Anda di halaman 1dari 15

Apa Itu Micro Teaching?

Istilah micro teaching berasal dari dua kata, pertama kata “micro” yang


memiliki arti kecil, terbatas, sempit, dan sejenisnya. Kemudian ada kata
“teaching” yang memiliki arti mengajar. Jadi dilihat dari bentuk katanya,
istilah ini memiliki definisi sebagai kegiatan mengajar yang segala aspek
di dalamnya kemudian diperkecil atau disederhanakan. 

Penyederhanaan tersebut kemudian menjadikan kegiatan mengajar


menjadi lebih sederhana juga, yang tentunya tidak serumit dengan
kegiatan mengajar konvensional. Melalui pelatihan keterampilan tersebut
maka calon tenaga pendidik diharapkan bisa terbiasa mengajar. 

Sebab meskipun punya keinginan menjadi pengajar, tidak selalu


langsung bisa mengajar. Mengajar sendiri ada tekniknya, ada seninya,
dan juga ada trik-trik tersendiri yang tentu perlu dikuasai seorang
pengajar. 

Penguasaannya bisa sambil jalan, artinya seiring berjalannya waktu


kegiatan mengajar semakin mudah untuk dikuasai. Namun, sebelum
terjun di dunia mengajar penting sekali untuk paham teknik dasar
mengajar. Hal tersebut kemudian bisa didapatkan dari pelatihan
keterampilan micro teaching.  

Baca Juga: 6 Alasan Dosen Mengajar Dua Kampus di Tengah Kesibukan

Pengertian Micro Teaching Menurut Para Ahli 


Para ahli atau pakar kemudian juga menyampaikan definisinya terkait
keterampilan mengajar yang disederhanakan tersebut. Beberapa pakar
tersebut antara lain: 

Sukirman 
Definisi pertama disampaikan oleh Sukirman (2012) yang menjelaskan
bahwa keterampilan mengajar secara micro adalah sebuah pembelajaran
dengan salah satu pendekatan atau cara untuk melatih penampilan
mengajar yang dilakukan secara micro atau disederhanakan. 

Sukirman juga menjelaskan bahwa penyederhanaan yang dimaksudkan


disini adalah dari sejumlah komponen. Seperti waktu mengajar, materi
yang disampaikan di kelas, keterampilan dasar yang dijelaskan, dan lain
sebagainya. Sehingga kegiatan mengajar menjadi lebih sederhana dari
segi waktu dan materinya. 
Barnawi dan Arifin 
Definisi kedua disampaikan oleh Barnawi dan Arifin (2016) yang
menjelaskan bahwa mengajar secara micro adalah metode yang
digunakan di lingkungan pendidikan guru dan lingkungan belajar
mengajar lainnya.

Melalui pelatihan metode pengajaran tersebut para calon guru dan dosen
akan mempelajari sejumlah keterampilan. Seperti keterampilan dasar
dalam kegiatan mengajar, mempraktikkan keterampilan dasar mengajar
tersebut, melakukan diskusi terkait masalah dalam mengajar, dan lain
sebagainya. 

Asril 
Menurut Asril (2011) definisi dari micro teaching adalah sebuah model
pengajaran yang diperkecil dan memiliki istilah lain real teaching. Kata
“diperkecil” yang dimaksud disini mencakup beberapa hal. Pertama
jumlah siswa atau mahasiswa yang terbatas, ruang kelas terbatas, waktu
pembelajaran yang terbatas, dan lain-lain. 

Helmiati 
Helmiati (2013) juga memberikan pendapatnya dalam mendefinisikan
keterampilan mengajar secara micro tersebut. Yakni sebagai proses
penguasaan keterampilan dasar mengajar, guru perlu berlatih secara
parsial artinya tiap-tiap komponen keterampilan dasar mengajar perlu
dikuasai secara terpisah-pisah.

Hasibuan, Ibrahim, dan Toernial  


Definisi selanjutnya disampaikan oleh Hasibuan, Ismail, dan Toernial
(2014) yang dijelaskan sebagai metode latihan penampilan dasar
mengajar yang dirancang secara jelas mengisolasi bagian-bagian
komponen dan proses mengajar sehingga guru atau calon guru dapat
menguasai satu persatu keterampilan dasar mengajar dalam situasi yang
disederhanakan.

Melalui berbagai definisi yang disampaikan oleh para pakar tersebut,


maka istilah micro teaching kemudian bisa disimpulkan sebagai suatu
metode pelatihan bagi calon pendidik (guru dan dosen) untuk
mendapatkan dan menguasai keterampilan mengajar melalui proses
pengajaran yang dibuat sederhana. 
Penyederhanaan kegiatan mengajar ini akan memudahkan calon tenaga
pendidik atau pengajar untuk memahami dasar dalam mengajar.
Sekaligus mempelajari dan mempraktekan teknik dalam menyampaikan
materi yang baik dan benar di kelas. Jika langsung mengajar banyak
peserta didik dan materi yang hanya bisa dibahas 1 jam penuh. 

