teaching
April 20, 2014 — Leave a comment
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengertian, fungsi dan tujuan dari pembelajaran Micro Teaching serta memahami 10
kompetensi guru, 8 keterampilan dasar mengajar dan 4 kompetensi pendidik”. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pembelajaran Micro Teaching”.
Makalah ini berbicara mengenai Pengertian, fungsi dan tujuan dari pembelajaran Micro
Teaching serta memahami komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam kompetensi
dan keterampilan guru. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber
baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang
ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau
kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Guru atau pendidik yang baik adalah, mereka yang berhasil membawa peserta didik
mencapai tujuan dan hasil yang baik sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam suatu
pendidikan. Untuk mencapai efektifitas suatu pembelajaran, tentunya dibutuhkan seorang
guru profesional yang betul-betul memahami tentang bagaimana melaksanakan suatu
pembelajaran dengan baik, serta memiliki ketrampilan (skill) dasar mengajar yang baik
sebelum melaksankan tugas sebagai seorang pendidik atau guru .
Keprofesionalisme seorang pendidik dapat diperoleh dari pelatihan serta pengalaman belajar.
Pelatihan dan pengalaman itu sendiri dapat diperoleh antara lain dengan mengikuti
pembelajaran micro (micro teaching).
Pembelajaran micro memiliki tujuan untuk membekali para calon pendidik (guru)
agar memiliki beberapa keterampilan dasar dalam mengajar, serta dapat mendalami makna
dan strategi yang akan digunakan pada suatu proses pembelajaran. Tenaga pendidik (guru)
tentunya harus terus berlatih keterampilan tersebut satu demi satu.
Oleh karena itu, pembelajaran mikro sangat dibutuhkan oleh seorang calon tenaga
pendidik (guru) dalam bentuk peer teaching dengan harapan agar para calon pendidik
sekalius dapat menjadi pengamat bagi teman sesama calon pendidik, untuk saling
memberikan koreksi dan masukan mengenai penguasaan keterampilan dasar mengajar yang
dimilikinya.
1. Rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas,
sempit dan teaching berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro teaching adalah
redaksi yang berbeda-beda namun mempunyai subtansi makna yang sama. Berikut
pengertian micro teaching menurut para ahli:
Dari beberapa uraian diatas dapat simpulkan bahwa, micro teaching adalah suatu strategi
yang telah dimodifikasi secara khusus untuk memberikan pelatihan mengajar terhadap para
calon pendidik (guru) dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar
seorang calon pendidik, dalam bentuk pengajaran mikro (skala kecil), dengan
menyederhanakan atau memperkecil aspek pembelajarannya seperti jumlah murid, waktu dan
materinya, sehingga para calon pendidik dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang
dimilikinya, serta dapat memperbaiki kelemahan dan mengembangkan kemampuan tersebut
agar dapat menjadi seorang pendidik (guru) yang professional.
Jumlah murid pada suatu pembelajaran mikro tentu berbeda dengan jumlah murid pada
system pembelajaran makro. Dalam pembelajaran mikro, jumlah murid disederhanakan atau
diperkecil menjadi 5-10 orang.
Demikian juga dengan waktu mengajar. Dalam pembelajaran makro (real teaching), waktu
mengajar berkisar dari 45-90 menit, namun pada pembelajaran mikro waktu mengajar
disederhakan atau diperpendek menjadi 5-10 menit.
Materi atau bahan ajar dalam pembelajaran mikro hanya mencakup 1-2 aspek yang telah
disederhanakan.
Tujuan pengajaran micro teaching dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan umum
1. Menurut Rostiyah, tujuan micro teaching adalah untuk mempersiapkan calon guru
menghadapi pekerjaan sepenuhnya dimuka kelas dengan memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap sebagai seorang guru professional.
2. Dwight Allen mengemukakan, bahwa tujuan pembelajaran mikro adalah:
- Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar
mengajar secara terpisah.
- Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun
kekelas yang sebenarnya.
- Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai beberapa keterampilan
dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga
calon guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisen dan menarik.
