KESEHATAN)
Makalah tentang :
“ MICRO TEACHING “
1
KATA PENGANTAR
Kami haturkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha esa atas selesainya makalah
tentang “MICRO TEACHING” yang membahas mengenai masalah-masalah yang ada di
Konsep pasien dalam sakratul maut. Sebuah makalah yang berisi berbagai informasi tentang apa
itu pengertianMICRO TEACHING.. Makalah ini merupakan rangkuman dari buku-buku yang
telah kami baca dan materi-materi dari situs Web.Makalah ini dibuat dan ditujukan bagi semua
teman-teman yang sedang mempelajari tentang “ menghadapi pasien Sakaratul Maut dalam
Keperawatan ”.
Penyusun mengungkapkan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman
dari kelompok 10 yang telah membantu pembuatan makalah ini. Besar harapan kita semua
semoga apa yang kita susun dan kita tulis di makalah ini akan bermanfaat bagi kita dalam
menunjang pengetahuan kita tentang dunia Kesehatan terutama dalam bidang Keperawatan.
Substansi yang disajikan dalam makalah ini memang belum sempurna akan pembahasan
tentang “MICRO TEACHING” namun, walaupun demikian tidak ada salahnya kita mempelajari
sebagian kecil terlebih dahulu tentang permasalahan ini karena ini semua tidak akan
menghilangkan rasa keingintahuan kita lebih lanjut tentang pembahasan Makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari sempurna.Kami mohonkan saran dan kritik dimasa sekarang
dan mendatang karena untuk kesuksesan.LAO TZE (seorang fulsuf Tiongkok) mengungkapkan
“ A Journey of 1.000 kilometers begins with a small single step ” Perjalanan seribu Kilometer
dimulai dengan sebuah langkah kecil dan Kami dari Kelompok 10 telah mengambil langkah
tersebut. Semoga usaha kecil ini bermanfaat bagi Kita semua sebagai mahasiswa Keperawatan,
keluarga besar Kesehatan dan orang-orang yang perduli dengan “MICRO TEACHING”.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
4
1.2. Tujuan
Tujuan pelakasanaan Praktik Pengalaman Lapangan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan adalah sebagai berikut:
5
BAB II
PEMBAHASAN(MICRO TEACHING)
6
pengajaran di laksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan
berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang di selenggarakan dalam
laboratorium mikro teaching
Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari keterampilan
mengajar.
Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam
pengajaran.
Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka
waktu tertentu.
7
jabatan guru bukan jabatan professional, atau dengan kata lain bahwa setiap orang mampu
menjadi guru. Pandangan ini sudah lama lewat sejak munculnya para ahli pendidikan yang
mengemukakan, bahwa pekerjaan guru tidak dapat di pegang oleh sembarang orang tanpa
memiliki keahlian dalam bidang kependidikan dan keguruan.
Pendidikan melakukan fungsinya melalui tiga cara, atau proses pendidikan memiliki tiga
dimensi, yakni Dimensi substantif, tentang apa yang diajarkan; Dimensi tingkah laku, tentang
bagaimana mengajar atau dinamika pembuatan belajar mengajar;Dimensi lingkungan, keadaan
lingkungan secara fisik di mana berlangsung pembelalajaran
Program
Pertimbangan yang mendasari penggunaan program pengajaran mikro adalah Untuk
mengatasi kekurangan waktu yang di perlukaan dalam latihan mengajar secara
tradisionalKeterampilan mengajar yang kompleks dapat di perinci menjadi keterampilan-
keterampilan mengajar yang khusus dan dapat di latih secara yang berurutan .
8
Dalam cahaya dari umpan balik yang diberikan oleh pengawas, replans guru peserta
pelatihan rencana pelajaran untuk menggunakan keterampilan dengan cara yang lebih
efektif dalam sidang kedua.
Pelajaran revisi diajarkan untuk kelompok lain yang sebanding murid.
pengawas mengamati pelajaran kembali mengajar dan memberikan kembali umpan balik
kepada guru peserta pelatihan dengan argumen meyakinkan dan alasan.
mengajar - kembali mengajar' siklus dapat diulang beberapa kali sampai tingkat
penguasaan memadai tercapai
Teknik yang sama, microrehearsal, telah digunakan untuk melatih konduktor musik prospektif
(Kuhn, 1968). Seperti microteaching, para siswa melakukan latihan 5 sampai 10 menit dengan
musisi sampel. Setelah latihan, para musisi memberikan umpan balik mengenai teknik latihan
konduktor calon.
Teknik microteaching juga dapat digunakan di bidang lain. Dalam bisnis, microteaching dapat
digunakan untuk fokus pada kemampuan presentasi, persuasi dan teknik negosiasi, dan teknik
wawancara. Dalam konseling dan pekerjaan sosial, microteaching dapat digunakan untuk
mengasah kemampuan bertanya serta keterampilan mendengarkan aktif.
Pada akhirnya, microteaching merupakan teknik yang berguna untuk mengajar soft skill,
kemampuan presentasi, dan keterampilan interpersonal. Pendekatan yang berfokus mendorong
pertumbuhan melalui praktek dan kritik. The "mengajar, kritik, kembali mengajar" model
memberikan umpan balik fakultas segera dan meningkatkan retensi.
9
2.9. Fase Micro Teaching
Rencana: ini melibatkan pemilihan topik dan konten terkait seperti alam di mana
penggunaan komponen keterampilan dalam praktek dapat dilakukan dengan mudah dan
nyaman. Topik dianalisis ke dalam kegiatan yang berbeda dari guru dan murid. Kegiatan
direncanakan sedemikian urutan logis mana aplikasi maksimum komponen keterampilan
adalah mungkin.
Ajarkan: Ini melibatkan upaya guru peserta pelatihan untuk menggunakan komponen-
komponen keterampilan dalam situasi yang cocok datang dalam proses belajar mengajar
sesuai / nya perencanaan nya activitieó. Dalam situasi yang berbeda dan tidak
divisualisasikan (dalam perencanaan kegiatan TTE, guru harus memodifikasi / sebagai
perilakunya per permintaan situasi di Wlass. Ia harus memiliki keberanian dan
kepercayaan diri untuk menangani situasi yang timbul dalam kelas secara efektif.
Tanggapan: Istilah ini mengacu pada memberikan informasi kepada guru peserta
pelatihan tentang penampilannya. Informasi termasuk poin kekuatan serta kelemahan
yang berhubungan dengan / nya penampilannya. Hal ini membantu guru peserta pelatihan
untuk memperbaiki nya / penampilannya dalam arah yang diinginkan.
10
Re-rencana: replans Guru peserta pelatihan pelajarannya menggabungkan poin kekuatan
dan menghilangkan poin tidak terampil ditangani selama pengajaran dalam upaya
sebelumnya baik pada topik yang sama atau pada topik lain setelan kepada guru peserta
pelatihan untuk perbaikan.
Re-mengajar: ini melibatkan pengajaran untuk kelompok yang sama murid jika topik
berubah atau untuk kelompok yang berbeda dari murid jika topik adalah sama. Hal ini
dilakukan untuk menghilangkan kebosanan atau monoton murid. Guru peserta pelatihan
mengajar kelas dengan keberanian baru dan kepercayaan diri untuk tampil lebih baik dari
usaha sebelumnya.
Re-umpan balik: Ini adalah komponen yang paling penting Micro-mengajar untuk
modifikasi perilaku peserta pelatihan guru ke arah yang diinginkan dalam praktek
keterampilan setiap.
Waktu durasi untuk microteaching adalah; o Ajarkan: 6 Menit.
o Komentar: 6 Menit.
o Re-Plan: 12 Menit.
o Re-Mengajar: 6 Menit.
o Re-Komentar: 6 Menit.
11
BAB III
MENYUSUN SAP
Pertemuan ke :9
Tujuan Pembelajaran
Uraian Materi
Penyajian lisan akan lebih bermakna jika menggunakan alat bantu. Alat bantu yang dipakai
antara lain transparansi dan in focus (power point). Transparansi dan power point yang bagus
memiliki criteria tertentu seperti ukuran huruf, latar belakang, informasi yang ditulis dan cara
menulis kata-kata. Transparansi dan power point yang baik harus jelas, kontras dengan latar
belakangnya, ukuran fontnya cukup besar, dan informasi yang tertulis dalam satu halaman
hendaknya dapat dipahami dalam waktu 4-5 detik saja.
12
Kegiatan Pembelajaran
1. Memantapkan hal-hal yang tidak jelas dalam diskusi, membuat kesimpulan, melihat
kekurangan yang terjadi untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
2. Member tugas kepada mahasiswa untuk membuat transparansi yang bagus (2
halaman, dari buku skripsi) dan dikumpulkan melalui Internet pada minggu
berikutnya (tugas individu)
3. Membagi mahasiswa dalam 4 kelompok untuk pertemuan berikutnya
4. Memberi tugas kepada mahasiswa untuk membaca materi pertemuan ke 10 dan ke 11
(tugas kelompok)
Asesmen
Teknik : Ujian tertulis dalam bentuk esay (dilakukan pada saat UAS)
Postest : Buat dua soal untuk dijawab. Soal yang anda buat berasal dari Materi kuliah hari
Penilaian :
13
Power point yang dikumpulkan : 25%
B = 70-79% (Baik)
C = 56-69% (Cukup)
D = 45-55% (Kurang)
14
BAB IV
MEMILIH POKOK BAHASA & MEMBAGI KELOMPOK
4.1. Cara Memilih Pokok Bahasa
hal-hal yang harus dilakukan saat akan memilih pokok bahasa
Topik yang dipilih harus berada di sekitar Anda, baik di sekitar pengalaman Anda
maupun di sekitar pengetahuan Anda. Hindarilah topik yang jauh dari diri Anda karena
hal itu akan menyulitkan Anda ketika menggarapnya.
Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian Anda.
Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari
pokok masalah yang menyeret Anda kepada pengumpulan informasi yang beraneka
ragam.
Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik yang bersifat
subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan Anda.
Topik yang dipilih harus Anda ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya walaupun serba sedikit.
Artinya, topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi Anda.
Topik yang dipilih hams memiliki sumber acuan, memiliki bahasa kepustakaan yang
akan memberikan informasi tentang pokok masalah yang akan ditulis. Sumber
kepustakaan dapat berupa buku, majalah, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web
atau undang-undang.
2. Pilihlah sebanyak 6-8 orang sebagai pimpinan kelompok. Disini pimpinan bisa dipilih oleh
fasilitator berdasarkan orang yang paling aktif di kelas…..walau akhir-akhir ini hal itu saya
modifikasi dengan memilih peserta yang sedang hamil atau sedang sakit….agar mereka bisa
cepat segera duduk….
3. Aturlah tempat duduk para pimpinan itu sedemikian rupa hingga menyebar di ruangan.
Upayakan di sekitar calon pemimpin tersebut ada sejumlah kursi yang pas dengan calon
anggota kelompok. Hal ini penting agar saat mereka mempunyai anggota, secara otomatis
ruangan kelas tersebut telah terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil…alias ga banyak
mindahin bangku lagi…..
4. Mulai dari pimpinan ke-1 (misal : Mr. A) mintalah mereka memilih satu orang anggota
kelompok. Jika sudah memilih, coba tanyailah alasan mengapa mereka memilih si X sebagai
15
anggota kelompoknya….Sekaligus tanya perasaan si Mr. X akibat dipilih oleh Mr. A
tadi…..senangkah, puaskah, atau malah merasa bangga……
5. Kemudian, berturut-turut mintalah pimpinan ke-2 (misal : Mr. B) buat melakukan hal
serupa….lalu diikuti dengan Mr. C, D, E., F, dan G. Untuk memilih anggota yang kedua
sebaiknya dipilih mulai dari G, E……A agar ada pemerataan kesempatan. Sedang yang
berikut urutannya kembali dari A,B…..G….dst…..Jangan lupa setiap kali seorang pimpinan
memilih anggotanya tanyakan alasan pemilihan tersebut….beserta perasaan si terpilih jika
diperlukan….utamanya jika alasan si pimpinan itu unik atau tidak jelas……
6. Ulangi kegiatan tersebut sampai seluruh peserta di ruangan terpilih atau telah memiliki
kelompok. Jangan lupa tanyai perasaan mereka yang terpilih pada akhir-akhir acara…..sedih,
mangkel, dendam, atau merasa pantas karena selama ini memang merasa terlalu pendiam
dalam kelas…
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Aplikasi yang paling umum untuk microteaching adalah dalam pra-pelatihan guru, seperti model
Stanford asli. Namun, yang pasti bukan satu-satunya aplikasi. Microteaching juga telah
digunakan untuk melatih asisten pengajar dan fakultas baru pada metode pengajaran. Bahkan
anggota fakultas berpengalaman dapat memperbaiki pengajaran mereka menggunakan teknik
microteaching.
Teknik yang sama, microrehearsal, telah digunakan untuk melatih konduktor musik prospektif
(Kuhn, 1968). Seperti microteaching, para siswa melakukan latihan 5 sampai 10 menit dengan
musisi sampel. Setelah latihan, para musisi memberikan umpan balik mengenai teknik latihan
konduktor calon.
Teknik microteaching juga dapat digunakan di bidang lain. Dalam bisnis, microteaching dapat
digunakan untuk fokus pada kemampuan presentasi, persuasi dan teknik negosiasi, dan teknik
wawancara. Dalam konseling dan pekerjaan sosial, microteaching dapat digunakan untuk
mengasah kemampuan bertanya serta keterampilan mendengarkan aktif. Hal ini juga berlaku di
luar kelas. Sebagai contoh, departemen seperti Layanan Karir dapat menggunakan teknik
microteaching untuk mempersiapkan siswa untuk wawancara kerja.
Pada akhirnya, microteaching merupakan teknik yang berguna untuk mengajar soft skill,
kemampuan presentasi, dan keterampilan interpersonal. Pendekatan yang berfokus mendorong
pertumbuhan melalui praktek dan kritik. The "mengajar, kritik, kembali mengajar" model
memberikan umpan balik fakultas segera dan meningkatkan retensi dengan memberikan
kesempatan untuk latihan.
5.2. Saran
Mengapa menunggu untuk evaluasi siswa untuk menerima umpan balik pada praktek
pengajaran? Microteaching memberikan kesempatan bagi asisten dosen dan mengajar untuk
meningkatkan praktek mengajar mereka melalui "mengajar,, kritik kembali mengajar" model.
Microteaching adalah berharga untuk fakultas baik baru dan berpengalaman untuk mengasah
praktek pengajaran mereka. Hal ini sering digunakan dalam pre-service program pelatihan guru
untuk memberikan pengalaman tambahan sebelum atau selama pengalaman klinis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kuhn, W. (1968). Memegang Monitor hingga Life: microteaching. Musik Pendidik Journal, 55
(4), 49-53.
18