterampilan Dasar Menjelaskan (Explaining Skills)
3. Keterampilan Dasar Mengadakan Variasi (Variation Skills)
4. Keterampilan Dasar Memberikan Penguatan (Reinforcement Skills)
5. Keterampilan Dasar Bertanya (Questioning Skills)
6. Keterampilan Dasar Mengelola Kelas
7. Keterampilan Dasar Mengajar Perorangan/Kelompok Kecil
8. Keterampilan Dasar Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Konsep Pengajaran Mikro (Micro-Teaching) dilandasi oleh Pokok Pokok
Pikiran sebagai berikut :
1. Pengajaran yang Nyata (dilaksanakan dalam bentuk yang
sebenarnya) tetapi berkonsep Mini.
2. Latihan terpusat pada Keterampilan Dasar Mengajar,
3. Mempergunakan Informasi dan Pengetahuan tentang Tingkat
Belajar Siswa sebagai Umpan Balik terhadap Kemampuan
calon guru.
4. Pengajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar
belakang yang berbeda beda dan berdasarkan pada

kemampuan intelektual kelompok usi tertentu.


5. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang
diselenggarakan dalam Laboratorium Micro Teaching.
6. Pengadaan Low-Threat-Situation untuk memudahkan calon
guru mempelajari Keterampilan Mengajar.
7. Penyediaan Low-Risk-Situation yang memungkinkan siswa
berpartisipasi aktif dalam pengajaran,
8. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan
distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.

Daftar Kepustakaan :
1. Murni, Wahid, dkk. (2010). Keterampilan Dasar Mengajar. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media.
2. Hamalik, Oemar. (2006). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta. PT. Bumi Aksara
3. Uzer Usman (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
4. Wardani, IGAK (2005). Dasar Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar
Mengajar. Jakarta : Pusat Antar Universitas Peningkatan dan Pengembangan
Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka (PAU-PPAI-UT)
5. Wardani, IGAK (2005). Praktik Mengajar. Jakarta : Pusat Antar Universitas
Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka (PAUPPAIUT).
6. Amat Mukhadis (2005). Micro Teaching : Karakteristik dan Prosedur
Pelaksanaannya. Materi Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Laboratorium
Micro Teaching di FKIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta ; 29 30 Januari 2005.
LP3 Universitas Negeri Malang.
Allen-Ryan.1969. Micro Teaching. Sydney. Don Mills.Ontario.
Arilunto, S ( 1990 ) Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Reneha Cipta,
Jakarta.
Abimanyu S. 1984. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran. Jakarta.
Abimabyu S.1984.Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajara. Jakarta.
Ditjen Dikti.
Aswan, dkk.2004. Bina Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta. Erlanga.
Bobbi dePorter.2000.Quantum Teaching.Bandung.Kaifa
Bolla, John I. dkk. 1985. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut. Jakarta.
Fortuna.
............................ 1986. Supervisi Klinis. Jakarta. Ditjen Dikti.
............................ 1985. Keterampilan Mengelola Kelas. Jakarta. Ditjen Dikti.
Departeman Pendidikan Nasional.2002. Pendekatan Kontekstrual (Contectual
Teaching and Learning). Jakarta.

Dimyati, dkk. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Dirjen Dikti.


David P. Philip. Teaching Embedded System Using Multiple Microcontrollers.
Brigham.Youn University.
D.N. Pah, ( 1985 : 1 ) Keterampilan Memberi Penguatan, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
George Brown.1975.Microteaching; a programme of teaching skills.Methuen.
Hasibuan, JJ Ibrahim. 1988. Proses belajar mengajar keterampilan dasar micro.
Bandung. Remaja Karya.
Pangaribuan Parlin. 2005. Pengajaran Micro. Medan. Unimed
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP No.19 Tahun 2005). Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
P2LPTK. Ditjen. Dikti.Turney, C, dkk. 1973. Sydney Micro Skills. Handbook series.
Sydney University.
Q. Anwar, ( 2004 : 79 ) Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya
Menjamin Kualitas Pembelajaran, Press, Jakarta.
Raflis kosasi. 1985. Keterampilan Menjelaskan. Ditjen Dikti. Depdikbud
Sylvester J. Balassi (1968) Focus on Teaching. New York. The Odyssey Press.
Sugeng Paranto, dkk. 1980. Micro Teaching. Jakarta. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Undang-undang Republik Indonesia No.14 Thn.2005. Tentang Guru dan Dosen.
Undang-undang Republik Indonesia N0. 20. Thn 2003. Sistem Pendidikan Nsional
Wardani IGAK. 1985. Keterampilan membimbing kelompok kecil. Jakarta. P2LPTK,
Ditjen Dikti.
Wardani IGAK. 1985. Keterampilan membimbing kelompok kecil dan Perorangan.
Jakarta. P2LPTK, Ditjen Dikti.
Wardani 1991. Panduan program pengalaman lapangan. PGSD. Jakarta. Dikbud.

Anda mungkin juga menyukai