Anda di halaman 1dari 9

PENGERTIAN PEMBELAJARAN MICRO

A. Pengertian Pembelajaran Micro


Pembelajaran micro dapat diartikan sebagai cara latihan keterampilan keguruan atau
praktik mengajar dalam lingkup kecil/terbatas. Mc. Knight (1979) mengemukakanMicro
Teaching has been described as scaled down teaching encounter desingned to develop new
skill and refine old ones.
Sementara Mc. Laughlin & Moulton, mendefinisiakan bahwa micro teaching is a
performance training method desingned to isolate the component part of teaching process, so
that the trainee can master each component one by one in a simlified teacching situation.
Mc Knight (1971) mengemukakan bahwa micro theaching adalah a scalled own
teaching encounter desingned to develop new skills and refine ones
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran micro sebuah model
pengajaran yang dikecilkan atau disebut juga dengan real teaching. (Allen and Ryan 1969).
Jumlah pesertanya berkisar antara 5 sampai 10 orang, ruang kelasnya terbatas, waktu
pelaksanaannya berkisar antara 10 dan 15 menit, terfokus pada keterampilan mengajar
tertentu, dan pokok bahasanya disederhanakan.

B. Tujuan Pembelajaran Micro


Tujuan diselenggarakan pembelajaran micro menurut T. Gilarso bahwa tujuan
pembelajaran micro terbagi dua, tujuan umum melatih kemampuan dan keterampilan dasar
keguruan. Tujuan khusus, untuk melatih calon guru untuk terampil dalam membuat desain
pembelajaran, mendapatkan profesi keguruan, menumbuhkan rasa percaya diri.
Dwight Allen, mengatakan bahwa tujuan micro teaching bagi calon guru adalah: (1)
memberikan pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar
mengajar, (2) calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka
terjun kelapangan, (3) memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan
bermacam-macam keterampilan dasar mengajar. Sedangkam bagi guru memberikan
penyegaran dalam program pendidikan, dan mendapat pengalaman mengajar yang bersifat
individual untuk mengembangkam profesi, serta mengembangkan sikap terbuka bagi guru
terhadap pembaruan.
Dengan demikian, tujuan pembelajaran micro teaching adalah melatih calon guru
agar memiliki keterampilan dasar dan khusus dalam proses pembelajaran.
Sasaran akhir yang akan dicapai dalam pembelajaran micro teaching adalah
terbinanya calon guru memiliki pengetahuan tentang proses pembelajaran, dan terampil
dalam proses pembelajaran, serta memiliki sikap dan perilaku yang baik sebagai seorang
guru.
Sedangkan fungsi pembelajaran micro adalah selain sebagai sarana latihan dalam
mempraktikkan keterampilan mengajar, dan juga syarat bagi mahasiswa yang akan mengikuti
Praktik Mengajar di Lapangan. (PPL II).

C. Manfaat Pembelajaran Micro


Dengan bekal micro teaching terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil, antara
lain:
1. Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu calon guru dalam mengajar.
2. Keterampilan mengajar terkontrol dan dapat dilatihkan.
3. Perbaikan atau penyempurnaan secara cepat dapat dicermati.
4. Latihan penguasaan keterampilan mengajar lebih baik.
5. Saat latihan berlangsung calon guru dapat memusatkan perhatian secara objektif.
6. Menuntut dikembangkan pola observasi yang sistematis dan objektif.
7. Mempertinggi efisiensi dan efektivitas penggunaan sekolah dalam waktu praktik mengajar
yang relatif singkat.

D. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and Closure)


Komponen pertama dalam mengajar adalah keterampilan membuka dan menutup
pelajaran. Dalam keterampilan membuka pelajaran guru harus memberikan pengantar atau
memberikan pengarahan terhadap materi yang akan diajarkan pada peserta didik agar siap
mental dan tertarik untuk mengikutinya. Strategi membuka dan menutup pelajaran (set
induction and clouser) sebenarnya merupakan gabungan antara dua macam keterampilan
mengajar yang perlu dilihat dalam pengajaran micro.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam istilah lain dikenal dengan set
inductio, yang artinya usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran untuk menciptakan prokondisi bagi peserta didik agar agar mental maupun
perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan
memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Dengan kata lain, kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian
peserta didik dapat terpusat pada hal-hal yang akan atau sedang dipelajari.
Keterampilan membuka pelajaran merupakan kunci dari seluruh proses
pembelajaran yang harus dilaluinya. Sebab jika seorang pada awal pembelajaran tidak
mampu menarik perhatian peserta didik, maka proses tujuan pembelajaran tidak akan tercapai
dengan baik. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal
pelajaran, tetapi juga pada setiap awal kegiatan inti pelajaran. Ini dapat dilakukan dengan
cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian peserta didik, memberi
acuan, dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang akan dikuasai oleh peserta didik
dengan bahan yang akan diajarkan.
Inti persoalan membuka pelajaran terkait dengan usaha guru dalam menarik
perhatian siswa, memotivasi, memberi acuan tentang tujuan, pokok persoalan yang akan
dibahas, rencana kerja serta pembagian waktu, mengaitkan [pelajaran yang telah dipelajarai
dengan topik baru, menanggapi situasi kelas. Wardani (1984) mengemukakan bahwa inti
keterampilan membuka adalah menyiapkan mental murid agar mereka siap memasuki
persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat dan perhatian siswa apa yang
akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Sedang keterampilan menutup pelajaran merupakan keterampilan merangkum inti
pelajaran pada akhir kegiatan belajar. Kegiatan ini cukup berarti bagi siswa, namun banyak
guru tidak sempat melakukan atau mungkin sengaja tidak dilakukan.
Menutup pelajaran (clossure) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar pendidikan menyatakan bahwa
kemajuan hasil hasil belajar paling besar terjadi pada akhir pelajaran dengan cara
memberikan suatu ringkasan pokok-pokok materi yang sudah dibicarakan. Kegiatan menutup
pelajaran dilakukan bukan di akhir jam pelajaran, akan tetapi pada setiap akhir pokok
pembahasan selama satu jam pelajaran.
Inti kegiatan menutup pelajaran adalah:
1. Merangkum atau meringkas inti pokok pelajaran.
2. Mengonsolidasikan perhatian peserta didik pada masalah pokok pembahasan agar
informasi yang diterimanya dapat membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap
pelajaran selanjutnya.
3. Mengorganisasikan semua pelajaran yang telah dipelajari sehingga memerlukan
kebutuhan yang berarti dalam memahami materi pelajaran.
Pendapat Setuju Dan Tidak Beserta Alasannya
I. Pendahuluan.
Sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah/ madrasah di Indonesia
mulai tingkat SD/MI sampai SMA/Aliyah, bahkan sampai Perguruan Tinggi yang merupakan
mata pelajaran/mata kuliah pokok dan mendasar, IPS memerlukan sebuah strategi
pengembangan. Hal ini sangat perlu karena kompetensi dasar dari mata pelajaran IPS pada
ujungnya adalah mempersiapkan para pembelajar menjadi warga negara yang baik, dalam arti
taat terhadap Undang-undang dan peraturan negara.
Strategi dimaksud disini adalah usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus
dengan menggunakan berbagai teknik, cara ataupun metode untuk mencapai suatu tujuan.
Pengembangan berarti perluasan, pertumbuhan, semakin bertambah dari segi kualitas
maupun kuantitas.
Pembelajaran merupakan suatu istilah yakni proses terjadinya suatu interaksi positif
antara peserta pembelajaran, dalam hal ini guru dan peserta didik, dengan sumber-sumber
atau bahan ajar.
Dengan demikian, Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS adalah usaha-usaha
yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan terus menerus dengan berbagai teknik dan
metode untuk mengembangkan proses interaksi positif antara peserta pembelajaran dan
sumber-sumber belajar pada mata pelajaran IPS. Untuk mengembangkan materi IPS, terlebih
dahulu harus mengenal karakteristik IPS yang berbeda dengan karakteristik materi Ilmu
Pengetahuan Alam ( Sains ) maupun Matematika. Meskipun IPS tidak dapat terlepas dari
mata pelajaran eksakta tersebut. Salah satu karakteristik IPS adalah humaniora yakni
berhubungan dengan sifat-sifat kemanusiaan yang pada praktiknya selalu berkembang dan
mengalami perubahan. Untuk itu pengembangan pembelajaran IPS harus memperhatikan
faktor-faktor geografi, ekonomi dan lingkungan kehidupan sosial dimana pembelajaran IPS
tersebut dilakukan.

II. Uraian
IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial ) merupakan integrasi dari Ilmu-Ilmu Sosial yakni
geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, tata negara dan ilmu-ilmu sosial yang lain.
Kemudian dalam penyampaian materi di lembaga pendidikan disesuaikan menurut tingkat
dan jenjang peserta didik lembaga pendidikan tersebut, sehingga muncul integrasi IPS di
SD/MI, fusi dan korelasi IPS di SMP/ MTs dan Sparated Approach IPS pada tingkat SMA/
MA. Juga ISD dan IBD, Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi.
Pembahasan Pengembangan Pembelajaran IPS pada makalah ini hanya dibatasi pada
tingkat pendidikan sampai SMA secara umum dan terbatas pada proses interaksi belajar
mengajar secara formal. Adapun pengembangan secara menyeluruh yang meliputi
pengembangan metode pembelajaran, Pengembangan Media Pembelajaran, Pengembangan
Kurikulum maupun Pengembngan materi IPS dengan PAI akan disampaikan oleh pemakalah
yang lain.
1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS
Fungsi Pembelajaran IPS adalah memberikan kompetensi ilmu-ilmu sosial kepada
peserta didik sehingga dapat menginternaliasi kedalam kehidupan masyarakat sesuai tingkat
pemahaman mereka.Kompetensi tersebut berupa kompetensi ketrampilan intelektual,
kompetensi ketrampilan akademik dan kompetensi ketrampilan sosial.
Sebagai contoh, pelajaran geografi berfungsi memberikan kompetensi ( kemampuan )
para pembelajar untuk mengetahui struktur kehidupan sosial masyarakat di lingkungan
dimana mereka tinggal, mampu beradaptasi sesuai lingkungan geografinya tersebut sehingga
pada akhirnya dapat berperilaku dan bersikap sesuai kondisi lingkungannya tersebut. Seorang
yang lingkungan geografisnya pertanian mempunyai kompetensi cara menanam padi yang
benar, disamping ia juga mempunyai pengetahuan tentang teori perdagangan.
Tujuan Pembelajaran IPS adalah mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang baik. Tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut ;
a. Peserta didik memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya.
b.Peserta didik memahami konsep-konsep dan menggunakan metode-metode ilmu-ilmu
sosial untuk memecahkan masalah-masalah sosial
c.Peserta didik mampu menggunakan model-model proses berpikir dan dapat menentukan
kebijakan dan keputusan untuk memecahkan masalah yang sedang berkembang.
d.Peserta didik memiliki perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial yang sedang
berkembang sehingga mampu menganalisa secara kritis yang pada akhirnya dapat mengambil
tindakan yang tepat.

2. Karakteristik Pembelajaran IPS


Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa pengertia pembelajaran IPS adalah proses
interaksi positif antara pembelajar ( guru dan peserta didik ) dengan sumber dan bahan belajar
IPS sehingga pembelajaran IPS tidak hanya sekedar take and give antara guru dan murid
tetapi lebih luas yakni peserta didik mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk
mengembangkan potensinya dalam pembelajaran IPS sedangkan guru berposisi hanya sebagi
fasilitator dan motivator.
Sumber-sumber dan bahan belajar tidak hanya ceramah guru ataupun buku paket
yang menjadi buku pegangan guru, tetapi semua lingkungan yang mendukung proses
pembelajaran IPS. Hal ini dibuktikan dalam silabi tercantum strategi pembelajaran yang
meliputi tatap muka dan pengalaman belajar. Silabi tersebut perlu dilaksanakan karena
karakteristik masing-masing pelajaran berbeda-beda termasuk IPS.
IPS ( dalam hal ini termasuk kewarganegaraan ) sebagai salah satu pelajaran,
mempunyai karakter yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Istilah Pembelajaran IPS
bebeda dengan mata pelajaran IPS. Pembelajaran IPS menyangkut segala aspek yakni proses
belajar, mata pelajaran dan pembelajar ( dalam hal ini guru dan peserta didik ). Sehingga
yang muncul disini guru hanya mengarahkan sedangkan peserta didik yang menemukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan masalah sosial.
IPS terdiri dari Ilmu-Ilmu Sosial yang mempunyai karakter yang berbeda-beda
sehingga di dalam IPS akan muncul pendekatan-pendekatan yang berbeda-beda. IPS menjadi
sumber acuan kejadian masa lampau ( Sejarah, Antropologi ), data masa kini tentang
lingkungan dan ekonomi ( Geografi, Sosiologi, Ekonomi ), pustaka interaksi dalam
kehidupan masyarakat ( Sosiologi, Tata Negara, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti ) serta
futurologi ( Psikologi, Filsafat dan Agama ).
Dengan adanya perbedaan masing-masing sub pelajaran tersebut maka sistem
pembelajaran beserta pengembangannya tidak dapat disamaratakan agar tidak terjadi
tumpang tindih materi pembelajaran.

3. PEMBAHASAN
A. Pengempangan Pembelajaran Ips
IPS di SD/MI dibelajarkan secara integrasi, di SMP/MTs dengan fusi dan Korelasi
sedangkan di SMA/MA dengan Sparated Approach. Hal ini dilakukan menyesuaikan dengan
tingkat pemahaman peserta didik pada masing-masing jenjang pendidikan. Lebih jauh lagi,
Kurikulum 2004 pada SD/MI pelajaran IPS ( sekarang menjadi PS/PKN ) sudah mulai
diajarkan di Kelas I padahal Kurikulum sebelumnya IPS diajarkan mulai Kelas III. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik sudah mengenal bentuk bentuk interaksi sosial yang terjadi di
masyarakat sejak dini.
Disamping itu, dalam pembuatan Silabus Kurikulum 2004 pada kolom Strategi
pembelajaran mencakup 2 kegiatan pembelajaran yang meliputi tatap muka dan pengalaman
belajar.
Tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan
bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan peserta didik, seperti : ceramah, diskusi,
presentasi seminar di bawah bimbingan guru, ujuian blok, kuis, dan lain-lain.
Pengalaman Belajar adalah interaksi antara peserta didik dengan bahan ajar tanpa
dihadiri guru. Bentuk pengalaman belajar ini dapat berada di dalam kelas maupun di luar
kelas. Di dalam kelas misalnya peserta didik diberi tugas membaca di perpustakaan dan
selanjutnya diminta merangkum hasilnya, belajar peta buta bersama temannya, telaah
undang-undang, dan sebagainya.
Pengalaman belajar di luar kelas misalnya mengunjungi pusat pemerintahan ( Balai
Desa, Kantor Kecamatan, Kantor Kabupaten ), megunjungi sentral industri daerah kemudian
membuat laporan, dan lain-lain.

B. Bentuk-Bentuk Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS.


Pada dasarnya pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik meliputi pengalaman
kognitif, afektif dan psikomotorik Bentuk-bentuk yang merupakan Strategi Pengembangan
Pembelajaran IPS adalah :
a. Pembelajaran otentik (authentic instruction), yaitu pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik belajar dalam konteks yang bermakna, sehingga menguatkan ikatan pemikiran
dan ketrampilan memecahkan masalah-masalah penting dalam kehidupan di masyarakat
b. Pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry based learning), yaitu memaknakan strategi
pembelajaran dengan metode-metode pengetahuan alam, sehingga diperoleh pembelajaran
yang bermakna.
c. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu pendekatan pembelajaran
yang menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di sekelilingnya sebagai
konteks bsgi peserta didik untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, dan
untuk memperoleh konsep utama dari suatu mata pelajaran.
d. Pembelajaran layanan (service learning), yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan
layanan masyarakat dengan struktur lembaga pendidikan untuk merefleksikan layanan,
menekankan hubungan antara layanan yang dialami dan pembelajaran akademik di lembaga
pendidikan.
e. Pembelajaran berbasis kerja (work based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan konteks tempat kerja, dan membahas penerapan konsep mata pelajaran di
lapangan. Prinsip kegiatan pembelajaran di atas pada dasarnya adalah penekanan pada
penerapan konsep mata pelajaran di lapangan, dan menggunakan masalah-masalah lapangan
untuk dibahas di lembaga pendidikan.

4. Kesimpulan
Dengan uraian yang sudah dijelaskan di atas, akhirnya kita dapat menarik kesimpulan-
kesimpulan yang berhubungan dengan strategi pengembangan pembelajaran IPS yaitu :
1. Bahwa sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS yang ingin mempersiapkan anak didik
menjadi warga negara yang baik, maka pembelajaran IPS harus berintegrasi dengan
pembelajaran kewarganegaraan, budi pekerti, seni dan agama.
2. Pengembangan pembelajaran IPS harus mencakup kompetensi 3 ranah, agar
pembelajaran IPS dapat berfungsi dan mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
3. Bentuk-bentuk strategi yang dikembangkan dalam pembelajaran IPS harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup peserta didik sehingga pembelajaran IPS
tidak hanya sekedar verbalistik dan bersifat hafalan semata.

Demikian makalah yang telah kami sampaikan, selanjutnya kami mengharap kritik, saran
dan masukan dari siapa saja yang berkehendak menanggapi makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai