Anda di halaman 1dari 65

MICRO TEACHING (PPL-1)

“RANGKUMAN MATERI”

OLEH :

ALIF MUHAMAD SOFIAN

A1B117030

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
1. RUANG LINGKUP MIKRO TEACHING
a. Pengertian Pengajaran Mikro
 Menurut cooper and Allen (1971), pengajaran mikro (microteaching) merupakan
salah satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar.
 Menurut Jensen (dalam Yatiman , 1999), pengajaran Micro sebagai suatu sistem
yang memungkinkan seorang calon guru mengembangkan ketrampilannya dalam
menerapkan teknik mengajar tertentu.
 Mc. Laughlin dan Moulton (1975) yang menjelaskan bahwa “microteaching is as
performance training method to isolate the component parts of the teaching
process, so that the trainee can master each component one by one in a simplified
teaching situation” (pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu pendekatan
atau model pembelajaran untuk melatih penampilan/ keterampilan mengajar guru
melalui bagian demi bagian dari setiap keterampilan dasar)
 Perlberg (1984) menjelaskan bahwa “micro teaching is a laboratory training
procedure aimed at simplifyng the complexities of regular teaching-learning
processing” (pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah laboratorium
untuk lebih menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar
mengajar/pembelajaran).
 Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro merupakan salah
satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar
yang di “mikro” kan untuk membentuk mengembangkan keterampilan mengajar.

b. Prinsip Prinsip Mikro Teaching


Prinsip yang digunakan dalam evaluasi kegiatan Micro Teaching didasarkan
atas prinsip pengajaran yang berorientasi pada tujuan atau hasil, dimana penilaian
didasarkan atas hasil yang dapat dicapai oleh mahasiswa dalam melakukan kegiatan
Micro Teaching. Dalam kegiatan ini yang dinilai adalah dosen pembimbing/
supervisor guru pamong dan calon guru.

Kemampuan menampilkan keterampilan mengajar merupakan penilaian


dalam kegiatan Micro Teaching. Misalnya, menilai penampilan keterampilan dalam
mengantarkan pembelajaran. Keterampilan yang dimaksudkan adalah:
 Keterampilan menciptakan suasana belajar. Yaitu menciptakan suasana tenang,
aman, dan menunjukkan perhatian kepada guru.
 Keterampilan menimbulkan perhatian terhadap bahan pembelajaran yang
disajikan. Dimana mengajak pendengar untuk mendengarkan dan memahami
pembelajaran yang disajika
 Keterampilan menimbulkan bahan apersepsi Yaitu mengulang kembali bahan
yang diperlukan sebagai batu loncatan
2. MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mempersiapkan mental dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar
siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam
itu tidak saja harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap
penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Untuk
menyiapkan mental siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan
usaha-usaha dengan memberi acuan dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang
telah dikuasai siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari.
Siswa yang mentalnya siap untuk belajar adalah mereka yang telah mengetahui
tujuan pelajaran, mengetahui masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan,
mengetahui langkah-langkah kegiatan belajar yang akan dilakukan, dan mengetahui
batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran tersebut. Untuk
menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru
dapat melakukan usaha-usaha menimbulkan rasa ingin tahu, bersikap hangat dan
antusias, memvariasikan cara mengajarnya, menggunakan alat-alat bantu mengajar,
memvariasikan pola interaksi dalam kelas, dan sebagainya. Siswa yang perhatian
motivasinya telah timbul nampak asyik dalam melakukan tugas, semangat dan kualitas
responnya tinggi, ada pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dan cepat mereaksi
terhadap saran-saran guru. Kegiatan membuka pelajaran tidak mencakup urut-urutan
kegiatan rutin seperti menertibkan siswa, mengisi daftar hadir, menyampaikan
pengumuman, menyuruh menyiapkan alat-alat pelajaran dan buku-buku yang akan
dipakai dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan penyampaian materi
pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran ada kaitannya langsung dengan penyampaian
materi pelajaran.

Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk me-
ngakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk
memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui
tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum kembali atau
menyuruh siswa membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran
yang baru diberikan. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup
pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada
akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran
itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak
mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan
yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.

Namun demikian, dalam pembelajaran guru sering tidak melakukan usaha


membuka dan menutup pelajaran tersebut. Setelah melakukan tugas rutin seperti
menenangkan kelas, mengisi daftar hadir, menyuruh siswa menyiapkan alat-alat
pelajaran guru langsung saja masuk pada kegiatan inti pelajaran. Misalnya guru berkata:
“Anak-anak hari ini pak guru akan mengenalkan macam-macam bangun ruang, bangun
ruang adalah ...” Setelah pelajaran usai guru tidak melakukan usaha menutup pelajaran.
Ia langsung berkata: “Anak-anak waktunya sudah habis, pelajaran ini kita lanjutkan
besok. Selamat siang anak-anak. Selain itu, dalam inti pelajaran yang bermaksud
mengajarkan macam-macam bangun ruang dengan sifat-sifatnya, guru menerangkan
terus sampai selesai tanpa ada usaha merangkum ciri-ciri bangun ruang. Disamping itu,
guru juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran sebelum menerangkan
pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar demikian itu tidak memungkinkan mental
siswa siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-hal
yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran yang
diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, sukar dipahami, dan mereka akan
tidak berusaha keras untuk memahaminya.

Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan
menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum
mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka
dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru
untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan
menutup pelajaran.
a. Prinsip-prinsip penggunaan

Penggunaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran,


mempunyai pengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar. Pengaruh positif itu
antara lain:
 Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas yang
akan dikerjakan.
 Siswa mengetahui dengan pasti batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
 Siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang
mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari suatu mata pelajaran.
 Siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah
dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang masih asing
baginya.
 Siswa dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau
konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa, serta
 Siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran
itu, Sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar.
Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, ada prinsip-prinsip yang mendasari
penggunaan komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus
dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
b. Bermakna
Dalam usaha menarik perhatian atau memotivasi siswa guru hendaknya memilih
cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Cara atau usaha yang sifatnya dicari-
cari atau dibuat-buat hendaknya dihindarkan. Ceritera singkat atau lawakan yang tidak
ada hubungannya dengan pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi akan
gagal dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan pelajaran Berurutan dan
berkesinambungan
Aktivitas yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan dan merangkum
kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian dari kesatuan
yang utuh. Dalam mewujudkan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu
diusahakan suatu susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitannya
yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilki siswa.

c. Komponen-Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran

Penerapan keterampilan membuka pelajaran pada awal suatu jam pelajaran atau
pada setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran, guru harus melakukan kegiatan
membuka pelajaran. Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran itu
meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan dan
membuat kaitan. Tiap komponen terdiri dari beberapa kelompok aspek dan kegiatan
yang saling berhubungan. Sebagai keterampilan maka sifatnya integratif dan ada
beberapa komponen yang tumpang tindih. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya
menurut Abimanyu (1985) adalah sebagai berikut:
d. Menarik perhatian siswa

Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik perhatian siswa, antara
lain seperti berikut:

 Gaya mengajar guru.

Guru hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya agar dapat menimbulkan


perhatian siswa. Misalnya guru memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang
berbeda dari yang biasanya dia kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini ia
berdiri di tengah-tengah kelas sambil bertanya pada siswa tentang kegiatan siswa di
rumah yang mungkin ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Pada
kesempatan lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu bercerita
dengan ekspresi wajah yang meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa
bangga.

 Penggunaan alat bantu mengajar

Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema,
dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Alat-alat bantu mengajar selain dapat
menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan
terjadi kaitan antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari. Misalnya dalam mengajarkan simetri, guru membawa gambar-gambar
kupu-kupu, orang, cecak. Kemudian menunjukkan bangun-bangun datar yang akan
ditentukan sumbu simetrinya

 Pola interaksi yang bervariasi

Variasi pola interaksi guru siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa
mendengarkan, atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan
rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan
perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu, agar siswa dapat
tertarik perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi
dalam menyelenggarakan pembelajaran. Seperti misalnya guru memberi perintah
siswa mengerjakan perintah itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya, guru atau siswa yang lainya menjawab pertanyaan itu, siswa berinteraksi
dengan siswa lainnya dalam diskusi kelompok kecil (buzz-groups) atau dalam suatu
eksperimen, guru mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu siswa-
siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, atau guru menunnjukkan barang
yang bisa ditonton seperti model-model yang ada manfaatnya lalu siswa diminta
untuk melihatnya secara bergiliran baik secara kelompok atau sendiri-sendiri.

e. Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur membuka pelajaran adalah memilih secara hati-
hati hal-hal yang menjadi perhatian siswa. Hal-hal yang menjadi perhatian siswa itu
hendaknya dapat digunakan untuk menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi
itu, pembelajaran menjadi dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan
berbagai cara untuk menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk
menimbulkan motivasi, yaitu:

 Dengan kehangatan dan keantusiasan.

Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap
yang demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong
tingkah laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas. Siswa akan timbul
motivasinya untuk belajar.
  Dengan menimbulkan rasa ingin tahu

Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin
tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya ibu akan membunyikan jari ibu. Satu menit
berikutnya ibu akan membunyikan lagi. Kemudian membunyikan lagi dua menit
sesudah itu, lalu empat menit, delapan menit, enam belas menit dan seterusnya.
Setiap kali ibu melipatduakan menitnya. Berapa kali ibu akan membunyikan jari
tangan ibu selama satu jam. Cara-cara ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi
siswa.

 Mengemukakan ide yang bertentangan

Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide-ide yang


bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi-kondisi dari kenyataan
sehari-hari. Misalnya, guru mengajukan masalah sebagai berikut: “Balok merupakan
bangun dimensi tiga yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi, jadi balok termasuk
bangun ruang. Kerucut tidak mempunyai panjang dan lebar tetapi masih termasuk
bangun ruang. Mengapa?”

 Dengan memperhatikan minat siswa

Guru dapat menimbulkan motivasi siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik


pelajaran yang diminati siswa. Untuk memperhatikan minat siswa dalam
pembelajaran matematika dapat diberikan contoh sebagai berikut. Meminta siswa
membuat dugaan tentang ukuran suatu benda. Berapa kira-kira banyaknya air yang
dapat dimasukkan dalam suatu drum sampai penuh. Atau contoh lain, berapa kilo
berat uang logam sebanyak seratus rupiah. Contoh-contoh tersebut sangat menarik
minat siswa dalam mengikuti pelajaran.

f. Komponen-Komponen Keterampilan Menutup Pelajaran

Menjelang akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan,
guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus dilakukan agar
siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang
telah dipelajari. Menurut Abimanyu (1985) cara-cara yang dapat dilakukan guru
dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:

 Meninjau Kembali
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan,
guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan telah dikuasai siswa.
Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti
pelajaran dan membuat ringkasan.

 Merangkum inti pelajaran.

Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini terdapat sepanjang proses
pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai menjelaskan ciri-ciri bangun ruang
kubus, atau jika guru membuat kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang
ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh siswa, pada
saat menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat pembelajaran akan
diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk membuat rangkuman secara
lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa itu salah atau kurang sempurna,
guru harus membetulkan atau menyempurnakan rangkuman itu.

 Membuat ringkasan

Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan pokok-pokok materi yang
diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain manfaat tersebut, dengan ringkasan itu
siswa yang tidak memiliki buku sumber atau siswa yang lambat belajar dapat
mempelajarinya kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru, dapat
pula dilakukan oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan dapat pula
dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama. Misalnya, setelah pelajaran statistika
tentang pengumpulan dan pengolahan data selesai, siswa diminta membuat
ringkasan cara mengolah data yang telah dikumpulkan siswa melalui percobaan.
Hasil diskusi tersebut ditulis di kertas lebar dan menempelkannya di dinding atau di
papan tulis serta mengemukakan hasil rumusan kelompok itu ke seluruh kelas untuk
memperoleh tanggapan.
3. KETERAMPILAN BERTANYA DALAM PEMBELAJARAN
a. Pengertian Keterampilan Bertanya
Mengajukan pertanyaan dengan baik adalah mengajar yang baik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya guru tidak berhasil menggunakan teknik bertanya
yang efektif. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan dengan
pendapat yang mengatakan “berpikir itu sendiri adalah bertanya’ . Bertanya merupakan
ucapan verbal yang meminta proses dari seseorang yang dikenai. Respons yang
diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan.Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berpikir.
Keterampilan bertanya, bagi seseorang guru merupakan keterampilan yang sangat
penting untuk dikuasai. Mengapa demikian? Sebab melalui keterampilan ini guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna. Dapat anda rasakan, pembelajaran
akan menjadi sangat membosankan, manakala selama berjam-jam guru menjelaskan
materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik sekedar pertanyaan pancingan,
atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir. Oleh karena itu dalam setiap proses
pembelajaran, model pembelajaran apapun yang digunakan bertanya merupakan
kegiatan yang selalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Menurut  Wina Sanjaya dalam buku Pembelajaran dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (2005:157), pertanyaan yang baik, memiliki dampak
yang positif terhadap siswa, diantaranya:

 Dapat meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses pembelajaran.


 Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu sendiri
hakikatnya bertanya.
 Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa, serta menuntun siswa untuk
menentukan jawaban.
 Memusatkan siswa pada masalah yang dibahas.
b. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya

Berikut ini Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya sebagaimana


disampaikan Moh. User Usman dalam buku Menjadi Guru Professional  (2010:7-78),
sebagai berikut Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Dasar Komponen
keterampilan bertanya dasar, meiputi:

 Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat

Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan


menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf
perkembangannya.

 Pemberian acuan

Sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberikan acuan


yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban
yang diharapkan dengan siswa, contoh: Kita ketahui bahwa pasar adalah tempat
beremunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Coba kamu
sebutkan faktor penyebab lain yang mengakibatkan orang untuk berbelanja ke
pasar.

 Pemindahan giliran

Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa karena
jawaban siswa benar atau belum memadai.

 Penyebaran

Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya didalam pelajaran, guru perlu


menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.Ia hendaknya berusaha
semua siswa mendapat giliran secara merata. Perbedaannya dengan pemindahan
giliran adalah pemindahan giliran, beberapa siswa secara bergilir diminta
menjawab pertanyaan yang sama, sedangkan pada penyebaran, beberapa
pertnyaan yang berbeda, disebarkan giliran menjawabnya kepada siswa yang
berbeda pula.
 Pemberian waktu berpikir

Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi


waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang siswa
untuk menjawabnya

 Pemberian tuntunan

Bila siswa itu menjawab salah satu atau tidak dapat menjawab, guru hendaknya
memberikan tuntunan kepada siswa agar ia dapat menemukan sendiri jawaban
yang benar

c. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Lanjutan

Keterampilan bertanya lanjut dibentuk atas dasar penguasaan komponen-


komponen bertanya dasar.Oleh sebab itu, komponen bertanya dasar masih dipakai
dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut.

 Pengubahan tuntunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan

Pertanyaan yang dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang


berbeda-beda, dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi.
Oleh karena itu guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha
mengubah tuntunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat
mengikat kembali fakta-fakta ke berbagai tingkat kognitif lainnya yang lebih
tinggi seperti pemahaman, penerapan, analisis sintesis, dan evaluasi. Guru dapat
pula mengajukan pertanyaan pelacak (probing)

 Pengaturan urutan pertanyaan

Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah yang lebih
tinggi dan kompleks guru hendaknya dapat mengatur pertanyaan yang diajukan
kepada siswa dari tingkat mengikat, kemudian pertanyaan
pemahaman,penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Usahakan agar jangan
memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau yang bolak-balik, misalnya
sudah sampai kepada pertanyaan analisis, kembali lagi kepada pertanyaan
ingatan, dan kemudian melonjak kepada pertanyaan evaluasi. Hal ini akan
mengakibatkan kebingungan kepada siswa dan partisipasi siswa dalam belajar
menurun.

 Penggunaan pertanyaan pelacak

Jika jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetaoi masih
dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut.

 Peningkatan terjadinya interaksi

Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas
kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan
peranannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab
oleh seorang siswa. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera
menjawab, tetapi melotarkannya kembali kepada siswa lainnya

d. Prinsip-Prinsip Keterampilan Bertanya


 Menurut Moh. Uzer  Usman (2006:75) dalam buku Menjadi Guru Profesional
terbitan Remaja Rosda Karya , dasar-dasar  pertanyaan yang baik yang harus
diperhatikan, diantaranya:
 Menurut Rusman (2011:82) dalam buku  Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru terbitan Raja Grafindo Persada, Prinsip-
prinsip pokok keterampilan bertanya yang harus diperhatikan guru antara lain:
o Berikan pertanyaan secara hangat dan antusias kepada siswa di kelas.
o Berikan waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan.
o Berikan kesempatan kepada yang bersedia menjawab terlebih dahulu.
o Tunjuk  peserta  didik  untuk  menjawab  setelah  diberikan  waktu  untuk
berpikir.
o Berikan penghargaan atas jawaban yang diberikan.
e. Kebiasaan yang perlu di hindari dalam menggunakan Keterampilan Bertanya:
 Jangan mengulang-ulang pertanyaan apabila peserta didik tak mampu
menjawabnya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya perhatian dan
partisipasi.
 Jangan mengulang-ulang jawaban peserta didik.
 Jangan menjawwab sendiri pertanyaan yang di ajukan sebelum peserta didik
mermperoleh kesempatan untuk menjawabnya.
 Usahakan agar peserta didik tidak menjawab pertanyaan secara serempak, sebab
kita tidak mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab dengan benar dan siapa
yang salah.
 Menetukan siswa yang harus menjawab sebelum mengajukan pertanyaan. Oleh
karena itu, pertanyaan diajukan lebih terdahulu kepada seluruh siswa.Baru
kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawab.
 Pertanyaan ganda. Guru kadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda.
Menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
f. Tujuan Keterampilan Bertanya
 Mendorong anak berpikir untuk memecahkan suatu soal.
 Membangkitkan pengertian yang lama atau yang baru.
 Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran, dulu sering
bercorak pertanyaan ingatan, sebaiknya juga pertanyaan pikiran.
 Membangkitkan minat siswa untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk
mempelajarinya.
 Mendorong menggunakan pengetahuan dalam situasi-situasi lain

Menurut Syaiful  Bahri  Dzamarah (2000:107)  dalam  bukunya  yang  berjudul


“Guru dan  Anak  Didik  dalam  Interaksi  Edukatif”  terbitan Rineka Cipta, 
menjelaskan  tujuan keterampilan bertanya antara lain:

 Untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap topik
 Memfokuskan perhatian pada suatu konsep masalah tertentu
 Mengembangkan belajar secara aktif
 Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
 kemampuan berfikir siswa.
g. Jenis-Jenis Pertanyaan yang harus dikuasai Guru

Jenis-Jenis Pertanyaan yang harus dikuasai Guru dikelompokkan dalam tiga


jenis, yaitu a) jenis pertanyaan  menurut  maksudnya; b) Jenis-jenis pertanyaan
menurut Taksonomi Bloom, dan c) jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya
pertanyaan. Berikut ini penjelasan ketiga kelompok jenis pertanyaan tersebut yang
dikutip dari Hasibuan (2006:15-19) dalam buku Proses Belajar Mengajar, terbitan
Remaja Rosdakarya.

 Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya


o Pertanyaan  permintaan  (Compliance  question), 

Pertanyaan  yang mengharapkan  agar  orang  lain  mematuhi  perintah  yang 


diucapkan dalam bentuk pertanyaan.

o Pertanyaan Retorik (rhetorical question)

Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri 


oleh guru  karena  merupakan  teknik  penyampaian  informasi kepada siswa.

o Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)

Pertanyaan  yang  diajukan untuk  memberi  arah  kepada  siswa  dalam proses
berpikir.

o Pertanyaan menggali (probing question)

Pertanyaan  lanjutan  yang  akan  mendorong  siswa  untuk  lebih mendalami


jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.

 Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom


o Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question)
Pertanyaan  yang  hanya  mengharapkan  jawaban  yang  sifatnya  hafalan atau 
ingatan  siswa  terhadap  apa  yang  telah  dipelajarinya.  Kata-kata yang  sering 
digunakan  dalam  menyusun pertanyaan  pengetahuan  ini biasanya: apa, di
mana, kapan, siapa, sebutkan.
o Pertanyaan pemahaman (comprehension question)
Pertanyaan ini  menurut  siswa  untuk  menjawab  pertanyaan  dengan jalan 
mengorganisasi  informasi-informasi  yang  pernah  diterimanya dengan  kata-
kata  sendiri,  atau  menginterprestasikan  atau  membaca informasi  yang 
dilukiskan  melalui  grafik  atau  kurva  dengan  jalan membandingkan atau
membeda-bedakan.
o Pertanyaan penerapan (application question)

Pertanyaan  yang  menuntut  siswa  untuk  memberi  jawaban  tunggal dengan 


cara  menerapkan  pengetahuan,  informasi,  aturan-aturan, kriteria, dan lain-lain
yang pernah diterimanya.

o Pertanyaan analisis (analysis question)

Pertanyaan  yang  menuntut  siswa  untuk  menemukan  jawaban  dengan cara:

o Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan.


o Mencari  bukti-bukti  atau  kejadian-kejadian  yang  menunjang suatu
kesimpulan atau generalisasi.
o Menarik  kesimpulan  berdasarkan  informasi  yang  ada  atau membuat
generalisasi dari atau berdasarkan informasi yang ada.
 Pertanyaan sintesis (synthesis question)

Ciri  pertanyaan  ini  ialah  jawabannya  yang  benar  tidak  tunggal, melainkan 
lebih  dari  satu  dan  menghendaki  siswa  untuk mengembangkan  potensi  serta 
daya  kreasinya.  Pertanyaan  sintesis menuntut siswa untuk:

o Membuat ramalan atau prediksi:


o Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya:
o Mencari komunikasi:
 Pertanyaan evaluasi (evaluation question)
Pertanyaan  semacam  ini  menghendaki  ssiwa  untuk  menjawabnya dengan 
cara  memberikan penilaian  atau  pendapatnya  terhadap  suatu issue yang
ditampilkan.

 Jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya sasaran


o Pertanyaan sempit (narrow question)
Pertanyaan  ini  membutuhkan  jawaban  yang  tertutup,  dan  biasanya kunci
jawabannya telah tersedia.

- Pertanyaan sempit informasi langsung:


Pertanyaan  semacam  ini  menuntut  siswa  untuk  menghafal  atau mengingat
informasi yang ada.
- Pertanyaan sempit memusat:
Pertanyaan  ini  menurut  murid  agar  mengembangkan  ide  atau jawabannya
dengan cara menuntunnya menilai petunjuk tertentu.
o Pertanyaan luas (broad question)

Ciri  pertanyaan  ini  jawabannya  mungkin  lebih  dari  satu  sebab pertanyaan 
ini belum  mempunyai  jawaban  yang  spesifik  sehingga masih diharapkan hasil
yang terbuka.

- Pertanyaan luas terbuka (open-ended question): Pertanyaan  ini  memberikan 


kesempatan  kepada  siswa  untuk mencari jawabannya menurut cara dan
gayanya masing-masing.
- Pertanyaan luas menilai (evaluating question):
- Pertanyaan  ini  meminta  siswa  untuk  mengadakan  penelitian terhadap aspek
kognitif maupun sikap. Pertanyaan ini lebih efektif  bila guru menghendaki
siswa untuk:

Kemampuan Bertanya Siswa

a. Pengertian Bertanya

Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia  (1985: 1017) “


Bertanya merupakan proses meminta ketarangan atau penjelasan “.  Sedangkan menurut
Munandar ( 1988: 117 )  mengatakan bahwa : bertanya dapat diartikan sebagai
keinginan mencari informasi yang belum diketahui . Sehingga jika bertanya adanya
pada kondisi pembelajaran maka bertanya merupakan proses meminta ketarangan atau
penjelasan untuk mendapatkan informasi yang belum diketahui dalam pembelajaran
yang sedang berlangsung 
Sedangkan depdikbud (1994: 17) mengemukakan bahwa  bertanya timbul bila sesuatu
tidak jelas dan mendorong seseorang berusaha untuk memahaminya. Laksmi
(http//smpn2.sumnep.go.id) mengemukakan bahwa: pembelajaran siswa terletak pada
asumsi belajar akan berlanjut pada tingkat yang lebih tinggi atau suatu kompleksitas jika
siswa selalu bertanya.

