Anda di halaman 1dari 47

...

I
t'

2
Document Name
Your Company Name (C) Copyright (Print Date) All Rights Reserved
the teaching process, so that the trainee can master
each component one by one a simplified teaching

1
situation" (Pembelajaran Micro adalah metode
latihan mengajar yang didesain untuk memilahkan
komponen tertentu dari proses pembelajaran
sehingga praktikan dapat menguasai setiap
komponen tersebut dalam pembelajaran yang
Perintis Microteaching
disederhanakan).
Stanford University USA adalah
Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapatlah
Perintis microteaching sebagai salah satu
dipahami bahwa microteaching itu merupakan
usaha perbaikan peningkatan kualitas guru,
latihan mengajar real teaching, tetapi dalam bentuk
khususnya dalam hal ketrampilan mengajar
mikro. Jumlah siswa sekitar 10, waktu mengajar
(teaching skill). Microteaching juga
sekitar 10-15 menit, bahan pelajaran terbatas dan
dikembangkan di berbagai negara lain,
diutamakan pada ketrampilan mengajar tertentu.
seperti Malaysia dan Philipina. Hal ini
Ketrampilan yang dipelajari dapat diulang dengan
didasarkan pada suatu rekomendasi "The
perbaikan-perbaikan sehingga mendapatkan hasil
Second Sub Regional Workshop on Teacher
yang sebaik-baiknya. Jadi microteaching
Education".
merupakan latihan mengajar permulaan bagi calon
Mc Knight (1971) memberikan guru dengan jalan mengisolasikan komponen-
pengertian Microteaching sebagai berikut: komponen keterampilan proses belajar mengajar,
"a scaled-down teaching encounter sehingga calon guru menguasai setiap komponen
designed to develop a new skill and refine ditampilkan satu persatu dalam situasi yang
old ones". Calon guru atau guru yang disederhanakan dibawah bimbingan dosen
sedang berlatih itu mengajar sejumlah kecil pembimbing. Setelah mahasiswa menguasai
peserta didik, dengan waktu 10 sampai 15 keterampilan mengajar secara terisolasi dilanjutkan
menit yang kadang-kadang direkam dengan dengan menguasai keterampilan terpadu meskipun
Video Tape Recorder (VTR) untuk segala sesuatunya masih sama dengan
diobservasi dan dianalisis oleh praktikan microteaching. Microteaching dengan
bersama-sama dengan supervisor (Brown keterampilan terpadu sebagai persiapan
dalam Sundari, 1989). pelaksanaan real class di lapangan.

Kemudian Langhlin dan Moulton


(dalam Sundari, 1989) berpendapat “Micro
Teaching is performance training method
designed to isolate the component part of

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Dalam latihan mengajar sendiri ada beberapa peristilahan yang perlu diketahui yaitu micro teaching, peer
teaching, mini teaching, dan re teaching.

1. Micro teaching adalah bentuk pembelajaran bersifat latihan yang terfokus pada ketrampilan tertentu.
2. Peer teaching adalah bentuk pembelajaran bersifat latihan yang siswanya adalah teman sejawat.
3. Mini teaching adalah bentuk pembelajaran bersifat latihan yang melibatkan seluruh ketrampilan
mengajar secara terintegrasi tetapi dalam bentuk lebih kecil.
4. Re teaching adalah bentuk pembelajaran bersifat latihan yang dilakukan secara berulang sampai
praktikan menguasai ketrampilan mengajar.

2
Tujuan Microteaching

Microteaching merupakan salah satu penunjang pengalaman lapangan bagi calon guru, yaitu merupakan
salah satu latihan terbatas mengenai ketrampilan-ketrampilan tertentu. Secara umum tujuan microteaching
adalah mempersiapkan mahasiswa calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di muka kelas dengan
memiliki pengetahuan, ketrampilan, kecakapan dan sikap sebagai guru yang profesonal. Microteaching juga
dapat digunakan sebagai peningkatan kualitas pembelajaran bagi guru agar lebih mantap dalam penguasaan
materi, penampilan di kelas, dan ketrampilan khusus dalam pembelajaran.

Adapun tujuan microteaching secara operasional antara lain:

a. membantu calon guru atau guru menguasai ketrampilan-ketrampilan khusus, agar dalam latihan
pembelajaran sesungguhnya tidak mengalami kesulitan;

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
b. meningkatkan taraf kompetensi pembelajaran bagi calon guru secara bertahap, dengan penguasaan
ketrampilan-ketrampilan khusus yang akhirnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran yang
sesungguhnya;
c. dalam in service training bagi guru atau dosen, diharapkan yang bersangkutan bisa menemukan
sendiri kekurangannya dalam pembelajaran dan usaha memperbaikinya;
d. memberi kemungkinan dalam latihan microteaching agar calon guru atau guru menguasai
ketrampilan (khusus) mengajar, agar dalam penampilan mengajar (dalam proses pembelajaran)
mantap, trampil, dan kompeten;
e. sebagai penunjang usaha peningkatan ketrampilan, kemampuan serta efektifitas dan efisiensi
penampilan calon guru atau guru dalam proses pembelajaran.
f. menanamkan kesadaran akan ketrampilan mengajar.
g. menanamkan rasa percaya diri dan bersifat terbuka terhadap kritik orang lain.

3
Fungsi Microteaching

a. meningkatkan kompetensi mengajar dalam proses pembelajaran bagi calon guru atau guru. Hal ini
bertalian dengan calon guru atau guru belum memenuhi kompetensi dalam proses pembelajaran.
Padahal dalam program pendekatan berdasarkan kompetensi bagi calon guru atau guru dituntut
kompetensi tersebut. Microteaching ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mengajar,
karena menyerupai mengajar yang sesungguhnya.
b. dalam program microteaching calon guru atau guru diberi kesempatan menguasai ketrampilan-
ketrampilan khusus dalam proses pembelajaran. Hal ini sangat diperlukan agar mereka memiliki,
menguasai, dan melaksanakan kompetensi dengan baik dan benar.
c. dalam proses pembelajaran, ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan calon guru atau guru erat
hubungannya dengan metode- metode mengajar, maka Microteaching dapat berfungsi untuk
penelitian metode/strategi mengajar tertentu.
d. microteaching dapat juga berfungsi sebagai pengembangan metode/strategi mengajar tertentu.
Program microteaching merupakan bagian program bagian peningkatan kompetensi mengajar bagi
calon guru atau guru dalam mengembangkan dan membina penampilan tertentu dalam proses
pembelajaran.

e. 5
Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Hal ini bertalian erat dengan ketrampilan khusus dan metode/strategi mengajarnya. Ketrampilan
khusus dapat dipandang sebagai penjabaran proses pembelajaran dengan metode tertentu, sehingga
pengembangan dan pembinaan program Microteaching perlu dikembangkan juga.

4
Komponen Ketrampilan Mengajar

Ketrampilan mengajar yang berkaitan dengan praktik microteaching, menurut Allen and Ryan (1969)
dalam bukunya Micro Teaching ada empat belas komponen, yaitu:

1. Stimulus Variation (variasi stimulus);


2. Set Induction (siasat mengawali pembelajaran);
3. Closure (siasat mengakhiri pembelajaran);
4. Silence and Non Verbal Cues (isyarat/sasmita);
5. Reinforcement of Student Participation (penguatan pada keterlibatan pelajar dalam pembelajaran);
6. Fluency in Asking Question (kefasihan bertanya);
7. Probing Question (pertanyaan melacak);
8. Higher Order Question (pertanyaan tingkat tinggi);
9. Divergent Question (pertanyaan divergen/belum pasti);
10. Recognizing Attending Behavior (mengenal tingkah laku yang tampak);
11. Ilustrating and Use of Example (pengilustrasian dan penggunaan contoh);
12. Lecturing (berceramah);
13. Planned Repetition (pengulangan yang direncanakan);
14. Completeness of Comunication (kelengkapan berkomunikasi).

Menurut bahan Penataran Wawasan Kependidikan Guru SMTP/SMTA tahun 1994 yang diterbitkan oleh
Depdikbud RI, ada sembilan komponen ketrampilan mengajar yang dapat diobservasi dalam microteaching
antara lain:

1. bertanya dasar,
2. bertanya lanjutan,

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
3. memberi penguatan,
4. mengadakan variasi mengajar,
5. menjelaskan pelajaran (penyajian bahan),
6. membuka dan menutup pelajaran,
7. mengelola kelas,
8. membimbing diskusi kelompok kecil,
9. mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Berdasarkan dua pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa microteaching mencakup
ketrampilan sebagai berikut:

1. ketrampilan membuka pelajaran,


2. ketrampilan verbal dan non verbal,
3. ketrampilan menggunakan media pembelajaran,
4. ketrampilan memilih metode,
5. ketrampilan menerangkan,
6. ketrampilan bertanya,
7. ketrampilan mengadakan assessment (penjajagan)
8. ketrampilan mengadakan motivasi,
9. ketrampilan menutup pelajaran.

5
Karakteristik Microteaching

Microteaching merupakan pembelajara dalam skala kecil. Karakteristik yang khas dalam microteaching
adalah: Komponen-komponen dalam pengajaran yang di-Mikro-kan atau disederhanakan. Dalam pengajaran
sesungguhnya (Real Teaching) lingkup pembelajaran biasa tidak dibatasi, tetapi dalam microteaching terbatas
pada satu kompetensi dasar atau hasil belajar dan satu materi pokok bahasan tertentu. Demikian pula alokasi
waktunya juga terbatas antara 10-15 menit, dengan jumlah siswa juga dikecilkan hingga kisaran 7-10 siswa,
serta ketrampilan dasar yang dilatihkan juga terbatas (terisolalsi). Dengan demikian, ciri khas microteaching
adalah : pengajaran yang disederhanakan dalam hal: jumlah siswa, alokasi waktu, keterampilan, kompetensi
dasar, dan materi pembelajaran.