Maka calon pendidik bisa jadi bingung dan pusing harus memulai
darimana, dan bisa jadi belum memiliki kesiapan untuk menjelaskan
materi yang cukup banyak dan kompleks. Sehingga sebagai langkah
awal diberikan pelatihan yang sederhana. Mengajar peserta yang
terbatas, di waktu yang dibatasi, dan materi yang sengaja dibuat sedikit. 

Baca Juga: Hasil Telaah Usulan Penyelenggaraan Program Beasiswa


PMDSU 2021 Batch VI

Sejarah Micro Teaching 


Pelatihan keterampilan mengajar ini diketahui mulai berkembang di tahun
1960-an di Inggris, tepatnya di Stanford University. Teknik
penyederhanaan ini mulai dikembangkan oleh Stanford University ketika
paham behaviorisme (aliran perilaku) mulai mempengaruhi proses
belajar. 

Paham tersebut memiliki anggapan bahwa dalam kegiatan belajar


merupakan proses untuk merubah tingkah laku. Paham ini juga
menekankan pentingnya umpan balik dalam kegiatan mengajar.
Sehingga meningkatkan umpan balik yang memberi efek positif
dibanding negatif, agar perubahan tingkah laku juga ikut positif. 

Para calon pengajar atau pendidik kemudian diharapkan memiliki


perilaku atau tingkah laku yang benar, agar bisa mengundang respon
positif dari para peserta didik. Umpan balik dalam kegiatan mengajar pun
semakin maksimal ketika kegiatan mengajar ini diperkecil atau
disederhanakan. 

Penerapannya kemudian mulai dilakukan, salah satunya oleh Dwight


Allen dan teman-temannya di tahun 1961. Metode pelatihan tersebut
kemudian dikenal dengan istilah Pendekatan Stanford dan diterapkan
pertama kali di University of California. Perlahan, program Pendekatan
Stanford kemudian dilaksanakan secara lebih luas. 

Memasuki tahun 1963, Stanford University kemudian


memperkenalkannya dengan sebutan Program Pendidikan Eksperimental
yang mendapat dukungan dari Ford Foundation. Program pendidikan ini
kemudian mencoba menyederhanakan kegiatan mengajar yang
kemudian menyebar sampai ke berbagai perguruan tinggi. 

Mulai dari perguruan tinggi di Amerika dan berlanjut ke Eropa. Tahun


1971, metode pelatihan micro teaching kemudian dikenal lebih luas dan
masuk ke kawasan Asia di negara Malaysia, Singapura, dan juga
Indonesia. 

Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Unsur-Unsur Penilaian Angka Kredit


Dosen

Fungsi Micro Teaching 


Pelatihan keterampilan mengajar ini sendiri memiliki sejumlah fungsi dan
tujuan. Berikut adalah sejumlah fungsi dari pelaksanaan pelatihan
keterampilan mengajar tersebut: 

Meningkatkan Kompetensi Mengajar


Pada dasarnya micro teaching bisa disebut sebagai pelatihan untuk
mengasah keterampilan calon pendidik dalam mengajar. Sehingga fungsi
utama dan pertama dari pelatihan ini tentu saja untuk meningkatkan
kompetensi para calon pendidik untuk bisa mengajar dengan baik. 

Setiap tenaga pendidik memang dituntut untuk memiliki kompetensi


dalam mengajar. Adanya pelatihan akan membantu setiap calon pendidik
memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Jika pada dasarnya kompetensi
tertentu sudah dikuasai maka bisa beralih ke kompetensi lain dan
kemudian terus dikembangkan. 

Penguasaan Keterampilan Khusus dalam Mengajar 


Fungsi kedua dari pelatihan mengajar ini adalah untuk memberi
penguasaan terhadap keterampilan khusus ketika mengajar. Tujuannya
agar kompetensi yang telah dikuasai bisa dipraktekan dengan baik dan
benar. Sebab sudah memiliki keterampilan yang mendukung untuk
melaksanakan kompetensi tersebut. 

Dilakukan Penelitian Terhadap Metode Mengajar 


Kegiatan mengajar juga identik dengan metode mengajar atau metode
pembelajaran, dan jenisnya cukup beragam bahkan semakin kompleks.
Pelatihan mengajar seperti ini berfungsi untuk meneliti setiap metode
pembelajaran yang sekiranya paling efektif. 

