Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pengertian, fungsi dan tujuan dari pembelajaran Micro Teaching serta memahami 10
kompetensi guru, 8 keterampilan dasar mengajar dan 4 kompetensi pendidik. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Micro Teaching.
Makalah ini berbicara mengenai Pengertian, fungsi dan tujuan dari pembelajaran Micro
Teaching serta memahami komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam kompetensi
dan keterampilan guru. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber
baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang
ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau
kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian micro teaching
2.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Guru atau pendidik yang baik adalah, mereka yang berhasil membawa peserta didik
mencapai tujuan dan hasil yang baik sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam suatu
pendidikan. Untuk mencapai efektifitas suatu pembelajaran, tentunya dibutuhkan seorang
guru profesional yang betul-betul memahami tentang bagaimana melaksanakan suatu
pembelajaran dengan baik, serta memiliki ketrampilan (skill) dasar mengajar yang baik
sebelum melaksankan tugas sebagai seorang pendidik atau guru .
Keprofesionalisme seorang pendidik dapat diperoleh dari pelatihan serta pengalaman belajar.
Pelatihan dan pengalaman itu sendiri dapat diperoleh antara lain dengan mengikuti
pembelajaran micro (micro teaching).
Pembelajaran micro memiliki tujuan untuk membekali para calon pendidik (guru)
agar memiliki beberapa keterampilan dasar dalam mengajar, serta dapat mendalami makna
dan strategi yang akan digunakan pada suatu proses pembelajaran. Tenaga pendidik (guru)
tentunya harus terus berlatih keterampilan tersebut satu demi satu.
Oleh karena itu, pembelajaran mikro sangat dibutuhkan oleh seorang calon tenaga
pendidik (guru) dalam bentuk peer teaching dengan harapan agar para calon pendidik
sekalius dapat menjadi pengamat bagi teman sesama calon pendidik, untuk saling
memberikan koreksi dan masukan mengenai penguasaan keterampilan dasar mengajar yang
dimilikinya.
1. Rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas,
sempit dan teaching berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro teaching adalah
redaksi yang berbeda-beda namun mempunyai subtansi makna yang sama. Berikut
pengertian micro teaching menurut para ahli:
1. Menurut cooper and Allen(1971), pengajaran mikro (microteaching) merupakan
salahsatubentukmodelpraktekkependidikanataupelatihanmengajar.
2. Menurut Jensen (dalam Yatiman ,1999), pengajaran Micro sebagai suatu
sistem yang memungkinkan seorang calon guru mengembangkan ketrampilannya dalam
menerapkan teknik mengajar tertentu.
1. Mc. Laughlin dan Moulton (1975) yang menjelaskan bahwa microteaching is as
performance training method to isolate the component parts of the teaching process,
so that the trainee can master each component one by one in a simplified teaching
situation (pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu pendekatan atau model
pembelajaran untuk melatih penampilan/ keterampilan mengajar guru melalui bagian
demi bagian dari setiap keterampilan dasar)
2.
Jumlah murid
Jumlah murid pada suatu pembelajaran mikro tentu berbeda dengan jumlah murid pada
system pembelajaran makro. Dalam pembelajaran mikro, jumlah murid disederhanakan atau
diperkecil menjadi 5-10 orang.
2)
Alokasi waktu
Demikian juga dengan waktu mengajar. Dalam pembelajaran makro (real teaching), waktu
mengajar berkisar dari 45-90 menit, namun pada pembelajaran mikro waktu mengajar
disederhakan atau diperpendek menjadi 5-10 menit.
3)
Materi/bahan ajar
Materi atau bahan ajar dalam pembelajaran mikro hanya mencakup 1-2 aspek yang telah
disederhanakan.
1. Tujuan micro teaching
Tujuan pengajaran micro teaching dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan micro teaching menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Rostiyah, tujuan micro teaching adalah untuk mempersiapkan calon guru
menghadapi pekerjaan sepenuhnya dimuka kelas dengan memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap sebagai seorang guru professional.
2. Dwight Allen mengemukakan, bahwa tujuan pembelajaran mikro adalah:
Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar
mengajar secara terpisah.
Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun
kekelas yang sebenarnya.
Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai beberapa keterampilan
dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga
calon guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisen dan menarik.
Bagi guru
Memberikan penyegaran dalam program pendidikan.
