PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan pengajaran mikro (micro-teaching) untuk latihan mengajar
didasari oleh banyak hal. Penerapan pendekatan pelatihan mengajar secara
tradisional telah terbukti kurang mampu membekali kesiapan mental,
kemampuan dan keterampilan mengajar mahasiswa keguruan (calon guru)
untuk tampil di depan kelas yang sesungguhnya (real classroom). Hal ini
disebabkan pelatihan mengajar dengan teknik tradisional dilakukan secara
langsung di sekolah, dimana lembaga keguruan hanya menekankan teori
tentang dasardasar keguruan, isi dan bahan pembelajaran. Cara ini
berasumsi bahwa dengan penguasaan teori, mahasiswa keguruan sudah
menguasai dan terampil mengajarkan ilmunya kepada siswa di sekolah.
Oleh karena itu, mereka langsung mengajar di sekolahsekolah untuk
menjadi guru praktikan. Dampaknya sering terjadi banyak siswa sekolah
yang dijadikan tempat praktik merasa dirugikan akibat banyaknya
kesalahan yang dilakukan oleh guru praktikan. Pendekatan semacam ini
ternyata tidak efektif dan kurang berhasil. Karena penguasaan teori
keguruan dan bahan pembelajaran lebih banyak memberikan bekal
kemampuan kognitif sehingga belum dapat memberikan kemampuan
mahasiswa keguruan dalam bersikap, mengelola kelas dan menerapkan
keterampilan mengajar sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam rangka mencari metode latihan bagi para calon guru yang lebih
efektif, maka pada Tahun 1963 Universitas Stanford mulai mengembangkan
Pengajaran Mikro (Micro-Teaching). Pengajaran Mikro sebagai suatu teknik
latihan bagi calon guru berdasarkan rasional, yang terdiri atas : pengajaran
yang nyata, konsentrasi pada keterampilan mengajar, menggunakan
informasi dan pengetahuan tentang tingkah laku belajar sebagai umpan
balik, berdasarkan kemampuan calon dan pengaturan distribusi latihan
keterampilan dalam periode waktu tertentu.
Melalui pengajaran mikro (micro-teaching) dengan bantuan observer, maka
seluruh rangkaian penampilan calon guru akan terekam dan
kekurangannya akan dapat diketahui dan sekaligus dapat menjadi umpan
balik (feed-back). Melalui play-back rekaman, calon guru dapat melihat
kembali penampilannya yang kurang dan yang sudah baik, sehingga calon
guru dapat memperbaiki atau meningkatkan penampilan berikutnya.
Kompetensi Guru
Guru
sebagai
tenaga
profesional
bertugas
merencanakan
dan
melaksanakan
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran,
melakukan
pembimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian, membantu pengembangan
dan pengelolaan program sekolah serta mengembangkan profesionalitasnya
(Depdiknas, 2004: 8). Oleh karena itu, fungsi guru adalah sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing, pelatih, pengembang program, pengelola program, dan
tenaga profesional. Tugas dan fungsi guru tersebut menggambarkan kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru yang professional. Direktorat Pembinaan
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan dan Direktorat Ketenagaan Perguruan
Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas (2004), telah
merumuskan dan mengembangkan Standar Kompetensi Guru Pemula (SKGP)
SMP dan SMA, yang mencakup empat standar kompetensi, yaitu: (1) penguasaan
bidang studi, (2) pemahaman tentang peserta didik, (3) penguasaan
pembelajaran yang mendidik, dan (4) pengembangan kepribadian dan
keprofesionalan. Keempat standar kompetensi guru tersebut dikemas dengan
menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
beriman dan bertaqwa, dan sebagai wWarga nNegara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Secara bahasa micro teaching terdiri dari micro dan teaching. Micro
berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau mengajar.
Micro teaching berarti suatu kegiatan mengajar di mana segala
sesuatunya
dikecilkan
atau
disederhanakan
untuk
membentuk
/mengembangkan keterampilan mengajar.
Ada beberapa definisi tentang Pengajaran Mikro (Micro Teaching) yang
dapat dikemukakan, diantaranya adalah :
Micro teaching is a method that has been used since 1960s in teacher educationand in
other teaching-learning environments. Its application showed that ineducation, medicine,
anthropology classes teacher behaviors are affectedconsiderably by micro teaching, and
micro teaching improves
teachersbehaviors in learning environment. It can be used for a range of functions
fromteacher education to teacher employment and in-service courses (Brown,
1975;Baytekin, 2004).
Menurut Wikipedia: Microteaching is a training technique whereby the
teacher reviews a videotape of the lesson after each session, in order to
conduct a "post-mortem". Teachers find out what has worked, which
aspects have fallen short, and what needs to be done to enhance their
teaching technique. Dengan kata lain Micro teaching adalah teknik
mengajar yang harus dikuasai oleh setiap guru antara lain: keterampilan membuka dan
menutup pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan memberikan stimulus
yang bervariasi, keterampilan menggunakan metoda dan media secara tepat,
keterampilan mengelola lingkungan pembelajaran, keterampilan bertanya, memberikan
balikan dan penguatan, dan keterampilan-keterampilan lainnya.
Keterampilan dasar mengajar ini merupakan panduan pengajaran mikro dengan
menggunakan perangkat Sydney Micro Skills (1973). Keseluruhan keterampilan dasar
tersebut adalah:
1. Keterampilan Bertanya
Daftar Kepustakaan :
1. Murni, Wahid, dkk. (2010). Keterampilan Dasar Mengajar. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media.
2. Hamalik, Oemar. (2006). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta. PT. Bumi Aksara
3. Uzer Usman (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
4. Wardani, IGAK (2005). Dasar Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar
Mengajar. Jakarta : Pusat Antar Universitas Peningkatan dan Pengembangan
Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka (PAU-PPAI-UT)
5. Wardani, IGAK (2005). Praktik Mengajar. Jakarta : Pusat Antar Universitas
Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka (PAUPPAIUT).
6. Amat Mukhadis (2005). Micro Teaching : Karakteristik dan Prosedur
Pelaksanaannya. Materi Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Laboratorium
Micro Teaching di FKIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta ; 29 30 Januari 2005.
LP3 Universitas Negeri Malang.
Allen-Ryan.1969. Micro Teaching. Sydney. Don Mills.Ontario.
Arilunto, S ( 1990 ) Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Reneha Cipta,
Jakarta.
Abimanyu S. 1984. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran. Jakarta.
Abimabyu S.1984.Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajara. Jakarta.
Ditjen Dikti.
Aswan, dkk.2004. Bina Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta. Erlanga.
Bobbi dePorter.2000.Quantum Teaching.Bandung.Kaifa
Bolla, John I. dkk. 1985. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut. Jakarta.
Fortuna.
............................ 1986. Supervisi Klinis. Jakarta. Ditjen Dikti.
............................ 1985. Keterampilan Mengelola Kelas. Jakarta. Ditjen Dikti.
Departeman Pendidikan Nasional.2002. Pendekatan Kontekstrual (Contectual
Teaching and Learning). Jakarta.