Kemudian dipertimbangkan untuk menggabungkan atau


mengkombinasikan antara dua maupun lebih dari metode pembelajaran
yang sudah ada. Sehingga bisa dilihat aktivitasnya kepada peserta didik,
sekaligus mengukur keterampilan calon pendidik sudah sampai mana. 

Apakah sudah bisa menggabungkan atau masih fokus dengan metode


pembelajaran secara tunggal. Namun mengkombinasikan beberapa
metode pembelajaran pun tidak bisa asal, perlu disesuaikan dengan
karakter dari materi yang akan disampaikan. 

Mengembangkan Metode Mengajar  


Pelatihan micro teaching juga memiliki fungsi untuk mendukung proses
pengembangan metode mengajar atau metode pembelajaran. Sehingga
untuk metode pembelajaran yang dirasa masih memiliki kekurangan
kemudian dikembangkan agar lebih sempurna. 

Selain itu, dimungkinkan sekali untuk mendorong terciptanya metode


pembelajaran baru. Metode baru ini dirasa memiliki lebih banyak
keunggulan dibanding metode pembelajaran yang sudah ada. Sehingga
bisa diterapkan untuk kondisi belajar yang tidak bisa mendukung
penerapan metode pembelajaran lama. 

Tujuan Dilaksanakan Micro Teaching 


Lalu, apa tujuan dari pelaksanaan pelatihan keterampilan mengajar ini?
Rupanya tujuan dari pelaksanaannya sendiri cukup beragam. Beberapa
diantaranya adalah: 

Membantu Pendidik Memiliki Keterampilan Khusus


Keterampilan ini nantinya bisa menjadi jalan untuk menyampaikan materi
dengan baik di depan peserta didik. Selama pelatihan, setiap calon
tenaga pendidik bisa memiliki waktu yang cukup untuk mengenal dan
menguasai satu per satu keterampilan khusus tersebut. 

Meningkatkan Taraf Kompetensi Pembelajaran


Membantu calon tenaga pendidik untuk bisa meningkatkan kompetensi
dalam kegiatan mengajar. Sehingga memiliki keterampilan atau
kompetensi yang mendukung untuk menyampaikan materi dengan lebih
baik. 
Penyampaian yang dilakukan dengan teknik terbaik akan mudah
dipahami, ilmu dari tenaga pendidik tersalurkan dengan baik, dan dengan
mudah bisa dipraktekan dan dikembangkan oleh peserta didik itu sendiri. 

Mendorong Tenaga Pendidik Menemukan Kekurangan


Artinya melalui pelatihan ini para calon tenaga pendidik bisa menyadari
kekurangan yang dimiliki dalam mengajar. Sebab dengan kelas yang
terbatas si tenaga pendidik ini lebih mudah menyadari kekurangan,
kesalahan, dan melakukan evaluasi. 

Sehingga bisa mengoreksi kesalahan dan menyempurnakan kekurangan


yang dimiliki. Hal ini penting supaya ketika sudah menjadi tenaga
pendidik sudah paham bagaimana menghilangkan kekurangan dalam
penyampaian materi. Kelas pun menjadi lebih efektif dan lebih hidup. 

Menunjang Penguasaan Keterampilan Mengajar


Dengan adanya pelatihan maka calon tenaga pendidik memiliki media
yang tepat untuk menguasai dan mengembangkan keterampilan diri
dalam hal mengajar. Sehingga keterampilan tersebut terus meningkat
dan siap menjadi tenaga pendidik yang profesional. 

Meningkatkan Kesadaran Pentingnya Keterampilan Mengajar


Sebab belum semua calon pendidik paham betul mengenai pentingnya
keterampilan tersebut. Seringnya banyak yang mengartikan mengajar
adalah menyampaikan ulang suatu materi. 

Padahal sudah tentu ada teknik tertentu yang perlu dikuasai, dan banyak
melibatkan keterampilan. Misalnya keterampilan public speaking, sebab
menguasai materi belum tentu bisa menyampaikannya di hadapan
beberapa atau banyak peserta didik. Hal ini bisa dihindari dengan
pelatihan micro teaching tersebut. 

Menanamkan Rasa Percaya Diri


Lewat kegiatan pelatihan dengan praktek langsung dalam mengajar akan
membantu calon tenaga pendidik lebih percaya diri berdiri di kelas dan
bertatap muka dengan belasan sampai puluhan peserta didik di satu
kelas.Hal ini tentu penting untuk memaksimalkan kegiatan mengajar. 

