Anda di halaman 1dari 15

Menurut Undang-Undang No.

14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, Guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
ngevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dn pendidikan menengah
jalur pendidikan formal.[1] (Supardi, 2014)

Pengajaran merupakan suatu proses sistematik yang meliputi banyak komponen.salah satu dari
komponen sistwm pengajaran adalah sumber belajar. Dalam pengertian yang sederhana (hingga dewasa
ini dunia pengajaran praktis masih berpandangan) sumber belajar (learning resources) adalah guru dan
bahan-bahan pelajaran/bahan pengajaran baik buku-buku bacaan atau semacamnya. Dalam desain
pengajaran yang biasa disusun guru terdapat salah satu komponen pengajaran yang dirancang berupa
sumber belajar/pengajaran yang umumnya diisi dengan buku-buku rujukan (buku bacaan
wajib/anjuran). Dalam arti luas menurut Arif S. Sadiman berpendapat bahwa, segala macam sumber
yang ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan/memudahkan terjadinya proses
belajar (seperti guru/dosen, buku, film, majalah, laboratorium, micro teaching dan sebagainya)
memungkinkan individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti jadi mengerti, dari
tidak terampil menjadi terampil dan seterusnya. Sebab segala apa yang bisa mendatangkan manfaat
atau mendukung dan menunjang individu untuk berubah kearah yang positif dapat disebut sumber
belajar.[2] (Rohani, 2010)

Pengajaran mikro (micro Teacing) mulai dikembagkan di Universitas Stanford pada tahun 1963, dalam
rangka menemukan metode latihan bagi para calon guru yang lebih efektif. Pengajaran micro sebagai
suatu teknik latihan guru berdasarkan rasional, yang terdiri atas: pengajaran yang nyata, konsentrasi
pada keterampilan mengajar, mengunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkah laku belajar
sebagai umpan balik, berdasarkan kemampuan calon dan pengaturan distribusi latihan keterampilan
dalam periode tertentu. Mengajar merupakan pekerjaan professional yang memerlukan keahlian khusus
yang ditempuh melalui pendidikan dan pengalaman.

Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara professional,


guru/pendidik/pengajar/dosen harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengajar. Dan
pembelajaran mikro sangat dibutuhkan oleh seorang calon tenaga pendidik (guru) dalam bentuk peer
teaching dengan harapan agar para calon pendidik sekaligus dapat menjadi pengamat bagi teman
sesame calon pendidik, untuk saling memberikan koreksi dan masukan mengenai penguasaan
keterampilan dasar mengajar yang dimilikinya.

B. Rumusan Masalah

Apa pengertian dari micro teaching ?


Apa tujuan micro teaching ?

Apa saja Karakteristik micro teaching ?

Apa asas dan prinsip micro teaching ?

Apa fungsi micro teaching ?

Apa manfaat microteaching sebagai sumber belajar ?

Apa tahapan dan prosedur micro teaching?

Apa kendala pelaksanaan micro teaching ?

Apa hubungan micro teaching dengan pusat sumber belajar (PSB) ?

C. Tujuan Masalah

Untuk mengetahui pengertian dari micro teaching

Untuk mengetahui tujuan micro teaching

Untuk mengetahui Karakteristik micro teaching

Untuk mengetahui asas dan prinsip micro teaching

Untuk mengetahui fungsi micro teaching

Untuk mengetahui manfaat microteaching sebagai sumber belajar

Untuk mengetahui tahapan dan prosedur micro teaching

Untuk mengetahui kendala pelaksanaan micro teaching

Untuk mengetahui hubungan micro teaching dengan pusat sumber belajar (PSB)