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Setiap calon guru membuat persiapan mengajar yang kemudian dilaksanakan dalam proses pembelajaran
bersama siswa/teman sejawat (Peer Teaching) dengan seting kondisi dan konteks kegiatan belajar mengajar
yang sesungguhnya.

Penyederhanaan komponen pengajaran sebagai karakteristik microteaching didasarkan pada asumsi –


asumsi sebagai berikut :

1. seluruh komponen keterampilan dasar mengajar akan dapat dikuasai

2. secara mudah apabila terlebih dahulu menguasai komponen keterampilan dasar mengajar tersebut
secara terpisah (terisolasi) satu demi satu,

3. penyederhanaan situasi dan kondisi latihan, memungkinkan perhatian praktikan terarah pada
keterampilan yang dilatihkan,

4. penyederhanaan situasi dan kondisi dengan bantuan kamera memudahkan melakukan observasi dan
bermanfaat untuk umpan balik (Feed Back).

6
Langkah-langkah Microteaching

Pada dasarnya microteaching ditempuh melalui lima langkah berikut.

1. pengenalan/pemahaman tentang konsep microteaching,


2. penyajian model dan diskusi,
3. perencanaan/persiapan pembelajaran,
4. pelaksanaan/praktik pembelajaran,
5. diskusi/umpan balik,
6. praktik pembelajaran ulang bagi yang belum berhasil.

Pada waktu praktik mengajar perlu diadakan pengamatan (observasi) oleh pengamat (observer) baik dari
guru, teman atau pengamat lain. Bisa juga diadakan pengamatan seusai praktik mengajar melalui rekaman,
rekaman video, tape recorder, dan semacamnya (di Laboratorium Microteaching FKIP UMS sudah
komputerisasi).

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Dari hasil pengamatan selanjutnya diadakan diskusi terhadap ketrampilan yang telah dipraktikkannya.
Kemudian dari hasil kesimpulan diskusi dan pengamatan ini diadakan praktik mengajar ulang oleh praktikan
yang sama dengan komponen ketrampilan mengajar yang sama, begitu seterusnya. Pengulangan ini tentu
tergantung pada tersedianya waktu.

Dari langkah pengamatan, diskusi dan pengulangan akan diperoleh manfaat, khususnya bagi praktikan,
antara lain:

1. Praktikan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan praktik pembelajaran yang telah
dilaksanakan;
2. Praktikan dapat lebih meningkatkan dan mengembangkan ketrampilannya pada saat pembelajaran
yang sebenarnya;
3. Praktikan dapat memahami ketrampilan mengajar yang bersifat isolatif.

Skema langkah-langkah microteaching sebagai berikut:

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
7
Syarat-syarat Menempuh Microteaching

Syarat dapat menempuh microteaching adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa aktif (terdaftar pada tahun akademik tersebut),


2. Mengisikan mata kuliah Microteaching dalam KRS,
3. Telah menempuh mata kuliah pendidikan dan mata kuliah PBM, dengan indeks prestasi kumulatif
minimal 2,0,
4. Telah menempuh paling sedikit 75 SKS,
5. Membayar uang laboratorium,
6. Mentaati semua peraturan yang ditentukan dalam microteaching.

Catatan:

1.Mata kuliah microteaching merupakan mata kuliah prasyarat Magang 3 dan berstatus mata kuliah wajib lulus.
2. Microteaching dinyatakan lulus apabila mendapat nilai minimal B.

10

Document Name
All Rights Reserved
Your Company Name (C) Copyright (Print Date)
PENGELOLA DAN PELAKSANA
MICROTEACHING

Praktik Microteaching dikelola oleh Kepala Laboratorium Microteaching & MAGANG


FKIP UMS. Pelaksana microteaching adalah dosen-dosen FKIP dan Tarbiyah FAI UMS.

Bimbingan praktik microteaching dilakukan secara bertahap dan terpadu, artinya dalam
latihan ketrampilan mengajar, khususnya pada tahap latihan ketrampilan terpadu, kelompok
mahasiswa dibimbing oleh satu tim terdiri atas dosen pembimbing dan petugas yang ditunjuk.
ldealnya tim ini terdiri atas tiga orang supervisor.

11
Document Name
Your Company Name (C) Copyright (Print Date) All Rights Reserved
2. Tugas Dosen Microteaching adalah:
a. Menjelaskan teori dan prosedur praktik

1
microteaching;

b. Membimbing mahasiswa dalam


pembuatan program Satuan Pelajaran (SP)
atau Rencana Pembelajaran (RP);

Deskripsi Tugas c. Membimbing diskusi hasil supervisi

1. Tugas Laboratorium Microteaching mahasiswa praktikan.

dan PPL : d. Membimbing latihan ketrampilan

a. Mendata dan mengatur terbatas;

mahasiswa yang memenuhi e. Memberikan contoh bersikap atau

syarat untuk melaksanakan berkepribadian guru;

microteaching, bekerja sama f. Membimbing Mahasiswa dalam

dengan program studi di FKIP- ketrampilan terpadu;

UMS. g. Mengevaluasi hasil latihan

b. Mengatur penempatan microteaching;

kelompok-kelompok dalam h. Mengoperasikan peralatan laboratorium

ruang yang tersedia. untuk kepentingan microteaching.

c. Menyediakan fasilitas
microteaching dalam batas- 3. Tugas Mahasiswa Mahasiswa bertugas:

batas kemampuan. a. Mengikuti perkuliahan secara tertib

d. Menyediakan petugas-petugas sesuai dengan jadwal yang sudah

supervisor baik dosen fakultas ditentukan;

maupun petugas yang ditunjuk b. Mengikuti perkuliahan minimal 75%


dari jadwal yang sudah ditentukan;
oleh ketua program studi.
c. Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan
e. Memantau pelaksanaan
Pembelajaran) untuk latihan ketrampilan
microteaching.
f. Menyediakan petugas operator terbatas maupun terpadu;

laboratorium ( dalam batas-batas d. Membuat dan mempersiapkan peralatan

tertentu ). atau media dalam melaksankan praktik;

g. Mengadakan pemeliharaan dan e. Melaksanakan latihan ketrampilan

perbaikan peralatan terbatas dan diskusi;

laboratorium. f. Melaksanakan latihan ketrampilan


terpadu dan diskusi.

12

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
4. Kewajiban Mahasiswa
Mahasiswa memiliki kewajiban sebagai berikut:

a. Memakai pakaian seragam hitam putih seperti yang telah ditentukan oleh FKIP. Baju wanita menutup
seluruh pantat (bawah hitam atas putih).
b. Mahasiswa laki-laki berambut pendek (depan tidak menutup dahi, samping tidak menutup telinga
dan belakang tidak menutup leher).
c. Menyiapkan kelengkapan untuk latihan ketrampilan terbatas dan terpadu;
d. Hadir tepat pada waktu kegiatan;
e. Mengikuti seluruh kegiatan microteaching;
f. Bersikap sebagai calon guru;
g. Pada waktu microteaching mahasiswa diperlakukan sebagai siswa bagi mahasiswa yang sedang
mengajar/ praktik;
h. Memberi masukan dalam pelaksanaan microteaching;
i. Berkonsultasi secara aktif dengan dosen pembimbing microteaching;

2
Pelaksanaan

1. Waktu :

Microteaching dilaksanakan pada semester VI.

13

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
2. Tempat :
Microteaching dilaksanakan di ruang Laboratorium Micro Teaching FKIP-UMS (tiga ruang) dan
Laboratorium PAUD untuk mahasiswa PG PAUD.
3. Pelaksanaan Microteaching :

a. Dosen pembimbing atau supervisor.


b. Mahasiswa Praktikan 7-20 orang tiap kelompok.
c. Dalam batas-batas tertentu akan dibantu tehnisi laboratorium.
4. Materi Kegiatan Microteaching :
Microteaching mencakup empat macam kegiatan pokok, yakni :
a. Orientasi :
Dalam kegiatan orientasi, dosen pembimbing/pengamat memberikan penjelasan tentang seluk-beluk
microteaching antara lain: pengertian dasar, tujuan, materi, prosedur, dan evaluasi serta tata tertib
perkuliahan microteaching. Orientasi ini dapat dilaksanakan pada pertemuan awal secara klasikal
maupun kelompok kecil.

b. Observasi :

Kegiatan ini bertujuan untuk mengenal dan memperoleh gambaran secara riil penampilan seorang guru
dalam pembelajaran riil di kelas. Observasi dapat pula dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan
melalui rekaman Video Tape Recorder (VTR) atau Audio Tape Recorder (ATR) atau VCD maupun
DVD. Kegiatan observasi segera dikuti kegiatan diskusi hasil pengamatan (observasi), khususnya yang
berkaitan dengan ketrampilan-ketrampilan mengajar praktikan.

c. Latihan Ketrampilan Terbatas :

Inti microteaching ialah memberikan latihan secara intensif, agar mahasiswa menguasai berbagai
ketrampilan mengajar. Beberapa ketrampilan mengajar telah dikemukakan pada bab I.

d. Latihan Ketrampilan Terpadu

Latihan ketrampilan terpadu merupakan bentuk lanjut ketrampilan-ketrampilan terbatas. Dalam hal ini
pengertian "mikro" masih berlaku untuk sejumlah mahasiswa; topik/sub topik, dan waktu, tetapi untuk
jenis ketrampilan yang dilatihkan sudah merupakan bentuk perpaduan dari semua ketrampilan mengajar,
sejak ketrampilan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyajikan materi dengan
segala ketrampilan, sampai menutup pelajaran termasuk mengadakan evaluasi. Butir-butir ketrampilan
mengajar yang dilatihkan dapat dilihat pada acuan format observasi microteaching (lihat lampiran)

Catatan :

Semua latihan mengarah pada pembelajaran aktif.