Baca Juga: Berikut 3 Klasifikasi Dosen Asing yang Layak Mengajar di


Indonesia
Aspek Keterampilan di Dalam Micro Teaching 
Melalui pelatihan mengajar dalam kelas yang disederhanakan ini,
terdapat sejumlah aspek keterampilan yang perlu dikuasai oleh calon
tenaga pendidik. Menurut Barnawi dan Arifin (2016), aspek keterampilan
tersebut meliputi: 

Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Keterampilan pertama yang perlu dikuasai adalah keterampilan dalam
membuka dan menutup pelajaran atau kelas. Jadi, calon tenaga pendidik
perlu memiliki keterampilan untuk bisa membuka kelas dengan baik dan
benar. Tujuannya adalah sejak awal kelas dimulai, pendidik sudah
mendapatkan fokus dan perhatian. 

Hal ini tentu penting untuk mendukung penyampaian materi


pembelajaran dengan baik, suasana di kelas pun cenderung lebih
bersahabat. Selain itu, dalam menutup kelas juga diperlukan
keterampilan. Yakni tenaga pendidik perlu menyimpulkan jalannya kelas,
memberi motivasi bagi peserta didik untuk belajar, dan lain sebagainya. 

Keterampilan Menjelaskan Materi 


Keterampilan berikutnya dalam pelatihan micro teaching adalah
keterampilan menjelaskan materi. Menjelaskan materi merupakan tugas
pokok tenaga pendidik dalam mengajar. Penyampaiannya tidak bisa asal,
sehingga seorang dosen tidak bisa membaca buku ajar di hadapan
mahasiswa dan berharap ilmu dari buku tersebut tersalurkan. 

Teknik ini tentu membuat suasana kelas tidak mendukung, mahasiswa


merasa dosen di depan pun belum menguasai materi karena
menyampaikan isi buku. Oleh sebab itu dalam menyampaikan materi di
kelas juga butuh keterampilan. Yakni dimulai dengan penyampaian
secara runtut, jelas, dan menarik. 

Tujuan dari penyampaian materi pelajaran tentu bukan untuk membantu


peserta didik menghafal materi. Melainkan memahaminya, maka
diperlukan teknik yang cerdas dan kreatif pada saat menyampaikan
materi tersebut agar mudah dipahami. 

Keterampilan Mengadakan Variasi 


Keterampilan lainnya adalah keterampilan mengadakan variasi,
maksudnya adalah keterampilan untuk memvariasikan metode mengajar
supaya selalu menarik. Sehingga tenaga pendidik diharapkan paham
bagaimana menerapkan metode pembelajaran secara acak, dan tidak
terpaku hanya pada satu metode. 

Keterampilan Memberikan Penguatan 


Berikutnya adalah keterampilan memberi penguatan, yakni untuk
menguatkan karakter dari peserta didik dan tenaga pendidik untuk
menjadi lebih baik. Sehingga melalui ilmu yang didapat di kegiatan
pembelajaran, masing-masing bisa menyerap manfaat positif dan
menjadi media untuk meningkatkan kualitas diri. 

Baca Juga: Tips Mengajar Online dari Dosen STAIN Malikussaleh


Lhokseumawe

Keterampilan Bertanya 
Keterampilan ini bertujuan untuk merangsang minat dan keinginan
peserta didik bertanya di sela-sela kegiatan mengajar. Sebab tenaga
pendidik mampu menciptakan suasana kelas yang menarik dan materi
yang disampaikan juga mudah dipahami. 

Ketika materi pelajaran dipahami dijamin banyak peserta didik yang


bertanya, karena ingin memahami materi tersebut secara lebih
mendalam. Supaya hal ini tercapai maka penyampaian materi harus baik
dan metode pembelajaran yang digunakan harus tepat dan sesuai. 

Keterampilan Mengelola Kelas 


Calon tenaga pendidik juga akan dibekali keterampilan mengelola kelas
dalam pelatihan micro teaching. Sehingga bisa menguasai kelas dan
menciptakan suasana kelas yang kondusif. Ketika ada masalah di kelas,
nantinya juga bisa mencari solusi terbaiknya karena sudah terlatih. 

Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil


Melalui pelatihan mengajar yang disederhanakan, calon tenaga pendidik
akan mengajar kelompok kecil. Terdiri dari 3-8 siswa maupun
mahasiswa, sehingga memiliki keterampilan untuk mengajar kelompok
kecil dengan baik. Teknik serupa kemudian bisa diaplikasikan saat
mengajar kelompok yang lebih besar. 

Keterampilan Membimbing Diskusi Kecil 


Selain itu, juga dibekali keterampilan membimbing diskusi kecil dari
kelompok kecil yang diajar. Sehingga setiap kali mengadakan kelompok
diskusi di kelas bisa memberikan bimbingan yang baik dan benar.
Sekaligus menjadikan diskusi kelompok lebih efektif. 
Melalui penjelasan di atas tentu bisa dipahami bahwa micro
teaching merupakan bentuk pelatihan khusus untuk calon tenaga
pendidik. Dimana tenaga pendidik akan mengajar kelas lebih sederhana
dari segi waktu yang lebih pendek, jumlah peserta didik yang sedikit, dan
materi yang diminimalkan. Sehingga lebih mudah menguasai
keterampilan dalam mengajar.

Micro teaching atau pembelajaran mikro adalah sebuah model atau metode pelatihan
penampilan dasar mengajar guru yang dilakukan secara mikro atau disederhanakan, yaitu
waktu, materi dan jumlah siswa. Micro teaching biasanya dilakukan oleh calon guru yang
saling bertukar peran dalam berlatih untuk menguasai keterampilan dasar mengajar, praktek
kegiatan belajar dan berdiskusi mengenai masalah-masalah yang ditemukan.

Pembelajaran micro teaching pada awalnya dilakukan di Stanford University, USA pada
tahun 1963. Micro teaching dilakukan sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan
kualitas guru profesional. Di Indonesia micro teaching mulai diperkenalkan oleh beberapa
lembaga pendidikan tinggi, antara lain IKIP Yogyakarta, IKIP Bandung, IKIP Ujung Pandang,
FKIP Universitas Kristen Satyawacana. Pada Mei 1977 diadakan seminar untuk
merekomendasikan pembelajaran mikro dimasukkan dalam silabus dan kurikulum pada
lembaga pendidikan guru (Asril, 2011).

Micro teaching adalah suatu metode latihan yang dirancang sedemikian rupa untuk
memperbaiki keterampilan mengajar calon guru dan mengembangkan pengalaman
profesional guru khususnya keterampilan mengajar dengan cara menyederhanakan atau
memperkecil aspek pembelajaran seperti jumlah murid, waktu, fokus bahan ajar dan
membatasi penerapan keterampilan mengajar tertentu, sehingga guru dapat diketahui
keunggulan dan kelemahan pada diri guru secara akurat.

Berikut definisi dan pengertian micro teaching dari beberapa sumber buku:

 Menurut Sukirman (2012), micro teaching adalah sebuah pembelajaran dengan


salah satu pendekatan atau cara untuk melatih penampilan mengajar yang dilakukan
secara micro atau disederhanakan. Penyederhanaan disini terkait dengan setiap
komponen pembelajaran, misalnya dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis
keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, penggunaan metode dan media
pembelajaran, dan unsur-unsur pembelajaran lainnya. 
 Menurut Barnawi dan Arifin (2016), micro teaching adalah metode yang digunakan di
lingkungan pendidikan guru dan lingkungan belajar mengajar lainnya. Dalam micro
teaching sekelompok calon guru berlatih untuk menguasai keterampilan-
keterampilan dasar mengajar, mempraktikan kegiatan mengajar, dan berdiskusi
untuk membahas tentang masalah-masalah yang ditemukan. Proses belajar
mengajar direkam dalam sebuah video dengan pantauan dosen pembimbing. Calon
guru saling bertukar peran, ada suatu saat menjadi guru dan ada pula yang suatu
saat menjadi siswa. Cara seperti ini telah digunakan di banyak lembaga pendidikan
guru. 
 Menurut Asril (2011), micro teaching adalah sebuah model pengajaran yang
dikecilkan atau disebut juga dengan real teaching. Jumlah pesertanya berkisar
antara 5 - 10 orang, ruang kelasnya terbatas, waktu pelaksanaannya berkisar antara
10 dan 15 menit, terfokus kepada keterampilan mengajar tertentu, dan pokok
bahasannya disederhanakan. 
 Menurut Helmiati (2013), micro teaching adalah penguasaan ketrampilan dasar
mengajar, guru perlu berlatih secara parsial artinya tiap-tiap komponen keterampilan
dasar mengajar perlu dikuasai secara terpisah-pisah. Adapun yang dikecilkan dan
disederhanakan adalah jumlah siswa 5 - 10 orang, waktu mengajar 5 - 10 menit,
bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua hal yang sederhana dan
ketrampilan mengajar difokuskan beberapa ketrampilan khusus saja. 
 Menurut Hasibuan, Ibrahim dan Toemial (2014), micro teaching adalah metode
latihan penampilan dasar mengajar yang dirancang secara jelas mengisolasi bagian-
bagian komponen dan proses mengajar sehingga guru atau calon guru dapat
menguasai satu persatu ketrampilan dasar mengajar dalam situasi yang
disederhanakan.