Bagi guru
- Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual demi
perkembangan profesinya.
- Mengembangkan sikap terbuka bagi guru pembaharuan yang yang berlangsung
dipranata pendidikan.
Adapun tujuan umum dari micro teaching adalah, mengembangkan atau meningkatkan
keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh seorang calon pendidik (guru), sehingga
mereka memiliki kesiapan diri untuk mengajar disuatu lembaga pendidikan (sekolah), dan
dalam konteks mengajar yang sesungguhnya.
1. Tujuan khusus
- Calon guru mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya dan dirinya
sendiri.
- Calon guru mampu melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam proses
pembelajaran.
- Calon guru mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif, dan
efisien.
Untuk menjadi seorang tenaga pendidik (guru) yang professional, tentunya guru harus
memiliki keterampilan dasar mengajar, guna tercapainya suatu proses pembelajaran yang
efektif, efisien dan menarik. Ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki
oleh seorang pendidik (guru), yaitu:
Membuka pelajaran merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan oleh seorang guru,
sebelum memasuki materi atau inti dari sebuah pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik (siswa) untuk mengikuti proses pembelajaran yang meliputi,
mental peserta didik, menciptakan suasana komunikatif antara pendidik (guru) dengan
peserta didik, dan menimbulkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan dipelajari.
Aktivitas awal yang dilakukan oleh seorang pendidik (guru), serta kalimat-kalimat pembuka
yang diucapkan guru adalah faktor utama dalam menentukan keberhasilan jalannya seluruh
proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan proses
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan maksimal. Tujuan pembelajaran dapat tercapai
tergantung pada strategi pengajaran yang disiapkan guru pada awal pembelajaran.
Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru tidak
berhasil memfokuskan perhatian dan minat siswa pada pelajaran. Oleh karena itu, hal-hal
yang perlu dilakukan oleh seorang guru pada awal pembelajaran adalah, menciptakan suasana
agar siswa secara mental, fisik, pshikis, dan emosional terpusat pada kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara cara-cara sebagai
berikut:
Pada awal proses pembelajaran, pikiran siswa belum dapat terfokus dengan baik pada materi
dan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena masih banyak aktifitas-aktifitas diluar
kelas yang megganggu perhatian siswa.
Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, seorang guru haru mampu menetapkan titik
hubungan antara siswa itu sendiri dengan materi yang akan disampaikan, guru harus mampu
membangkitkan semangat dan keaktifan belajara siswa, guru harus dapat menghubungkan
antara materi yang akan disampaikan dengan minat dan kebutuhan siswa.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam memfokuskan perhatian dan
membangkitkan minat siswa:
Guru harus menunjukan sikap yang ramah, antusias, bersahabat dan penuh keakraban dengan
peserta didiknya.
Rasa ingin tahu siswa dapat distimulus dengan menunjukkan gambar, mendemonstrasikan
sesuatu, menceritakan sesuatu kejadian yang berkaitan dengan materi yang akan
disampaikan.
Memberi acuan merupakan usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian
alternative yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal
yang akan dipelajari dan cara yang akan hendak ditempuh dalam mempelajari materi
pembelajaran. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan guru adalah:
Pelaarn dalam pertemuan sebelumnya harus diulang secara ringkas untuk dikaitkan dengan
pelajaran yang baru. Contoh usaha guru dalam mengaitkan adalah:
o Meninjau kembali sampai sejauh mana siswa dapat memahami pelajaran yang sudah
dipelajari sebelumnya.
o Membandingkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan
disampaikan.
Sedangkan keterampilan dalam menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru
untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pembelajaran adalah swbagai berikut:
- Melakukan tinjauan kembali pada materi yang telah disampaikan, dengan cara
membuat rangkuman atau ringkasan mengenai materi yang telah dijelaskan.
- Mengadakan evaluasi seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang telah
disampaikan dengan cara menyuruh siswa untuk, mendemonstrasikan keterampilan yang
telah dipahaminya, menerapkan ide-ide baru pada situais lain, mengekspresikan pendapat
sendiri, dan guru dapat memberikan soal-soal tertulis dalam bentuk uraian.
