“RANGKUMAN MATERI”
OLEH :
A1B117030
KENDARI
2020
1. RUANG LINGKUP MIKRO TEACHING
a. Pengertian Pengajaran Mikro
Menurut cooper and Allen (1971), pengajaran mikro (microteaching) merupakan
salah satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar.
Menurut Jensen (dalam Yatiman , 1999), pengajaran Micro sebagai suatu sistem
yang memungkinkan seorang calon guru mengembangkan ketrampilannya dalam
menerapkan teknik mengajar tertentu.
Mc. Laughlin dan Moulton (1975) yang menjelaskan bahwa “microteaching is as
performance training method to isolate the component parts of the teaching
process, so that the trainee can master each component one by one in a simplified
teaching situation” (pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu pendekatan
atau model pembelajaran untuk melatih penampilan/ keterampilan mengajar guru
melalui bagian demi bagian dari setiap keterampilan dasar)
Perlberg (1984) menjelaskan bahwa “micro teaching is a laboratory training
procedure aimed at simplifyng the complexities of regular teaching-learning
processing” (pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah laboratorium
untuk lebih menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar
mengajar/pembelajaran).
Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro merupakan salah
satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar
yang di “mikro” kan untuk membentuk mengembangkan keterampilan mengajar.
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk me-
ngakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk
memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui
tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum kembali atau
menyuruh siswa membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran
yang baru diberikan. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup
pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada
akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran
itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak
mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan
yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan
menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum
mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka
dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru
untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan
menutup pelajaran.
a. Prinsip-prinsip penggunaan
Penerapan keterampilan membuka pelajaran pada awal suatu jam pelajaran atau
pada setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran, guru harus melakukan kegiatan
membuka pelajaran. Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran itu
meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan dan
membuat kaitan. Tiap komponen terdiri dari beberapa kelompok aspek dan kegiatan
yang saling berhubungan. Sebagai keterampilan maka sifatnya integratif dan ada
beberapa komponen yang tumpang tindih. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya
menurut Abimanyu (1985) adalah sebagai berikut:
d. Menarik perhatian siswa
Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik perhatian siswa, antara
lain seperti berikut:
Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema,
dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Alat-alat bantu mengajar selain dapat
menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan
terjadi kaitan antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari. Misalnya dalam mengajarkan simetri, guru membawa gambar-gambar
kupu-kupu, orang, cecak. Kemudian menunjukkan bangun-bangun datar yang akan
ditentukan sumbu simetrinya
Variasi pola interaksi guru siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa
mendengarkan, atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan
rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan
perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu, agar siswa dapat
tertarik perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi
dalam menyelenggarakan pembelajaran. Seperti misalnya guru memberi perintah
siswa mengerjakan perintah itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya, guru atau siswa yang lainya menjawab pertanyaan itu, siswa berinteraksi
dengan siswa lainnya dalam diskusi kelompok kecil (buzz-groups) atau dalam suatu
eksperimen, guru mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu siswa-
siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, atau guru menunnjukkan barang
yang bisa ditonton seperti model-model yang ada manfaatnya lalu siswa diminta
untuk melihatnya secara bergiliran baik secara kelompok atau sendiri-sendiri.
e. Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur membuka pelajaran adalah memilih secara hati-
hati hal-hal yang menjadi perhatian siswa. Hal-hal yang menjadi perhatian siswa itu
hendaknya dapat digunakan untuk menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi
itu, pembelajaran menjadi dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan
berbagai cara untuk menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk
menimbulkan motivasi, yaitu:
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap
yang demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong
tingkah laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas. Siswa akan timbul
motivasinya untuk belajar.
Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin
tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya ibu akan membunyikan jari ibu. Satu menit
berikutnya ibu akan membunyikan lagi. Kemudian membunyikan lagi dua menit
sesudah itu, lalu empat menit, delapan menit, enam belas menit dan seterusnya.
Setiap kali ibu melipatduakan menitnya. Berapa kali ibu akan membunyikan jari
tangan ibu selama satu jam. Cara-cara ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi
siswa.