14

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
3
Evaluasi Microteaching

Untuk mengetahui sejauh mana kompetensi mahasiswa dalam microteaching, maka harus ada evaluasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi adalah:

a. Dalam mengevaluasi microteaching, diberlakukan sistem evaluasi berlanjut, artinya nilai diambil
dari rata-rata hasil latihan praktik ketrampilan terbatas dan terpadu;
b. Nilai latihan ketrampilan terbatas (N1);
c. Nilai latihan ketrampilan terpadu (N2) diambil dari nilai rata-rata RP dan nilai rata-rata penyajian
sesuai dengan format penilaian terlampir yang merupakan nilai rata-rata dari dua atau tiga orang
dosen pembimbing
d. Nilai akhir (NA) microteaching diambil dari rata-rata Nl dan N2 dengan pembobotan;
((2𝑁��+3��2))
NA =
5
e. Nilai akan diberikan kepada mahasiswa apabila memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan
oleh pengelola laboratorium micro teaching;
f. Pedoman untuk mengubah nilai dari angka ke huruf adalah sebagai berikut:
Angka 100 Angka 10 Bobot Nilai Huruf Keterangan

77≤ – ≤100 7,7≤ – ≤10 4 A Amat baik

70≤ – <77 7,0≤ – <7,7 3,5 AB Sangat Baik

63≤ – <70 6,3≤ – <7,0 3 B Baik

56≤ – <63 5,6≤ – <6,3 2,5 BC Gagal

50≤ – <56 5,0≤ – <5,6 2 C Gagal

15

Document Name
All Rights Reserved
Your Company Name (C) Copyright (Print Date)
... -

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR LABORATORIUM


PROGRAM STRATA I

OP PELAKSANMN PRAKTIK PENGAJARAN MIKRO

Pimpinan Filk/Jurusu Lulus

Administmi (Dilftar Remidial


L.apor Nilai kr
Jurusan )


MabilSiSWil)
Lulu.s
Ptn,ntuu Kelompot
din JadwilO L.apor Nilai ke
Dost1/ Asisten
Mengadakiln Ptnilaiin
( BAAK )
Laboran Menyiapkan
Alat Lab. & Blangko Millwiswa Praktik
Mengajar Yudisium

Nhs. MembUilt
16
Document Name
Your Company Name (C) Copyright (Print Date) All Rights Reserved
9. Mengisi buku penggunaan laboratorium
microteaching;

1
10. Melaksanakan pembelajaran microteaching/
kuliah lainnya;
11. Selesai pembelajaran kembalikan ruangan
dalam keadaan rapi;
12. Mematikan semua peralatan Laboratorium;
Penggunaan Ruang Laboatorium 13. Mematikan AC dengan remote dan lampu
Microteaching dengan saklar;
Bagi dosen yang akan melaksanakan 14. Mengunci pintu Operator;
perkuliahan Microteaching langkah/ 15. Mengunci pintu ruang kuliah/kelas;
kegiatannnya sebagai berikut: 16. Mematikan lampu ruang observasi;
17. Mengunci pintu ruang laboratorium( rangkap
1. Mengambil kunci di bagian
dua );
pengajaran ( kunci hanya boleh
18. Mengembalikan kunci ke bagian pengajaran
diambil/ dikembalikan dosen );
(TU), bila sampai malam dan kantor sudah
2. Mengunci/Membuka pintu
tutup kunci titipkan ke SATPAM.
laboratorium dan ruang observasi(
Catatan :
pintu rangkap dua );
3. Menghidupkan lampu( 1. Mulai perkuliahan ke 4 semua mahasiswa

remang-remang ) dengan saklar di harus sudah memakai seragam sesuai dengan

samping pintu. ketentuan.

4. Mengunci/membuka pintu 2. Selama di ruang Lab. Microteaching tidak

ke tiga( ruang kelas/kuliah ); boleh makan atau minum serta tidak boleh

5. Mengunci/membuka pintu membuang sampah/kertas/plastik atau barang

ruang operator; lainnya.

6. Menghidupkan lampu sesuai 3. Tidak boleh menambah/mengurangi

dengan kebutuhan; peralatan/mebel tanpa seijin pengelola lab.

7. Menghidupan AC Ruang
Kelas dan Ruang Operator;
8. Menghidupkan peralatan
Lab. (Komputer, Ampifire, Kamera,
Mikrophon, LCD, sesuai kebutuhan
). Harap sesuai dengan petunjuk
yang sudah diberikan;

17

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
2
Peminjaman Ruang Laboratorium Microteaching

Ruang laboratorium microteaching dapat dipakai/ dipinjam untuk kuliah atau seminar apabila tidak
digunakan perkuliahan microteaching. Kapasitas ruang maksimal 30 orang. Dengan demikian, perkuliahan
dengan mahasiswa lebih dari 30 tidak boleh menggunakan ruang laboratorium microteaching. Prosedur
peminjaman ruang laboratorium sebagai berikut:

1. Dosen/program studi mengajukan peminjaman secara tertulis kepada pengelola laboratorium.


2. Pengelola akan menanggapi peminjaman tersebut dengan mengijinkan atau menolak.
3. Peminjam yang diijinkan/diterima mengisi buku penggunaan laboratorium; hari, tanggal, jam,
keperluan. Dll.
4. Peminjam/dosen selanjutnya menggunakan ruang laboratorium sesuai dengan prosedur yang ada.
5. Peminjam wajib menjaga keamanan, kebersihan, dan ketertiban laboratorium.

18

Document Name
Your Company Name (C) Copyright (Print Date) All Rights Reserved
SEJARAH LESSON STUDY
Sejarah Lesson Study sudah berkembang di Jepang sejak awal tahun 1900an. Melalui kegiatan
tersebut, guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama
yang bertujuan untuk memotivasi siswa-siswanya aktif belajar mandiri.
Lesson study dapat diselenggarakan oleh kelompok guru di suatu distrik atau diselenggarakan
oleh kelompok guru sebidang, seperti MGMP di Indonesia. Kelompok guru dari beberapa
sekolah berkumpul untuk melaksanakan lesson study. Lesson study yang sangat popular di Jepang
adalah lesson study yang diselenggarakan oleh suatu sekolah atau yang dikenal dengan
konaikenshu yang berkembang sejak awal tahun 1960-an. Secara etimologis, konaikenshu
berasal dari dua kata, yaitu konai yang berarti sekolah dan kenshu yang berarti training. Jadi
istilah konaikenshu dapat berarti school based in service training atau inservice education within
the school atau in-house workshop.
Pada tahun 1970-an pemerintah Jepang merasakan manfaat dari konaikenshu dan sejak itu
pemerintah Jepang mendorong sekolah-sekolah untuk melaksanakan konaikenshu dengan
menyediakan dukungan biaya dan insentif bagi sekolah yang melaksanakan konaikenshu.
Kebanyakan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Jepang melaksanakan konaikenshu.
Walaupun pemerintah Jepang telah menyediakan biaya bagi sekolah-sekolah yang melaksanakan
konaikenshu tetapi kebanyakan sekolah melaksanakan konaikenshu secara sukarela karena
sekolah merasakan manfaatnya.
Alasan mengapa lesson study di Jepang menjadi popular adalah karena lesson study sangat
membantu para guru. Walaupun lesson study menyita waktu tetapi guru-guru memperoleh
manfaat yang sangat besar berupa informasi berharga untuk meningkatkan keterampilan
mengajar mereka.
19
Document Name
Your Company Name (C) Copyright (Print Date) All Rights Reserved
dari IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, dan IKIP
Malang. Beberapa kegiatan dirancang untuk

1
mencapai tujuan tersebut antara lain
melakukan revisi silabus program pre- dan in-
service, pengembangan buku ajar bersama 3
universitas, pengembangan kegiatan
praktikum, dan pengembangan teaching
Lesson study di Indonesia
materials. Untuk mendukung kegiatan-
Lesson study berkembang di kegiatan tersebut, pemerintah Jepang melalui
Indonesia melalui IMSTEP (Indonesia JICA memberikan dukungan berupa gedung
Mathematics and Science Teacher beserta fisilitasnya untuk IKIP Bandung
Education Project) yang sementara fasilitas laboratorium untuk IKIP
diimplementasikan sejak Oktober tahun Yogyakarta dan IKIP Malang. Selain itu JICA
1998 di tiga IKIP, yaitu IKIP Bandung memberi dukungan dalam bentuk penyediaan
(sekarang bernama Universitas tenaga ahli Jepang dan pelatihan di Jepang bagi
Pendidikan Indonesia/UPI), IKIP dosen UPI, UNY, dan UM. Sepuluh dosen UPI,
Yogyakarta (sekarang bernama UNY, dan UM mengikuti pelatihan di Jepang
Universitas Negeri Yogyakarta/UNY), setiap tahunnya untuk mengenal sistem
dan IKIP Malang (Sekarang pendidikan di Jepang dan belajar
Universitas Negeri Malang/UM) mengembangkan digital teaching materials.
bekerja sama dengan JICA (Japan Tenaga ahli Jepang Prof. Dr. Kanzawa dan Mr.
International Cooperation Agency). Higa berturutturut bertindak sebagai chief
Tujuan umum dari IMSTEP adalah adviser dan project coordinator pada saat itu.
untuk meningkatkan mutu pendidikan
Pada bulan Maret – April 2001, tim
matematika dan IPA di Indonesia,
JICA dari Jepang melakukan evaluasi tengah
sementara tujuan khususnya adalah
proyek (mid-term) untuk mengetahui
untuk meningkatkan mutu pendidika
kemajuan dari IMSTEP. Hasil evaluasi JICA
matematika dan IPA juga di IKIP
menunjukkan bahwa IMSTEP berjalan sesuai
tersebut.
dengan yang diharapkan dan dapat dilanjutkan
Fase IMSTEP (1998 – untuk dua setengah tahun berikutnya dengan
2003). Peningkatan mutu difokuskan penyesuaian program melalui penambahan
pada pendidikan pre- dan in-service di kegiatan. Kegiatan yang ditambahkan pada
tiga Fakultas Pendidikan Matematika IMSTEP adalah kegiatan “Piloting”.
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA)

20

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Kegiatan piloting bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran inovatif matematika dan IPA di
sekolah secara kolaboratif antara guru-guru SMP/SMA dengan dosen-dosen F(P)MIPA dari UPI, UNY, dan
UM. Tenaga ahli Jepang yang ditugaskan untuk perioda 20012003 adalah Prof. Dr. Tokuda dan Mr. Nakatsu
yang berturut-turut bertindak sebagai chief adviser dan project coordinator melanjutkan tugas Prof. Dr.
Kanzawa dan Mr. Higa.