Fungsi dan Tujuan Micro Teaching 

Menurut Barnawi dan Arifin (2016), micro teaching berfungsi untuk memberikan pengalaman
baru dalam belajar mengajar, sedangkan bagi guru micro teaching berfungsi memberi
penyegaran keterampilan dan sebagai sarana umpan balik atas kinerja mengajarnya.
Melalui micro teaching, baik calon guru maupun guru dapat memperoleh informasi tentang
kekurangan dan kelebihannya dalam mengajar. Apa saja kelebihan yang perlu
dipertahankan dan apa saja kekurangan yang dapat diperbaiki. Selain itu, melalui micro
teaching guru dapat mencoba metode atau model pembelajaran baru sebelum digunakan
pada kelas yang sebenarnya.

Menurut Helmiati (2013), micro Teaching berfungsi untuk membina calon guru/tenaga
kependidikan melalui keterampilan kognitif, psikomotorik, reaktif dan interaktif. Adapun
fungsi-fungsi pembelajaran mikro atau micro teaching adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Intruksional, sebagai penyedia fasilitas praktek latihan bagi calon guru
untuk berlatih dan memperbaiki dan meningkatkan keterampilan pembelajaran juga
latihan penerapan pengetahuan metode dan teknik mengajar dan ilmu keguruan
yang telah dipelajari secara teoritik. Pengajaran mikro berfungsi sebagai praktek
keguruan, baik dalam pre-service maupun in-service. Dengan hal ini maka jelas
bahwa fungsi intruksional sebagai tempat untuk mengasah kompetensi dan
keterampilan mengajar. 
2. Fungsi Pembinaan, sebagai tempat pembinaan dan pembekalan para calon guru
dibina sebelum terjun ke pengajaran sebenarnya. Micro teaching dijadikan tempat
membekali calon guru dengan memperbaiki komponen-komponen mengajar
sebelum terjun ke kelas tempat pengajaran. 
3. Fungsi Integralistik, sebagai program yang merupakan bagian integral program
pengalaman lapangan serta merupakan mata kuliah prasyarat PPL dan berstatus
sebagai mata kuliah wajib nyata. 
4. Fungsi Eksperimen, sebagai bahan uji coba bagi calon guru pakar di bidang
pembelajaran. Contohnya seorang guru berdasarkan penelitiannya menemukan
suatu model pembelajaran, maka sebelum penemuan itu dipraktekkan di lapangan,
maka terlebih dahulu diujicobakan di dalam micro teaching ini. Dengan hal ini hasil
dapat dievaluasi di mana letak kelemahannya untuk segera dilakukan perbaikan-
perbaikan. Dengan kata lain bahwa fungsi micro teaching adalah sarana dalam
latihan mempraktekkan mengajar, juga salah satu syarat bagi mahasiswa yang akan
mengikuti praktek mengajar di lapangan. 
5. Peka terhadap fenomena yang terjadi di dalam proses pembelajaran ketika menjadi
kolaborator yang mengkritisi teman yang tampil praktik mengajar. 
6. Lebih siap melakukan kegiatan praktik mengajar di lembaga dan sekolah.
7. Dapat menilai kekurangan yang ada dalam dirinya yang berkaitan dengan
kompetensi dasar mengajar melalui refleksi diri setelah praktik ke depan.
8. Sadar bagaimana membentuk profil pendidik yang baik ditinjau dari kompetensi
penampilan, sikap dan perilaku. Melalui micro teaching seorang calon pendidik akan
memiliki rasa percaya diri yang tinggi, karena telah dilatih secara baik dan dibekali
kompetensi demi kompetensi baik secara terpisah maupun terpadu dalam satu
kesatuan proses pembelajaran.

Menurut Barnawi dan Arifin (2016), tujuan micro teaching adalah untuk membekali dan/atau
meningkatkan performance calon guru atau guru dalam mengadakan kegiatan belajar
mengajar melalui pelatihan keterampilan mengajar. Micro teaching digunakan untuk
mempertemukan antara teori dan praktik pengajaran pada mahasiswa calon guru. Selain itu,
micro teaching digunakan untuk menyiapkan calon guru sebelum praktik mengajar di
sekolah.