Menjelang akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan,
guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus dilakukan agar
siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang
telah dipelajari. Menurut Abimanyu (1985) cara-cara yang dapat dilakukan guru
dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:
Meninjau Kembali
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan,
guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan telah dikuasai siswa.
Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti
pelajaran dan membuat ringkasan.
Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini terdapat sepanjang proses
pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai menjelaskan ciri-ciri bangun ruang
kubus, atau jika guru membuat kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang
ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh siswa, pada
saat menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat pembelajaran akan
diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk membuat rangkuman secara
lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa itu salah atau kurang sempurna,
guru harus membetulkan atau menyempurnakan rangkuman itu.
Membuat ringkasan
Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan pokok-pokok materi yang
diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain manfaat tersebut, dengan ringkasan itu
siswa yang tidak memiliki buku sumber atau siswa yang lambat belajar dapat
mempelajarinya kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru, dapat
pula dilakukan oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan dapat pula
dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama. Misalnya, setelah pelajaran statistika
tentang pengumpulan dan pengolahan data selesai, siswa diminta membuat
ringkasan cara mengolah data yang telah dikumpulkan siswa melalui percobaan.
Hasil diskusi tersebut ditulis di kertas lebar dan menempelkannya di dinding atau di
papan tulis serta mengemukakan hasil rumusan kelompok itu ke seluruh kelas untuk
memperoleh tanggapan.
3. KETERAMPILAN BERTANYA DALAM PEMBELAJARAN
a. Pengertian Keterampilan Bertanya
Mengajukan pertanyaan dengan baik adalah mengajar yang baik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya guru tidak berhasil menggunakan teknik bertanya
yang efektif. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan dengan
pendapat yang mengatakan “berpikir itu sendiri adalah bertanya’ . Bertanya merupakan
ucapan verbal yang meminta proses dari seseorang yang dikenai. Respons yang
diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan.Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berpikir.
Keterampilan bertanya, bagi seseorang guru merupakan keterampilan yang sangat
penting untuk dikuasai. Mengapa demikian? Sebab melalui keterampilan ini guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna. Dapat anda rasakan, pembelajaran
akan menjadi sangat membosankan, manakala selama berjam-jam guru menjelaskan
materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik sekedar pertanyaan pancingan,
atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir. Oleh karena itu dalam setiap proses
pembelajaran, model pembelajaran apapun yang digunakan bertanya merupakan
kegiatan yang selalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Menurut Wina Sanjaya dalam buku Pembelajaran dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (2005:157), pertanyaan yang baik, memiliki dampak
yang positif terhadap siswa, diantaranya:
Pemberian acuan
Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa karena
jawaban siswa benar atau belum memadai.
Penyebaran
Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah satu atau tidak dapat menjawab, guru hendaknya
memberikan tuntunan kepada siswa agar ia dapat menemukan sendiri jawaban
yang benar
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah yang lebih
tinggi dan kompleks guru hendaknya dapat mengatur pertanyaan yang diajukan
kepada siswa dari tingkat mengikat, kemudian pertanyaan
pemahaman,penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Usahakan agar jangan
memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau yang bolak-balik, misalnya
sudah sampai kepada pertanyaan analisis, kembali lagi kepada pertanyaan
ingatan, dan kemudian melonjak kepada pertanyaan evaluasi. Hal ini akan
mengakibatkan kebingungan kepada siswa dan partisipasi siswa dalam belajar
menurun.
Jika jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetaoi masih
dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut.
Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas
kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan
peranannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab
oleh seorang siswa. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera
menjawab, tetapi melotarkannya kembali kepada siswa lainnya
Untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap topik
Memfokuskan perhatian pada suatu konsep masalah tertentu
Mengembangkan belajar secara aktif
Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
kemampuan berfikir siswa.
g. Jenis-Jenis Pertanyaan yang harus dikuasai Guru
Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses
berpikir.
Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak tunggal, melainkan
lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta
daya kreasinya. Pertanyaan sintesis menuntut siswa untuk:
Ciri pertanyaan ini jawabannya mungkin lebih dari satu sebab pertanyaan
ini belum mempunyai jawaban yang spesifik sehingga masih diharapkan hasil
yang terbuka.
a. Pengertian Bertanya
Dari segi proses, kemauan bertanya akan muncul apabila sesorang memiliki motif
ingin tahu. Pemenuhan rasa ingin tahu memerlukan kondisi yang aman, sehingga tugas
gurulah yang harus menciptalan kondisi yang aman tersebut dengan cara menciptakan
iklim interaksi tanya jawab secara menyenangkan dalam pemeblajaran.
Pujian atau respons positif yang diberikan oleh guru atau siswa yang telah
menunjukan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, anak akan
merasakan bahwa perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi motivator
untuk terus berusaha menunjukan prestasi terbaiknya. Akan tetapi bagi yang menerima
pujian, apalagi bagi anak akan merasa senang karena apa yang ditunjukkannya
mendapat tempat dan merasa diakui. Anak butuh pengakuan terhaap sesuatu yang
dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap proses
pembelajaran.
Pengertian media pendidikan secara definitif, dalam hal ini para ahli memberikan
rumusan yang berbeda-beda, masing-masing mampunyai wawasan dasar dan
orientasiyang berlainan, namun demikian pada prinsipnya ada kesamaan pengertian
yang mendasar. Dan dari beberapa mereka dapat penulis ambil kesimpulan bahwa
media pendidikan atau pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengiriman dan sipenerima guna merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa sihinga terjadi dapat mendorong terjadinya
proses belajar. Sebagai pembawa (penyalur) pesan, media pengajaran tidak hanya
digunakan oleh guru, tetapi yang lebih penting dapat pula digunakan oleh siswa.
Media Grafis
Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan dalam bentuk
simbol-simbol komunikasi verbal.
Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disapaikan
melalui media audio dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal
maupun 4 non verbal.beberapa media yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok
media audio antara lain radio dan alat perekam pita magnetic,alat perekam pita
suara.
Media Projeksi
Media projeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis, dalam arti dapat
menyajikan rangsangan-rangsangan visual.
d. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam menentukan media pembelajaran yang akan dipakai dalam proses
belajar-mengajar, mula-mula seorang guru harus mempertimbangkan tujuan yang
ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada, serta memahami kemampuan dan
karakteristik media yang akan dipilihnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan media adalah:
tujuan instruksional yang ingin dicapai
karakteristik siswa
jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio atau visual),keadaan latar atau
lingkungan, dan gerak atau diam d. ketersediaan sumber setempat
apakah media siap pakai ataukah media rancang
kepraktisan dan ketahanan media g. efektivitas biaya dalam jangka panjang
e. Strategi Pemanfaatan
Supaya media dapat digunakan secara efektif dan efisien ada tiga langkah utama
yang perlu diikuti dalam menggunakan media yaitu:
Persiapan Sebelum Menggunakan Media
Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik, kita perlu membuat
persiapan yang baik pula.pertama-tama pelajari buku petunjuk yang telah
disediakan.kemudian kita ikuti petunjuk-petunjuk itu. Apabila pada petunjuk kita
disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar lainyang sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai,seyogyanya hal tersebut dilakukan. Hal tersebut akan
memudahkan kita dalam belajar dengan media itu.peralatan yang diperlukan untuk
menggunakan media itu juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Dengan demikian,
pada saat menggunakannya nanti, kita tidak akan diganggu dengan hal-hal yang
mengurangi kelancaran penggunaan media itu.jika media itu digunakan secara
berkelompok,sebaiknya tujuan yang akan dicapai dibicarakan terlebih dahulu
dengan semua anggota kelompok. Hal ini penting supaya perhatian dan pikiran
terarah ke hal yang sama.