Latar belakang budaya menyebabkan siswa tidak terbiasa mengajukan pertanyaan,


padahal pertanyaan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan
gagasan. Gagasan gagasan pada siswa akan muncul bila dalam proses belajar mengajar
dimana guru menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar dengan aman,
tentram dan nyaman.

Dari segi proses, kemauan bertanya akan muncul apabila sesorang memiliki motif 
ingin tahu. Pemenuhan rasa ingin tahu memerlukan kondisi yang aman, sehingga tugas
gurulah yang harus menciptalan kondisi yang aman tersebut dengan cara menciptakan
iklim interaksi tanya jawab secara menyenangkan dalam pemeblajaran.

b. Bentuk-bentuk Kemampuan Bertanya

Dalam kesehariannya kita selalu mengenal berbagai macam bentuk bertanya.


Dilihat dari jawaban yang diharakan ada dua macam bentuk bertanyan, yaitu bertanya
tingkat rendah dan bertanya tingkat tinggi. Bertanya tingkat rendah, biasanya hanya
ingin mengetahui sesuatu hal yang bersifar pengetahuan, misalnya menggunakan kata
tanya : apa, siapa, dimanakapan (Yuliana; 1998: 65).

Sedangkan Kemampuan bertanya tingkat tinggi diperlukan dalam membaca kritis,


ketika seseorang tidak hanya membatasi diri pada soal mengerti dan mengingat
keterangan yang ada, tetapi juga menilai bahan yang dibaca. Pada tahap kemampuan
bertanya siswa menggunakan pertanyaan tingkat tinggi. Dimana pertanyaan tersebut
berupa pertanya sintesa (synthesis Question) dan pertanyaan analisis (Analysis
Question) serta pertanyaan Evaluasi (Evaluation Qustion).

Pertanyaan analisis yaitu pertanyaan yang dapat menggali kemampuan untuk


memecahkan masalah, menguraikan, membuat diagram, membeda-bedakan,
memisahkan, mengidentifikasi, menggambarkan, menarik kesimpulan, membuat garis
besar, menunjukan, menghubungkan, memilih, memisahkan dan memerinci.
Pertanyaan  sintesa yaitu pertanyaan yang dapat menggali kemampuan
mengolong-golongkan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta, mencipta
rencana, merancang, menjelaskan, membangkitkkan, membuat modifikasi,
mengorganisir, merencanakan, menyusun kembali, mengkonstruksikan,
menghubungkan, mengorganisir kembali, menyempurnakan, menceritakan, menulis,
membaca, melaporkan, memilih, ikut serta, berkarya, dan mempelajari. Sedangkan
pertanyaan evaluasi dapat menggali kemampuan menilai, membandingklan,
menyimpulkan, mengkritik, memberikan, membedakan, menjelaskan,
mempertimbangkan kebenaran, menghubungkan, menyimpulkan, menyokong atau
mendukung.
4. KETERAMPILAN MENJELASKAN
a. Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Memberi penjelasan merupakan penyajian informasi yang dilakukan secara
sistematis untuk menunjukan adanya keterhubungan antara yang satu dengan yang
lainnya, misalnya antara sebab dengan akibatnya, dengan contoh atau dengan sesuatu
yang belum diketahui . Sehingga keterampilan menjelaskan adalah kemampuan yang
harus dimiliki guru sebagai teknik dasar dalam mengajar yang diorganisasikan secara
runtut atau sistematis agar menjadi rangkaian penjelasan yang berarti dan dapat
dipahami oleh peserta didik. Keterampilan menjelaskan ini sebagai penyampaian
informasi yang terencana dengan baik sebelumnya dan disajikan dengan serta urutan
yang cocok. Melalui penjelasan, siswa dapat memahami hubungan sebab akibat,
memahami prosedur, memahami prinsip, serta memahami analogi. Sedangkan pada
hasil belajar yang berupa “ingatan” atau hafalan diperoleh dari sebuah cerita atau
penjelasan. Beberapa alasan mengapa keterampilan menjelaskan perlu dikuasai, antara
lain:
 Pada umumnya interaksi komunikasi lisan di kelas didominasi oleh guru
 Sebagian besar kegiatan guru adalah informasi. Untuk itu efektivitas
pembicaraan perlu ditingatkan.
 Menjelaskan yang diberikan guru dan yang ada didalam buku, sebab dalam buku
sering kurang dipahami oleh peserta didik
 Informasi yang diperoleh siswa agak terbatas

b. Tujuan Keterampilan Menjelaskan


Tujuan penggunaan penjelasan dalam proses belajar menurut (Marno, 2008: 114),
adalah :

 Untuk membimbing pikiran peserta didik dalam memahami konsep, prinsip,


dalil, atau hukum-hukum yang menjadi bahan pelajaran.
 Untuk memperkuat struktur kognitif peserta didik yang berhubungan dengan
bahan pelajaran.
 Membantu peserta didik dalam memecahkan masalah.
 Membantu memudahkan peserta didik dalam mengasimilasi dan
mengakomodasikan konsep.
 Mengomunikasikan ide dan gagasan (pesan) kepada peserta didik.
 Melatih peserta didik mandiri dalam mengambil keputusan.
 Melatih peserta didik berpikir logis apabila penjelasan guru kurang sistematis.

c.  Prinsip-Prinsip Penggunaan Keterampilan Menjelaskan


Kegiatan menjelaskan ini bertujuan untuk membantu siswa untuk memahami
prosedur atau tata cara yang berlaku, membimbing siswa untuk memahami pertanyaan,
meningkatkan umpan balik serta keterlibatan siswa, memberi siswa kesempatan untuk
memahami umpan balik yang terjadi disaat pembelajaran. Jika guru sudah menguasai
keterampilan dalam menjelaskan, maka guru tersebut tentunya akan lebih mudah
mengelola waktu dalam penyajian materi serta dapat mengelola waktu dengan baik.
Penjelasan guru yang sistematis juga dapat membantu mengatasi hal apabila minim
dalam buku ataupun sumber belajar. Prinsip-prinsip menjelaskan menurut Kamulyan
(2014:49), yaitu:

 Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.


 Penjelasan harus diselingi tanya jawab
 Materi penjelasan harus dikuasai secara baik oleh guru.
 Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
 Materi penjelasan harus bermanfaat dan bermakna bagi peserta didik.
 Dapat menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang konkrit dan
dihubungkan dengan kehidupan.

Langkah-langkah dalam menjelaskan menurut Wardani (1984)


mengemukakan bahwa prinsip-prinsip penjelasan perlu dipahami antara lain:

 Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah atau di akhir


 Penjelasan harus relevan dengan tujuan
 Guru dapat memberikan penjelasan bila ada pertanyaan siswa atau dirancang
guru sebelumnya
 Penjelasan itu materinya harus bermakna bagi siswa
 Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan siswa
           
d. Komponen-Komponen Keterampilan Menjelaskan
Penjelasan yang baik pastinya diikuti oleh contoh-contoh yang sesuai dengan
kehidupan dan pengalaman siswa serta relevan, karena siswa akan mengerti apabila
bahasan materi menggunakan contoh-contoh yang jelas. Contoh harus memiliki kesan
yang positif daripada contoh yang negatif, hal ini sebagai adanya pembeda dan untuk
mempertajamkan ingatan  terhadap materi yang satu dengan materi yang lainnya.
Komponen yang sangat perlu diperhatikan dalam keterampilan menjelaskan
menurut ( Alma, 2009: 15), yaitu diantaranya:

 Clarity ( kejelasan ) yang meliputi: 1) Kejelasan penggunaan bahasa secara fasih.


2) Kejelasan dalam menyatakan sesuatu ide secara eksplisit. 3) Upaya untuk
menghindari kekaburan.
 Illustration and examples ( pemberian ilustrasi dan contoh): Illustrasi merupakan
penggambaran dari ide yang telah disampaikan, fungsinya untuk memperjelas ide
sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang kabur. Contoh diberikan untuk
mengkonkritkan ilustrasi yang diberikan, fungsinya untuk menghindari terjadinya
verbalisme. Untuk itu perlu diperhatikan, kesederhanaan, jelas dan konkrit,
selaras dengan tingkat pengalaman siswa dan kalau mungkin faktual dan aktual.
 Emphasis (penekanan). Emphasis dilakukan dalam bentuk: penggunaan variasi di
antaranya, suara (nada, volume ataupun tonenya), isyarat (simbol, gerakan) dan
penggunaan media/sumber pengajaran. Penegasan atau pengarahan yang di
antaranya dapat dilakukan dengan cara: pengulangan (repetition), pengikhtisaran
atau pengambilan kesimpulan (summarizing/resuming dan conclusion) yang
biasanya dilakukan pada setiap akhir dari sesuatu yang disampaikan serta
penegasan dengan mempergunakan kata kunci.
 Feed-Back (Pengambilan umpan balik). Hal ini dilakukan dengan beberapa
maksud atau kepentingan: 1) Sebagai evaluasi sederhana. 2) Menciptakan situasi
baru dan menumbuhkan minat belajar. Cara yang dapat dilakukan di antaranya:
mengkaji pemahaman siswa, mengkaji minat siswa, mengendalikan sikap dan
perilaku siswa.
Umpan balik itu tidak hanya dalam bentu fisik, tetapi juga dalam bentuk mental
yang selalu berproses untuk menyerap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang
sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual.
(Djamarah, 2013:142)

Strategi alternatif yang dapat ditekankan pada pelaksanaan keterampilan


menjelaskan adalah dengan menggunakan metode ceramah. Cara mengajar dengan
ceramah dapat dikatakan juga teknik ,kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang
digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu
pokok persoalan serta masalah secara lisan (Djamarah, 2013:97)

e. Tahap Tahap Dalam Keterampilan Menjelaskan


 Menyampaikan Informasi. Menyampaikan Informasi diartikan memberitahu
tentang materi atau informasi yang belum diketahui sebelumnya dalam bentuk
menyampaikan fakta dan memberikan arahan serta disampaikan hanya untuk
diketahui saja, dalam pembelajaran menyampaikan informasi berarti
memberitahu tentang definisi atau pengertian dasar tentang materi yang akan
diajarkan. Contoh : Gubernur adalah pemimpin pemerintah daerah di wilayah
provinsi
 Isi yang disampaikan menunjukkan “apa” atau “bagaimana” sesungguhnya suatu
hal itu terjadi. Guru mencoba menguraikan istilah-istilah yang belum dikenal
peserta didik juga menguraikan pembelajaran baru dengan cara dikaitkan dengan
pengalaman peserta didik. Jadi, dalam hal ini isi bersifat tentang pengertian
ataupun istilah. Contoh : Arti pengertian “negara” adalah…
 Isi yang disampaikan menunjukkan “mengapa” atau “untuk apa” sesuatu terjadi
demikian, yang menunjukkan hubungan atau korelasi antara dua hal yang
berkaitan atau lebih dan menunjukkan suatu kausalitas (sebab-akibat). Contoh:
Mengapa perlu adanya kerja bakti setiap hari minggu? Untuk apa seorang petani
memerlukan pupuk?
 Memberi Motivasi. Motivasi berarti dorongan atau penguatan, berarti
kemampuan untuk memberikan dorongan semangat agar menimbulkan minat,
kemauan serta perhatian siswa terhadap pembelajaran. Untuk memberikan
motivasi guru harus menunjukkan mengapa bahan pelajaran ini harus dipelajari,
apa gunanya dan utuk apa kenapa harus diketahui.
 Mengajukan Pendapat Pribadi. Sebaiknya didahului dengan kata-kata “menurut
pendapat saya sendiri” dan disertai alasan-alasan fakta atau data yang
mendukung pendapatnya itu. Karena pendapat yang bersifat subyektif, maka
siswa harus diberikan kebebasan untuk mengajukan pendapatnya sendiri.
 Pemberian Contoh. Memberikan contoh yang nyata agar siswa mendapatkan
pemahaman yang baik dan meyakinkan peserta didik terhadap materi pelajaran
yang telah dipelajari
 Tahap akhir dalam kegiatan menjelaskan adalah tahap latihan, dengan latihan
siswa secara individu atau dengan bimbingan guru mencari hubungan sebab-
akibat pada peristiwa yang lainnya.
c. Perencanaan Dan Pelaksanaan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan meliputi dua segi, yaitu: Pertama, Perencanaan yaitu
sebagai persiapan awal mengenai isi penjelasan yang akan disampaikan disaat proses
pembelajaran lalu mengenai kemampuan siswa dan perkembangan siswa yang akan
dihadapi dalam mendapatkan penjelasan. Hal ini mencangkup penganalisaan masalah
secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang
dikaitkan dengan penggunaan hukum atau rumus-rumus yang sesuai dengan hubungan
yang telah ditentukan. (Kamulyan, 2014:49). Kedua, Pelaksanaan yaitu bagaimana cara,
langkah-langkah dan teknik dalam menyampaikan penjelasan materi yang sudah
dipersiapkan.
Komponen yang diperhatikan dalam pelaksanaan keterampilan menjelaskan dan
aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan adalah: (Marno, 2008:121)