- Memberikan tindak lanjut yaitu dalam bentuk, pekerjaan rumah, merancang sesuatu
atau berkunjung kesuatu tempat.
2. KETERAMPILAN MENJELASKAN
- Membimbing siswa memahami berbagai konsep, hukum, prinsip atau prosedur.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam memberikan suatu penjelasan,
yaitu:
- Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan
keperluan.
- Penjelasan yang diberikan sesuai degan kemampuan dan latar belakang siswa.
3. KETERAMPILAN BERTANYA
Dalam sebuah proses pembelajaran, bertanya memiliki peranan utama dalam meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu membuat
pertanyaan yang baik dan bermutu.
Tujuan bertanya dalam suatu kegiatan pembelajran, bukan saja hanya untuk mengetahui
tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa, tetapi yang lebih pentinga adalah, dapat
mendorong siswa untuk ikut berpastisipasi aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Keterampilan bertanya meliputi 2 bagian yaitu, keterampilan bertanya dasar dan keterampilan
bertanya lanjutan.
Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa kemampuan dasar yang perlu diterapkan
dalam mengajukan segala jenis pertanyaan.
Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari
tingkat yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang tinggi, seperti memahami,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai pertanyaanyang paling sederhana diikuti
dengan yang kompleks, sampai kepada pertanyaan yang paling kompleks.
Penggunan pertanyaan pelacak dengan berbagai tekhnik seperti:
o mengulangi pertanyaan sendiri atau pertanyaan siswa
o menjawab pertanyaan sendiri
o menunjuk dulu sebelum bertanya
o mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak
o mengajukan pertanyaan ganda
Mengadakan variasi berarti melakukan tindakan yang beraneka ragam yang dapat membuat
sesuatu iotu menjadi tidak monoton didalam pembelajaran, sehingga dapat menghilangkan
kebosanan, meningkatkan minat dan rasa ingin tahiu siswa, serta membuat tingkat aktifitas
siswa menjadi bertambah.
- Variasi dalam gaya mengajar, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan,
sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi,
latihan, atau demonstrasi.
- Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi dan aktifitas
pembelajaran.
- Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
- Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai akibat dari kegiatan yang bersifat
rutinitas
- Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan
investigasi dan eksplorasi.
Penggunaan penguatan dalam proses belajar mengajar memiliki pengaruh yang positif
terhadap proses belajar peserta didik dan bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri,
meningkatkan motivasi, minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran, membangkitkan
dan memelihara perilaku, dan iklim belajar yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secaa
optimal.
Berupa komentar yang berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan, dorongan yang
dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa.
Keterampilan mengelola kelas adalah: keterampilan seorang pendidik (guru) dalam
meningkatkan sumber daya kelas demi terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien.
Secara garis besar keterampilan mengelola kelas dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu (1).
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal, (2). Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang
optimal.
Ada 4 komponen yang terdapa dalam keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perserongan, antara lain:
Memimpin diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman
atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Ada 6 keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam memimpin diskusi
kelompok kecil, yaitu:
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9)
menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran.” “Kompetensi
Menyusun Rencana Pembelajaran” menurut Joni (1984:12), adalah kemampuan
merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan:
2. Kompetensi kepribadian
Menurut Sumardi, kompetensi kepribadian adalah sifat-sifat unggul seseorang, seperti sifat
ulet, tangguh, atau tabah dalam menghadapi tantangan atau kesulitan, dan cepat bangkit
apabila mengalami kegagalan, memiliki etos belajar, dan etos kerja yang tinggi.
Didalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
pada penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b dijelaskna bahwa yang dimaksu dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi social
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher
Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan
untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan
datang.