PEMBAHASAN

A. Pengertian Microteacing

Pengajaran Mikro (micro-teacing) merupakan salah satu bentu model praktek kependidikan atau
pelatihan mengajar. Dalam konteks yang sebenarnya,, mengajar mengandung banyak tindakan, baik
mencakup teknis pengampaian materi, penguatan metode, penggunaan media, bimbingan belajar,
memberi motifasi, mengelola kelas, meberikaan ppenilaian. Dengan kat lain bahwa pembuatan
mengajar itu sangat kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka penguasaan keteramplan mengajar, calon
Guru/Dosen perlu berlaitih secara parsial, artinya tiap-tiap komponen keretampilan dasar mengajar itu
perlu dikuasai secara terpisah-pisah. Berlaiti untuk menguasai Keterampilan Dasar Mengajar seperti
itulah yang dinamakan Micro-teacing.
Menurut Waskito mendefinisikan “Micro Teacing” adalah suattu metode belajar megajar atas dasar
performance yang tekninknya dengan cara mengisolasikan komponen-komponen proses belajar
mengajar sehingga calon guru dapat menguasai setiap komponen satu per satu dalam situasi yang
disederhanakan atau dikecilkan.

Microteacing secara umum adalah prosedur yang sistematis dalam pelatihan guru melalui pengalaman
laboratoris yang bersifat tercontrol tentang berbagai keterampilan dasar mengajar.

Dari pengertian diatas, ada beberapa hal yang harus kita pahami. Pertama, microteacing merupakan
prosedur yang sistematis, artinya pelaitah guru melalui microteacing dilakukan sesuai dengan tahapan-
tahapan tertentu yang sudah ada di buku. Kedua, microteacing dilakukan dalam situasi laboratoris,
artinya pengalaman melalui microteacing diarahkan dalam atihan”secara spesifik, sehingga
pengalaman yang dipperoleh benar-benar terkontol pada keterampilan tertentu yang hendak dilatihkan.
Dalam situasi laboratoris, microteacing dapat memberikan data yang lengkap mengenai penampilan
calon gurudi didalam kelas, sehingga memungkinkan adanya feedback bagi calon guru yang sedang
berlatih.[3] (FIP-Upi, 2007)

Jadi dapat kami simpulkan bahwa microteachng adalah pelatihan keterampilan mengajar terbatas dalam
suasana proses pembelajaran yang sebenarnya. Dalm membuat persiapan mengajar dan melaksanakan
proses belajar mengajar dan melaksanakkan proses pembelajaran dihadapan siswa sesuai perencanaan
yang dirancang.

B. Tujuan Micro Teaching

Tujuan pengajaran micro teaching dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus,
yaitu :

Tujuan umum

Tujuan micro teaching menurut beberapa ahli sebagai berikut:

Menurut Rostiyah
Tujuan micro teaching adalah untuk mempersiapkan calon guru untuk menghadapi pekerjaan
sepenuhnya dimuka kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai seorang guru
profesional.

Dwight Allen

Mengemukakan, bahwa tujuan pembelajaran mikro yaitu sebagai berikut :

Bagi siswa calon guru

Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara
terpisah.

Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun kekelas yang
sebenarnya.

Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai beberapa keterampilan dasar mengajar
serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga calon guru mammpu
menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik.

Bagi guru

Memberikan penyegaran dalam program pendidikan.

Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat in

dividual demi perkembangan

Mengembangkan sikap terbuka bagi guru pembaharuan yang berlangsung di pranata pendidikan.

Adapun tujuan umum dari micro teaching adalah, mengembangkan atau meningkatkan keterampilan
dasar mengajar yang dimiliki seorang calon pendidik (guru), sehingga mereka memiliki kesiapan diri
untuk mengajar di suatu lembaga pendidikan (sekolah), dan dalam konteks mengajar yang
sesungguhnya.

Tujuan khusus

Secara khusus, micro teaching memiliki tujuan yaitu:

Calon guru mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya dan dirinya sendiri.
Calon guru mampu melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam proses pembelajaran.

Calon guru mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif dan efisien.

Calon guru mampu bertindak profesional

Fungsi micro teaching sebagai sumber belajar micro teaching ialah untuk memperkuat program
pengalaman lapangan. Berlatih micro teaching menyebabkan merasa lebih terampil serta yakin dalam
melaksakan PPL. Hal ini didukukung oleh beberapa hal di bawah ini:

Mahasiswa yang baik dalam micro teaching lebih terampil dalam PPL.

Mahasiswa yang lulus micro teaching lebih terampil dalam PPL dari pada yang tidak mengikuti micro
teaching

Mahasiswa yang telah mengikuti program micro teaching memperoleh nilai itnggi dalam PPL.

Micri teaching sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang berprestasi sedang, sedangkan bagi yang
kemampuannya lambat atau sangat pandai kurang bermanfaat.

Interaksi antar guru-siswa menjadi lebih baik calon guru yang telah mengikuti program micri teaching.

Pengajaran Mikro (Micro Teaching) dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan model praktik pengajaran
tradisional. Melalui Pengajaran Mikro (Micro Teaching), keterampilan mengajar yang potensial dapat
diorganisasikan dalam satu penampilan yang utuh. Praktikan akana lebih siap dan terampil untuk
mengantisipasi prilaku mengajar yang sebenarnya di kelas. Beberapa hasil penelitian menunjukan
bahwa pengajaran micro teaching memberikan pengaruh positif dalam melatih keterampilan mengajar
di kelas. Brown dan Ametrong (1975), mencatat hasil Riset tentang manfaat pengajaran Mikro (Micro
Teaching) sebagai berikut :

Korelasi antara Pengajaran Mikro (Micro Teaching) dan Praktik Keguruan sangat tinggi. Artinya : Calon
Guru/Dosen yang berpenampilan baik dalam pengajaran mikro (Micro Teaching), akan baik pula dalam
praktik mengajar di kelas.

Praktikan yang lebih dahulu menempuh program Pengajaran mikro (Micro Teaching) ternyataa lebih
baik/lebih terampil dibandingkan praktik yang tidak mengikuti pengajaran Mikro (Micro Teaching).

Praktikan yang menempuh Pengajaran Mikro (Micro Teaching) menunjukan prestasi mengajar yang
lebih tinggi.

Bagi Praktikn yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam pengajaran, Pengajaran Mikro (Micro
Teaching) kurang bermanfaat.
Setelah mengikuti Pelajaran Mikro (Micro Teaching), praktikan dapat menciptakan interaksi dengan
siswa secara lebih baik.

Penyajian model rekaman mengajar lebih baik dari pada model lisan sehingga lebih signitifkan dengan
keterampilan mengajar.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan bahwa praktikan yang memiliki prestasi tinggi
dalam Pembelajaran Pengajaran Mikro (Micro Teaching) akan berprestasi pula dalam praktik mengajar.
Oleh karena itu, perbedaan prestasi Pengajaran Mikro (Micro Teachig) diantara praktikan, akan diikuti
pula oleh perbedaan prestasi praktik mengajarnya.

Dapat kami simpulkan bahwa tujuan microteachimg adalah memberikan pengelaman belajar yang nyata
dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah dan mempersiapkan calon guru
untuk menghadapi pekerjaan sepenuhnya di kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap sebagai seorang guru profesional.

C. Karateristik Micro Teaching

Microteching merupakan pembelajaran dalam skala kecil. Karateristik yang khas dalam microteahing
adalah komponen-komponen dalam yang di mikrokan atau di sederhanakan. Dalam pengajaran
sesungguhnya (real Teaching) lingkup pembelajaran bisa tidak dibatasi, tetapi dalam microteaching
terbatas pada satu materi pokok bahasan tertentu. Demikian pula alokasi waktunya terbatas antara 10-
15 menit, dengan jumlah siswa juga dikecilkan hingga berkisar 7-10 siswa, serta keterampilan dasar yang
dilatihkan juga terbatas (terisolasi). Dengan demikian, ciri khas microteaching adalah pengajaran yang
disederhanakan dalam hal : jumlah siswa, alokasi waktu, keterampilan, kompetensi dasar, dan materi
pembelajaran.

Setiap calon guru membuat persiapan mengajar yang kemudian dilaksanakan dalam proses
pembelajaran bersama siswa dengan seting kondisi dan konteks kegiatan belajar mengajar yang
sesungguhnya.

Penyederhanaan komponen pengajaran sebagai karateristik microteaching didasarkan pada asumsi-


asumsi sebagai berikut :

Seluruh komponen keterampilan dasar mengajar akan dapat dikuasai secara mudah apabila terlebih
dahulu menguasai komponen keterampilan dasar mengajar tersebut secara terpisah (terisolasi) satu
demi satu.
Penyederhanaan situasi dan kondisi latihan, memungkinkan perhatian praktikan terarah pada
keterampilan yang dilatihkan.

Penyederhanaan situasi dan kondisi dengan bantuan kamera memudahkan melakukan observasi dan
bermanfaat untuk umpan balik (Freed Back).

Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu pengajaran yang nyata, artinya
pengajaran dilaksanakan tidak dalam bentuk sebenarnya, tetapi berbentuk mini dengan karateristik
sebagai berikut :

Peserta berkisar antara 5-10 orang

Waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit

Komponen mengajar dikembangkan terbatas

Latihan terpusat pada keterampilan dasar mengajar.

Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar

Umpan balik terhadap kemampuan guru/calon guru

Pengajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berdasarkan
pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.

Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam laboratorium mikro
teaching.

Penyediaaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.
[4] (Helmiati, 2003)

Pembelajaran mikro pada intinya adalah penyederhanaan pembelajaran. Karena penyederhanaan maka
tentu tidak semua keterampilan mengajar dipraktikan dalam satu waktu, akan tetapi keterampilan
mengajar dipraktikkan sendiri-sendiri.

Seperti keterampilan membuka pelajaran berdiri sendiri, demikian juga pada latihan
berikutnyadifokuskan pada keterampilan menjelaskan dan sebaginya. Berikut beberapa karateristik
tersebut adalah sebagai berikut :

Microteaching Is A Real Teaching


Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar yang sebenarnya (real teaching), akan tetapi
dilaksakan bukan pada kelas yang sebenarnya, melainkan dalam suatu kelas, laboratorium atau tempat
khusus yang dirancang untuk pembelajaran mikro.

Micro Teaching Lessons The Complexities Of Normal Classroom Teching

Sesuai dengan namanya micro, latihan mengajar dilakukan secara mikro atau disederhanakan.
Penyederhanaan ini dilakukan dalam setiap unsur atau komponen pembelajaran.

Microteaching Focuses On Training For The Accomlishment Of Specific Tasks

Latihan yang dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran mikro hanya difokuskan pada jenis-jenis
keterampilan tertentu secara spesifik, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap yang berlatih atau
atas dasar saran yang diberikan oleh pihak supervisor. Fokus keterampilan tersebut bisa berupa
keterampilan membuka pelajaran saja, maka keterampilan lainnya tidak menjadi fokus latihan, dan
sebagainya.

Micro Teaching Allows For The Increased Control Of Practive

Pembelajaran micro doarahkan untuk meningkatkan kontrol pada setiap jenis keterampilan yang
dilatihkan. Kontrol yang ketat, cermat dan kompehensif relatif lebih mudah dilakukan dalam
pembelajaran micro, karena setiap peserta yang berlatih hanya memfokuskan diri pada keterampilan
tertentu saja.

Micro Teaching Greatly Expands The Normal Knowledge Of Results Of Feedback Dimension In Teaching

Pembelajaran mikro diharapkan dapat memperluas wawasan dan pemahaman yang terkait dengan
pembelajaran , karena pihak-pihak yang berkepentingan dan juga terlibat didalamnya mendapatkan
masukan dari pihak lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan dari penjelesan tentang karateristik micro teaching yaitu suatu situasi
pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yaitu selama lima atau sampai lima
belas menit dengan jumlah siswa sebanyak lima atau sepuluh orang, bentuk pengajaran ini
disederhanakan dan pengajaran berlangsung dalam bentuk sesungguhnya.
D. Asas Dan Prinsip Micro Teaching

Asas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah, dasar. Jadi dasar dari pengajaran micro dapat
disimpulkan bahwa untuk menyederhanakan pendidikan.

Prinsip yang digunakan dalam evaluasi kegiatan micro teaching didasarkan atas prinsip pengajaran yang
berorientasi pada tujuan atau hasil, dimana penilaian didasarkan atas hasil yang dapat dicapai oleh
mahasiswa dalam melakukan kegiatan micro teaching. Dalam kegiatan ini yang di nilai adalah dosen
pembimbing atau supervisor, guru pamong dan calon guru.