 Dengan memberikan orientasi atau pengarahan maka mengantarkan siswa pada


pokok materi yang akan dibahas dan menjadi penjelasan yang lebih luas lagi.
 Bahasa yang sederhana. Bahasa yang diucapkan harus jelas, serta volume suara
yang dapat disesuaikan dengan kondisi kelas dan siswa lalu hendaknya lancar
tidak terlalu cepat serta menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh
siswa. Bila ada istilah asing atu belom dimengerti berikan penjelasan yang dapat
dimengerti
 Penggunaan contoh/ilustrasi. Pemahaman siswa dapat ditingkatkan dengan
mengubungkan materi dengan kejadian sehari hari atau peristiwa yang terjadi.
 Struktur/Sistematis. Agar penjelasan guru mudah diterima oleh siswa, maka
hendaknya tata susunan atau langkah-langkahnya harus sistematis dan runtut.
 Guru dapat melakukan variasi, baik dalam cara menyampaikan materi pelajaran
maupun dalam metode dan proses interaksi disaat proses pembelajaran
berlangsung.
d.  Kelebihan Penerapan Keterampilan Menjelaskan

 Lebih mudah dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan,


mengorganisasi, dan menilai informasi yang diterima.
 Lebih mudah dalam memancing meningkatkan kemampuan siswa dalam
membentuk dan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas
informasi yang lengkap dan relevan.
 Mendorong siswa untuk mengembangkan ide-ide dan mengemukakan ide-ide
tersebut.
 Dapat mengatasi masalah pembelajaran yang diikuti oleh jumlah peserta didik
yang besar.
 Merupakan cara yang lebih mudah saat guru akan memulai mengenal materi.
 Dapat meningkatkan analisis guru terhadap teori yang sedang disampaikan dan
guru menjadi benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih
mendalam.
e. Kelemahan Penerapan Keterampilan Menjelaskan
 Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, peserta didik cenderung menjadi
karakteristik yang auditif (mendengarkan) dan akhirnya menjadi siswa yang
pasif.
 Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka perjalanan akan terkesan
membosankan.
 Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, kesempatan untuk berdikusi menjadi
terlalu lama, kesempatan untuk berdiskusi menjadi terlalu sedikit bahkan habis
untuk menjelaskan.
f. Penutup
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan
yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan
merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru. Penyajian dalam
keterampilan menjelaskan menjadi salah satu kunci untuk memberikan variasi yang
menarik dalam pembelajaran sehingga siswa mampu menjalani pembelajaran dengan
antusias tanpa ada yang bosan atau pun mengantuk. Guru dapat  mensiasati dengan
umpan balik yang baik dan dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas dan
biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh
langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide, ataupun pendapat. Oleh sebab itu, hal
ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang optimal
dari penjelasan dan pembicaraan guru tersebut sehingga bermakna bagi murid.
Mengenai yang berhubungan dengan penerimaan pesan (siswa) hendaknya diperhatikan
hal-hal atau perbedaan-perbedaan pada setiap anak yang akan menerima pesan, seperti
usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang, sosial, bakat, minat serta lingkungan
belajar anak.
5. KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN
a. Keterampilan Memberikan Penguatan
 Hakikat Penguatan

Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan


kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Secara psikologis setiap orang
mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu usaha bahwa hasil yang telah
dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan
bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan menjadi pemacu
untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang terbaik dalam hidupnya.

Keterampilan dasar penguatan adalah segala  bentuk  respons  yang merupakan


bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang
bertujuan  untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatannya
atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan koreksi. Melalui keterampilan
penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa akan merasa terdorong
untuk memberikan respon setiap muncul stimulus dari guru, atau siswa akan berusaha
menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat. Penguatan juga berguna untuk
mendorong siswa memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan kerjanya.

Pujian atau respons positif yang diberikan oleh guru atau siswa yang telah
menunjukan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, anak akan
merasakan bahwa perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi motivator
untuk terus berusaha menunjukan prestasi terbaiknya. Akan tetapi bagi yang menerima
pujian, apalagi bagi anak akan merasa senang karena apa yang ditunjukkannya
mendapat tempat dan merasa diakui. Anak butuh pengakuan terhaap sesuatu yang
dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap proses
pembelajaran.

Penguatan hanya terbatas pada pemberian balikan terhadap respons-respons yang


betul, yang tampak dari jawaban siswa sendiri. Dengan penguatan tadi, siswa dapat
memisahkan mana yang betul dan dapat dilanjutkan, dan mana ynag salah dan tidak
perlu dilanjutkan. Oleh karena itu guru harus melatih dengan berbagai jenis penguatan
dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran. Sehingga
pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi untuk dikuasai oleh anak, akan
tetapi bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik yang
selalu saling menghargai.

b. Tujuan dan Manfaat Penguatan


Pemberian respon positif (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa, baik
melalui kata-kata (verbal) maupun non-verbal seperti dengan isyarat-isyarat tertentu,
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kepercayaan diri
siswa. Adapun tujuan dari pemberian penguatan alam pembelajaran antara lain adalah :
 Meningkatkan perhatian siswa; bahwa melalui penguatan yang diberikan oleh
guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan merasa akan merasa diperhatikan
oleh gurunya. Dengan demikian perhatiansiswapun akan semakin meningkat
seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya.
 Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa; apabila perhatian siswa
semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnyapun akan semakian
baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu
melalui penguatan.
 Memudahkan siswa belajar; bahwa tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran
bertujuan untuk memudahkan siswa belajar. Untuk memudahkan belajar harus
ditunjang kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan
memberikan renpon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong
keberanian siswa untuk mencoba, bereksporasi dan terhindar dari perasaan takut
salah dalam belajar.
 Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa; rasa percaya diri merupakan modal
dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-
perasaan negative yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses
pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-
perasaan negative dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon
yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
 Memelihara iklim kelas yang kondusif; suasana kelas yang menyenagkan, aman,
dan dinamis, akan mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui
penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana akan lebih demokratis sehingga
siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan
melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Hal ini tentu saja sebagai dampak
dari adanya respon yang mengirigi terhadap proses dan hasil belajar yang
dilakukan oleh siswa.
c. Komponen Keterampilan Penguatan
Penggunaan keterampilan penguatan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-
hati, disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar
belakang, tujuan, dan sifat tugas. Pemberian pengguatan harus bermakna bagi siswa.
Beberapa komponen keterampilan memberikan penguatan ialah sebgai berikut.
 Penguatan Verbal
Penguatan verbal dapat berupa kata-kata berupa kalimat yang di ucapkan guru.
Contoh: “baik”, “bagus”, “tepat”, “saya sangat menghargai pendapatmu”,
“pikiranmu sangat cerdas”, dan lain-lain.
 Pengguatan Non Verbal
Pengguatan non verbal meliputi antara lain:
o Penguatan gestural
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerak wajah dan anggota
badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya mengangkat alis,
tersenyum, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari “jempol”,
dan lain-lain.
o Penguatan dengan cara mendekati
Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendakati siswa untuk menyatakan
perhatian guru terhadap pekarjaan, tingkah laku, atau penampilan siswa.
Misalnya, guru duduk dalam kelompok diskusi, berdiri disamping siswa. Seiring
kegiatan guru mendakati siswa diberikan untuk memperkuat penguatan yang
bersifat verbal.
o Penguatan dengan sentuhan
Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan menepuk pundak
siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat tangan siswa, seringkali untuk
anak-anak masih kecil, guru mengusap rambut kepala siswa.
o Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membantu temannya apabila dia
selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, siswa diminta
memimpin kegiatan, dan lain-lain.
o Penguatan berupa tanda dan benda
Penguatan bentuk ini merupakan usaha guru dalam menggunakan
bermacam-macam simbol penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa yang
positif. Bentuk penguatan ini antara lain: komentar tertulis pada buku pekerjaan,
pemberian perangko, mata uang koleksi, bintang, permen, dan lain sebagainya.
o Penguatan berupa simbol atau benda
Misalnya (V), komentar tertulis pada buku siswa, kartu bergambar, bintang
plastik, lencana, dan benda-benda lain yang tidak terlaalu mahal harganya tetapi
mempunyai arti simbolik.
o Penguatan tidak penuh
Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru
hendaknya tidak langsung memberikan respon menyalahkan siswa itu. Tindakan
guru yang baik dengan keadaan seperti ini adalah memberikan penguatan tidak
penuh.Penggunaan kedua bentuk penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong
siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna.

d. Kelebihan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran


Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa
keleSbihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain.
 Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
 Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
 Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
 Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
 Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang
memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan
penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
e. Kelemahan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya,
namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru
membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan
tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian penguatan yang berlebihan juga
akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-
menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis.
6. KETERAMPILAN MENGGUAKAN MEDIA DAN ALAT

Keterampilan menggunakan media pembelajaran sangat penting bagi seorang


guru untuk membantu proses penyampaian pelajaran.
Menurut  Udin  Syaefudin  Saud  (2010), media pembelajaran  adalah
sarana  pembelajaran  yang  digunakan  sebagai  perantara dalam proses pembelajaran
untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam  mencapai tujuan pembelajaran. 

Dari  pendapat tersebut dapat dipahami bahwa penggunaan media pembelajaran


dapat disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan oleh guru.
Media  pembelajaran  sangat  membantu  guru dalam kegiatan  belajar  mengajar
karena  pesan  yang  disampaikan  akan  lebih  mudah  diterima  oleh  siswa  melalui
media pembalajaran.

a. Menurut Udin Syaefudin  Saud  (2010), tujuan keterampilan menggunakan


media pembelajaran yaitu:

 Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis. 


 Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. 
 Memperlancar jalannya proses pembelajaran. 
 Menimbulkan kegairahan belajar. 
 Memberi  kesempatan  kepada  siswa  untuk  berinteraksi  langsung  dengan
lingkungan dan kenyataan. 
 Memberi  kesempatan  pada  siswa  untuk  belajar  secara  mandiri 

Pengertian media pendidikan secara definitif, dalam hal ini para ahli memberikan
rumusan yang berbeda-beda, masing-masing mampunyai wawasan dasar dan
orientasiyang berlainan, namun demikian pada prinsipnya ada kesamaan pengertian
yang mendasar. Dan dari beberapa mereka dapat penulis ambil kesimpulan bahwa
media pendidikan atau pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan  dari pengiriman dan sipenerima guna merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa sihinga terjadi dapat mendorong terjadinya
proses belajar. Sebagai pembawa (penyalur) pesan, media pengajaran tidak hanya
digunakan oleh guru, tetapi yang lebih penting dapat pula digunakan oleh siswa.

b.   Prinsip-Prinsip Dalam Penggunaan Media Pembelajaran


Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mengetahui dan terampil
bagaimana cara menggunakan media pembelajaran.sehubungan dengan hal itu ada
beberapa prinsip/kriteria penggunaan media yang perlu dipedomani oleh guru dalam
proses belajar mengajar, yaitu:
 Ketepatan dengan tujuan pembelajaran, media pembelajaran dipilih atas dasar
tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
 Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, artinya bahan pelajaran yang
sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan
media agar lebih musdah dipahami siswa.
 Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah untuk
memperolehnya, setiddak-tidaknya dapat dibuat oleh guru pada saat mengajar
atau mungkin sudah tersedia di sekolah.
 Ketrampilan guru dalam menggunakan media, apapun jenis media yang
diperlukan syarat utama adalah guru harus dapat menggunakannya dalamm
proses pembelajaran.
 Tersedianya waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
bermmanfaat bagi siswa pada saat pelajaran berlangsung.
 Sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung didalamnya
dapat dipahami oleh siswa.