Tentukan waktu, peralatan atau alat bantu yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
Kriteria keberhasilan hasil penilaian dapat dirinci secara detail dan mencakup
tiga rangkap yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
8. KETERAMPILAN MENGGUNAKAN GERAK, PENAMPILAN DAN
SELANG WAKTU DALAM PEMBELAJARAN
a. Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Aspek Materi
Pada aspek materi ini berhubungan erat dengan masalah bahan yang diajarkan
kepada sisiwa. Tentang bagaimana menarik perhatian siswa pada bahan yang baru,
bagaimana perhatian guru terhadap bahan yang sedang dibahas, bagaimana urutan
penyajian bahan, dan bagaimana menciptakan hubungan dalam rangka membahas
dan mengakhiri pembahasan.
o Interes
Interes adalah usaha guru untuk menarik atau memebawa perhatian siswa pada
materi pelajaran yang baru. Seorang yang memasuki situasi yang baru secara
mendadak sering timbul kejutan atau tekanan psikologis karena situasi yang lama
masih membayangi pikiran atau perasaannya. Situasi tersebut tercipta oleh
komponen-komponen interaksi edukatif berupa tujuan, bahan, metode, sarana
evaluasi, guru dan murid.
o Titik Pusat
Titik pusat adalah suatu uraian yang dikemukakan dan dijelaskan oleh guru
benar-benar terpusat pada bahasan yang sedang digarap bersama. Guru sering
tergiring ke arah pembicaraan di luar permasalahan pokok karena hadirnya
pertanyaan siswa yang tidak relevan dengan bahasan. Guru yang tidak siap dalam
mengajar biasanya akan bercerita tentang banyak hal di luar pokok pembahasan.
o Rantai Kognitif
Rantai kognitif adalah urutan-urutan atau sistematika dalam penyampaian bahan
pelajaran. Ini dapat dilihat pada persiapan mengajar (PPSI) atau diketahui pada
waktu guru menyampaikan pelajaran. Adakalanya pada persiapan sistematika sudah
baik tetapi pada waktu menyampaikan tidak sesuai atau dengan kata lain rantai
kognitufnya rusak atau jelek. Agar rantai kognitif yang sudah tersusun baik di
dalam persiapan dapat tersampaikan dengan baik pula kepada siswa, maka dapat
ditempuh dengan cara mempersiapkan skema atau bagan tentang hahan pelajaran
yang akan disampaikan dan akan digunakan sebahgai bahan belajar.
o Kontak
Yang dimaksud dengan kontak dalam hal ini menyangkut hubungan batiniyah
antara guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan yang sedang dibahas
bersama. Guru yang kurang menguasai bahan dan tidak berwibawa dapat pula
menjadi penyebab tidak terciptanya kontak yang baik. Faktor lain yang mungkin
dapat menjadi penyebab adalah sikap guru. Guru yang otoriter akan memberikan
pengaruh pada suasana kelas sehingga terasa mencekam. Sebalikanya guru yang
bersikap permisif juga tidak baik. Suasana kelas menjadi sangat ricuh dan tidak
terkontrol.
b. Penutup
Penutup dalam hal ini merupakan cara guru dalam mengakhiri penjelasan atau
pembahasan suatu pokok bahasan. Penutup yang lengkap berupa ringkasan,
kesimpulan dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menguji tentang pencapaian
tujuan yang rasional. Menurut hasil penelitian yang dilakuakan oleh para pakar
pendidikan menyatakan bahwa kemajuan hasil belajar paling besar terjadi pada
akhir pelajaran dengan cara memberikan suatu ringkasan pokok materi yang sudah
dibicarakan. Kegiatan menutup pelajaran dilakukan bukan di akhir jam pelajaran,
akan tetapi pada setiap akhir pokok pembahasan selama satu jam pelajaran.
Pada waktu menjelaskan posisi berdiri hendaknya di tengah dan tidak terlalu
dekat dengan deretan kursi terdepan, sehingga semua siswa dapat melihat dan
mendengar dengan baik. Ketika guru menulis di papan tulissedapat mungkin
diusahakan agar gerakan tangan dapat terlihat oleh siswa. Demikian pula pada
waktu menunjuk gambar, bagan,petak atau media yang lain hendaknya diusahakan
agar semua siswa dapat melihat dengan jelas.
d. Suara
Yang termasuk dalam pengertian suara ini ialah kekuatan atau kekerasan,lagu
bicara (intonasi), tekanan bicara dan kelancaran bicara.