Kemampuan menampilkan keterampilan mengajar merupakan penilaian dalam kegiatan Micro


Teaching. Misalnya, menilai penampilan keterampilan dalam mengantarkan pengajaran. Keterampilan
yang dimaksudkan adalah :

Keterampilan menciptakan suasana belajar yaitu menciptakan suasana tenang, aman, dan menunjukkan
perhatian kepada guru.

Keterampilan menimbulkan perhatian terhadap bahan pembelajaran yang disajikan. Dimana mengajak
pendengar untuk mendengarkan dan memahami pembelajaran yang disajikan.

Keterampilan menimbulkan bahan apersepsi yaitu mengulang kembali bahan yang diperluhkan sebagai
bantu loncatan terhadap bahan pembelajaran yang baru.

Jadi dapat kami simpulkan bahwa asas dan prinsip-prinsip microteaching adalah suatu aturan yang
berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan demikian prinsip-prinsip
tersebut harus diketahui dan dipahami serta dapat diterapkan oleh guru atau calon guru agar dapat
mengajar dengan baik dan berhasil sesuai dengan tujuannya.

E. Fungsi Micro Teaching

Memberikan pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumllah keterampilan dasar mengajar.

Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun ke lapangan.

Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam-macam keterampilan dasar
mengajar.[5](Barnawi & Arifin, 2016)

F. Manfaat Micro Teaching Sebagai Sumber Belajar


Pengajaran mikro bertujuan membekali tanaga pendidik beberapa keterampilaan dasar mengajar dan
pembelajaran. Bagi calon tenaga pendidik metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata
dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. Sedangkan bagi calon tenaga
pendidik dapat mengembangkan keterampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas
sebagai tenaga pendidik. Memberikan kemungkinan calon tenaga pendidik untuk mendapatkan
bermacam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam
program pembelajaran.[6] (Nusibad, 2018)

Sementara itu manfaat dari micro teaching adalah sebagai berikut:

Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu calon guru dalam mengajar.

Keterampilan mengajar terkontrol dan terlatih.

Perbaikan atau penyempurnaan secara cepat dapat segera dicermati

Latihan penguasaan keterampilan mengajar lebih baik.

Saat latihan berlangsung, calon guru dapat memusatkan perhatian secara objektif.

Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam praktek mengajar yang relatif singkat.

G. Tahapan Dan Prosedur Micro Teaching

Dalam pelaksanaan pengajaran mikro (Micro Teaching), Asril menjelaskan beberapa siklus secara
sistematis berikut beberapa siklus tersebut:

Memahami teori atau hasil penelitian keterampilan mengajar.

Mendiskusikan prinsip dan keterampilan yang harus dikerjakan.

Mempraktikan keterampilan mengajar dengan teman-teman selama 10-15 menit.

Direkam dengan video dan diputar ulang sebagai bahan masukan terhadap keterampilan yang sudah
dipelajari.

Jika perlu, diperlihatkan kepada kelompok yang berbeda untuk melihat kelemahan-kelemahan
terdahulu.

Pengajaran micro ada kaitannya dengan praktik di lapangan dengan situasi yang sesungguhnya.
Dalam pelaksanaan pengajaran mikro (micro teaching), tahap pertama dan kedua diarahkan untuk
memahami wawasan dan landasan teori keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai serta
mengamati dan mencontoh model-model keterampilan mengajar sesuai bidang studinya. Tahp ketiga
adalah penyusunan perencanaan program pembelajaran dengan mengacu pada format yang telah ada
dan dipelajari. Tahap keempat adalah setiap calon guru/dosen dalam kelompok masing-masing akan
memperaktikan satu sesi pengajaran dengan kontrak keterampilan dasar mengajar yang berbeda-beda
secara terisolasi. Setelah presentasi calon guru/dosen saling memberikan komentar (debriefing)
terhadap apa yang telah berjalan dan pada tahap kelima anggota lain memberikan feed back yang
konstruktif terhadap presentasi yang telah dilakukan. Hasil dari feed back penampilan yang pertama ini
digunakan masukan dan perbaikan untuk menyusun persiapan dan praktik ulang dengan kontrak
menerapkan keterampilan dasar mengajar secara ter-Integrasi pada tahap enam dan tujuh. Dalam
rangka observasi latihan praktik mengajar, digunakan alat bantu VTR (Video Tape Recorder).[7]

Tujuan penggunaan alat tersebut adalah untuk merekam penampilan guru/dosen ketika sedang berlatih
mengajar. Tiap –tiap penampilan dalam pelatihan mengajar dianalisis bersama oleh observer dan
supervisor.dengan menggunakan VTR, penampilan mengajar dapat diputar kembali, sehingga pihak yang
berlatih dapat mengamati penampilannya. Dengan cara ini pula, pihak yang berlatih dapat menganalisis
penampilannya bersama observer dan fasilitator.