Untuk menjadi seorang tenaga pendidik (guru) yang professional, tentunya guru harus
memiliki keterampilan dasar mengajar, guna tercapainya suatu proses pembelajaran yang
efektif, efisien dan menarik. Ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki
oleh seorang pendidik (guru), yaitu:
1. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Membuka pelajaran merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan oleh seorang guru,
sebelum memasuki materi atau inti dari sebuah pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik (siswa) untuk mengikuti proses pembelajaran yang meliputi,
mental peserta didik, menciptakan suasana komunikatif antara pendidik (guru) dengan
peserta didik, dan menimbulkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan dipelajari.
Aktivitas awal yang dilakukan oleh seorang pendidik (guru), serta kalimat-kalimat pembuka
yang diucapkan guru adalah faktor utama dalam menentukan keberhasilan jalannya seluruh
proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan proses
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan maksimal. Tujuan pembelajaran dapat tercapai
tergantung pada strategi pengajaran yang disiapkan guru pada awal pembelajaran.
Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru tidak
berhasil memfokuskan perhatian dan minat siswa pada pelajaran. Oleh karena itu, hal-hal
yang perlu dilakukan oleh seorang guru pada awal pembelajaran adalah, menciptakan suasana
agar siswa secara mental, fisik, pshikis, dan emosional terpusat pada kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara cara-cara sebagai
berikut:
1)
Pada awal proses pembelajaran, pikiran siswa belum dapat terfokus dengan baik pada materi
dan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena masih banyak aktifitas-aktifitas diluar
kelas yang megganggu perhatian siswa.
Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, seorang guru haru mampu menetapkan titik
hubungan antara siswa itu sendiri dengan materi yang akan disampaikan, guru harus mampu
membangkitkan semangat dan keaktifan belajara siswa, guru harus dapat menghubungkan
antara materi yang akan disampaikan dengan minat dan kebutuhan siswa.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam memfokuskan perhatian dan
membangkitkan minat siswa:
o Mengaitkan materi dengan berita-berita terkini
o Menyampaikan cerita
o Menggunakan alat bantu/media
o Memvariasikan gaya mengajar
o Menyinggung tentang tugas-tugas yang dilakukan siswa
o Mengandaikan persoalan
2)
Menimbulkan motivasi
Guru harus menunjukan sikap yang ramah, antusias, bersahabat dan penuh keakraban dengan
peserta didiknya.
o Menimbulkan rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu siswa dapat distimulus dengan menunjukkan gambar, mendemonstrasikan
sesuatu, menceritakan sesuatu kejadian yang berkaitan dengan materi yang akan
disampaikan.
o Mengemukakan ide yang bertentangan
Seorang pendidik harus bisa mengutarakan pendapat atau ide-ide yang bertentangan serta
mengutarakan probelema-problema atau situasi yang berbeda dengan dengan kenyataan
sehari-hari.
3)
Memberi acuan
Memberi acuan merupakan usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian
alternative yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal
yang akan dipelajari dan cara yang akan hendak ditempuh dalam mempelajari materi
pembelajaran. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan guru adalah:
o Menjelaaskan tujuan pembelajaran
o Menyampaikan garis besar pembelajaran
o Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
4)
Pelaarn dalam pertemuan sebelumnya harus diulang secara ringkas untuk dikaitkan dengan
pelajaran yang baru. Contoh usaha guru dalam mengaitkan adalah:
o Meninjau kembali sampai sejauh mana siswa dapat memahami pelajaran yang sudah
dipelajari sebelumnya.
o Membandingkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan
disampaikan.
Sedangkan keterampilan dalam menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru
untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pembelajaran adalah swbagai berikut:
Melakukan tinjauan kembali pada materi yang telah disampaikan, dengan cara
membuat rangkuman atau ringkasan mengenai materi yang telah dijelaskan.
Mengadakan evaluasi seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang telah
disampaikan dengan cara menyuruh siswa untuk, mendemonstrasikan keterampilan yang
telah dipahaminya, menerapkan ide-ide baru pada situais lain, mengekspresikan pendapat
sendiri, dan guru dapat memberikan soal-soal tertulis dalam bentuk uraian.
Memberikan tindak lanjut yaitu dalam bentuk, pekerjaan rumah, merancang sesuatu
atau berkunjung kesuatu tempat.
2. KETERAMPILAN MENJELASKAN
Dalam kaitan dengan kegiatan belajar mengajar- mengajar, menjelaskan berarti
mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis,
sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Keterampilan dalam menjelaskan materi
atau bahan ajar pada proses pembelajaran sangat dibutuhkan oleh seorang pendidik (guru),
karena betapapun pandainya seorang guru dalam menguasai suatu materi, akan sia-sia saja
apabila ia kurang atau tidak mampu menguasai keterampilan menjelaskan bahan pelajaran
yang dikuasainya.