Kekuatan atau kekerasan
Suara yang terlalu keras dan memekakkan telinga justru sulit untuk ditangkap isi
atau arah pembicaraannya. Di samping itu kesan yang diterima sisiwa ialah bahwa
gurunya adalah seorang yang kecam.
Lagu bicara mempunyai pengaruh pula pada daya tangkap siswa terhadap
pembicaraan guru. Lagu bicara yang datar (monoton) akan membosankan siswa,
sehingga siswa cepat lelah dalam mendengarkan. Lagu bicara yang seakan-akan
guru sedang dalam keadaan marah hendaknya juga dihindari karena siswanya akan
dicekam oleh rasa ketakutan. Tekanan bicara hendaknya diberikan pada hal-hal
yang penting misalnya dalam peneyebutan defenisi,istilah,nama,rumus, dan kata-
kata asing dengan ucapan pelan-pelan dan jelas dengan volume suara yang cukup.
Kelancaran berbicara patut pula diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang
besar pada daya tangkap siswa.
Titik Perhatian
Yang dimaksud dengan titik perhatian disini ialah pengamatan guru terhadap
masing-masing siswa selama interaksi belajar mengajar berlangsung. Perilaku
negatif yang mungkin terjadi pada siswa selama interaksi berlangsung antara lain
ialah:
Waktu Selang
Yang dimaksu waktu selang adalah tenggang waktu antara suatu
ucapan/pembicaraan dengan ucapan/pembicaraan berikutnya, atau dari suatu
kegiatan dengan kegiatan selanjutnya. Ucapan yang dapat beruntun tanpa ada
tenggang waktu menjadi sulit untuk diketahui ujung pangkalnya, apalagi untuk
menangkap isinya.
Menanggapi siswa
Tanggapan siswa terhadap interaksi belajar mengajar yang sedang berlangsung
dapat berkembang dalam tiga kemungkinan yaitu menerima, acuh tak acuh dan
menolak. Kedua yang terakhir sama buruknya terhadap proses dan hasil belajar,
meskipun sebabnya mungkin berasal dari guru sendiri.
Menggunakan waktu
Menggunakan waktu dalam hal ini adalah ketepatan guru dalam mengalokasikan
waktu yang tersedia dalam suatu interaksi belajr mengajar. Kesulitan yang dialami
guru pada waktu interaksi diantaranya ialah dalam hal penggunaan waktu yang
tersedia dari membuka pelajaran sampai dengan menutup pelajaran. Ada tiga tahap
mendapatkan perhatian yaitu:
o Membuka pelajaran
o Menggarap bahan atau membahas
o Menutup pelajaran.
Adapun hal-hal yang membutuhkan waktu pada tahap kedua antara lain:
Apabila guru salah atau keliru dalam mengadakan variasi yang dilakukannya,
maka peserta didik juga akan salah penafsirannya dari pesan yang ingin
disampaikan oleh guru.
Apabila guru berlebih-lebihan dalam mengadakan variasi, maka pelajaran akan
tergangu dan tujuan pembelajaran pun tidak dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
Tidak semua siswa dapat menerima variasi yang diberikan oleh guru, sehingga
kadang siswa malah binggung dengan adanya variasi.
10. KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN
a. Pengertian Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses kegiatan yang berlansung secara
terkontrol dan teratur, dengan beberapa orang saling bertatap muka digabung menjadi
satu kelompok atau kelompok kecil yang saling berinteraksi mengungkapkan pemikiran
masing-masing. Diadakannya diskusi kelompok kecil, agar peserta didik dapat saling
bertukar informasi ataupun pengalaman, sehingga peserta didik mampu menyelesaikan
atau memecahkan suatu masalah.
b. Tujuan Diskusi
Adapun tujuan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu :
Agar peserta didik dapat memberi dan menerima informasi baru maupun
pengalaman dalam memecahkan suatu masalah.