H. Kendala Pelaksanaan Micro Teaching

Sebaik apapun tujuan micro teaching, dalam pelaksanaannya akan ada kendala. namun begitu, kendala
tersebut tidak kemudian menyurutkan semangat belajar. Sebaiknya ia semangat belajar. Sebaliknya ia
berkreasi dan berinovasi. Secara global, kendala yang terjadi dalam pelaksanaan micro teaching sebagai
berikut :

Keterbatasan fasilitas-fasilitas sangat penting untuk menunjang keberhasilan sebuah program,


khususnya micro teaching. Misalnya, ruang laboratorium, peralatan audio visual, dan lain-lain. Tanpa
fasilitas tersebut, micro teaching tidak akan maksimal dan efektif.

Siswa kuarng interaktif segala sesuatu yang baru, tentu terasa asing bagi siapapun. Demikian juga yang
terjadi pada saat micro teaching. Perubahan ini mungkin membuat suasan belajar sebagian murid tidak
nyaman, akhirnya mereka memilih dian dan pasif.

Kurangnya kerjasama , kerjasama merupakan prasyarat mutalak dalam meraih kesuksesan dalam hal
micro teaching. Namun dalam pelaksanaanya sulit dilakukan kerja sama. Egoisme dan individualisme
harus di nbuang jauh-jauh. Visi dan misi bersama dalam satuan kolektivitas dan kohesivitas akan
menumbuhkan saling pengertian, dan saling memiliki satu dengan yang lain tanpa ada kecurigaan.

Kurangnya pendanaan Aspek dana sering kali menjadi kendala serius dalam pelaksaan micro teaching.
Tidak adanya fasilitas dan lain sebagainya, adalah karena minimnya dana.
I. Hubungan Micro Teaching Dengan Pusat Sumber Belajar

Micro teaching adalah suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan, micro
teaching juga termasuk dalam pusat sumber belajar karena termasuk dalam kriteria sumber belajar
seperti:

Ekonomis dan murah

Hendaknya dalam memilih sumber belajar mempertimbangkan segi ekonomis dalam arti relatif murah,
yakni secara nominal uang atau biaya yang dikeluarkan hanya sedikit.

Praktis dan sederhana

Praktis artinya tidak memerlukan pelayanan dan pengadaan sampingan yang sulit dan langka. Sederhana
artinya tidak memerlukan pelayanan khusus yang mensyaratkan keterampilan yang rumit dan kompleks.

Bersifat fleksibel (luwes)

Artinya bahwa sumber belajar ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksionl dan dapat
dipertahankan dalam berbagai situasi dan pengaruh.

Komponen-komponen sesuai dengan tujuan

Dapat membantu efisien dan kemudian pencapaian tujuan pengajaran/belajar.

Memiliki nilai positif bagi proses/aktivitas pengajaran khususnya peserta didik.

Sesuai dengan interaksi dan strategi pengajaran yang telah dirancang/sedang dilaksanakan.[8]

Beberapa hal yang perlu dupayakan untuk mengembangkan sumber belajar dalam pembelajaran micro
teaching antara lain: bisa memahami lingkungan yang kondusif, menciptakan iklim pembelajaraan yang
demokratis, mengembangkan sikap empati dan merasakan apa yang dirasakan peserta didik, membantu
peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapi, melibatkan peserta didik secara
optimal dalam pembelajaran baik secara fisik maupun emosional, merespon setiap perilaku peserta
didik secara positif menghindari respon yang negatif menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan
disiplin dalam pembelajaran.[9] (Mulyasa, 2005)
Pola komunikasi dalam belajar kelompok, meenurut Derek Rowntere dalam bukunya Educational
Technologi in Curriculum Development (1982), menyajikan pola komunikasi secara umum ditetapkan
dalam belajar yaitu pola :

Buzz sessions (diskusi singkat) adalah kamampuan yang diperoleh peserta didik untuk didiskusikan
singkat sambil jalan. Sumber belajar yang digunakan adalah materi yang diguanakan sebelumnya.