Tujuan dari menjelaskan adalah:
-
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam memberikan suatu penjelasan,
yaitu:
Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan
keperluan.
-
Penjelasan yang diberikan sesuai degan kemampuan dan latar belakang siswa.
3. KETERAMPILAN BERTANYA
Dalam sebuah proses pembelajaran, bertanya memiliki peranan utama dalam meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu membuat
pertanyaan yang baik dan bermutu.
Tujuan bertanya dalam suatu kegiatan pembelajran, bukan saja hanya untuk mengetahui
tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa, tetapi yang lebih pentinga adalah, dapat
mendorong siswa untuk ikut berpastisipasi aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Keterampilan bertanya meliputi 2 bagian yaitu, keterampilan bertanya dasar dan keterampilan
bertanya lanjutan.
a)
Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa kemampuan dasar yang perlu diterapkan
dalam mengajukan segala jenis pertanyaan.
Keterampilan bertanya dasar memilik beberapa komponen, yaitu:
Pemindahan giliran. Satu pertanyaan yang kompleks dapat dijawab oleh beberapa
murid, sehingga semua aktif untuk memikirkan pertanyaan yang diberikan.
Pemberian tuntunan. Jika pertanyaan guru tidak dapat dijawab oleh murid, guru
hendaknya memberikan tuntunan.
b)
Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari
tingkat yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang tinggi, seperti memahami,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
Variasi dalam gaya mengajar, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
1. Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil
2. .Memusatkan perhatian
3. Membuat kesenyapan sejenak
4. Mengadakan kontak pandang
5. Variasi gerakan badan dan mimik, dan
6. Mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau ke belakang kelas.
Variasi dalam penggunaan dalam media dan bahan pelajaran, yang meliputi:
1. Variasi alat dan bahan yang bisa dilihat
2. Variasi alat dan bahan yang dapat didengar, serta
3. Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi
Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan,
sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi,
latihan, atau demonstrasi.
Tujuan dan manfaat mengadakan variasi adalah:
Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi dan aktifitas
pembelajaran.
-
Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai akibat dari kegiatan yang bersifat
rutinitas
Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan
investigasi dan eksplorasi.
Penguatan verbal
Berupa komentar yang berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan, dorongan yang
dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa.
-
Penguatan non-verbal
1. Penguatan berupa mimic dan gerakan badan
2. Penguatan dengan cara mendekati
3. Penguatan dengan sentuhan
4. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
5. Penguatan berupa symbol atau benda
6. KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
7. KETERAMPILAN
PERSEORANGAN
MENGAJAR
KELOMPOK
KECIL
DAN
Keterampilan mengorganisasi
Memimpin diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman
atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Ada 6 keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam memimpin diskusi
kelompok kecil, yaitu:
-
Menutup diskusi
1. Empat kompetensi pendidik
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Adapaun kompetensi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi pedagogik guru
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Depdiknas (2004:9)
menyebut kompetensi ini dengan kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi
Menyusun Rencana Pembelajaran menurut Joni (1984:12), adalah kemampuan
merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan:
a)
b)
c)
d)
e)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
2. Kompetensi kepribadian
Menurut Sumardi, kompetensi kepribadian adalah sifat-sifat unggul seseorang, seperti sifat
ulet, tangguh, atau tabah dalam menghadapi tantangan atau kesulitan, dan cepat bangkit
apabila mengalami kegagalan, memiliki etos belajar, dan etos kerja yang tinggi.
Didalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
pada penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b dijelaskna bahwa yang dimaksu dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi social
4. Kompetensi professional
Yang dimaksud dengan kompetensi social adalah kemampuan penguasaan materi secara
menyeluruh atau luas dan mendalam.
Kompetensi professional yang harus dimiliki oleh seseorang diantaranya:
-
Fungsi pencegahan adalah, fungsi yang berkaitan dengan upaya pembimbing (guru)
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi, dan berupaya untuk
mencegah supaya masalah itu tidak tidak dialami oleh siswa.
Fungsi pengembangan yaitu, pembimbing berupaya mencipakan lingkungan yang
kondusif, atau menfasilitasi perkembangan siswa.
Fungsi perbaiakan yaitu, pembimbing (guru) berusaha memberikan bantuan kepada
siswa yang sedang mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar,
maupun kariernya.