Micro teaching merupakan salah satu penunjang pengalaman lapangan bagi calon guru.
Micro teaching menjadi salah satu latihan terbatas mengenai keterampilan-keterampilan
tertentu. Menurut Hasibuan, Ibrahim dan Toemial (2014), tujuan yang diharapkan dari
pembelajaran micro teaching antara lain adalah sebagai berikut:

1. Membantu calon guru atau guru menguasai ketrampilan-ketrampilan khusus, agar


dalam latihan tidak mengalami kesulitan. 
2. Meningkatkan taraf kompetensi mengajar bagi calon guru secara bertahap, dengan
penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang akhirnya dapat diintegrasikan dalam
mengajar yang sesungguhnya. 
3. Dalam in service training bagi guru atau dosen, diharapkan yang bersangkutan bisa
menemukan sendiri kekurangannya dalam mengajar dan usaha memperbaikinya. 
4. Memberi kemungkinan dalam latihan pembelajaran mikro agar calon guru atau guru
menguasai ketrampilan (khusus) mengajar, agar dalam penampilan mengajar (dalam
proses belajar-mengajar) mantap, terampil, dan kompeten. 
5. Sebagai penunjang usaha peningkatan ketrampilan, kemampuan serta efektivitas
dan efisiensi penampilan calon guru atau guru dalam proses belajar mengajar.
Aspek-Aspek dalam Micro Teaching 

Pembelajaran mikro atau micro teaching memiliki beberapa aspek dalam melatih
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pengajar terkait dengan sejauh mana
kemampuan para guru mampu di dalam menerapkan berbagai variasi metode mengajar.
Menurut Barnawi dan Arifin (2016) terdapat beberapa aspek keterampilan dalam micro
teaching, yaitu sebagai berikut:

BACA JUGA

 Strategi Pembelajaran Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle)


 Model Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here
 Metode Sosiodrama - Pengertian, Jenis, dan Tahapan
 Model Pembelajaran ADDIE

a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 


Membuka pelajaran merupakan usaha untuk menciptakan pra kondisi agar mental maupun
perhatian siswa terpusat pada apa yang akan dipelajarinya. Membuka pelajaran berarti
mengarahkan siswa pada materi pelajaran bukan hanya yang diperlukan pada awal
pembelajaran, melainkan juga selama proses pembelajaran. Menutup pelajaran merupakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyimpulkan kegiatan inti. Saat guru mengatakan
kepada siswa bahwa waktu pelajaran. Kegiatan menutup pelajaran harus memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari, tingkat pencapaian siswa, dan
tingkat keberhasilan guru. Kegiatan menutup pelajaran tidak hanya dilakukan dilakukan
pada setiap akhir pelajaran, tetapi juga dapat dilakukan pada setiap penggal akhir kegiatan
atau setiap kali akan ke hal atau topik baru.

b. Keterampilan Menjelaskan 
Keterampilan menjelaskan adalah suatu keterampilan menyajikan bahan belajar yang
diorganisasikan secara sistematis sebagai suatu kesatuan yang berarti, sehingga mudah
dipahami para peserta didik. Kegiatan menjelaskan memiliki tiga komponen, yaitu
penyampaian pesan (sender), pihak yang dituju (receiver), dan pesan (message). Tujuan
menjelaskan tidak untuk membuat siswa hafal, tetapi membuat siswa menjadi memahami
apa yang sedang dipelajari. Penjelasan itu harus berkesan dan bermakna bagi siswa.
Sebelumnya perlu dilakukan perencanaan dengan baik dan memerhatikan isi materi serta
kondisi siswa, kemudian isi materi perlu disajikan dengan teknik yang tepat agar mudah
dipahami. Bisa dengan pengarahan, bahasa yang sederhana, ataupun ilustrasi.

c. Keterampilan Mengadakan Variasi 


Keterampilan menggunakan variasi stimulus merupakan keterampilan guru dalam
menggunakan bermacam kemampuan dalam mengajar untuk memberikan rangsangan
kepada siswa agar suasana pembelajaran selalu menarik, sehingga siswa bergairah dan
antusias dalam menerima pembelajaran dan aktivitas belajar mengajar dapat berlangsung
secara efektif. Tujuan penggunaan variasi dalam proses belajar mengajar menghilangkan
kejemuan dalam mengikuti proses belajar, mempertahankan kondisi optimal belajar,
meningkatkan perhatian dan kondisi peserta didik, memudahkan pencapaian pembelajaran.
d. Keterampilan Memberikan Penguatan 
Memberi penguatan merupakan tindakan terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat
mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut di saat yang lain untuk
mempertahankan dan meningkatkan perilaku tertentu. Keterampilan memberikan penguatan
ialah keterampilan memberi respon positif dengan tujuan mempertahankan dan
meningkatkan perilaku tertentu. Penguatan juga dapat dikatakan sebagai respon terhadap
suatu tingkah laku yang sengaja diberikan agar tingkah laku tersebut dapat terulang
kembali.

e. Keterampilan bertanya 
Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban atau balikan dari orang lain. Setiap pengajaran, evaluasi, pengukuran, dan
penilaian dilakukan dengan pertanyaan. Pertanyaan yang baik akan menuntun jawaban
yang sesungguhnya dan pertanyaan yang buruk akan menjauhkan kita dari jawaban yang
memuaskan. Tujuan keterampilan bertanya agar peserta didik bisa termotivasi untuk terlibat
dalam interaksi belajar, berani mengutarakan pendapat, dan mampu meningkatkan pola
berfikir peserta didik.