Menurut PPRI No.74 tahun 2008, tentang undang-undang Guru dan Dosen sebagaimana
termuat dalam penjelasan Pasal 28 Ayat 3, yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa, kompetensi sosial adalah
kemampuan seorang pendidik (guru) menjadi bagian dari masyarakat dilingkungan
sekolahnya dan mampu membangun komunikasi yang baik dan dapat berinteraksi dengan
para peserta didik, dengan tujuan untuk menyiapkan para peserta didik menjadi bagian dari
masyarakat dilingkungannya, memiliki perilaku yang baik , serta memiliki kemampuan
dalam membimbing masyarakat kearah yang baik.
4. Kompetensi professional
Yang dimaksud dengan kompetensi social adalah kemampuan penguasaan materi secara
menyeluruh atau luas dan mendalam.
Kemampuan mengajar adalah kemampuan esensial yang harus dimilki oleh guru, tidak lain
karena tugas yang paling utama adalah mengajar. Dalam proses pembelajaran, guru
menghadapi siswa-siswa yang dinamis, baik sebagai akibat dari dinamika internal yang
berasal dari dalam diri siswa maupun sebagai akibat tuntutan dinamika lingkungan
yang sedikit banyak berpengaruh terhadap siswa. Oleh karena itu, kemampuan
mengajar harus dinamis juga sebagai tuntutan-tuntutan siswa yang tak terelakkan.
Kemampuan mengajar guru sebenarnya merupakan pencerminan guru atas
Pada tahu 1970-an terkenal wacana tentang apa yang disebut sebagai pendidikan dan
pelatihan berbasis kompetensi atau “Competency Based Training Education (CBTE)”.
Pada saat itu, Direktorat Pendidkan Guru dan Tenaga Teknis (Disguntentis) pernah
mengeluarkan “buku saku” tentang sepuluh kompetensi guru, yaitu:
Sebelum guru itu tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih
dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa
yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan,
guru akan dapat menyampaikan materi perjalanan secara dinamis. Dalam hal ini yang
dimaksud “menguasai bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan
materi, yakni
2. Mengelola proses belajar mengajar
Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola program belajar-mengajar. Dalam hal ini
ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Langkah-langkah itu adalah sebagai
berikut:
Guru harus memiliki wawasan kependidikan yang luas dan dalam. Wawasan yang luas dan
mendalam akan memudahkan guru dalam mengambil keputusan yang tepat untuk
menentukan tindakan pendidikan. Keputusan yang tepat juga akan meminimalisasi kesalahan
guru dalam menangani peserta didiknya. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus
mampu menguasai berbagai landasan/wawasan kependidikan seperti teori belajar dan prinsip-
prinsip belajar.
Guru harus mampu melakukan kegiatan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Evaluasi bertujuan untuk menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana
atau tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan dan pembentukan kompetensi
peserta didik , yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar penilaian
akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, serta penilaian program.
Menurut etimologi bimbingan dan konseling terjemahan dan guidance dan conseling
(Inggris). Guidance berarti mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyalur.
Dalam perspektif bimbingan dan konseling juga diartikan bimbingan dengan istilah “al-
irsyad al-nafs” yang mengandund arti “bimbingan kejiwaan”. Pernyataan serupa juga
dikemukakan oleh Fazlul Rahman kata konseling “al-irsyad” atau “al-istisyarah”. Kata
bimbingan disebut “al-Taujihi”, sehingga menjadi “al-Taujih wa al-Irsyad” atau “al-Taujih
wa al-Istisyarah”. Secara etimologi, kata irsyad berarti “al-Huda, al-Dalalah”, yang dalam
bahasa Indonesia berate “nasehat atau konsultasi”.
Menurut terminology (istilah) bimbingaan merupakan suatu proses, yang berkelanjutan,
merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus bukan kegiatan seketika atau kebetulan.
Bimbing merupakan serangkaian tahapankegiatan yang systematis dan terencana yang terarah
kepada pencapaian tujuan.
- Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan yang membantu siswa agar memiliki
pemahaman terhadap diri sendiri.
- Fungsi pencegahan adalah, fungsi yang berkaitan dengan upaya pembimbing (guru)
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi, dan berupaya untuk
mencegah supaya masalah itu tidak tidak dialami oleh siswa.