Agar peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk
berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain.
Melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan penggambilan keputusan.
c. Manfaat Diskusi Bagi Peserta Didik
Kegiatan diskusi sering dilakukan dalam pembelajaran ketika membahas suatu
permasalahan atau topik dan mewajibkan peserta didik dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Dilakukannya diskusi untuk melatih peserta didik mengungkapkan
pendapatnya, saling berbagi informasi untuk memperoleh kesimpulan bersama.
Adapun manfaat diskusi bagi peserta didik, sebagai berikut :
Anggota kelompok heterogen, kelompok yang terdiri dari peserta didik yang
berbeda-beda kemampuan, dari yang kemampuan akademisnya tinggi,sedang
hingga yang berkemampuan kurang.
Anggota mampu mengatasi masalah tersebut setelah menyadari dan memahami
potensi serta kelemahan dan potensi untuk mengatasi masalah yang dibahas.
Masalah yang dibahas mengakibatkan timbulnya berbagai jawaban yang
berbeda-beda.
Tiap anggota bertanggung jawab memberikan sumbangan untuk mencapai
tujuan kelompok.
Dalam kegiatan kelompok terjadi proses pertukaran pendapat.
f. Peran Pendidik Dalam Memimpin Diskusi
Koordinator belajar, pendidik dapat mengkoordinir segala sesuatu yang dapat
meningkatkan kemajuan belajar peserta didik.
Fasilitator, pendidik dapat membantu mengelola suatu proses pertukaran
informasi dalam suatu kelompok dan membantu bagaimana diskusi
berlangsung.
Perencana tugas bersama, pendidik yang merencanakan tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik.
Katalisator adalah penghubung antar informasi dengh
11. KETERAMPILAN MENGOLAH KELAS DALAM PEMBELAJARAN
a. Mengelola Kelas
Memperlihatkan sikap yang tanggap dengan melihat secara jeli dan seksama,
mendekatkan diri, memberikan sebuah pernyataan, atau memberi reaksi terhadap
gangguan kelas.
Membagi perhatian secara visual dan verbal.
Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut
tanggungjawab siswa.
Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatan
atau ocehan, serta membuat aturan.
Memberikan penguatan seperlunya.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Modifikasi tingkah laku. Dalam strategi ini, hal pokok yang harus dikuasai
seorang guru adalah mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan
cara memberikan contoh, bimbingan dan meningkatkan munculnya tingkah laku
siswa yang baik dengan memberikan penguatan.
Pengelolaan/ proses kelompok. Dalam strategi ini kelompok dimanfaatkan
dalam memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul, terutama
melalui diskusi.
Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah. Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkahlaku yang
keliru merupakan gejala dari suatu permasalahan.
d. Prinsip Penggunaan Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut (Wardani, 2005) dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas
perlu diingat 6 prinsip, yaitu:
Apabila kita kaji lebih jauh pengertian evaluasi dengan kegiatan belajar dan
pembelajaran, maka pengertian yang didapat tidak jauh berbeda dengan pengertiannya
secara umum. Pengertian evaluasi belajar dan pembelajaran adalah proses untuk
menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan
penilaian dan/atau pengukuran belajar dan pembelajaran. Sedangkan pengertian
pengukuran dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses membandingkan
tingkat keberhasilan belajar dan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan yang telah
ditentukan secara kuantitatif. Pengertian belajar dan pembelajaran adalah proses
pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif.
Reliabilitas (Keterandalan)
Menurutu Arikunto, bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tetap.
Untuk mengetahui taraf reliabilitas dapat menggunakan suatu tes, seperti:
Teknik ulangan
Teknik ulangan dapat ditempuh dengan cara memberikan suatu tes pada
sekelompok anak. Kemudian dalam beberapa hari kedepan tes tersebut diberikan
lagi. Tetapi soal-soal tes tidak dibicarakan selama waktu antara itu. Selanjutnya skor
ulangan pertama dan kedua dikorelasikan. Besar kecilnya korelasi menunjukkan
reliabilitas dari tes tersebut.