f. Keterampilan Mengelola Kelas 


Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisi apabila terjadi gangguan dalam
pembelajaran. Komponen pengelolaan kelas terbagi menjadi dua, yaitu komponen yang
bersifat preventif dan komponen yang bersifat kuratif. Komponen yang bersifat preventif
ialah komponen yang berhubungan dengan tindakan penciptaan dam pemeliharaan kondisi
optimal, sedangkan komponen yang bersifat kuratif ialah komponen yang berhubungan
dengan tindakan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

g. Kemampuan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan 


Kemampuan mengajar kelompok kecil merupakan kemampuan guru mengajar peserta didik
sebanyak 3-8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan keterampilan mengajar
perseorangan atau individual merupakan kemampuan guru untuk menentukan waktu, bahan
ajar, dan tujuan yang digunakan dalam mengajar dan memperhatikan perbedaan setiap
individu peserta didik. Seorang guru di tuntut untuk mengorganisasikan siswa sesuai dengan
pokok bahasan, tujuan pembelajaran, kebutuhan siswa, waktu, dan alat yang tersedia.

h. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 


Kemampuan membimbing diskusi kelompok merupakan keterampilan yang sangat penting
untuk dikuasai teacher trainee. Dalam kegiatan mengajar ada kalanya guru membuat
kegiatan kerja kelompok. Namun, dalam suatu kegiatan diskusi sering dijumpai siswa
ngobrol tentang hal-hal di luar materi diskusi. Untuk itu keterampilan guru dalam
membimbing diskusi kelompok kecil sangat dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan
diskusi secara efektif.

Tahapan Micro Teaching 


Menurut Halimah (2013), tahapan dalam pembelajaran mikro atau micro teaching adalah
sebagai berikut:

Tahapan micro teaching

a. Tahap I (kognitif) 
Tahap pertama, mahasiswa calon guru atau praktekkan dibimbing untuk memahami dan
mendalami serta memiliki gambaran secara umum konsep dan makna keterampilan dasar
mengajar dalam proses belajar mengajar, menggunakan secara tepat, menyinergikan
keterampilan satu dan lainnya serta ketepatan kapan dan dalam kondisi yang bagaimana
keterampilan satu dan lainnya digunakan pada tahap ini idealnya para calon guru selain
diperkenalkan pada konsep-konsep secara teoritis juga harus melihat contoh-contoh
penerapan teori tersebut secara praktis melalui tayangan video aplikasi teori tersebut.
Dengan demikian, para mahasiswa calon guru atau praktekkan dapat menyinergikan
pengetahuan mereka untuk digunakan pada realita pengajaran yang dipadukan dengan
keterampilan dasar mengajar.

b. Tahap II (pelaksanaan) 
Tahap kedua ini, para mahasiswa calon guru atau praktekkan secara nyata mempraktekkan
keterampilan dasar mengajar secara berulang, dengan harapan jika praktekkan sudah
berulang kali melakukan praktik akan mengetahui kekurangannya pada keterampilan yang
mereka pelajari untuk dikuasai dan terampil untuk menggunakannya dalam proses belajar
mengajar. Pada tahapan ini praktekkan sudah dapat mempersiapkan perangkat
pembelajaran mulai dari RPP, media yang akan digunakan dan segala sesuatu yang
dipersyaratkan bagi guru yang profesional dimasa mendatang.

c. Tahapan III (balikan) 


Tahap ketiga ini merupakan kilas balik praktekkan dengan mempelajari hasil dari observasi
teman sejawat yang akan memberikan informasi setelah melihat secara langsung
pelaksanaan kegiatan praktik mengajar. Para rekan sejawat dan dosen pembimbing atau
dosen luar biasa akan memberikan penilaian berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan
praktekkan yang selanjutnya akan didiskusikan dan sebagai bahan untuk memperbaiki
kinerja sebagai calon guru yang profesional.

Daftar Pustaka

 Asril, Zainal. 2011. Micro Teaching. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


 Sukirman, Dadang. 2012. Pembelajaran Micro Teaching. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama.
 Helmiati. 2013. Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
 Barnawi dan Arifin, M. 2016. Micro Teaching: Teori dan Pengajaran yang Efektif
dan Kreatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
 Hasibuan, Ibrahim dan Toemial. 2014. Praktek Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
 Halimah, Leli. 2017. Keterampilan Mengajar sebagai Inspiransi untuk Menjadi
Guru yang Excellent di Abad Ke-21. Bandung: Rafika Aditama

Anda mungkin juga menyukai