c. Jenis Dan Karakteristik Media Pembelajaran


Sesuai dengan klasifikasinya, maka setiap media pembelajaran mempunyai
karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat dilihat menurut kemampuan
media pembelajaran untuk membangkitkan rangsangan indera penglihatan,
pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun pembauan/penciuman. Dalam rangka
memilih suatu media pembelajaran yang akan digunakan oleh seorang guru pada saat
melakukan proses belajar-mengajar, karakteristik tersebut dapat disesuaikan dengan
suatu situasi tertentu. Berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai, media
pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:

 Media Grafis
Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan dalam bentuk
simbol-simbol komunikasi verbal.
 Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disapaikan
melalui media audio dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal
maupun 4 non verbal.beberapa media yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok
media audio antara lain radio dan alat perekam pita magnetic,alat perekam pita
suara.
 Media Projeksi
Media projeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis, dalam arti dapat
menyajikan rangsangan-rangsangan visual.
d. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam menentukan media pembelajaran yang akan dipakai dalam proses
belajar-mengajar, mula-mula seorang guru harus mempertimbangkan tujuan yang
ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada, serta memahami kemampuan dan
karakteristik media yang akan dipilihnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan media adalah:
 tujuan instruksional yang ingin dicapai
 karakteristik siswa
 jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio atau visual),keadaan latar atau
lingkungan, dan gerak atau diam d. ketersediaan sumber setempat
 apakah media siap pakai ataukah media rancang
 kepraktisan dan ketahanan media g. efektivitas biaya dalam jangka panjang

e.  Strategi Pemanfaatan
Supaya media dapat digunakan secara efektif dan efisien ada tiga langkah utama
yang perlu diikuti dalam menggunakan media yaitu:
 Persiapan Sebelum Menggunakan Media
Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik, kita perlu membuat
persiapan yang baik pula.pertama-tama pelajari buku petunjuk yang telah
disediakan.kemudian kita ikuti petunjuk-petunjuk itu. Apabila pada petunjuk kita
disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar lainyang sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai,seyogyanya hal tersebut dilakukan. Hal tersebut akan
memudahkan kita dalam belajar dengan media itu.peralatan yang diperlukan untuk
menggunakan media itu juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Dengan demikian,
pada saat menggunakannya nanti, kita tidak akan diganggu dengan hal-hal yang
mengurangi kelancaran penggunaan media itu.jika media itu digunakan secara
berkelompok,sebaiknya tujuan yang akan dicapai dibicarakan terlebih dahulu
dengan semua anggota kelompok. Hal ini penting supaya perhatian dan pikiran
terarah ke hal yang sama.

 Kegiatan Selama Menggunakan Media


Yang perlu dijaga selama kita menggunakan media adalah suasana ketenangan.
Gangguan-gangguan yang dapat menggangu perhatian dan konsentrasi harus
dihindarkan. Kalau mungkin, ruangan jangan digelapkan sama sekali. Hal itu supaya
kita masih dapat menulis jika menjumpai hal-hal penting yang perlu diingat. Kita
pun dapat menulis pertanyaan jika ada bagian yang tidak jelas atu sulit dipahami.

 Kegiatan Tindak Lanjut


Kegiatan tindak lanjut ialah untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai. Selain
itu, untuk memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang
disampaikan melalui media bersangkutan. Untuk itu soal tes yang disediakan perlu
kita kerjakan dengan segera sebelum kita lupa isi program media itu
7. KETERAMPILAN MENYUSUN SKENARIO PEMBELAJARAN
a. Pengertian Skenario
Pengertian secara umum, skenario adalah urutan cerita yang disusun oleh
seseorang agar suatu peristiwa terjadi sesuai yang diinginkan. Pengertian Khusus ,
Skenario adalah naskah cerita yang ditulis dengan istilah-istilah kamera yang digunakan
sebagai panduan untuk pembuatan sebuah tayangan. Menurut Peter Scwartz, skenario
adalah a tool (for) ordering one’s perseption about alternative future environments in
which one’s decision might be played out right.
Jadi skenario adalah sebuah gambaran yang konsisten tentang berbagai
kemungkinan (keadaan) yang dapat terjadi di masa yang akan datang. Jika melihat
definisi di atas maka dapat dijabarkan bahwa skenario bukanlah sebuah forecasting
(ramalan) dalam pengertian bahwa skenario bukanlah sebuah proyeksi masa depan dari
data yangSS ada pada masa kini. Skenario juga bukan sebuah visi (vision) atau kondisi
masa depan yang diinginkan.
b. PengertianPembelajaran
Pengertian pembelajaran sangat luas, ada beberapa pengertian pembelajaran dari
beberapa sumberyakni :
Pembelajaran adalah proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru
dan siswa saling bertukar informasi. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik,
1995:57).
Pembelajaran secara etimologis dalam kamus bahasa Indonesia, berasal dari kata
“ajar dan belajar”, ajar berarti petunjuk yang diberikan kepada orang lain agar diketahui.
Secara terminologis belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian ilmu, membaca
dan berlatih atau berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Tabrani berpendapat bahwa “Pembelajaran pada dasarnya adalah proses
mengkoordinasikan sejumlah tujuan, bahan, metode alat dan penilaian. “Pembelajaran
adalah proses cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar, atau proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi pengaruh prilaku kearah
yang lebih baru. Bagne dalam bukunya Margaret E. Bell Bliedier mengungkapkan
bahwa “Pembelajaran diartikan sebagai cara dari guru guna mendukung terjadinya
kegiatan belajar yang dilakukan siswa”.

c. Langkah-langkah Pembuatan Skenario


Dalam skenario terdapat langkah-langkah pembuatan scenario diantaranya:
 Identify focal Issue (focal Concern) or decision.
Maksudnya adalah mengidentifikasikan isu utama atau masalah utama yang
akan menjadi fokus untuk dijawab atau untuk diambil keputusannya.
 Identify Key Forces.
Maksudnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang diperkirakan akan
mempengaruhi focal issue di masa yang akan datang.
 Identfy Driving Forces change drivers)
Dalam langkah ini harus mampu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang dapat
mendorong perubahan-perubahan yang berkaitan dengan key forces di atas.
Secara umum dalam konteks ilmu sosial dan ilmu politik, driving forces yang
sering sekali teridentifikasi adalah faktor sosial, faktor politik dan faktor
ekonomi.
 Identidikasi Ketidakpastian (Identify Uncertainty).
Dalam langkah ini harus mencoba mengidentifikasi ketidakpastian dari berbagai
hal yang erat kaitannya dengan sosial, politk, dan ekonomi.
 Selecting the scenario logic.
Di dalam tahap ini, kita harus menyusun logika skenario melalui suatu kualitatif
terutama melalui wawancara mendalam atau dengan malakukan Fokus Group
Discussion untuk mendapatkan suatu skenario dengan alternative-alternatif
lainnya secara logis.
 Fleshing out the scenario
Tahap ini merupakan tahap penguatan skenario. Pada tahap ni, perumus skenario
dapat menambahkan berbagai data sekunder dan trennya untuk memperkuat
berbagai pendapat dari narasumber dan para ahli yang sudah didapat dan ditulis
pada tahap sebelumnya.
Skenario yang telah terbentuk dengan berbagai alternatifnya ini kemudian
digunakan untuk menggambarkan tantangan bagi suatu organisasi (Negara, militer,
perusahaan, dan lain-lain). Gambaran dari tantangan tersebutlah bersama-sama
dengan penilaian terhadap kondisi organisasi yang ada dipakai untuk menetapakan
suatu stratedi (scenario planning) apa yang akan dibuat bagi kepentingan organisasi
untuk tetap bertahan, atau untuk dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan
kata lain, jika skenario telah selesai dideskripsikan dan tantangan telah dirumuskan,
maka langkah berikutnya adalah merumuskan strategi yang harus dibangun dan
dijalankan agar skenario buruk yang mungkin terjadi dapat dihindari.

d. Langkah Kerja Menyiapkan Skenario Pembelajaran


Terdapat beberapa langkah kerja dalam menyiapkan skenario pembelajaran,
diantaranya:
 Pelajari LKS (Lembar Kerja Soal) yang akan digunakan oleh siswa guna
mengetahui materi apa yang akan dipelajari dan dengan cara bagaimana guru
akan memfasilitasi peserta didik.

 Tentukan waktu, peralatan atau alat bantu yang akan digunakan dalam
pembelajaran.

 Tulis langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran sesuai


dengan tahapan-tahapan pembelajaran yang direncanakan.

 Langkah-langkah pembelajaran ditulis secara lengkap.

 Tuliskan rencana penilaian terhadap kegiatan belajar.

 Kriteria keberhasilan hasil penilaian dapat dirinci secara detail dan mencakup
tiga rangkap yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
8. KETERAMPILAN MENGGUNAKAN GERAK, PENAMPILAN DAN
SELANG WAKTU DALAM PEMBELAJARAN
a. Keterampilan Dasar Mengajar Guru

Mengajar merupakan usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit untuk


menentukan tentang bagaimanakah mengajar yang baik itu. Pelaksanaan interaksi
belajar mengajar yang baik dapat menjadi petunjuk tentang pengetahuan seorang guru
dalam mengakumulasi dan mengaplikasikan segala pengetahuan keguruannya. Itulah
sebabnya, seperti yang telah ditekankan bahwa dalam melaksanakan interaksi belajar
mengajar perlu adanya beberapa keterampilan mengajar. Beberapa keterampilan dasar
mengajar dapat dibagi dalam tiga klasifikasi, yakni :

 Aspek Materi

Pada aspek materi ini berhubungan erat dengan masalah bahan yang diajarkan
kepada sisiwa. Tentang bagaimana menarik perhatian siswa pada bahan yang baru,
bagaimana perhatian guru terhadap bahan yang sedang dibahas, bagaimana urutan
penyajian bahan, dan bagaimana menciptakan hubungan dalam rangka membahas
dan mengakhiri pembahasan.

Adapun yang mencakup dalam aspek materi adalah:

o Interes
Interes adalah usaha guru untuk menarik atau memebawa perhatian siswa pada
materi pelajaran yang baru. Seorang yang memasuki situasi yang baru secara
mendadak sering timbul kejutan atau tekanan psikologis karena situasi yang lama
masih membayangi pikiran atau perasaannya. Situasi tersebut tercipta oleh
komponen-komponen interaksi edukatif berupa tujuan, bahan, metode, sarana
evaluasi, guru dan murid.

o Titik Pusat
Titik pusat adalah suatu uraian yang dikemukakan dan dijelaskan oleh guru
benar-benar terpusat pada bahasan yang sedang digarap bersama. Guru sering
tergiring ke arah pembicaraan di luar permasalahan pokok karena hadirnya
pertanyaan siswa yang tidak relevan dengan bahasan. Guru yang tidak siap dalam
mengajar biasanya akan bercerita tentang banyak hal di luar pokok pembahasan.

o Rantai Kognitif
Rantai kognitif adalah urutan-urutan atau sistematika dalam penyampaian bahan
pelajaran. Ini dapat dilihat pada persiapan mengajar (PPSI) atau diketahui pada
waktu guru menyampaikan pelajaran. Adakalanya pada persiapan sistematika sudah
baik tetapi pada waktu menyampaikan tidak sesuai atau dengan kata lain rantai
kognitufnya rusak atau jelek. Agar rantai kognitif yang sudah tersusun baik di
dalam persiapan dapat tersampaikan dengan baik pula kepada siswa, maka dapat
ditempuh dengan cara mempersiapkan skema atau bagan tentang hahan pelajaran
yang akan disampaikan dan akan digunakan sebahgai bahan belajar.

o Kontak

Yang dimaksud dengan kontak dalam hal ini menyangkut hubungan batiniyah
antara guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan yang sedang dibahas
bersama. Guru yang kurang menguasai bahan dan tidak berwibawa dapat pula
menjadi penyebab tidak terciptanya kontak yang baik. Faktor lain yang mungkin
dapat menjadi penyebab adalah sikap guru. Guru yang otoriter akan memberikan
pengaruh pada suasana kelas sehingga terasa mencekam. Sebalikanya guru yang
bersikap permisif juga tidak baik. Suasana kelas menjadi sangat ricuh dan tidak
terkontrol.

Demi keberhasilan belajar siswa guru hendaknya dapat bersikap di antara


kedua sikap ekstrim tersebut. Bahwa kebebasan harus ada tetapi menurut
prosedur yang benar sehingga tidak mengganggu ketertiban. Adanya
pertanyaan-pertanyan atau tanggapan-tanggapan dari siswa terhadap masalah
yang sedang dibahas merupakan petunjuk tentang terciptanya kontak yang baik.

b. Penutup
Penutup dalam hal ini merupakan cara guru dalam mengakhiri penjelasan atau
pembahasan suatu pokok bahasan. Penutup yang lengkap berupa ringkasan,
kesimpulan dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menguji tentang pencapaian
tujuan yang rasional. Menurut hasil penelitian yang dilakuakan oleh para pakar
pendidikan menyatakan bahwa kemajuan hasil belajar paling besar terjadi pada
akhir pelajaran dengan cara memberikan suatu ringkasan pokok materi yang sudah
dibicarakan. Kegiatan menutup pelajaran dilakukan bukan di akhir jam pelajaran,
akan tetapi pada setiap akhir pokok pembahasan selama satu jam pelajaran.

Inti kegiatan menutup pelajaran adalah :

 Merangkum atau meringkas inti pokok pelajaran.


 Mengonsolidasikan perhatian peserta didik pada masalah pokok pembahasan
agar informasi yang diterimanya dapat membangkitkan minat dan
kemampuannya terhadap pelajaran selanjutnya.
 Mengorganisasikan pelajaran yang telah dipelajari sehingga memerlukan
kebutuhan yang berarti dalam memahami materi pelajaran.
 Memberikan tindak lanjut berupa saran-saran atau ajakan agar materi yang baru
dipeajari.
c. Gerak
Gerak anggota badan dalam memberikan bahan pelajaran sangat besar
peranannya untuk memperjelas atau menegaskan hal-hal yang penting. Orang akan
lebih jelas dalam memahami sesuatu di samping melalui pendengaran juga disertai
pengamatan melalui mata. Semakin banyak indera yang digunakan, hasilnya
semakin baik pula. Gerakan yang baik ialah gerakan yang efisien dan efektif, artinya
gerakan yang cukup tetapi benar-benar mendukung penjelasan atau uraian guru

Pada waktu menjelaskan posisi berdiri hendaknya di tengah dan tidak terlalu
dekat dengan deretan kursi terdepan, sehingga semua siswa dapat melihat dan
mendengar dengan baik. Ketika guru menulis di papan tulissedapat mungkin
diusahakan agar gerakan tangan dapat terlihat oleh siswa. Demikian pula pada
waktu menunjuk gambar, bagan,petak atau media yang lain hendaknya diusahakan
agar semua siswa  dapat melihat dengan jelas.
d. Suara
Yang termasuk dalam pengertian suara ini ialah kekuatan atau kekerasan,lagu
bicara (intonasi), tekanan bicara dan kelancaran bicara.
 Kekuatan atau kekerasan

Suara yang terlalu keras dan memekakkan telinga justru sulit untuk ditangkap isi
atau arah pembicaraannya. Di samping itu kesan yang diterima sisiwa ialah bahwa
gurunya adalah seorang yang kecam.

 lagu dan tekanan bicara

Lagu bicara mempunyai pengaruh pula pada daya tangkap siswa terhadap
pembicaraan guru. Lagu bicara yang datar (monoton) akan membosankan siswa,
sehingga siswa cepat lelah dalam mendengarkan. Lagu bicara yang seakan-akan
guru sedang dalam keadaan marah hendaknya juga dihindari karena siswanya akan
dicekam oleh rasa ketakutan. Tekanan bicara hendaknya diberikan pada hal-hal
yang penting misalnya dalam peneyebutan defenisi,istilah,nama,rumus, dan kata-
kata asing dengan ucapan pelan-pelan dan jelas dengan volume suara yang cukup.
Kelancaran berbicara patut pula diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang
besar pada daya tangkap siswa.

 Titik Perhatian

Yang dimaksud dengan titik perhatian disini ialah pengamatan guru terhadap
masing-masing siswa selama interaksi belajar mengajar berlangsung. Perilaku
negatif yang mungkin terjadi pada siswa selama interaksi berlangsung antara lain
ialah:

o Siswa terlambat masuk kelas;


o Siswa bermain sendiri;
o Siswa menganggu temannya;
o Siswa berbicara dengan temannya di luar bahan pelajaran yang sedang dibahas;
o Siswa berusaha menarik perhatian kelas melalui kata-kata atau perbuatan.
Satu hal yang penting yang diketahui guru adalah:” apakah siswa dapat
menangkap tentang apa yang sudah disampaikan guru. Titik perhatian gur tercermin
dalam pandangan mata guru dan perbuatan.

 Variasi Penggunaan media


Alat-alat  pengajaran sebagai media komunikasi dapat dikelompokkan ke dalam
tiga golongan. Pertama,adalah alat-alat yang merupakan benda sebenarnya yang
memberikan pengalaman langsung dan nyata. Kedua,alat-alat yang merupakan benda
pengganti yang sering kali dalam bentuk tiruan dari benda sebenarnya.  Ketiga,ialah
bahasa baik lisan maupun tertulis memberikan pengalaman melalui bahasa. Peranan
media dalam proses beljar mengajar sudah tidak diragukan lagi karena dapat:

o Menghemat waktu beljar;


o Memudahkan pemahaman;
o Meningkatkan perhatian siswa;
o Meningkatkan aktivitas siswa;
o Mempertinggi daya ingat siswa.
o Variasi Interaksi
Yang dimaksud dengan variasi interaksi ialah frekuensi atau banyak sedikitnya
pergantian aksi antara guru dengan siswa,dan siswa dengan siswa secara tepat. Siswa
beraksi terhdap lingkungan tidak hanya secara intelektual tetapi juga secara
fisik,emosional dan sosial. Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan adanya
variasi interaksi tersebut misalnya suasana kelas menjadi hidup dan beberapa hal
dapat dengan cepat diketahui misalnya:

o Kebutuhan dan minat siswa;


o Seberapa jauh mata pelajaran dapat diterima / dipahami/diketahui oleh siswa;
o Kekurangan/kesalahan konsep pada siswa;
o Kekurangan atau kesalahan guru;
o Perhatian siswa;
o Sikap siwa terhadap beberapa aspek yang sedang dipelajari.
o Ada tidaknya kontak antara guru dan siswa.
o Isyarat (Verbal)
Yang dimaksud dengan isyrat verbal di sini ialah ucapan yang singkat tetapi
mempunyai pengaruh yang besar. Pengaruh tersebut dapat mendorong atau memacu
ke depan tetapi dapat pula menghentikan suatu aktivitas siswa baik lahiriah maupun
batiniah.

 Waktu Selang
Yang dimaksu waktu selang adalah tenggang waktu antara suatu
ucapan/pembicaraan dengan ucapan/pembicaraan berikutnya, atau dari suatu
kegiatan dengan kegiatan selanjutnya. Ucapan yang dapat beruntun tanpa ada
tenggang waktu menjadi sulit untuk diketahui ujung pangkalnya, apalagi untuk
menangkap isinya.

Yang dimaksud dengan isyarat nonverbal ialah gerakan-gerakan anggota badan


untuk memberikan gambaran tentang sesuatu dalam rangaka memperjelas maksud
atau penjelasan yang diucapkan oleh guru. Melalui gerakan-gerakan tangan dan
anggota badan yang lain, keterbatasan media sedikit banyak dapat diatasi. Perlu
diperhatikan bahwa isyarat nonverbal yang digunakan hendaknya benar-benar jelas
penampilannya dan menunjang langsung apa yang dimaksud dengan penjelasan guru.

 Menanggapi siswa
Tanggapan siswa terhadap interaksi belajar mengajar yang sedang berlangsung
dapat berkembang dalam tiga kemungkinan yaitu menerima, acuh tak acuh dan
menolak. Kedua yang terakhir sama buruknya terhadap proses dan hasil belajar,
meskipun sebabnya mungkin berasal dari guru sendiri.

 Menggunakan waktu
Menggunakan waktu dalam hal ini adalah ketepatan guru dalam mengalokasikan
waktu yang tersedia dalam suatu interaksi belajr mengajar. Kesulitan yang dialami
guru pada waktu interaksi diantaranya ialah dalam hal penggunaan waktu yang
tersedia dari membuka pelajaran sampai dengan menutup pelajaran. Ada tiga tahap
mendapatkan perhatian yaitu:
o Membuka pelajaran
o Menggarap bahan atau membahas
o Menutup pelajaran.
Adapun hal-hal yang membutuhkan waktu pada tahap kedua antara lain:

 Menyampaikan bahan termasuk menggunakan media;


 Mengadakan variasi interaksi;
 Memberikan isyarat baik verbal maupun nonverbal;
 Mengadakan waktu selang;
 Mendorong dan melibatkan siswa;
 Mengajukan pertanyaan;
 Menanggapi siswa.
9. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI DALAM PEMBELAJARAN
a. Pengertian  Ketrampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi para siswa serta mengurangi kejenuhan dan
kebosanan. Ketrampilan mengadakan variasi ini dapat juga dipakai untuk pengunaan
ketrampilan mengajar yang lain, seperti dalam mengunakan ketrampilan bertanya
memberi pengutan, menjelaskan dan sebagainya(saud,2010:70)
Menurut agung & wibawa,2014 salah satu hal yang mempengaruhi efektifitas
kegiatan belajar di kelas adalah rasa bosan yang timbul pada diri siswa., guru dituntut
untuk kreatif di dalam kelas untuk mengatasi atau mencegah datangnya rasa bosan pada
siawa. Kreativitas guru tersebut dapat di tuangkan dalam ketrampilan guru untuk
melakukan variasi dalam mengajar.
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa Ketrampilan mengadakan variasi
dapat di artikan sebagai suatu proses perubahan dalam pembelajaran yang bertujuan
untuk menghilangkan kejenuhan dan kebosanan siswa dalam menerima bahan
pengajaran yang di berikan guru serta untuk mengacu dan mengingat perhatian siswa
sehingga siswa agar dapat selalu aktif dan terfokus dalam proses pembelajaran.
b. Tujuan Mengadakan Variasi
Dalam mengadakan variasi dalam sebuah pembelajaran itu guru perlu mengerti
dan memahami terlebih dahulu apa sebenarnya tujuan dari mengadakan variasi tersebut.
Setelah guru paham maka akhirnya guru akan dengan mudah menerapkan di dalam
kelas. Menurut beberapa buku yang telah saya baca ada 3 tujuan pokok dari pengadaan
variasi dalam kelas  antara lain :

 Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek


pembelajaran
 Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai
cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
 Meningkatkan kadar CBSA dalam proses belajar mengajar dengan melibatkan
siswa dengan berbagai tingkat kogniai.
c. Hal-Hal Yang Perlu Dipertahankan Dalam Ketrampilan Variasi
Dalam mengadakan variasi di dalam proses belajar mengajar seorang guru harus
memperhatiakan hal-hal sebagai berikut :

 Keterampilan mengajar variasi serta hubungannya dengan keterampilan-


keterampilan guru profesionnal lainnya, seperti penguasaan berbagai metode
mengajar dan keterampilan mengajukan pertanyaan.
 Penggunaan berbagai ketrampilan mengajar dengan variasi perlu direncanakan
sebelumnya dan sebaliknya dicantumkan dalam satuan pelajaran yang harus
disusun sebagai persiapan mengajar.
 Penggunaan variasi sangat dianjurkan, tetapi harus luwes dan wajar serta sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Pemakaian variasi yang berlebihan justru akan
menimbulkan kebingungan dan mengganggu proses belajar mengajar. Maka
guru perlu memperhatikan reaksi siswa, baik reaksi tingkah laku ataupun reaksi
perhatian siswa.
d. Komponen – komponen ketrampilan mengajar mengadakan variasi.
Variasi dalam mengajar dapat dilakukan dengan penggunaan suuara maupun
dengan isyarat-isyarat non verbal, seperti pandangan mata, ekspresi roman muka,
gerak-gerik tangan atau kepala dan gerak badan. Selain itu masi ada isyarat ekstra
verbal yaitu intonasi dan warna serta bunyian. Komponen utama dalam mengadakan
variasi adalah :

 Variasi dalam gaya mengajar


o Penggunaan variasi suara. Variasi suara adalah perubahan suara dari keras
menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari
gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-
kata tertentu.
o Pemusatan perhatian siswa. Guru dapat memusatkan perhatian siswa pada
hal-hal yang dianggap penting dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan
anak.
o Kesenyapan guru. Adanya kesenyapan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba
dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu, merupakan alat yang baik
untuk menarik perhatian siswa.
o Mengadakan kontak pandang dan gerak. Apabila guru sedang berbicara
atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh
kelas dan melihat ke mata murid-murid untuk menujukkan adanya hubungan
yang akrab dengan mereka.
o Gerakan badan dan mimik. Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan
kepala, dan gerakan badan adalah aspek yang sangat pentingdalam
berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan
arti dari pesan lisan yang di maksudkan.
o Pergantian posisi guru di dalam kelas. Pergantian guru di dalam kelas
dapat di gunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Terutama sekali
dalam menyampaikan pelajaran di dalam kelas, gerakan hendaknya
bebas,tidak kikuk atau kaku, dan hindari tingkah laku negatif.
 Variasi dalam penggunaan media pembelajaran
Media pembelajaran, apabila di tinjau dari indera yang di gunakan, dapat di
golongkan ke dalam tiga bagian,yakni dapat di dengar, dilihat, dan diraba. Pergantian
penggunaan jenis yang lain mengharuskan anak menyesuaikan inderanya, sehingga
dapat mempertinggi perhatisnya. Hal itu karena setiap mempunyai perbedaan
kemampuan dalam menggunakan alat inderanya. Ada anak yang termasuk tipe
visual, auditif, atau motorik.

o Variasi yang dapat dilihat. Media yang termasuk ke dalam jenis ini


ialah:grafik, bagan, poster, gambar, film, dan slide.
o Variasi media yang dapat didengar. Suara guru termasuk di dalam media
komunikasi yang utama didalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik,
deklamasi, puisi, sosiodrama, telepon, dapat di pakai sebagai penggunaan
indera dengan di variasikan dengan indera lainya.
o Variasi media yang dapat diraba, di manipulasi dan di gerakan. Yang
termasuk di dalam hal ini, misalnya peragaan yang di lakukan oleh guru atau
siswa, model, patung, topeng, dan boneka yang dapat di gunakan anak untuk
di raba, di pergerakan dan di manipulasi.
o Variasi media yang dapat di dengar. Media yang termasuk ini, misalnya
film, televisi,slide projektor yang di iringi penjelasan guru. Tentu saja
penggunanyaa sesuai dengan tujuan yang hendak di capai.
 Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar nemiliki corak
yang sangat beraneka ragam. Mulai dari kegiatan yang di dominasi oleh guru
sampai kegiatan mandiri yang di lakukan oleh siswa. Hal ini bergantung pada
ketrampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi
pola interaksi guru-siswa dan siswa-siswa agar kegiatan pembelajaran tidak
menimbulkan kebosanan, kejenuhan. Suasana kelas pun menjadi hidup.

e. Prinsip-Prinsip Penggunaan Keterampilan Mengadakan Variasi


 Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Penggunaan variasi yang wajar dan
beragam dianjurkan dalam prinsip ini. Sedangkan pemakaian yang berlebihan
akan menimbulkan kebingungan dan dapat mengganggu proses belajar
mengajar.
 Variasi harus digunakan dengan lancar dan berkesinambungan sehingga tidak
akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu proses pembelajaran.
 Variasi harus direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan
dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
f. Kelebihan keterampilan dalam mengadakan variasi.
Setiap keterampilan yang digunakan oleh guru tentu memiliki kelebihan-
kelebihan sehingga guru menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, adapun
kelebihan dari keterampilan mengadakan variasi diantaranya:

 Kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan baik bagi guru maupun bagi


peserta didik.
 Peserta didik menjadi semangat, penuh perhatian serta ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran.
 Tujuan pembelajaran akan tercapai secara efektif dan efisien.
g. Kekurangan keterampilan dalam mengadakan variasi.
Selain memiliki kelebihan keterampilan mengadakan variasi tentunya  juga
memiliki berbagai kekurangan-kekurangan. Kekurangan ini sering terjadi karena
guru yang kurang terampil atau kurang mampu menerapkan keterampilan
mengadakan variasi, sehingga muncullah permasalahan-permasalahan diantaranya.

 Apabila guru salah atau keliru dalam mengadakan variasi yang dilakukannya,
maka peserta didik juga akan salah penafsirannya dari pesan yang ingin
disampaikan oleh guru.
 Apabila guru berlebih-lebihan dalam mengadakan variasi, maka pelajaran akan
tergangu dan tujuan pembelajaran pun tidak dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
 Tidak semua siswa dapat menerima variasi yang diberikan oleh guru, sehingga
kadang siswa malah binggung dengan adanya variasi.
10. KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN
a. Pengertian Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses kegiatan yang berlansung secara
terkontrol dan teratur, dengan beberapa orang saling bertatap muka digabung menjadi
satu kelompok atau kelompok kecil yang saling berinteraksi mengungkapkan pemikiran
masing-masing. Diadakannya diskusi kelompok kecil, agar peserta didik dapat saling
bertukar informasi ataupun pengalaman, sehingga peserta didik mampu menyelesaikan
atau memecahkan suatu masalah.

b. Tujuan Diskusi
Adapun tujuan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu :

 Agar peserta didik dapat memberi dan menerima informasi  baru maupun
pengalaman dalam memecahkan suatu masalah.
 Agar peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk
berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain.
 Melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan penggambilan keputusan.
c. Manfaat Diskusi Bagi Peserta Didik
Kegiatan diskusi sering dilakukan dalam pembelajaran ketika membahas suatu
permasalahan atau topik dan mewajibkan peserta didik dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Dilakukannya diskusi untuk melatih peserta didik mengungkapkan
pendapatnya, saling berbagi informasi untuk memperoleh kesimpulan bersama.
Adapun manfaat diskusi bagi peserta didik, sebagai berikut :

 Mengembangkan kemampuan berpikir. Dengan diadakannya diskusi peserta


didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis dan berpikir
secara kreatif, artinya berpikir kritis yaitu berpikir secara reflek dan beralasan.
Sedangkan berpikir kreatif yaitu berpikir secara konsisten dan dapat
menghasilkan keterampilan dalam berpikir.
 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Peserta didik dapat
berkomunikasi dengan baik untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.
 Meningkatkan disiplin. Pesserta didik dapat meningkatkan kedisiplinan
melalui peraturan yang telah disepakatti bersama dalam diskusi kelompok.
 Meningkatkan motivasi belajar. Dalam diskusi kelompok peserta didik yang
pasif akan diminta untuk menyampaikan ide-idenya, sehingga peserta didik yang
lain dapat termotivasi oleh peserta didik yang pasif tadi.
 Mengembangkan sikap saling membantu. Di dalam diskusi kelompok peserta
didik dapat saling membantu temannya yang kesulitan dalam menyelesaikan
sebuah permasalahaan yang diberikan oleh
 Meningkatkan pemahaman. Peserta didik yang sebelumnya belum paham
dengan topik bahasan, akan lebih mudah memahami topik bahasan tersebut
melalui diskusi kelompok, karena peserta didik akan lebih paham ketika yang
menjelaskan temannya.
 Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan
 Berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah. Pada
kegiatan diskusi peserta didik dapat berbagi dan menerima informasi dan
pengalamannya masing-masing, sehingga peserta didik dapat memecahkan
masalah dan dapat menyimpulkannya.
 Meningkatkan kerjasama yang sehat. Diskusi dapat meningkatkan kerjasama
yang sehat karena dalam memecahkan masalah peserta didik saling
menyumbangkan pendapatnya masing-masing.
 Meningkatkan toleransi. Setiap peserta didik dapat menghargai segala
pendapat yang dikemukakan peserta didik yang lain.
d. Tahap-Tahap Kegiatan Diskusi
Adapun tahap-tahap dalam kegiatan diskusi kelompok, yaitu:

 Memusatkan perhatian peserta didik. 1) Merumuskan dan topik yang akan


dibahas pada awal diskusi, dinyatakan melalui pernyataan dan pertanyaan yang
meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik. 2) Mengemukakan masalah-masalah
khusus. 3) Catat perubahan-perubahan yang tidak relevan atau menyatakan
kembali bila terjadi penyimpangan diskusi dari tujuan atau masalah pokok yang
sedang dipecahkan. 4) Rangkum hasil pembicaraan diskusi yang telah
dilakukan.
 Memperjelas pendapat peserta didik. Adapun cara untuk membantu
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, yaitu: 1) Mengurai kembali
gagasan peserta didik yang kurang jelas menjadi lebih jelas sehingga semua
anggota kelompok menjadi paham. 2) Pendidik meminta peserta didik komentar
melalui pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau
mengembangkan ide-ide tersebut. 3) Menguraikan gagasan peserta didik dengan
memberikan informasi-informasi tambahan atau contoh-contoh dilingkungan
sekitar yang sesuai dengan topiik bahasan, sehingga semua kelompok
memperoleh pengetahuan yang lebih jelas  dan
 Menganalisis pandangan peserta didik. Pada kegiatan diskusi akan ada
banyak perbedaan pendapat di antara anggota kelompok. Dengan adanya
perbedaan pendapat tersebut, pendidik hendaknya mampu menganalisis alasan
perbedaan pendapat tersebut dengan cara sebagai berikut: 1) Meneliti apakah
alasan tersebut mempunyai dasar yang kuat atau tidak. 2) Memperjelas kembali
hal-hal yang disepakati maupun yang tidak disepakati sebelumnya.
 Meningkatkan kontribusi peserta didik. Yakni, 1) Pendidik bisa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang menantang agar peserta didik berpikir secara kritis.
2) Memberikan contoh-contoh secara verbal yang sesuai dengan topik bahasan
secara tepat. 3) Pendidik memberikan waktu peserta didik untuk berpikir. 4)
Memberikan apresiasi.
 Menyebarkan kesempatan berpartisipasi. Yakni, 1) Mencoba memancing
pendapat peserta didik yang enggan berpartisipasi dalam diskusi dengan
mengarah langsung dengan bijaksana. 2) Mencegah terjadinya pembicaraan
yang serentak dengan memberi kesempatan kepada peserta didik yang pendiam
terlebih dahulu. 3) Secara bijaksana mencegah peserta didik yang sering
memonopoli pembicaraan. 4) Pendidik dapat meminta peserta didik untuk
berkomentar tentang pendapat temannya sehingga interaksi peserta didik dapat
ditingkatkan.
 Menutup diskusi. Yakni, 1) Dengan adanya bantuan peserta didik, membuat
rangkuman hasil diskusi yang telah dilakukan. 2) Memberi gambaran tentang
tindak lanjut hasil diskusi atau tentang topik yang akan dibahas 3) Mengajak
peserta didik untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai.

e. Syarat Kelompok Yang Efektif


Untuk menjadikan kelompok diskusi yang efektif memiliki syarat sebagai berikut:

 Anggota kelompok heterogen, kelompok yang terdiri dari peserta didik yang
berbeda-beda kemampuan, dari yang kemampuan akademisnya tinggi,sedang
hingga yang berkemampuan kurang.
 Anggota mampu mengatasi masalah tersebut setelah menyadari dan memahami
potensi serta kelemahan dan potensi untuk mengatasi masalah yang dibahas.
 Masalah yang dibahas mengakibatkan timbulnya berbagai jawaban yang
berbeda-beda.
 Tiap anggota bertanggung jawab memberikan sumbangan untuk mencapai
tujuan kelompok.
 Dalam kegiatan kelompok terjadi proses pertukaran pendapat.
 
f. Peran Pendidik Dalam Memimpin Diskusi
 Koordinator belajar, pendidik dapat mengkoordinir segala sesuatu yang dapat
meningkatkan kemajuan belajar peserta didik.
 Fasilitator, pendidik dapat membantu mengelola suatu proses pertukaran
informasi dalam suatu kelompok dan membantu bagaimana diskusi
berlangsung.
 Perencana tugas bersama, pendidik yang merencanakan tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik.
 Katalisator adalah penghubung antar informasi dengh 
11. KETERAMPILAN MENGOLAH KELAS DALAM PEMBELAJARAN
a. Mengelola Kelas

(Depdikbud, 1985) keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk


menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan keterampilan untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila terdapat gangguan dalam proses
belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun gangguan yang
berkelanjutan.