Untuk kegiatan piloting dipilih 4 sekolah (2 SMP dan 2 SMA) di masing-masing kota di Bandung,
Yogyakarta, dan Malang. Sekolah yang dipilih adalah sekolah-sekolah yang berdekatan dengan kampus
UPI, UNY, dan UM yang mutunya pada tingkat sedang berdasarkan NEM tetapi sekolah-sekolah tersebut
memperlihatkan keingingan dan komitmen untuk maju. Selanjutnya sekolah-sekolah tersebut menugaskan
guru-guru matematika, IPA Fisika, dan IPA Biologi untuk SMP sementara guru matematika, fisika, biologi,
dan kimia untuk SMA. Dosen-dosen dan guru-guru sebidang studi melakukan beberapa kali workshop untuk
mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru-guru di sekolah dan merancang model pembelajaran
sebagai solusi terhadap permasalahan yang ditemukan. Model pembelajaran yang dikembangkan berbasis
hands-on activity, daily life, dan local materials. Setelah teaching materials yang dibuat dari bahan lokal
tersebut diujicoba di laboratorium maka model pembelajaran diujicoba di kelas oleh guru sementara dosen
menjadi pengamat.

Guru beserta dosen telah mampu mengembangkan teaching materials yang terbuat dari bahan-bahan
di sekitar siswa dan melakukan pembelajaran berbasis hands-on activity dan daily life untuk menjelaskan
konsep matematika dan IPA sehingga siswa-siswa menjadi Pada bulan Maret – April 2001, tim JICA dari
Jepang melakukan evaluasi tengah proyek (mid-term) untuk mengetahui kemajuan dari IMSTEP. Hasil
evaluasi JICA menunjukkan bahwa IMSTEP berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat dilanjutkan
untuk dua senang belajar matematika dan IPA. Guru-guru yang terlibat piloting menjadi termotivasi untuk
melakukan inovasi dalam pembelajaran dan merasa dekat dengan dosen untuk memperoleh informasi ketika
menghadapi kesulitan dalam melakukan inovasi pembelajaran.

21

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Sayangnya guru yang terlibat kegiatan piloting sangat terbatas pada satu guru per bidang studi per
sekolah sehingga diseminasi pengalaman berharga dalam mengembangkan inovasi pembelajaran kurang
berjalan baik walaupun dalam satu sekolah, apalagi kepala sekolah tidak terlibat langsung dalam kegiatan
piloting. Biaya untuk kegiatan piloting berasal dari dana pendamping yang dikelola pihak universitas. Dosen
dan guru memperoleh dana transportasi walaupun jumlahnya sangat kecil.

Pada bulan Juli 2003, tim dari JICA (Jepang) melakukan evaluasi terhadap kinerja proyek dan
berkunjung ke sekolah menyaksikan kegiatan pembelajaran di sekolah. Tim JICA menyimpulkan bahwa
kegiatan piloting berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials sangat potensial untuk
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Selanjutnya tim JICA merekomendasikan untuk melanjutkan
Follow-up Program IMSTEP selama 2 tahun.

Fase Follow-up IMSTEP (2003–2005). FPMIPA UPI, FMIPA UNY, dan FMIPA UM
mengimplementasikan program Follow-up IMSTEP sejak bulan Oktober 2003 sampai dengan September
2005 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu in-service teacher training (pelatihan guru dalam jabatan)
dan mutu pendidikan calon guru (preservice teacher training) dalam bidang matematika dan IPA di UPI,
UNY, dan UM. Dr. Eisuke SAITO dan Isamu KUBOKI berturut-turut sebagai chief adviser dan coordinator
membantu mengarahkan ketiga universitas mengimplementasikan Follow-up IMSTEP. Melalui Program
Follow-up IMSTEP diharapkan dihasilkan model in-service teacher training (pelatihan guru dalam jabatan)
dan model pre-service teacher training (pendidikan calon guru) dalam bidang MIPA. Untuk
mengimplementasikan Program Follow-up IMSTEP, Dr. Eisuke SAITO mengusulkan suatu pendekatan
“segitiga”, sebagai berikut

Berdasarkan Gambar 2.2, peningkatan mutu pendidikan MIPA akan dicapai manakala terjadi
kerjasama yang baik antara LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) penyelenggara pendidikan
pre-service, sekolah piloting, dan MGMP penyelenggara program inservice.

22

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
LPTK dapat menghasilkan calon guru yang bermutu setelah mendapat masukan dari pengalaman nyata di
sekolah dan LPTK memberikan masukan ke sekolah piloting untuk melakukan intervensi terhadap siswa
sehingga siswa menjadi aktif belajar. MGMP merupakan forum untuk mendiseminasikan hasil inovasi
pembelajaran dan bersama LPTK diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalan guru.

Kegiatan piloting yang telah dirintis pada fase IMSTEP terus dikembangkan pada fase Follow-up
Program IMSTEP melalui kegiatan Lesson Study. Pengiriman pelatihan singkat ke Jepang bagi dosen-dosen
UPI, UNY, dan UM pada fase Follow-up Program IMSTEP difokuskan pada tema Lesson Study dan
diharapkan mereka dapat mengembangkan Lesson Study di Indonesia setelah selesai pelatihan di Jepang.
Peserta pelatihan yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan Lesson Study di Indonesia antara
lain Riandi (UPI), Rahayu (UM), Sumar Hendayana (UPI), Harun Imansyah (UPI), Sukirman (UNY),
Muchtar A. Karim (UM), Siti Sriyati (UPI), Suratsih (UNY), dan Ridwan (UM).

Kerjasama antara 3 universitas (UPI, UNY, dan UM) dan sekolahsekolah piloting di Bandung,
Yogyakarta, dan Malang makin dipererat melalui perbaikan beberapa kelemahan dari implementasi kegiatan
piloting pembelajaran di sekolah mitra. Tahap observasi dan refleksi dari kegiatan Lesson Study (plan-do-
see) diperbaiki. Strategi observasi pembelajaran diperbaiki pada fase Follow-up IMSTEP. Sebagai contoh,
siswa tidak terganggu dengan adanya observer di dalam kelas karena observer tidak mengganggu siswa
belajar tetapi lebih konsentrasi pada observasi aktivitas siswa belajar. Hal ini tercermin dari kegiatan refleksi
setelah pembelajaran. Observer lebih banyak mengomentari aktivitas siswa dari pada gurunya. Setelah
bertukar pengalaman dan pengarahan dalam fase Follow-up IMSTEP maka terjadi peningkatan kesadaran
dalam melakukan observasi pembelajaran, sekarang observer lebih suka mengambil posisi di samping kiri
dan kanan ruang kelas untuk melakukan observasi pembelajaran. Ketika fase IMSTEP, tahap refleksi kurang
mendapat penekanan, kadang-kadang tahap ini dilakukan pada hari lain sehingga sebagian informasi
pengamatan kelas terlupakan oleh observer. Ketika fase Follow-up, tahap refleksi dilakukan langsung
setelah pebelajaran untuk mendiskusikan hasil pembelajaran dan bertukar pengalaman tentang lesson learnt
yang diperoleh para observer. Selain itu, dilakukan diseminasi pengalaman berharga dari kegiatan piloting
kepada MGMP melalui workshop dan uji coba pembelajaran berbasis hands-on activity, daily life, dan local
materials dalam rangka kegiatan Lesson Study di MGMP Matematika dan IPA SMP di Bandung,
Yogyakarta, dan Malang. Kegiatan Lesson Study pada MGMP mendapat sambutan baik dari guru-guru
terutama guru-guru model. Guru model merasakan manfaat dari kegiatan Lesson Study, mereka menjadi
lebih percaya diri dalam mengajar dan berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah tingkat nasional.

Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan Lesson Study maka dilakukan pendekatan oleh pimpinan
fakultas di 3 universitas. Dalam kasus di Bandung, pimpinan FPMIPA UPI bersilaturrahmi dengan kepala-
kepala sekolah piloting yang kebetulan baru terjadi pergantian kepala sekolah untuk berdiskusi tentang
keberlanjutan dari kegiatan kerjasama antara sekolah dan FPMIPA UPI.

23

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Diskusi terfokus pada resource sharing artinya pimpinan FPMIPA UPI menyediakan nara sumber
termasuk kebutuhannya sementara sekolah piloting mendorong guru-guru termasuk kebutuhannya untuk
berkolaborasi. Selain itu pimpinan FPMIPA UPI meminta kepala sekolah terlibat dan melibatkan guru-guru
lain dalam observasi dan refleksi pembelajaran. Ajakan pimpinan FPMIPA UPI disambut baik untuk
keberlanjutan kerjasama dalam melaksanakan kegiatan Lesson Study di sekolah-sekolah piloting. Sebagai
wujud keberlanjutan program kerjasama tersebut, kepala sekolah memfasilitasi kegiatan Lesson Study
dengan memberdayakan MGMP di sekolah tersebut dan melaksanakan kegiatan Lesson Study secara
bergilir dari mata pelajaran ke mata pelajaran lain. Kepala sekolah juga terlibat dalam kegiatan observasi
pembelajaran dan memandu diskusi untuk merefleksi pembelajaran. Sekarang kegiatan Lesson Study bukan
milik guru MIPA saja tetapi guru non-MIPA pun melakukan kegiatan Lesson Study. Sebagai contoh, SMAN
9 Bandung. telah melaksanakan kegiatan Lesson Study Biology, PPKn, Sosiologi, dan Bahasa Indonesia
pada semester genap 2005/2006.

Pembicaraan tentang keberlanjutan program kerjasama dalam kegiatan Lesson Study juga dilakukan
dengan pengurus MGMP matematika dan IPA SMP kota Bandung. Sebagai tindak lanjut, beberapa
workshop tentang Lesson Study telah dilaksanakan untuk MGMP wilayah tenggara, wilayah timur, dan
wilayah barat kota Bandung. MGMP IPA SMP wilayah barat kota Bandung telah menindaklanjuti workshop
Lesson Study tersebut dengan persiapan perancangan dan pengembangan model pembelajaran berbasis
handson activity, daily life, dan local materials. Selanjutnya MGMP IPA SMP wilayah barat kota Bandung
pada semester genap 2005/2006 telah mengimplementasikan model pembelajaran tersebut di SMP Miftahul
Iman, SMPN 12 Bandung, SMP Labschool UPI, SMPN 29 Bandung, dan SMP YWKA.

Lesson study berasal dari Jepang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan keprofesionalan guru.
Keberhasilan Jepang dalam pendidikan membuat pakar pendidikan di Amerika Serikat dan negaranegara
Eropa serta Australia belajar lesson study dari Jepang. Kalau negara-negara maju belajar dari Jepang,
mengapa kita tidak? Walau demikian, lesson study yang berkembang di Indonesia tidak begitu saja
mengadopsi konsep lesson study dari Jepang, akan tetapi melalui pengkajian dan ujicoba di sekolah- sekolah
piloting sejak tahun 2001 melalui Program Kerjasama Teknis IMSTEP-JICA di UPI, UNY, dan UM. Untuk
memperoleh model sosialisasi lesson study pada tingkat yang lebih luas, saat ini sedang dilakukan piloting
lesson study di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Pasuruan.
Piloting ini melibatkan seluruh guru Matematika dan IPA SMP dan MTs.

24

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
2
Perkembangan Lesson Study di Amerika dan Eropa

The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) merupakan studi membandingkan
pencapaian hasil belajar Matematika dan IPA kelas 8 (2 SMP). Penyebaran lesson study di dunia pada tahun
1995 dilatarbelakangi oleh TIMSS. Empat puluh satu negara terlibat dalam TIMSS, dua puluh dari empat
puluh satu Negara memperoleh skor rata-rata matematika yang signifikan lebih tinggi dari Amerika Serikat.
Negara-negara yang memperoleh skor matematika yang lebih tinggi dari Amerika Serikat antara lain
Singapura, Korea, Jepang, Kanada, Francis, Australia, Hongaria, dan Irlandia. Sementara hanya 7 negara
yang memperoleh skor matematika secara signifikan lebih rendah dari Amerika Serikat, yaitu Lithuania,
Cyprus, Portugal, Iran, Kuwait, Colombia, dan Afrika Selatan.

Posisi pencapaian belajar matematika siswa-siswa SMP kelas 2 di Amerika Serikat membuat negara
itu melakukan studi banding pembelajaran matematika di Jepang dan di Jerman. Tim dari Amerika Serikat
melakukan perekaman video pembelajaran matematika di Jepang, Jerman dan Amerika Serikat untuk
dilakukan analisis terhadap video pembelajaran tersebut. Pada waktu itu, Tim Amerika Serikat menyadari
bahwa Amerika Serikat tidak memiliki sistem untuk melakukan peningkatan mutu pembelajaran, sementara
Jepang dan Jerman melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara berkelanjutan. Amerika Serikat selalu
melakukan reformasi tetapi tidak melakukan peningkatan mutu. Selanjutnya ahli-ahli pendidikan Amerika
Serikat belajar dari Jepang tentang lesson study. Sekaranglesson study telah berkembang di sekolah-sekolah
di Amerika Serikat dan diyakini lesson study sangat potensial untuk pengembangan keprofesionalan
pendidik yang akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Selain itu, lesson study juga telah
berkembang di Australia.

25

Document Name
Your Company Name (C) Copyright (Print Date) All Rights Reserved
MEMAHAMI KONSEP DAN PRINSIP
LESSON STUDY
Lesson study adalah model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-
prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Sumar
Hendayana, dkk, 2009: 5).
Lesson Study diartikan sebagai suatu model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-
prinsip kesejawatan dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Lesson
Study adalah suatu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran yang awal mulanya
berasal dari Jepang. Kata atau istilah Jepang untuk ini adalah “Jugyokenkyu” (Yoshida,
1999 dalam Lewis, 2002). Lesson Study adalah suatu bentuk utama peningkatan kualitas
pembelajaran dan pengembangan kompetensi pendidik yang dipilih oleh
pendidikpendidik Jepang.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa lesson study adalah
sebuah model pembinaan guru dalam meningkatkan kinerja guru yang dilakukan secara
bersama-sama oleh sekelompok guru demi mewujudkan kinerja guru ke arah yang lebih
baik lagi. Lesson study sendiri bukan merupakan metode atau strategi pembelajaran tetapi
26
kegiatan lesson study dapat menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang sesuai
Document Name
Your Company Name (C)
dengan Copyright
situasi, (Print Date)
kondisi, dan All Rights Reserved
permasalahan yang dihadapi guru.
bagaimana siswa belajar dan guru mengajar;
Memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat

1
bagi para guru lainnya dalam melaksanakan
pembelajaran; Meningkatkan pembelajaran secara
sistematis melalui inkuiri kolaboratif; Membangun
sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang
guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Fungsi Lesson Study Menurut Thobroni (2011: 319) Tujuan Utama
Upaya pembinaan untuk meningkatkan Lesson Study adalah sebagai berikut: Memperoleh
proses pembelajaran yang dilakukan oleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana
sekelompok guru secara kolaboratif dan proses pembelajaran. Pembelajaran dengan
berkesinambungan, dalam merencanakan, model Lesson Study akan membimbing siswa tidak
melaksanakan, mengobservasi dan sekedar pada hasil kognitif tetapi juga afektif,
melaporkan hasil pembelajaran; Upaya sehingga anak lebih paham terhadap permasalahan
untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip yang dihadapi; Memperoleh hasil-hasil tertentu
dalam Total Quality Management, yakni yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam
memperbaiki proses dan hasil pembelajaran melaksanakan pembelajaran. Hasil yang diperoleh
siswa secara terus-menerus, berdasarkan dari Lesson Study bisa dijadikan pedoman bagi
data; Mendorong terbentuknya sebuah guru-guru yang lain dalam meningkatkan proses
komunitas belajar (learning society) yang pembelajaran. Dengan melihat kegiatan dalam
secara konsisten dan sistematis melakukan proses pembelajaran seorang guru dapat melihat
perbaikan diri, baik pada tataran individual kelemahan maupun kelebihan dari guru model,
maupun manajerial. sehingga bisa dijadikan acuan atau pedoman untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran;
Meningkatkan pembelajaran secara sistematis

2
melalui inkuiri kolaboratif. Pembelajaran secara
kolaboratif akan menumbuhkan keaktifan dan
kreatifitas siswa, karena siswa termotivasi,
bekerjasama, dan saling membelajarkan;
Membangun sebuah pengetahuan pedagogis,
Tujuan Lesson Study
dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan dari guru lainnya. Pengalaman mengajar yang tidak
bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) di miliki para observer bisa dijadikan pengalaman
tujuan utama, yaitu : Memperoleh berharga untuk diterapkan di kelasnya masing-
pemahaman yang lebih baik tentang masing.

27

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
3
Ciri-Ciri Esensial dari Lesson Study

Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya
berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:

1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru
tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan
tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa,
pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan
pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang
dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk
dipelajari siswa.
3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan
dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan
motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa
melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas,
partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian,
pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana
lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas
sekolah.

28

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan
jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang
dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus
mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data
yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-
hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan
hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.

4
Keunggulan Lesson Study

Lesson study merupakan pembinaan kompetensi profesional guru tentu mempunyai keunggulan atau
keutamaan yang membedakan lesson study dengan cara lain dalam mengembangkan kompetensi profesional
guru. Rusman (2010: 391) mengatakan bahwa “Keutamaan dari lesson study adalah dapat meningkatkan
keterampilan atau kecakapan dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru melalui kegiatan
lesson study, yakni belajar dari suatu pembelajaran.” Lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat
meningkatkan kualitas belajar dan mengajar serta pelajaran di kelas. Hal itu benar, karena:

a. Pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil sharing pengetahuan profesional yang
berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru.
b. Penekanan mendasar pada suatu lesson study adalah para siswa memiliki kualitas belajar.
c. Tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas.
d. Berdasarkan pengalaman nyata di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan
pembelajaran.
e. Lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran

Berdasarkan pendapat di atas, lesson study menjadi suatu model pembinaan profesi guru yang tepat untuk
mengembangkan kompetensi profesional guru sebagai pendidik. Lesson study mempunyai keunggulan
menciptakan kerja sama antar guru dalam mengembangkan pembelajaran, memberi peluang guru untuk
memecahkan masalah-masalah pembelajaran secara bersama-sama, dan menjadikan guru semakin dekat dalam
berkomunikasi.

29

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
5
Manfaat Lesson Study

Lesson study yang merupakan sebuah kerja kolaboratif antara guru diharapkan memberi sumbangan
yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan dalam hal ini peningkatan mutu profesional guru. Dengan
demikian manfaat dari pelaksanaan lesson study tersebut dapat dijadikan acuan dalam peningkatan
profesionalisme guru.

Adapun manfaat lesson study adalah :

a. Meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya.


b. Meningkatnya pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktivitas belajar siswa.
c. Menguatnya hubungan kolegialitas baik antar guru maupun dengan observer lain sebagai guru.
d. Menguatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka
panjang.
e. Meningkatnya motivasi guru senantiasa berkembang.
f. Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran termasuk komponenkomponenya seperti bahan ajar,
teaching materials (hands on) dan strategi pembelajaran. (Sumar Hendayana,dkk, 2006: 39).

Selain manfaat di atas Tim ICLS (Sumar Hendayana,dkk, 2009: 34) mengatakan bahwa ada 11 manfaat lesson
study, yaitu :

a. Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya) dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
dan perbaikannya.
b. Membantu guru dalam mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya.
c. Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan kurikulum.
d. Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar peserta didik.
e. Meningkatkan akuntabilitas kinerja guru.
f. Menciptakan terjadinya pertukaran pemahaman tentang cara berfikir dan belajar peserta didik .
g. Peningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan mutu
lulusan (peserta didik).

30

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
h. Pendidik memiliki banyak kesempatan untuk membuat bermakna ideide pendidikan dalam praktik
pembelajarannya sehingga dapat mengubah perspektif tentang pembelajaran, dan belajar praktik
pembelajaran dari perspektif peserta didik.
i. Mempermudah guru berkonsultasi kepada pakar dalam hal pembelajaran atau kesulitan materi pelajaran.
j. Memperbaiki praktik pembelajaran di kelas.
k. Meningkatkan keterampilan menulis karya tulis ilmiah atau buku ajar.

Selanjutnya manfaat lesson study menurut Lesson Study Project (Akhmad Sudrajat, diakses 17 Oktober 2012)
adalah sebagai berikut :

1. Guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya.


2. Guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/ komunitas lainnya.
3. Guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari lesson study adalah:

a. Menciptakan suasana keakraban dan kekeluargaan antar sesama guru.


b. Memberi peluang bagi guru untuk memecahkan berbagai masalah dan menciptakan solusinya secara
bersama-sama serta saling bertukar pengalaman.
c. Memberikan kesempatan bagi guru untuk dapat membuat perencanaan pembelajaran secara bersama-
sama dan mempraktekan hasil kerjanya.
d. Membuat guru menjadi lebih profesional dalam mengajar sehingga menciptakan suasana belajar yang
kondusif bagi peserta didik sebagai tujuan menelurkan para peserta didik yang terbaik demi masa depan
Indonesia.

Menurut Widhiartama (2008: 17) bahwa manfaat Lesson Study adalah sebagai berikut.
1. Lesson Study Memicu Munculnya Motivasi Untuk Mengembangkan Diri
Lesson Study menciptakan sebuah kondisi dimana seorang pendidik harus menghadapi perkembangan di
luar lingkungannya. Guru dalam kegiatannya senantiasa merasa kurang, sehingga akan berusaha
bagaimana meningkatkan kompetensi diri dan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Lesson Study Melatih Pendidik Melihat Peserta Didik
Dengan Lesson Study para pendidik memiliki kesempatan untuk mengamati peserta didik walaupun
dengan meminjam mata dari para observer. Melalui para observer akan diketahui mana siswa yang aktif
mana yang tidak aktif. Melalui motivasi yang dilakukan oleh guru model siswa akan melakukan
perubahan karena akan diamati oleh observer

31

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
3. Lesson Study Menjadikan Penelitian Sebagai Bagian Integral Pendidikan
Aktivitas Lesson Study dapat dianggap sebagai sebuah kegiatan mengumpulkan data untuk menjawab
permasalahan yang merupakan hakekat dari sebuah penelitian.
4. Lesson Study Membantu Penyebaran Inovasi dan Pendekatan Baru
Setelah berhasil menyelesaikan serangkaian masalah sangat disarankan untuk para pendidik
menyebarkan segala hasil yang mereka dapatkan pada rekan-rekan sesama pendidik maupun kalayak
umum. Lesson Study merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
5. Lesson Study Menempatkan Para Pendidik Pada Posisi Terhormat
Dengan Lesson Study pendidik tidak lagi sekedar dianggap sebagai alat untuk mencapai target angka
tertentu seperti yang terjadi saat ini. Pendidik ditempatkan sebagai seorang yang mampu untuk mengajar,
meneliti, mencari solusi, dan membantu orang lain dalam memecahkan berbagai permasalahan.

6
Tahapan Lesson Study

Lesson study merupakan model pembinaan profesi guru dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa
tahap yang harus dilakukan. Mulyana (Rusman, 2010:395) menyebutkan ada empat tahap dalam melakukan
lesson study, yakni:

a. Tahap Perencanan
Dalam tahap ini guru yang tergabung dalam lesson study secara kolaboratif menyusun RPP yang
berpusat kepada peserta didik. Perencanaan berawal dari analisis terhadap kebutuhan dan permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, menyiasati
kekurangan fasilitas belajar, dan secara kolaboratif juga guruguru mencari solusi dalam memecahkan
permasalahan yang ditemukan tersebut. Dari hasil analisis guru-guru tersebut diharapkan menjadi bahan
pertimbangan dalam penyusunan RPP untuk diterapkan pada proses pembelajaran.

32

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini ada dua kegiatan yakni kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikan RPP yang telah
disusun bersama dan kegiatan observasi yang dilakukan oleh guru-guru yang bertindak sebagai observer
atau pengamat.
c. Tahap Refleksi
Tahap ini dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti oleh seluruh peserta lesson study yang dipandu
oleh seorang ketua. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikan
pembelajaran. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan yang didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil
pengamatan, tidak berdasarkan opininya sendiri. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk perbaikan proses
pembelajaran kedepannya.
d. Tahap Tindak Lanjut
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam lesson study sebagai bentuk untuk menindaklanjuti
hasil dari refleksi terhadap kegiatan lesson study. Tindak lanjut ini sebagai upaya perbaikan proses
pembelajaran berikutnya.

Menurut Indonesia Center for Lesson Study ( Sumar Hendayana, 2009: 7-10), lesson study dilaksanankan
dalam tiga tahapan yaitu :

a. Tahap Perencanaan (Plan)


Tahapan ini bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan peserta didik,
bagaimana supaya peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Perencanaan diawali dari
analisis perencanaan yang dihadapi dalam pembelajaran. Selanjutnya para guru bersama-sama mencari
solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rencana pembelajaran atau lesson
plan, teaching materials berupa media pembelajaran dan lembar kerja siswa serta metode evaluasi.
b. Tahap Pelaksanaan (Do)
Untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan.
Sebelumnya, dalam perencanaan telah disepakati siapa guru model yang akan diimplementasikan
pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan rumah. Tahapan ini berfungsi untuk mengujicoba
efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang. Guru-guru lain dari sekolah yang bersangkutan
atau guru dari sekolah lain bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran. Lembar observasi
pembelajaran perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum pembelajaran dimulai. Para pengamat
dipersilahkan mengambil tempat di ruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas siswa.

33

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Selama pembelajaran berlangsung para pengamat tidak boleh saling berbicara dengan sesame pengamat
dan tidak mengganggu aktivitas dan konsentrasi siswa. Keberadaan pengamat di ruang kelas selain
mengumpulkan informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung
dan bukan mengevaluasi dulu.

c. Tahap Refleksi (See)


Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru yang dipandu oleh kepala
sekolah atau fasilitator MGMP untuk membahas pembelajaran.
Guru model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan
pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson learnt dari
pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Tentunya, kritik dan saran untuk guru
disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Sebaliknya, guru harus dapat menerima
masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya. Berdasarkan
berbagai pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa memang dalam pelaksanaannya lesson study terdiri
dari tiga tahapan yaitu pertama, tahap plan. Pada tahap ini berlangsung diskusi secara intensif, dalam diskusi ini
dilakukan pemilihan guru model dan pembuatan perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh seluruh peserta
lesson study.

Kedua yaitu tahap do. Pada tahap ini semua perencanaan yang telah dirancang pada tahap plan
dipraktikkan oleh guru model dan guru lain berperan sebagai observer untuk mengamati kegiatan pembelajaran
yang dipraktikkan oleh guru model. Sebelum kegiatan do dimulai biasanya para guru peserta lesson study
melakukan breafing terlebih dahulu.

Ketiga yaitu tahap see. Pada tahap ini seluruh peserta lesson study membentuk forum diskusi yang
dipimpin oleh seorang moderator dimana setelah kegiatan dibuka oleh moderator dilanjutkan dengan
penyampaian kesan oleh guru model saat melakukan kegiatan pembelajaran pada tahap do. Guru lain yang
bertugas sebagai observer juga menyampaikan hasil pengamatan mereka terhadap kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan oleh guru model. Masalah yang ada dipecahkan secara bersama, dan solusinya dipakai sebagai
bahan masukkan untuk pembelajaran setiap guru dimasing-masing sekolah tempat mereka bertugas dan itu
diartikan sebagai tahap tindak lanjut dari kegiatan lesson study.

34

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Secara umum, Lesson Study meliputi tiga tahap, yaitu: plan, do, dan see. Secara teknis, tiga tahap tersebut
dipaparkan sebagai berikut.

1. Plan (perencanaan pembelajaran).


Tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini
mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Perencanaan ini dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang pendidik yang termasuk dalam suatu
kelompok Lesson Study (jumlah bervariasi 6-10 orang). Biasanya ditetapkan dulu siapa pendidik yang
akan menjadi Pengajar (Guru Model), kemudian guru model menyusun RPP-nya. Para pendidik
kemudian bertemu dan berbagi ide menyempurnakan rancangan pembelajaran yang sudah disusun guru
model untuk menghasilkan cara pengorganisasian bahan ajar, proses pembelajaran, maupun penyiapan
alat bantu pembelajaran yang dianggap paling baik. Semua komponen yang tertuang dalam rancangan
pembelajaran ini kemudian disimulasikan sebelum dilaksanakan dalam kelas. Pada tahap ini juga
ditetapkan prosedur pengamatan dan instrumen yang diperlukan dalam pengamatan.
2. Do (pelaksanaan pembelajaran).
Tahap pelaksanaan (Do) dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah
direncanakan. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai guru model dan anggota kelompok lainnya
sebagai pengamat. Fokus pengamatan diarahkan pada kegiatan belajar siswa dengan berpedoman pada
prosedur dan instrumen yang telah disepakati pada tahap perencanaan, bukan pada penampilan guru
model yang sedang bertugas mengajar. Selama pembelajaran berlangsung, para pengamat tidak
diperkenankan mengganggu proses pembelajaran walaupun mereka boleh merekamnya dengan kamera
video atau kamera digital. Tujuan utama kehadiran pengamat adalah belajar dari pembelajaran yang
sedang berlangsung.
3. See (refleksi pembelajaran).
Tahap pengamatan dan refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan
pelaksanaan pembelajaran. Pendidik yang bertugas sebagai guru model mengawali diskusi dengan
menyampaikan kesan dan pemikirannya mengenai pelaksanaan pembelajaran. Kesempatan
berikutnya diberikan kepada pendidik yang bertugas sebagai pengamat. Selanjutnya pengamat dari
luar juga mengemukakan apa Lesson Learned yang dapat diperoleh dari pembelajaran yang baru
berlangsung. Dalam tahap refleksi ini, pembahasan tidak dimaksudkan untuk mengomentari aktivitas
guru model ketika melaksanakan pembelajaran, melainkan lebih diarahkan pada hasil pengamatan
terhadap perilaku siswa selama proses pembelajaran di kelas. Kritik dan saran disampaikan secara
bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati guru model yang membelajarkan, semuanya demi
perbaikan praktik ke depan. Berdasarkan semua masukan dapat dirancang kembali pembelajaran
berikutnya yang lebih baik.

35

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
7
Strategi Lesson Study

Strategi melaksanakan lesson study berdasarkan hasil penelitian Parmin dan Siti Aminah (2008) di Madrasah
Ibtidaiyah Madarijul Huda, Kembang, Pati (2008) .
1. Perencanaan (Plan)

Gambar 1.
Guru sebidang studi secara kolaborasi mengidentifikasi permasalahan pembelajaran dan menghasilkan perangkat
pembelajaran

A. Identifikasi Masalah Pembelajaran


1. Materi ajar
a. kedalaman materi
b. kesesuaian dengan tuntutan kurikulum
c. tingkat kesulitan
2. Strategi pembelajaran
a. pendahuluan
✓ memotivasi siswa belajar
b. kegiatan inti
✓ aktivitas belajar yang diharapkan
✓ rancangan interaksi siswa dengan bahan ajar
✓ rancangan interaksi siswa dengan siswa
✓ rancangan interaksi siswa dengan guru

36

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
c. penutup
✓ aktivitas siswa yang diharapkan untuk menyimpulkan pelajaran

B. Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran


1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Lembar Kegiatan Siswa
4. Alat tes

C. Menentukan Observer
1. Kepala Sekolah
2. Guru (se bidang studi/tidak se bidang studi)
3. Pengawas Sekolah

D. Menentukan Guru Model (pelaksana pembelajaran di kelas)

2. Pelaksanaan (Do)

Gambar 2.
Guru model mengajar dan observer
mengobservasi pelaksanaan pembelajaran

A. Pertemuan singkat (briefing) dipimpin fasilitator (kepala sekolah)


B. Guru model mengemukakan rencana singkat (rencana pembelajaran, tujuan, kedudukan materi
ajar dalam kurikulum, perkiraan kemungkinan respon siswa)
C. Kepala sekolah mengingatkan observer untuk tidak mengintervensi proses belajar mengajar
D. Observer dipersilahkan memilih tempat strategis sesuai rencana pengamatan
E. Guru model melaksanakan proses belajar mengajar

37

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Observasi
Observer membuat catatan tentang:
A. Komentar siswa dalam diskusi
B. Kerja sama siswa
C. Aktivitas belajar
D. Strategi penyelesaian masalah

Pedoman observer:
A. Kejelasan tujuan pembelajaran
B. Aktivitas mengarah ke pencapaian tujuan
C. Langkah-langkah pembelajaran berkaitan mendukung pemahaman siswa
D. Media pembelajaran mendukung pencapaian tujuan
E. Diskusi kelas membantu pemahaman konsep
F. Materi ajar sesuai tingkat kemampuan siswa
G. Penggunaan pengetahuan awal untuk mendukung pemahaman konsep
H. Pertanyaan guru mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa
I. Pemberian penghargaan gagasan siswa
J. Kesimpulan didasarkan pendapat siswa
K. Kesimpulan sesuai tujuan
L. Pemberian penguatan

3. Refleksi (See)

Gambar 3.
Tahapan refleksi (see)

A. Menentukan fasilitator
B. Fasilitator mengenalkan observer dengan spesifikasi bidang ilmu
C. Fasilitator menyampaikan agenda refleksi

38

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
D. Fasilitator menyampaikan aturan main
1. berbicara dengan tertib (jadi pendegar yang baik)
2. berbicara sopan tidak untuk mengadili guru model
3. setiap peserta diberi kesempatan berbicara
4. berbicara berdasarkan temuan pengamatan
5. masukan difokuskan pada “bagaimana siswa belajar”
E. Guru model menyampaikan
1. kejadian yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan harapan
2. sesuatu yang berubah dari rencana
F. Team pengembang memberi komentar
G. Fasilitator memberi kesempatan observer berkomentar
H. Fasilitator mempersilahkan tenaga ahli merangkum diskusi
I. Fasilitator mengucapkan terimakasih dan mengumumkan kegiatan lesson study berikutnya.

39

Document Name
All Rights Reserved
Your Company Name (C) Copyright (Print Date)
MERANCANG PEMBELAJARAN
DALAM LESSON STUDY
Lesson study adalah sebuah model pembinaan guru dalam meningkatkan kinerja guru
yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok guru. Lesson study bukan merupakan
metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan lesson study yaitu menerapkan metode atau
strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.
Seorang guru sebelum melaksanakan Lesson Study perlu menyusun atau melaksanakan
perencanaan. Hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan Lesson Study adalah Strategi yang
akan diterapkan yaitu meliputi tahap-tahapannya.

40
Document Name
Your Company Name (C) Copyright (Print Date) All Rights Reserved
meliputi pembuatan nomor urut untuk tiap-tiap
mahasiswa, pembagian kelompok, serta

1
pengaturan tempat duduk dan ruangan.
Pada saat pelaksanaan, sebelum
mahasiswa masuk ruangan, telah dipersiapkan
terlebih dahulu segala peralatan yang akan
digunakan termasuk media contoh gambar,
Prosedur atau Langkah-langkah dalam
LCD, serta alat perekam proses. Dan setelah
merancang kegiatan pembelajaran
mahasiswa dan observer masuk, sebelum
Lesson Study
diadakan diskusi terlebih dahulu diberikan
1. Lingkup dan Sasaran Kegiatan penjelasan secara teoritis dari pokok bahasan
Kegiatan ini akan ilustrasi mode yang digunakan untuk promosi
diimplementasikan pada mata kuliah publikasi dengan sub pokok bahasan ilustrasi
praktek ilustrasi mode yang mode untuk booklet. Dimulai dari persiapan,
dilaksanakan pada semester 3. Praktik pelaksanaan, hingga evaluasi selalu direkam
pembentukan bahan terdiri identifikasi, dengan media rekam.
kriteria dan menyelesaikan ilustrasi Rencana anggaran akan digunakan
mode. Pada pelaksanaan pembelajaran untuk pembuatan media contoh, LKM, teacher
mahasiswa juga diberi pengalaman material, dan lembar observasi, serta
praktik dalam bidang ilustrasi mode penggandaan hasil media rekam serta laporan
serta “bagaimana mahasiswa belajar” akhir.
yang menyangkut proses, hasil dan 2. Metode pembelajaran yang digunakan
penumbuhan sikap kerja yang harus Sesuai dengan karakteristik
dimiliki mahasiswa. pembelajaran praktik, maka metode
Rencana pelaksanaan program pembelajaran yang digunakan adalah metode
Lesson Study pada mata kuliah ilustrasi pembelajaran langsung (direct instruction).
mode ini akan dilakukan pada Kaitannya dengan implementasi Lesson Sudy,
pertemuan ke-9 (sembilan). Pada pokok maka prosedur pelaksanaannya mengikuti
bahasan ilustrasi mode yang digunakan prosedur sebagaimana telah dijelaskan dalam
untuk promosi publikasi dengan sub dasar pemikiran di atas, yaitu mengikuti
pokok bahasan ilustrasi mode untuk prosedur Plan-Do-See.
booklet.
Sebelum pelaksanaan Lesson
Study dilakukan persiapan yang

41

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Kegiatan tiap-tiap tahapan dalam prosedur, sebagai berikut :
a. Plan :
1) Dalam tahap Plan, dosen merancang pembelajaran agar mahasiswa dapat belajar dari materi
pembelajaran secara aktif. Rancangan proses pembelajaran ini termuat dalam Silabi, Job Sheet, serta
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata kuliah Ilustrasi Mode yang telah disusun dan selalu
diperbarui untuk menyesuaikan dengan konteks kekinian
2) Tim yang telah dibentuk merencanakan prosedur pembelajaran serta lesson plan yang akan
dilaksanakan.
3) Tim membagi tugas masing-masing yaitu sebagai dosen (model), observer, dan perekam (dokumentasi).
4) Tim membuat tata tertip prosedure lesson study
5) Tim menetapkan prosedur pengataman dan instrumen yang diperlukan dalam pengamatan.
b. Do :
Tahap Do merupakan pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang dalam tahap sebelumnya, dan
berpedoman Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pada proses pembelajaran, selain memberikan teori
mengenai ilustrasi mode, dosen juga memberikan contoh gambar yang relevan dengan perkuliahan.
Berikut contoh gambar pada pembuatan ilustrasi mode untuk booklet dengan tema Adikarya Batik Jogja

Dalam proses pembelajaran, dosen lain bertindak sebagai observer (pengamat) pembelajaran dengan
perangkat pendukung berupa lembar observasi, yang berisi :
1) Interaksi antara mahasiswa dan mahasiswa.
2) Interaksi antara mahasiswa dan dosen
3) Interaksi antara mahasiswa dan media/sumber belajar.
4) Mahasiswa pasif 5) Mahasiswa diam karena berfikir dan perhatian
6) Pelajaran berharga yang dapat diambil dari pengamatan pembelajaran

42

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Tim melaksanakan lesson plan sesuai dengan peran masing-masing, khususnya peran sebagai dosen
(model), observer biasa, dan perekam. Fokus pengamatan bukan pada penampilan dosen yang mengajar,
tetapi lebih diarahkan pada kegiatan belajar mahasiswa dengan berpedoman pada prosedur dan instrumen
yang telah disepakati pada tahap perencanaan.
c. See :
Tim melakukan diskusi dalam rangka refleksi mengenai apa-apa yang baru saja mereka tangkap
dan amati dari implementasi tersebut. Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan dari pembelajar dan
selanjutnya diberikan kepada pengamat. Kritik dan saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas
pembelajaran dan disampaikan secara bijak tanpa merendahkan hati dosen yang membelajarkan.
Masukan yang positif dapat digunakan untuk merancang kembali pembelajaran yang lebih baik

43

Document Name
Your Company Name (C) Copyright (Print Date) All Rights Reserved
MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN
LESSON STUDY

Pada proses pelaksanaan Lesson Study banyak contoh implementasinya yang ada di lapangan.
Berikut adalah contoh study kasus implementasi Lesson Study yaitu Implementasi Lesson
Study Pada Pendidikan Kejuruan untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru SMK

44
Document Name
Your Company Name (C) Copyright (Print Date) All Rights Reserved
Desain pembelajaran dalam LS di SMK
perlu memadukan antara doing and thinking.

1
Strategi ini menggiring siswa aktif belajar. Sebagai
contoh, ketika siswa belajar tentang topik rambatan
panas, pada mulanya siswa diminta untuk melakuan
eksperimen kecil kecilan dengan menggesek-
gesekkan antara dua logam, kemudian diminta
Study Kasus Implementasi Lesson Study
menyentuhnya dengan telapak tangan. Setelah itu,
Pada Pendidikan Kejuruan untuk
siswa diminta untuk berdiskusi bagaimana proses
Meningkatkan Profesionalisme Guru
terjadinya panas pada logam tersebut.
SMK
Oleh karena itu, agar desain pembelajaran
Langkah-langkah LS meliputi
sukses, maka guru harus mempersiapkannya
urutan plan, do, dan see. Pada kegiatan plan
dengan baik disertai penggunaan media yang tepat.
sekelompok guru SMK yang tergabung
Skenario pembelajaran dan penggunaan media
dalam MGMP tertentu menyusun RPP
yang tepat akan mampu membuat suasana belajar
secara bersama-sama. Pada langkah ini,
lebih semangat. Di sini, sesama guru dapat saling
guru berkolaborasi dengan guru lain. Dalam
memberikan masukan tentang scenario
konteks MGMP guru mata pelajaran
pembelajaran yang akan dilakukan dan media
produktif di SMK perlu mengundang
pembelajaran yang tepat untuk digunakan.
praktisi, manajer suatu perusahaan, atau
Demikian pula praktisi, manajer suatu
pekerja di dunia usaha/dunia industri
perusahaan, atau pekerja di dunia usaha/dunia
(DU/DI) untuk diajak bersama-sama
industri (DU/DI) dapat memberikan kontribusi
menyusun RPP. Misalnya, guru MGMP
terhadap rancangan pembelajaran. Jika diperlukan,
pemesinan perlu melibatkan orang-orang
pada pokok bahasan tertentu, siswa dihadapkan
DU/DI bidang pemesinan dalam menyusun
pada situasi kerja riil di DU/DI.
RPP. Demikian pula untuk MGMP mata
Do adalah langkah pelaksanaan pembelajaran
pelajaran lain perlu mengundang kalangan
di kelas. Pada langkah ini, pada suatu waktu yang
DU/DI yang relevan. Langkah ini penting
telah disepakati bersama, ditetapkan seorang guru
dilakukan, mengingat orientasi pendidikan
yang dijadikan guru model untuk melaksanakan
dan pembelajaran di SMK adalah DU/DI.
pembelajaran di kelas menggunakan RPP yang
Dengan melibatkan DU/DI, harapannya
telah disusun bersama tadi.
materi mata pelajaran produktif yang
diajarkan di SMK selalu up to date sesuai
dengan perkembangan yang terjadi di
DU/DI.

45

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
Sementara guru yang lainnya berperan sebagai observer. egiatan ini disebut open class atau boleh juga
disebut open lesson, yang merupakan bagian penting LS. Jika memungkinkan open class perlu mengundang
guru bidang keahlian lain yang serumpun untuk menjadi observer. Contohnya, jika guru modelnya adalah guru
mata pelajaran Teknik Pemesinan, boleh mengundang guru mata pelajaran Teknik Pemesinan CNC. Contoh lain
yang lebih umum, jika guru modelnya guru mata pelajaran Matematika, maka yang menjadi observer juga guru
Matematika baik pada kelas sejenjang atau berbeda jenjang. Apabila open class berbasis sekolah, maka yang
menjadi observer boleh dihadiri oleh guru dari sekolah lain.
Yang penting diingat pada kegiatan open class bukan “mengadili” atau “menguji” guru model. Agar
terhindar dari jebakan ini, penting disampaikan terlebih dahulu kepada semua observer bahwa mereka harus
mengamati cara belajar siswa secara seksama, bukan mengamati bagaimana guru model mengajar. Sebagai
rambu-rambu, pertanyaan berikut ini dapat dijadikan panduan oleh observer selama mengamati siswa belajar.
1. Apakah dari siswa berusaha mencari tahu, dengan ciri-ciri siswa menjadi menjadi pembelajar aktif?
2. Apakah siswa menggunakan aneka sumber belajar lain, misalnya lingkungan, buku, internet, koran,
majalah, dan referensi lainnya? Pada metode proyek, pemecahan masalah, atau inkuiri apakah siswa
sudah memanfaatkan sumber belajar di luar kelas?
3. Pada pembelajaran praktik, apakah siswa dengan tertib mengkuti SOP yang telah ditetapkan di dalam
jobsheet?
4. Apakah siswa menggunakan pendekatan ilmiah dengan aktivitasnya seperti: mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan, serta mencipta sesuatu?
6. Apakah siswa menunjukkan sikap yang antusias dalam belajar?
7. Apakah siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggal?
8. Apakah siswa menunjukkan aktivitas yang efektif dan efisien dalam berkarya?
9. Apakah siswa menunjukkan keterampilan berkomunikasi yang santun, keterampilan menghargai
pendapat, dan yang lainnya?

46

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study
10. Apakah siswa memanfaatkan waktu secara efektif?
11. Apakah siswa menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana
saja adalah kelas?
12. Apakah siswa memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran?
13. Apakah siswa berkolaborasi dengan siswa laindalam kelompoknya?
14. Apakah siswa menunjukkan wajah yang ceria selama mengikuti pembelajaran?
Oleh karena itu, rambu-rambu tersebut di atas perlu digunakan sebagai pedoman oleh sekelompok guru
SMK saat menyusun RPP. Artinya, RPP harus didesain agar mendorong siswa SMK berperilaku belajar seperti
yang tersirat dalam pertanyaan di atas. Atau dari sisi lain, guru observer akan memberikan tanggapan YA atas
pertanyaan pertanyaan di atas.
Langkah terakhir pada siklus LS adalah see, yang merupakan kegiatan refleksi yakni: me-review atau
melihat kembali pelaksanaan pembelajaran yang sudah berlangsung. Dalam kegiatan ini semua guru, baik guru
model maupun guru observer duduk bersama berdiskusi tentang segala sesuatu yang mereka alami, rasakan, dan
saksikan. Inti kegiatan see ini adalah refleksi. Tentu saja, tujuan dari kegiatan ini adalah mengkritisi suasana
belajar yang baru saja disaksikan. Materi diskusi bisa berangkat dari seputar 14 pertanyaan tersebut di atas, atau
bahkan sangat mungkin keluar dari pertanyaan di atas, selama masih dalam konteks pembelajaran. Apabila
sistem pembelajaran di SMK mengacu pada rambu-rambu tersebut di atas, hal tersebut sangat relevan dengan
prinsip-prinsip di dalam lesson study.

47

Document Name
Your Company Name (C) Copyright (Print Date)
DAFTAR RUJUKAN
.
Adim. 2016. Lesson Study Cycle, (Online),
(http://smabpi2bandung.sch.id/index.php/component/k2/item/39-pengertian-dan-tahapan-
tahapan-pembelajaran-lesson-study), diakses 24 April 2019

Ahom. 2009. Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study, (Online), (http://liph-easy-


learning.blogspot.com/2009/06/langkah-langkah-pelaksanaan-lesson.html), diakses 24 April
2019

FKIP UMS. 2019. Panduan Pembelajaran Mikro, (Online), (http://fkip.ums.ac.id/wp-


content/uploads/sites/43/2018/05/Buku-Microteaching.pdf), diakses pada 25 April 2019
Junaidi. 2016. Lesson Study Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar, (Online),
(https://bdksemarang.kemenag.go.id/implementasi-model-pembelajaran-dan-lesson-study-
dalam-meningkatkan-prestasi-pembelajaran-matematika/), diakses 24 April 2019

Rasto. 2010. Pembelajaran Mikro , (Online), (http://www.cvalfabeta.com/0584-detail-


pembelajaran_mikro,_mengembangkan_keterampilan_mengajar_guru.html), diakses pada 25
April 2019

Malang, 27 April 2019

Penyusun

48

Buku Pedoman
Microteaching dan Lesson Study

Anda mungkin juga menyukai