- Fungsi perbaiakan yaitu, pembimbing (guru) berusaha memberikan bantuan kepada
siswa yang sedang mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar,
maupun kariernya.
- Fungsi advokasi yakni membantu individu (siswa) menjaga agar situasi dan kondisi
semula tidak baik
(mengundang masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan), itu kembali menjadi tidak
baik (menimbulkan masalah kembali, seperti para pecandu narkoba, kemudian diusahakan
penyembuhannya, supaya penyakitnya tidak kambuh lagi maka perlu diberikan bimbingan
secara berkala.
Guru di sekolah di samping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga
sebagai administrator. Dengan demikian, guru harus mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.
Administrasi sekolah adalah, seluruh kegiatan administrasi sekolah baik dalam kegiatan
pembinaan, pengembangan dan pengendalian usaha-usaha pendidikan yang dikerjakan oleh
sejumlah orang yang berada dalam lingkup sekolah guna tercapainya tujuan pendidikan yang
efektif dan efisien.
Agar tersusun dan terlaksananya suatu system pengelolaan komponen instrumental dan
proses pendidikan yang meliputi komponen siswa, pegawai, guru, saran/prasarana,
organisasi, pembiayaan, tatausaha dan hubungan sekolah dengan masyarakat, hingga
tercapainya tujuan pendidikan.
Administrasi pendidikan mengarah kepada pencapaian tujuan institutional setiap jenis dan
jenjang serta program pendidikan.
- Tujuan jangka panjang
Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan
media sebagai berikut:
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
pembelajaran yang kondusif dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
pembelajaran tersebut. Kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran ini misalnya menghentikan tingkah laku
siswa yang membuat perhatian kelas teralihkan, memberikan ganjaran kepada peserta didik
yang telah melakukan tugasnya dengan baik, atau menetapkan norma kelompok yang harus
ditaati bersama.
Pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran yang
efektif dengan cara menciptakan situasi yang kondusif. Suatu kondisi belajar yang kondusif
dapat tercapai jika guru mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran,
serta hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan
peserta didik.
Di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan
kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa
dalam rangka transfer of knowledge dan bahkanjuga transfer of values, akan senantiasa
menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam
hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu akan
saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik.
Jelasnya, proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara
atau metode yang dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain juga akan memengaruhi
keberhasilan interaksi belajar mengajar tersebut.
Di samping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka
pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan
mengembangkan proses belajar-mengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat
memancing baik siswa maupun guru untuk terus dapat menjawab. Dengan demikian, akan
menambah wawasan bagi guru dalam upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang
dinamis.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Mengajar merupakan aktivitas yang kompleks yang mengandung unsur teknologi, ilmu seni,
dan pilihan nilai. Aktivitas mengajar memerlukan kompetensi profesional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Guru memiliki peranan penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Berhasilnya suatu proses
belajar sangat bergantung pada kompetensi-kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru.
Oleh karena itu, untuk menjadi seoarang guru yang profesional, para calon pendidik (guru)
perlu berlatih terus menerus, antara lain melalui Micro Teaching.
1. SARAN
Dalam dunia pendidikan masih banyak pendidik atau guru-guru yang belum memahami dan
mengerti pentingnya kompetensi atau keterampilan dalam mengajar. Mereka hanya berpikir
bahwa mengajar adalah hal yang biasa-biasa saja, hal ini membuat banyak para pendidik atau
guru gagal dalam menghasilkan output-output yang berkualitas.
Disamping itu juga, kurangnya keterampilan atau kompetensi yang dimiliki oleh seorang
guru, menjadi factor utama kegagalan mereka untuk menjadi seorang guru yang profesional.
Abstract
The effectiveness of micro-teaching in the teachers’ training is still questionable.
Some people think that micro-teaching should be included in the teachers’ training to
increase teacher’s teaching performance. However, some people think it should not be
included since the teachers have long teaching experience. This article presents the concept of
micro-teaching and the importance of micro-teaching in teachers’ training.
Keywords: Micro-teaching, Teachers’ Training
A. Pendahuluan
Guru adalah pendidik profesional. Hal ini dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 1 dinyatakan: “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.” Dari bunyi pasal 1 tersebut dapat dipahami bahwa ada tujuh tugas pokok
guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik. Untuk bisa melaksanakan tugas tersebut guru dituntut untuk memiliki empat
kompetensi yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
Kompetensi guru harus terus ditingkatkan untuk merespon kebutuhan peningkatan kualitas
pendidikan nasional. Kualitas pendidikan nasional salah satu pilarnya adalah kualitas guru sebagai
ujung tombak pendidikan. Kualitas guru akan menentukan kualitas proses pembelajaran yang
selanjutnya berpengaruh pada kualitas hasil belajar.
Peningkatan kompetensi guru salah satunya dapat ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan
(diklat).
Diantara tujuan dilaksanaknnya diklat guru adalah untuk meningkatkan kompetensi
guru dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mencapai tujuan ini maka disusunlah mata diklat
yang dianggap bisa menunjang tercapainya tujuan tersebut. Diantara mata diklat inti meliputi:
kurikulum (KTSP), pembuatan persiapan mengajar( silabus dan RPP), pendalaman materi,
penilaian, dan observasi lapangan.
Diantara mata diklat inti tersebut, observasi lapangan masih dipertanyakan
sejauhmana sumbangannya dalam peningkatan kompetensi guru. Lalu ada keinginan untuk
menggantinya dengan kegiatan micro-teaching. Tetapi, micro-teaching pun juga
diperrtanyakan efektifitasnya. Ada yang beralasan bahwa micro-teaching tidak perlu
dilaksanakan karena umumnya para guru sudah punya pengalaman mengajar yang cukup
lama.
Dilain pihak ada yang berpendapat bahwa pengalaman mengajar bukan jaminan
bahwa guru bisa mengajar dengan baik. Mereka beralasan bahwa kalau guru tidak mengikuti
perkembangan pendidikan, maka cara mengajarnya akan sudah tidak up to date lagi atau
ketinggalan zaman. Selain itu, baik tidaknya guru mengajar yang tahu adalah orang lain.
Berdasarkan penomena di atas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah ini.
Makalah ini akan membahas tentang pengertian micro-teaching, tujuan micro-teaching,
materi micro-teaching, dan urgensi micro-teaching dalam dikalt guru.
Tulisan ini bisa juga dijadikan sebagai acuan/bahan dalam pembuatan panduan
pelaksanaan micro-teaching dalam diklat. Karena itu, tulisan ini diharapkan bisa menjadi
sumbangan pemikiran dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan diklat.
B. Konsep Dasar Micro-Teaching
1. Pengertian Micro-Teaching
Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau mengajar. Micro-
teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan.
Apa yang dikecilkan atau disederhanakan, yaitu :
Jumlah siswa 5-6 orang
Waktu mengajar 5 – 10 menit
Bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua hal yang sederhana
Ketrampilan mengajar difokuskan beberapa ketrampilan khusus saja.
(Latief, 2008:43)
Unsur micro merupakan ciri utamanya dan berusaha untuk meyederhanakan secara
sistimatis keseluruhan proses mengajar yang ada. Usaha simplikasi ini didasari oleh asumsi
bahwa : “sebelum kita dapat mengerti, dapat belajar dan dapat melaksanakan kegiatan
mengajar yang kompleks, kita harus menguasai dulu komponen-komponen dari keseluruhan
kegiatan yang ada.” Maka dengan memperkecil murid, menyingkat waktu, mempersempit
saran-saran serta membatasi ketrampilan, perhataian dapat sepenuhnya diarahkan pada
pembinaan penyempurnaan ketrampilan khusus yang sedang dipelajari.
Menurut cooper and Allen (1971), pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan salah satu
bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar. Dalam konteks yang sebenarnya,
mengajar mengandung banyak tindakan, baik mencakup teknis penyampaian materi, penggunaan
metode, penggunaan media, membimbing belajar, memberi motivasi, mengelola kelas, memberikan
penilaian dan seterusnya. Dengan kata lain, bahwa perbuatan mengajar itu sangatlah kompleks.
Oleh karena itu, dalam rangka penguasaan keterampilan dasar mengajar, guru perlu berlatih secara
parsial, artinya tiap-tiap komponen keterampilan dasar mengajar itu perlu dikuasai secara terpisah-
pisah (isolated).
Berlatih untuk menguasai keterampilan dasar mengajar seperti itulah yang dinamakan micro-
teaching (pengajaran mikro). Pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan suatu situasi pengajaran
yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5-20 menit dengan
jumlah siswa sebanyak 3-10 orang.
2. Tujuan Operasional Micro Teaching
Menurut Iskandar (2009), tujuan operasional micro-teaching adalah sebagai sebagai
berikut:
1. Mengembangkan kemampuan mawas diri dan menilai orang lain.
2. Memungkinkan adanya perbaikan dalam waktu singkat.
3. Menanamkan rasa percaya pada diri dan bersifat terbuka dengan kritik orang lain
4. Mengembangkan sikap kritis
5. Menanamkan kesadaran akan nilai ketrampilan mngajar dan komponen-komponenya.
6. Mengenal kelemahan-kelemahan dan keliruan–keliruan dalam penampilan
ketrampilan mengajar dan tahu penampilan yang baik.
7. Memberi kesempatan guru untuk melihat dan mendengar dirinya sendiri.
8. Memberi kesempatan untuk mengikuti kembali kritik dan diskusi caranya mengajar
berulangkali.
9. Memungkinkan untuk membuat model cara mengjar.
10. Memungkinkan banyak orang yang dapat mengikuti proses belajar dan tidak tentu
waktunya.
11. Merupakan medan untuk mencobakan sistem atau metode baru untuk diteliti sebelum
dikembangkan.
12. Memberi kesempatan pendekatan analistis mengenai ketrampilan dan strategi
mengajar.
3. Materi Kegiatan (Program Kegiatan)
Yang dimaksud materi disini adalah ketrampilan yang akan dilatih melalui
penampilan dalam micro teaching. Ada sepuluh ketrampilan khusus yang dapat dilatih dalam
micro teaching yang kesemuanya itu merupakan dalam sebuah proses belajar mengajar.
Keteampilan khusus itu meliputi:
1. Ketrampilan membuka pelajaran
2. Keteampilan memberi motivasi
3. Ketrampilan bertanya
4. Ketrampilan menerangkan
5. Ketrampilan mendayagunakan media
6. Ketrampilan menggunakan metode yang tepat
7. Ketrampilan mengadakan interaksi
8. Ketrampilan penampilan verbal dan non verbal
9. Ketrampilan penjajagan/assesment.
10. Ketrampilan menutup pelajaran.
4. Aspek-aspek keterampilan yang harus ditampilkan sebagai berikut :
a.Keterampilan membuka pelajaran
1) Memperhatikan sikap dan tempat duduk siswa
2) Memulai pelajaran setelah nampak siswa siap belajar.
3) Cara mengenalkan pelajaran cukup menarik.
4) Mengenalkan pokok pelajaran dengan menghubungkan pengetahuan yang sudah
diketahui oleh siswa (apersepsi).
5) Hubungan antara pendahuluan dengan inti pelajaran nampak jelas dan logis.
b. Keterampilan memberi motivasi
1) Mengucapkan ‘baik”, bagus, ya, bila siswa menjawab/ mengajukan pertanyaan
2) Ada perubahan sikap non verbal positif pada saat menenggapi pertanyaan/
jawaban siswa.
3) Memuji dan memberi dorongan dengan senyum, anggukan atas partisipasi siswa.
4) Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi jawaban yang benar.
5) Memberi pengarahan sederhana dan pancingan, agar siswa memberi jawaban
yang benar.
c. Keterampilan bertanya
1) Pertanyaan guru sebagian besar telah cukup jelas
2) Pertanyaan guru sebagian besar jelas kaitanya dengan masalah.
3) Pertanyaan ditunjukan keseluruhan kelas lebih dahulu, baru menunjuk
4) Guru menggunakan teknik -pause- dalam menyampaikan pertanyaan
5) Pertanyaan didistribusikan secara merata diantara para siswa.
6) Teknik menunjuk yang memungkinkan seluruh siswa siap.
d. Keterampilan menerangkan
1) Keterangan guru berfokus pada inti pelajaran
2) Keterangan guru menarik perhatian siswa
3) Keterangan guru mudah ditangkap(dicerna) oleh siswa.
4) Penggunaan contoh, ilustrasi, analogi, dan semacamnya menarik perharian siswa.
5) Guru memperhatikan dengan sungguh-sungguh respon siswa yang berupa
pertanyaan, reaksi, usul dan semacamnya.
6) Guru menjelaskan respon siswa, sehingga siswa menjadi jelas dan mengerti.
1) Ada kecocokan antara metode yang dipilih dengan tujuan pengajaran.
2) Ada kecocokan antara metode yang dipilih dengan materi pelajaran dan situasi kelas.
3) Dalam menggunakan metode telah memenuhi / mengikuti sistematika metode tersebut
4) Alat yang dapat menunjang kelancaran penggunaan metode tersebut telah disiapkan.
" Informasi
" Pengarahan
" Mendengarkan
" Mengamati
" Menjawab
" Bertanya
" Mencoba
3) Isyarat guru menggunakan tangan, badan, dan wajah cukup bervariasi
h. Keterampilan penjajagan/assesment
2) Adanya kesepakatan guru terhadap tanda siswa yang mengalami salah pengertian
3) Melakukan penjajagan kepada siswa tentang pelajaran yang telah diterimanya
3) Dapat menimbulkan perasaan mampu ( sense of achievment) dari pelajaran yang diproleh.
4) Dapat mendorong siswa tertarik pada pelajaran yang telah diterima.
6. Persiapan Penyelenggaraan
Dalam mempersiapkan penyelenggaraan micro teaching kita harus
menetapkan.
3) Personalia dalam micro teaching (calon yang praktek, peserta didik/siswa guru, orang
yang akan mengadakan observasi dan penilaian, ahli teknik alat rekaman)
Dalam follow up ditentukan kapan mengajar dikelas yang sebenarnya atau
melaksanakan tugas profesional guru.
C. PENUTUP
Dilihat dari tujuan dan orgensinya, micro-teaching dapat dilaksanakan dalam kegiatan diklat
guru baik dalam kegiatan diklat reguler maupun diklat di tempat kerja (DDTK). Hal ini dilakukan
untuk mengetahui sejauhmana kemampuan guru mengajar dan sejauhmana implementasi
pengetahuan yang mereka dapat dalam diklat. Selain itu, kegiatan ini bisa dijadikan sharing
pendapat antar guru untuk memperbaiki dan atau meningkatkan performans mengajar guru.
Daftar Pustaka
Cooper and Allen, 1971. Basic Teaching Skills. London: Oxford University Press.
Footnote:
[1]Zainal Asri, Micro Teaching: Disertai Dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta:
Rajawali Press, 2010), hal.
[2]J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), hal. 44.
[3]Dadang Sukirman, Pembelajaran Micro Teaching, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama, 2012), hal. 21.
[4]Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, cet. 6, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hal. 144.
[5]Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), hal. 189.
[6]Ibid.,
[7]J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar..., hal. 46.
[8]BambangHartono, Pengajaran Mikro: Strategi Pembelajaran Calon Guru/ Guru Menguasai
Keterampilan Dasar Mengajar,(Semarang: Widya Karya, 2010), hal. 37.
[9]Hamalik, Pendidikan Guru..., hal. 144.
[10]Sardiman A.M, Interaksi dan..., hal. 186.
[11]Asril, Micro Teaching..., hal. 119.