Fungsi advokasi yakni membantu individu (siswa) menjaga agar situasi dan kondisi
semula
tidak
baik
(mengundang masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan), itu kembali menjadi tidak
baik (menimbulkan masalah kembali, seperti para pecandu narkoba, kemudian diusahakan
penyembuhannya, supaya penyakitnya tidak kambuh lagi maka perlu diberikan bimbingan
secara berkala.
Agar tersusun dan terlaksananya suatu system pengelolaan komponen instrumental dan
proses pendidikan yang meliputi komponen siswa, pegawai, guru, saran/prasarana,
organisasi, pembiayaan, tatausaha dan hubungan sekolah dengan masyarakat, hingga
tercapainya tujuan pendidikan.
-
Administrasi pendidikan mengarah kepada pencapaian tujuan institutional setiap jenis dan
jenjang serta program pendidikan.
-
serat peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta betanggung jawab.
7. Keterampilan dalam pengembangan media dan sumber pembelajaran
Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan
media sebagai berikut:
1. Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media.
2. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana.
3. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.
4. Menggunakan buku pegangan atau buku sumber.
5. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
6. Menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman lapangan.
metode yang dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain juga akan memengaruhi
keberhasilan interaksi belajar mengajar tersebut.
1. Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pengajaran.
Di samping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka
pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan
mengembangkan proses belajar-mengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat
memancing baik siswa maupun guru untuk terus dapat menjawab. Dengan demikian, akan
menambah wawasan bagi guru dalam upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang
dinamis.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Mengajar merupakan aktivitas yang kompleks yang mengandung unsur teknologi, ilmu seni,
dan pilihan nilai. Aktivitas mengajar memerlukan kompetensi profesional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Guru memiliki peranan penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Berhasilnya suatu proses
belajar sangat bergantung pada kompetensi-kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru.
Oleh karena itu, untuk menjadi seoarang guru yang profesional, para calon pendidik (guru)
perlu berlatih terus menerus, antara lain melalui Micro Teaching.
Melalui micro teaching, para calon pendidik (guru) dapat:
1. Mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum terjun kekelas yang sebenarnya
2. Menguasai beberapa keterampilan dasar mengajar dan memahami kapan dan
bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga calaon guru mampu menciptakan
proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik
3. Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar
mengajar secara terpisah.
4. Memberikan pemahaman mengenai 4 kompetensi pendidik seta 10 kompetensi guru
yang harus dimiliki oleh seorang calon pendidik.
1. SARAN
Dalam dunia pendidikan masih banyak pendidik atau guru-guru yang belum memahami dan
mengerti pentingnya kompetensi atau keterampilan dalam mengajar. Mereka hanya berpikir
bahwa mengajar adalah hal yang biasa-biasa saja, hal ini membuat banyak para pendidik atau
guru gagal dalam menghasilkan output-output yang berkualitas.
Disamping itu juga, kurangnya keterampilan atau kompetensi yang dimiliki oleh seorang
guru, menjadi factor utama kegagalan mereka untuk menjadi seorang guru yang profesional.
MICRO TEACHING DALAM KEGIATAN DIKLAT GURU
Abstract
A. Pendahuluan
Guru adalah pendidik profesional. Hal ini dinyatakan dalam Undangundang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 1
dinyatakan: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Dari bunyi pasal 1 tersebut dapat dipahami
bahwa ada tujuh tugas pokok guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Untuk bisa
melaksanakan tugas tersebut guru dituntut untuk memiliki empat kompetensi
yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
Kompetensi guru harus terus ditingkatkan untuk merespon kebutuhan
peningkatan kualitas pendidikan nasional. Kualitas pendidikan nasional salah
satu pilarnya adalah kualitas guru sebagai ujung tombak pendidikan. Kualitas
guru
akan
menentukan
kualitas
proses
pembelajaran
yang
selanjutnya
mata
diklat
inti
tersebut,
observasi
lapangan
masih
1. Pengertian Micro-Teaching
Bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua hal yang sederhana
micro
merupakan
ciri
utamanya
dan
berusaha
untuk
serta
membatasi
ketrampilan,
perhataian
dapat
sepenuhnya
2.
3.
Menanamkan rasa percaya pada diri dan bersifat terbuka dengan kritik
orang lain
4.
5.
6.
Mengenal
kelemahan-kelemahan
dan
keliruankeliruan
dalam
8.
9.
10. Memungkinkan banyak orang yang dapat mengikuti proses belajar dan
tidak tentu waktunya.
11. Merupakan medan untuk mencobakan sistem atau metode baru untuk
diteliti sebelum dikembangkan.