Menurut (Majid, 2014) pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk


menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya jika
terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

Menurut (Mulyasa, 2013) pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk


menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi
gangguan dalam pembelajaran.Menurut (Usman, 2013) pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

Menurut (Wardani, 2005) keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan


dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal guna terjadinya proses
pembelajaran yang selalu serasi dan efektif.

Menurut (Wina Sanjaya, 2005) bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan


guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.

Menurut (Winataputra, 2004) keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan


menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta keterampilan guru
untuk mengembalikan kondisi belajar yang terganggu ke arah kondisi belajar yang
optimal.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengelola
kelas merupakan keterampilan yang digunakan oleh seorang guru dalam proses 
pembelajaran guna untuk mengkondisikan belajar siswa dengan harapan supaya terjadi
suatu kondisi kelas yang kondusif, memaksimalkan sarana dan prasarana, menjaga
keterlibatan siswa, menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal dan
rasa nyaman dalam proses belajar mengajar. Maka dalam melaksanakan keterampilan
mengelola kelas, perlu memperhatikan komponen keterampilan yang berhubungan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan seorang guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan
pelajaran.

b. Tujuan Pengelolaan Kelas


Menurut (Usman, 2002)  pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.

 Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas


belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil
yang baik.
 Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.

Adapun tujuan dari pengelolaan kelas menurut (Suharsimi, 1996) adalah agar


setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas tersebut dimaksudkan untuk
menciptakan suatu kondisi dalam kelompok kelas yang baik, kondusif dan terarah yang
memungkinkan siswa untuk berbuat dan beraktifitas sesuai dengan kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
 
c. Komponen Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut ( Wardani, 2005) komponen keterampilan mengelola kelas meliputi:
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal.

 Memperlihatkan sikap yang tanggap dengan melihat secara jeli dan seksama,
mendekatkan diri, memberikan sebuah pernyataan, atau memberi reaksi terhadap
gangguan kelas.
 Membagi perhatian secara visual dan verbal.
 Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut
tanggungjawab siswa.
 Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
 Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatan
atau ocehan, serta membuat aturan.
 Memberikan penguatan seperlunya.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
 Modifikasi tingkah laku. Dalam strategi ini, hal pokok yang harus dikuasai
seorang guru adalah mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan
cara memberikan contoh, bimbingan dan meningkatkan munculnya tingkah laku
siswa yang baik dengan memberikan penguatan.
 Pengelolaan/ proses kelompok. Dalam strategi ini kelompok dimanfaatkan
dalam memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul, terutama
melalui diskusi.
 Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah. Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkahlaku yang
keliru merupakan gejala dari suatu permasalahan.
d. Prinsip Penggunaan Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut (Wardani, 2005) dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas
perlu diingat 6 prinsip, yaitu:

 Kehangatan dan keantusiasan dalm mengajar, yang dapat menciptakan iklim


kelas yang menyenangkan.
 Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk
berfikir.
 Menggunakan berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan.
 Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas.
 Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif.
 Penanaman disiplin diri sendiri.
Sedangkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh (Usman,
2013) adalah sebagai berikut:

 Kehangatan dan keantusiasan


 Tantangan
 Bervariasi
 Keluwesan
 Penekanan pada hal-hal yang positif
 Penanaman disiplin diri
 
e. Keterampilan Mengelola Kelas Yang Baik
Menurut (Sartika, 2014) kemampuan dan keterampilan mengelola kelas dalam
proses belajar mengajar yang baik sebagai berikut:

 Menciptakan situasi yang memungkinkan anak untuk belajar, sehingga


merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.
 Siswa belajar dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang
merangsang untuk belajar.
Jadi, dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mampu menciptakan suatu
kondisi yang memungkinkan sisiwa dapat melakukan pembelajaran, menumbuhkan
sikap yang ramah, memiliki kesiapan demi berjalannya suatu pembelajaran dan
seorang siswa mampu merasakan kenyamanan dalam keadaan ataupun suasana yang
sewajarnya, tidak ada tekanan dari guru dan mampu terangsang untuk belajar
dengan baik.
12. KETERAMPILAN EVALUASI PEMBELAJARAN EVALUASI
PEMBELAJARAN

Wand dan Brown mengemukakan: evaluasi merupakan suatu proses untuk


menentukan nilai dari sesuatu (Nurkancana, 1981: 1). Lalu pengertian evaluasi
dipertegas lagi, dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai
kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Nana Sudjana, 1990: 3).
Namun secara umum evaluasi adalah proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu
(tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dll) berdasarkan kriteria
tertentu melalui penilaian

Apabila kita kaji lebih jauh pengertian evaluasi dengan kegiatan belajar dan
pembelajaran, maka pengertian yang didapat tidak jauh berbeda dengan pengertiannya
secara umum. Pengertian evaluasi belajar dan pembelajaran adalah proses untuk
menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan
penilaian dan/atau pengukuran belajar dan pembelajaran. Sedangkan pengertian
pengukuran dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses membandingkan
tingkat keberhasilan belajar dan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan yang telah
ditentukan secara kuantitatif. Pengertian belajar dan pembelajaran adalah proses
pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif.

a. Tujuan Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi pembelajaran adalah suatu hal yang penting dalam belajar dan
pembelajaran. Tujuan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran adalah untuk melihat
dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran
memiliki 3 hal penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik
yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran.
Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu; guru,
media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi.
Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.

Menurut Aunurrahman agar evaluasi dapat berfungsi secara optimal, evaluasi


harus memenuhi persyaratan. Menurut para ahli, beberapa persyaratan tersebut adalah
sebagai berikut:

 Reliabilitas (Keterandalan)
Menurutu Arikunto, bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tetap.
Untuk mengetahui taraf reliabilitas dapat menggunakan suatu tes, seperti:

 Teknik ulangan
Teknik ulangan dapat ditempuh dengan cara memberikan suatu tes pada
sekelompok anak. Kemudian dalam beberapa hari kedepan tes tersebut diberikan
lagi. Tetapi soal-soal tes tidak dibicarakan selama waktu antara itu. Selanjutnya skor
ulangan pertama dan kedua dikorelasikan. Besar kecilnya korelasi menunjukkan
reliabilitas dari tes tersebut.

 Teknik bentuk parallel

Teknik ini menggunakan dua tes yang sama (tetapi tidak identik). Lalu tes ini
diberikan kepada sekelompok subjek tanpa rentang waktu. Kemudian kedua skor
yang diperoleh dikorelasikan. Besar kecilnya korelasi menunujukkan reliabilitas dari
tes tersebut.

 Teknik belah dua


Dalam teknik ini tes yang diberikan dibagi menjadi dua bagian. Tiap-tiap bagian
diberikan skor tepisah.

 Kesahihan atau Validitas


Secara bahasa konsep validitas adalah kesahihan; kebenaran yang diperkuat oleh
bukti atau data yang sesuai. Secara umum kesahihan atau validitas adalah suatu
proses untuk mengukur dan menggambarkan objek atau keadaan suatu aspek sesuai
dengan fakta. Sebuah tes diakatakan memiliki validitas apabila tes itu dapat
mengukur apa yang hendak kita ukur.

 Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada
kaitannya dengan instrumen evaluasi, baik dalam mempersiapkan, menggunakan,
mengolah hasil, menginterpretsi hasil maupun kemudahan-kemudahan dalam
penyimpanannya (Dimyati dan Mujiono, 1994: 184).

f. Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran

 Evaluasi pembelajaran berdasarkan tujuan:


 Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran
berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai
hasil belajar. Pada dasarnya evaluasi formatif digunakan untuk mengukur sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan pada pokok bahasan
tersebut. Indikator untuk menentukan keberhasilan atau kemajuan siswa dalam
evaluasi formatif adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam
rumusan tujuan instruksional khusus (TIK) yang telah ditetapkan. TIK
dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan siswa dan tingkat kesulitan
yang dimana masih bisa dikuasai dan dijangkau oleh siswa.
 Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir satu satuan
waktu tertentu atau satu semester dengan beberapa pokok bahasan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam berpindah dari satu unit ke unit yang lain.

 Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan siswa beserta faktor-faktor
penyebabnya sehingga dapat diberikan penanganan yang tepat.
 Evaluasi pembelajaran berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran:
 Evaluasi program pembelajaran. Evaluasi yang mencakup tujuan pembelajaran,
isi program pembelajaran, strategi pembelajaran, aspek-aspek program
pembelajaran yang lain.
 Evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara proses
pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran, kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan kemampuan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
 Evaluasi hasil pembelajaran. Evaluasi yang mencakup tingkat kemampuan siswa
dalam menguasai tujuan pembelajaran.
 Evaluasi berdasarkan objek
 Evaluasi input. Evaluasi yang dilakukan terhadap siswa yang mencakup
kemampuasn siswa dalam pengusaan tujuan pembelajaran.
 Evaluasi transformasi. Evaluasi terhadap unsur-unsur proses pembelajaran seperti
materi, media, metode pembelajaran dan lain-lain.
 Evaluasi output. Evaluasi yang digunakan untuk mengukur ketercapaian hasil
pembelajaran.

g. Bentuk Soal Evaluasi


Ada banyak macam bentuk soal dalam evaluasi pembelajaran dan dibagi
kedalam tiga ranah, yaitu:
 Ranah kognitif
o Pertanyaan lisan
Pertanyaan lisan digunakan untuk mengetahui pencapaian dasar peserta didik
dalam penguasaan materi.

o Soal uraian
Soal uraian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan respons peserta didik
atau kemampuan menguraikan langkah untuk memperoleh jawaban.

o Soal terbuka
Soal terbuka adalah soal yang mempunyai lebih dari satu jawaban yang benar
dan menuntut menemukan jawaban itu beserta syarat khususnya.
 Ranah afektif
o Minat
Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi minat peserta didik
terhadap materi yang diberikan. Jika didapati minat seorang peserta didik
kurang, maka langkah selanjutnya mencari cara bagaimana meningkatkan minat
peserta didik tersebut. Lalu apabila minat peserta baik maka pendidik harus
mampu mempertahankan atau meningkatkan minat tersebut.

o Sikap
Tes ini digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran tertentu apakah positf, negatif, atau netral. Jika diketahui minat
peserta didik negatif atau netral, maka tugas seorang pendidik untuk mengubah
sikap tersebut menjadi positif.
 Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik digunakan untuk mengukur keterampilan peserta didik
dalam melakukan kinerja tertentu. Bentuk tes dalam ranah psikomotorik adalah:

o Tes tertulis
o Tes identifikasi
o Tes simulasi
o Tes contoh kerja
h. Langkah-Langkah Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran
 Perencanaan
Sebelum melakukan evaluasi hendakanya kita menentukan dulu bagaimana
evaluasi yang akan kita lakukan. Misalnya dengan memilih tujuan evaluasi, jenis
evaluasi, pemilihan soal, dan lain-lain.
 Pengumpulan data
Sebelum melakukan evaluasi kita harus mengumpulkan data tentang apa yang
kita butuhkan dalam melakukan evaluasi, supaya evaluasi yang kita lakukan
dapat berjalan dengan baik.
 Penelitian data
Dalam langkah ini kita harus memilih dan menyaring data terlebih dahulu.
Penelitian ini digunakan untuk memisahkan data yang baik dan buruk untuk
memperjelas tentang gambaran dari individu yang kita evaluasi.
 Pengolahan data
Pengoolahan data ini digunakan agar data yang kita peroleh dari individu dapat
lebih bermakna. Dapat membantu kita dalam mengetahui gambaran diri individu
atau seoarang murid yang sedang ita evaluasi.
 Penafsiran data
Penafsiran data merupakan satu kesatuan dengan pengolahan data, dimana kita
akan memperoleh tafsir ketika kita mengolah data yang kita hadapi.

 Meningkatkan daya serap peserta didik


Setelah pengukuran dan hasil dari pengolahan data kita dapat, maka selanjutnya
kita melakukan perbaikan dan membantu peserta didik dalam menyerap dan
menguasai materi.
 Laporan hasil penelitian
Yang terakhir adalah pemberian lapora hasil pembelajaran. Biasanya diberikan
pada pertengahan semester, akhir semester atau akhir dari jenjang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai