Sukirman
Definisi pertama disampaikan oleh Sukirman (2012) yang menjelaskan
bahwa keterampilan mengajar secara micro adalah sebuah pembelajaran
dengan salah satu pendekatan atau cara untuk melatih penampilan
mengajar yang dilakukan secara micro atau disederhanakan.
Melalui pelatihan metode pengajaran tersebut para calon guru dan dosen
akan mempelajari sejumlah keterampilan. Seperti keterampilan dasar
dalam kegiatan mengajar, mempraktikkan keterampilan dasar mengajar
tersebut, melakukan diskusi terkait masalah dalam mengajar, dan lain
sebagainya.
Asril
Menurut Asril (2011) definisi dari micro teaching adalah sebuah model
pengajaran yang diperkecil dan memiliki istilah lain real teaching. Kata
“diperkecil” yang dimaksud disini mencakup beberapa hal. Pertama
jumlah siswa atau mahasiswa yang terbatas, ruang kelas terbatas, waktu
pembelajaran yang terbatas, dan lain-lain.
Helmiati
Helmiati (2013) juga memberikan pendapatnya dalam mendefinisikan
keterampilan mengajar secara micro tersebut. Yakni sebagai proses
penguasaan keterampilan dasar mengajar, guru perlu berlatih secara
parsial artinya tiap-tiap komponen keterampilan dasar mengajar perlu
dikuasai secara terpisah-pisah.
Maka calon pendidik bisa jadi bingung dan pusing harus memulai
darimana, dan bisa jadi belum memiliki kesiapan untuk menjelaskan
materi yang cukup banyak dan kompleks. Sehingga sebagai langkah
awal diberikan pelatihan yang sederhana. Mengajar peserta yang
terbatas, di waktu yang dibatasi, dan materi yang sengaja dibuat sedikit.
Padahal sudah tentu ada teknik tertentu yang perlu dikuasai, dan banyak
melibatkan keterampilan. Misalnya keterampilan public speaking, sebab
menguasai materi belum tentu bisa menyampaikannya di hadapan
beberapa atau banyak peserta didik. Hal ini bisa dihindari dengan
pelatihan micro teaching tersebut.
Keterampilan Bertanya
Keterampilan ini bertujuan untuk merangsang minat dan keinginan
peserta didik bertanya di sela-sela kegiatan mengajar. Sebab tenaga
pendidik mampu menciptakan suasana kelas yang menarik dan materi
yang disampaikan juga mudah dipahami.
Micro teaching atau pembelajaran mikro adalah sebuah model atau metode pelatihan
penampilan dasar mengajar guru yang dilakukan secara mikro atau disederhanakan, yaitu
waktu, materi dan jumlah siswa. Micro teaching biasanya dilakukan oleh calon guru yang
saling bertukar peran dalam berlatih untuk menguasai keterampilan dasar mengajar, praktek
kegiatan belajar dan berdiskusi mengenai masalah-masalah yang ditemukan.
Pembelajaran micro teaching pada awalnya dilakukan di Stanford University, USA pada
tahun 1963. Micro teaching dilakukan sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan
kualitas guru profesional. Di Indonesia micro teaching mulai diperkenalkan oleh beberapa
lembaga pendidikan tinggi, antara lain IKIP Yogyakarta, IKIP Bandung, IKIP Ujung Pandang,
FKIP Universitas Kristen Satyawacana. Pada Mei 1977 diadakan seminar untuk
merekomendasikan pembelajaran mikro dimasukkan dalam silabus dan kurikulum pada
lembaga pendidikan guru (Asril, 2011).
Micro teaching adalah suatu metode latihan yang dirancang sedemikian rupa untuk
memperbaiki keterampilan mengajar calon guru dan mengembangkan pengalaman
profesional guru khususnya keterampilan mengajar dengan cara menyederhanakan atau
memperkecil aspek pembelajaran seperti jumlah murid, waktu, fokus bahan ajar dan
membatasi penerapan keterampilan mengajar tertentu, sehingga guru dapat diketahui
keunggulan dan kelemahan pada diri guru secara akurat.
Berikut definisi dan pengertian micro teaching dari beberapa sumber buku:
Menurut Barnawi dan Arifin (2016), micro teaching berfungsi untuk memberikan pengalaman
baru dalam belajar mengajar, sedangkan bagi guru micro teaching berfungsi memberi
penyegaran keterampilan dan sebagai sarana umpan balik atas kinerja mengajarnya.
Melalui micro teaching, baik calon guru maupun guru dapat memperoleh informasi tentang
kekurangan dan kelebihannya dalam mengajar. Apa saja kelebihan yang perlu
dipertahankan dan apa saja kekurangan yang dapat diperbaiki. Selain itu, melalui micro
teaching guru dapat mencoba metode atau model pembelajaran baru sebelum digunakan
pada kelas yang sebenarnya.
Menurut Helmiati (2013), micro Teaching berfungsi untuk membina calon guru/tenaga
kependidikan melalui keterampilan kognitif, psikomotorik, reaktif dan interaktif. Adapun
fungsi-fungsi pembelajaran mikro atau micro teaching adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Intruksional, sebagai penyedia fasilitas praktek latihan bagi calon guru
untuk berlatih dan memperbaiki dan meningkatkan keterampilan pembelajaran juga
latihan penerapan pengetahuan metode dan teknik mengajar dan ilmu keguruan
yang telah dipelajari secara teoritik. Pengajaran mikro berfungsi sebagai praktek
keguruan, baik dalam pre-service maupun in-service. Dengan hal ini maka jelas
bahwa fungsi intruksional sebagai tempat untuk mengasah kompetensi dan
keterampilan mengajar.
2. Fungsi Pembinaan, sebagai tempat pembinaan dan pembekalan para calon guru
dibina sebelum terjun ke pengajaran sebenarnya. Micro teaching dijadikan tempat
membekali calon guru dengan memperbaiki komponen-komponen mengajar
sebelum terjun ke kelas tempat pengajaran.
3. Fungsi Integralistik, sebagai program yang merupakan bagian integral program
pengalaman lapangan serta merupakan mata kuliah prasyarat PPL dan berstatus
sebagai mata kuliah wajib nyata.
4. Fungsi Eksperimen, sebagai bahan uji coba bagi calon guru pakar di bidang
pembelajaran. Contohnya seorang guru berdasarkan penelitiannya menemukan
suatu model pembelajaran, maka sebelum penemuan itu dipraktekkan di lapangan,
maka terlebih dahulu diujicobakan di dalam micro teaching ini. Dengan hal ini hasil
dapat dievaluasi di mana letak kelemahannya untuk segera dilakukan perbaikan-
perbaikan. Dengan kata lain bahwa fungsi micro teaching adalah sarana dalam
latihan mempraktekkan mengajar, juga salah satu syarat bagi mahasiswa yang akan
mengikuti praktek mengajar di lapangan.
5. Peka terhadap fenomena yang terjadi di dalam proses pembelajaran ketika menjadi
kolaborator yang mengkritisi teman yang tampil praktik mengajar.
6. Lebih siap melakukan kegiatan praktik mengajar di lembaga dan sekolah.
7. Dapat menilai kekurangan yang ada dalam dirinya yang berkaitan dengan
kompetensi dasar mengajar melalui refleksi diri setelah praktik ke depan.
8. Sadar bagaimana membentuk profil pendidik yang baik ditinjau dari kompetensi
penampilan, sikap dan perilaku. Melalui micro teaching seorang calon pendidik akan
memiliki rasa percaya diri yang tinggi, karena telah dilatih secara baik dan dibekali
kompetensi demi kompetensi baik secara terpisah maupun terpadu dalam satu
kesatuan proses pembelajaran.
Menurut Barnawi dan Arifin (2016), tujuan micro teaching adalah untuk membekali dan/atau
meningkatkan performance calon guru atau guru dalam mengadakan kegiatan belajar
mengajar melalui pelatihan keterampilan mengajar. Micro teaching digunakan untuk
mempertemukan antara teori dan praktik pengajaran pada mahasiswa calon guru. Selain itu,
micro teaching digunakan untuk menyiapkan calon guru sebelum praktik mengajar di
sekolah.
Micro teaching merupakan salah satu penunjang pengalaman lapangan bagi calon guru.
Micro teaching menjadi salah satu latihan terbatas mengenai keterampilan-keterampilan
tertentu. Menurut Hasibuan, Ibrahim dan Toemial (2014), tujuan yang diharapkan dari
pembelajaran micro teaching antara lain adalah sebagai berikut:
Pembelajaran mikro atau micro teaching memiliki beberapa aspek dalam melatih
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pengajar terkait dengan sejauh mana
kemampuan para guru mampu di dalam menerapkan berbagai variasi metode mengajar.
Menurut Barnawi dan Arifin (2016) terdapat beberapa aspek keterampilan dalam micro
teaching, yaitu sebagai berikut:
BACA JUGA
b. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan adalah suatu keterampilan menyajikan bahan belajar yang
diorganisasikan secara sistematis sebagai suatu kesatuan yang berarti, sehingga mudah
dipahami para peserta didik. Kegiatan menjelaskan memiliki tiga komponen, yaitu
penyampaian pesan (sender), pihak yang dituju (receiver), dan pesan (message). Tujuan
menjelaskan tidak untuk membuat siswa hafal, tetapi membuat siswa menjadi memahami
apa yang sedang dipelajari. Penjelasan itu harus berkesan dan bermakna bagi siswa.
Sebelumnya perlu dilakukan perencanaan dengan baik dan memerhatikan isi materi serta
kondisi siswa, kemudian isi materi perlu disajikan dengan teknik yang tepat agar mudah
dipahami. Bisa dengan pengarahan, bahasa yang sederhana, ataupun ilustrasi.
e. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban atau balikan dari orang lain. Setiap pengajaran, evaluasi, pengukuran, dan
penilaian dilakukan dengan pertanyaan. Pertanyaan yang baik akan menuntun jawaban
yang sesungguhnya dan pertanyaan yang buruk akan menjauhkan kita dari jawaban yang
memuaskan. Tujuan keterampilan bertanya agar peserta didik bisa termotivasi untuk terlibat
dalam interaksi belajar, berani mengutarakan pendapat, dan mampu meningkatkan pola
berfikir peserta didik.
a. Tahap I (kognitif)
Tahap pertama, mahasiswa calon guru atau praktekkan dibimbing untuk memahami dan
mendalami serta memiliki gambaran secara umum konsep dan makna keterampilan dasar
mengajar dalam proses belajar mengajar, menggunakan secara tepat, menyinergikan
keterampilan satu dan lainnya serta ketepatan kapan dan dalam kondisi yang bagaimana
keterampilan satu dan lainnya digunakan pada tahap ini idealnya para calon guru selain
diperkenalkan pada konsep-konsep secara teoritis juga harus melihat contoh-contoh
penerapan teori tersebut secara praktis melalui tayangan video aplikasi teori tersebut.
Dengan demikian, para mahasiswa calon guru atau praktekkan dapat menyinergikan
pengetahuan mereka untuk digunakan pada realita pengajaran yang dipadukan dengan
keterampilan dasar mengajar.
b. Tahap II (pelaksanaan)
Tahap kedua ini, para mahasiswa calon guru atau praktekkan secara nyata mempraktekkan
keterampilan dasar mengajar secara berulang, dengan harapan jika praktekkan sudah
berulang kali melakukan praktik akan mengetahui kekurangannya pada keterampilan yang
mereka pelajari untuk dikuasai dan terampil untuk menggunakannya dalam proses belajar
mengajar. Pada tahapan ini praktekkan sudah dapat mempersiapkan perangkat
pembelajaran mulai dari RPP, media yang akan digunakan dan segala sesuatu yang
dipersyaratkan bagi guru yang profesional dimasa mendatang.
Daftar Pustaka