Teknik ini menggunakan dua tes yang sama (tetapi tidak identik). Lalu tes ini
diberikan kepada sekelompok subjek tanpa rentang waktu. Kemudian kedua skor
yang diperoleh dikorelasikan. Besar kecilnya korelasi menunujukkan reliabilitas dari
tes tersebut.
Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada
kaitannya dengan instrumen evaluasi, baik dalam mempersiapkan, menggunakan,
mengolah hasil, menginterpretsi hasil maupun kemudahan-kemudahan dalam
penyimpanannya (Dimyati dan Mujiono, 1994: 184).
Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan siswa beserta faktor-faktor
penyebabnya sehingga dapat diberikan penanganan yang tepat.
Evaluasi pembelajaran berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran:
Evaluasi program pembelajaran. Evaluasi yang mencakup tujuan pembelajaran,
isi program pembelajaran, strategi pembelajaran, aspek-aspek program
pembelajaran yang lain.
Evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara proses
pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran, kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan kemampuan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Evaluasi hasil pembelajaran. Evaluasi yang mencakup tingkat kemampuan siswa
dalam menguasai tujuan pembelajaran.
Evaluasi berdasarkan objek
Evaluasi input. Evaluasi yang dilakukan terhadap siswa yang mencakup
kemampuasn siswa dalam pengusaan tujuan pembelajaran.
Evaluasi transformasi. Evaluasi terhadap unsur-unsur proses pembelajaran seperti
materi, media, metode pembelajaran dan lain-lain.
Evaluasi output. Evaluasi yang digunakan untuk mengukur ketercapaian hasil
pembelajaran.
o Soal uraian
Soal uraian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan respons peserta didik
atau kemampuan menguraikan langkah untuk memperoleh jawaban.
o Soal terbuka
Soal terbuka adalah soal yang mempunyai lebih dari satu jawaban yang benar
dan menuntut menemukan jawaban itu beserta syarat khususnya.
Ranah afektif
o Minat
Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi minat peserta didik
terhadap materi yang diberikan. Jika didapati minat seorang peserta didik
kurang, maka langkah selanjutnya mencari cara bagaimana meningkatkan minat
peserta didik tersebut. Lalu apabila minat peserta baik maka pendidik harus
mampu mempertahankan atau meningkatkan minat tersebut.
o Sikap
Tes ini digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran tertentu apakah positf, negatif, atau netral. Jika diketahui minat
peserta didik negatif atau netral, maka tugas seorang pendidik untuk mengubah
sikap tersebut menjadi positif.
Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik digunakan untuk mengukur keterampilan peserta didik
dalam melakukan kinerja tertentu. Bentuk tes dalam ranah psikomotorik adalah:
o Tes tertulis
o Tes identifikasi
o Tes simulasi
o Tes contoh kerja
h. Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran
Perencanaan
Sebelum melakukan evaluasi hendakanya kita menentukan dulu bagaimana
evaluasi yang akan kita lakukan. Misalnya dengan memilih tujuan evaluasi, jenis
evaluasi, pemilihan soal, dan lain-lain.
Pengumpulan data
Sebelum melakukan evaluasi kita harus mengumpulkan data tentang apa yang
kita butuhkan dalam melakukan evaluasi, supaya evaluasi yang kita lakukan
dapat berjalan dengan baik.
Penelitian data
Dalam langkah ini kita harus memilih dan menyaring data terlebih dahulu.
Penelitian ini digunakan untuk memisahkan data yang baik dan buruk untuk
memperjelas tentang gambaran dari individu yang kita evaluasi.
Pengolahan data
Pengoolahan data ini digunakan agar data yang kita peroleh dari individu dapat
lebih bermakna. Dapat membantu kita dalam mengetahui gambaran diri individu
atau seoarang murid yang sedang ita evaluasi.
Penafsiran data
Penafsiran data merupakan satu kesatuan dengan pengolahan data, dimana kita
akan memperoleh tafsir ketika kita mengolah data yang kita hadapi.