Conrollet discussion (diskusi dibawah control guru), sumber belajarnya antara lain adalah baab dari
suatu buku, materi dari program audio visual, atau masalah dalam praktek laboratorium.

Tutorial adalah belajar dengan guru pembimbing, sumber belajarnya adalah masalah yang ditemui
dalam belajar, harian, bentuknya ddapat bab dari buku, topic masalah dan tujuan instruksional tertentu.

Team project (tim proyek) adalah suatu pendekatan kerjasama antar anggota kelompok dengan cara
mengenai suatu proyek oleh tim.

Simulasi (persentasi untuk menggambarkan keadaan sesungguhnya).

Micro teaching (proyek pembelajaran yang direkam dengan video).

Self helf group (kelompok swamandiri).

PENUTUP

Kesimpulan

Microteacing merupakan prosedur yang sistematis, artinya pelaitah guru melalui microteacing
dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu yang sudah ada di buku.Tujuan micro teaching,
tujuan umum dan tujuan khusus. Karakteristik micro teaching, Seluruh komponen keterampilan dasar
mengajar, Penyederhanaan situasi dan kondisi latihan, Penyederhanaan situasi dan kondisi. Asas dan
prinsip micro teaching Asas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah, dasar. Jadi dasar dari
pengajaran micro dapat disimpulkan bahwa untuk menyederhanakan pendidikan.

Fungsi micro teaching, Memberikan pengalaman mengajar dalam keterampilan dasar mengaja,
Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam-macam keterampilan dasar
mengajar. Dan Adapun manfaat microteaching sebagai sumber belajar, Keterampilan mengajar,
Perbaikan atau penyempurnan, Latihan penguasaan keterapilan mengajar, Saat latihan berlangsung,
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

Tahapan dan prosedur micro teaching ada enam sebagai berikut: Memahami teori keterampilan
mengajar, Mendiskusikan prinsip. Mempraktikan keterampilan mengajar, Direkam dengan video dan
diputar ulang sebagai bahan masukan terhadap keterampilan yang sudah dipelajar, Pengajaran micro
ada kaitannya dengan praktik di lapangan dengan situasi yang sesungguhnya. Adapun Kendala
pelaksanaan micro teaching Keterbatasan fasilitas-fasilitas, Siswa kuarng interaktif, Kurangnya
kerjasamaa, Kurangnya. Hubungan micro teaching dengan pusat sumber belajar (PSB), sangat
berhubungan karena Micro teaching adalah suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau
disederhanakan, micro teaching juga termasuk dalam pusat sumber

DAFTAR PUSTAKA

Barnawi, & Arifin, M. (2016). Microteaching Teori dan Praktek Pembelajaran . Jogjkarta: Ar-Ruzz Media.

FIP-Upi, T. P. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. tk, 156.

Helmiati. (2003). Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar . Yogjakarta: Aswaja Presido.

Mulyasa. (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nusibad, L. (2018). Proses Pembelajaran Microteaching. Jakarta: Rineka Cipta.

Rohani, A. (2010). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Supardi. (2014). Kinerja Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

[1] Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 8


[2] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 185-186

[3]Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-Upi, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. (Jakarta: Grasindo, 2007),
hal. 156-157

[4] Helmiati. Micro Teaching Melatih Keteranpilan Dasar Mengajar. (Yogjakarta: Aswaja Pressido. 2013).
Hal. 26

[5] Barnawi dan M. Arifin, Microteaching: Teori dan Praktik Pengajaran yang efektif dan kreatif,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016).

[6] Laila nusibad, Proses Pembelajaran Micro teaching, (Jakarta: Rineka Cipta, 2018), hal. 61

[7] Laila nusibad, Proses Pembelajaran Micro teaching,,,, Ibid, hal. 66

[8] Ahmad Rohani, Ibid, hal.190

[9] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005).

Anda mungkin juga menyukai