2.
3.
Ketrampilan bertanya
4.
Ketrampilan menerangkan
5.
6.
7.
8.
9.
Ketrampilan penjajagan/assesment.
10.
2)
3)
4)
5)
2)
Ada perubahan
4)
5)
c.
Keterampilan bertanya
1)
2)
3)
4)
5)
6)
d. Keterampilan menerangkan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
2)
3)
4)
2)
Ada kecocokan antara metode yang dipilih dengan materi pelajaran dan
situasi kelas.
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Informasi
"
Pengarahan
"
9)
Mendengarkan
"
Mengamati
"
Menjawab
"
Bertanya
"
Mencoba
2)
3)
4)
5)
6)
h. Keterampilan penjajagan/assesment
1)
2)
3)
4)
5)
2)
3)
4)
2.
2)
2.
3.
6. Persiapan Penyelenggaraan
Dalam mempersiapkan penyelenggaraan micro teaching kita harus
menetapkan.
1)
2)
3)
akan
mengadakan
observasi dan
5)
6)
7)
Follow up.
C. PENUTUP
Dilihat dari tujuan dan orgensinya, micro-teaching dapat dilaksanakan
dalam kegiatan diklat guru baik dalam kegiatan diklat reguler maupun diklat di
tempat
kerja
(DDTK).
Hal
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
sejauhmana
Daftar Pustaka
Cooper and Allen, 1971. Basic Teaching Skills. London: Oxford University Press.
Iskandar, 2009. Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.
Latief, 2008. Belajar dan Pembelajaran. STKIP PGRI Banjarmas
mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses mengajar, sehingga guru (calon guru) dapat
menguasasi setiap komponen satu persatu dalam situasi mengajar yang disederhanakan.[2]
Sukirman mengatakan micro teaching adalah sebuah pembelajaran dengan salah satu
pendekatan atau cara untuk melatih penampilan mengajar yang dilakukan secara micro atau
disederhanakan.[3] Penyederhanaan disini terkait dengan setiap komponen pembelajaran,
misalnya dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis keterampilan dasar mengajar yang
dilatihkan, penggunaan metode dan media pembelajaran, dan unsur-unsur pembelajaran
lainnya.
Selanjutnya Hamalik mengatakan pengajaran mikro merupakan teknik baru dan menjadi
bagian dalam pembaruan. Penggunaan pengajaran mikro dalam rangka mengembangkan
keterampilan mengajar calon guru atau sebagai usaha peningkatan, adalah suatu cara baru
terutama dalam sistem pendidikan guru di negera kita.[4] Sedangkan Sardiman mengatakan
micro teaching adalah meningkatkan performance yang menyangkut keterampilan dalam
mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar mengajar.[5]
Memahami dua pendapat ini pengajaran mikro pada dasarnya merupakan suatu metode
pembelajaran berdasarkan performa yang tekniknya dilakukan dengan cara melatihkan
komponen-komponen kompetensi dasar mengajar dalam proses pembelajaran, sehingga calon
guru benar-benar mampu menguasai setiap komponen satu persatu atau beberapa komponen
secara terpadu dalam situasi pembelajaran yang disederhanakan.
Dengan demikian, dalam micro teaching bagian sangat penting adalah praktik mengajar
sebagai bentuk nyata ditampilkannya kompetensi yang telah dibekalkan kepada calon
pendidik. Pada umumnya praktik micro teaching dilakukan dengan model peer-teaching
(pembelajaran bersama teman sejawat), karena model ini fleksibel dilaksanakan sebelum
melakukan real-teaching dalam kelas yang sesungguhnya. Dalam micro teaching calon
pendidik dapat berlatih unjuk kebolehan dengan kompetensi dasar mengajar secara terbatas
dan secara terpadu dari beberapa kompetensi dasar mengajar dengan kompetensi (tujuan),
materi, peserta didik, dan waktu yang relatif dibatasi (dimikrokan).
Dari uraian-uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pengertian micro teaching dalam
penelitian ini merupakan sarana latihan untuk berani tampil menghadapi kelas dengan peserta
didik yang beraneka ragam karakternya, mengendalikan emosi, ritme pembicaraan,
mengelola kelas agar kondusif untuk proses transfer ilmu, dan lain-lain, praktik micro
teaching dilakukan sampai calon pendidik dianggap sudah cukup memadai untuk diterjunkan
dalam praktik yang sesungguhnya.
2. Tujuan Micro Teaching
Setelah membahas dan memahami pengertian micro teaching di atas, dapat dirumuskan
tujuan secara umum dari micro teaching adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam
proses pembelajaran atau kemampuan profesional calon guru dan/atau meningkatkan
kemampuan tenaga kependidikan dalam berbagai keterampilan yang spesifik. Latihan praktek
mengajar dalam situasi laboratoris, maka melalui micro teaching, calon guru ataupun guru
dapat berlatih berbagai ketrampilan mengajar dalam keadaan terkontrol untuk meningkatkan
kompetensinya.
Sardiman mengatakan tujuan dari pembelajaran mikro adalah membekali calon guru sebelum
sungguh-sungguh terjun ke sekolah tempat latihan praktek kependidikan untuk praktek
mengajar.[6] Sedangkan menurut Dwight Allen dalam Moedjiono, tujuan pembelajaran mikro
adalah:
a. Bagi siswa calon guru
Pertama, memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan
dasar mengajar secara terpisah. Kedua, calon guru dapat mengembangkan keterampilan
mengajarnya sebelum mereka terjun ke kelas yang sebenarnya. Dan ketiga, memberikan
kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacammacam keterampilan dasar
mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan.
b. Bagi guru
Pertama, memberikan penyegaran dalam program pendidikan. Kedua, guru mendapatkan
pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual demi perkembangan profesinya. Dan
ketiga, mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang berlangsung di
pranatan pendidikan.[7]
Sebagaimana teori sebelumnya, pengajaran mikro bukan hanya untuk calon guru saja tapi
juga digunakan untuk guru yang telah mengajar di sekolah-sekolah. Tujuannya pun berbedabeda, sebagaimana penjelasan Hartono dengan mengelompokkan tujuan pengajaran mikro
yakni tujuan pengajaran mikro untuk calon guru dan tujuan untuk para guru:
a.
Tujuan yang berkaitan dengan mahasiswa calon guru, yaitu Pertama, memberi latihan
sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah dan latihan pengalaman mengajar yang
nyata; Kedua, memberi kesempatan calon guru mengembangkan keterampilan mengajar dan
bimbingan sebelum mereka tampil di kelas yang sebenarnya; Ketiga, memberikan
kesempatan calon guru untuk mendapatkan latihan keterampilan mengajar dan berlatih kapan
harus menerapkannya.
b.
Tujuan yang berkaitan dengan guru, yaitu Pertama, memberikan penyegaran
keterampilan dasar mengajar; Kedua, memberikan kesempatan menambah pengalaman
terbimbing untuk penigkatan dan pengembangan profesinya; dan Ketiga, mengembangkan
sikap terbuka bagi guru terhadap tanggapan/ kritik atas kekurangannya dan pembaharuan
yang berkembang di dunia pendidikan.[8]
Dari pendapat ini, penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran mikro untuk
memberikan kesempatan kepada mahasiswa (calon guru) untuk berlatih mempraktikkan
beberapa keterampilan dasar mengajar di depan temantemannya dalam suasana yang
constructive, supportive, dan bersahabat sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan
dan kemampuan (performance) yang terintegrasi untuk bekal praktik mengajar sesungguhnya
di sekolah/ institusi pendidikan.
c.
Fungsi Micro Teaching
Dari berbagai literature yang penulis temukan bahwa fungsi micro teaching secara umum
penulis simpulkan bahwa Microteaching berupaya untuk membina calon guru/tenaga
kependidikan melalui keterampilan kognitif, psikomotorik, reaktif dan interaktif. Dalam
perannya micro teaching berfungsi sebagai:
a.
Fungsi Intruksional
Pada fungsi ini micro teaching sebagai penyedia fasilitas praktik/latihan bagi calon
guru/tenaga kependidikan untuk berlatih dan/atau memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan pembelajaran, yang pada hakikatnya merupakan latihan penerapan pengetahuan
metode dan teknik mengajar dan/atau ilmu keguruan yang telah dipelajari secara teoritik.
Hal ini sebagaimana Hamalik mengatakan bahwa pengajaran mikro berfungsi sebagai praktek
keguruan, baik dalam pre-service maupun in-sevice.[9] Dengan demikian fungsi intruksional
bagi calon guru sebagai tempat mengasah kompetensi dan keterampilan mengajar.
b.
Fungsi Pembinaan
Fungsi selanjutnya yaitu sebagai tempat pembinaan dan pembekalan para calon guru sebelum
terjun ke lapangan (pengajaran sebenarnya). Sardiman mengatakan bahwa micro teaching