Anda di halaman 1dari 18

Elektif(PENDIDIKAN DALAM

KESEHATAN)

Makalah tentang :
“ MICRO TEACHING “

Di susun oleh:Ria Lestari, Ruli Hamdani,Farah


Ardelia,Hifzhi Hidayatullah
Dosen Pembimbing: Dra.Atih Suryatih . Mkes

PSIK FAKULTAS KEDOKTERAN dan KESEHATAN

UniversItas muhammmadiyah Jakarta

1
KATA PENGANTAR

Kami haturkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha esa atas selesainya makalah
tentang “MICRO TEACHING” yang membahas mengenai masalah-masalah yang ada di
Konsep pasien dalam sakratul maut. Sebuah makalah yang berisi berbagai informasi tentang apa
itu pengertianMICRO TEACHING.. Makalah ini merupakan rangkuman dari buku-buku yang
telah kami baca dan materi-materi dari situs Web.Makalah ini dibuat dan ditujukan bagi semua
teman-teman yang sedang mempelajari tentang “ menghadapi pasien Sakaratul Maut dalam
Keperawatan ”.

Penyusun mengungkapkan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman
dari kelompok 10 yang telah membantu pembuatan makalah ini. Besar harapan kita semua
semoga apa yang kita susun dan kita tulis di makalah ini akan bermanfaat bagi kita dalam
menunjang pengetahuan kita tentang dunia Kesehatan terutama dalam bidang Keperawatan.

Substansi yang disajikan dalam makalah ini memang belum sempurna akan pembahasan
tentang “MICRO TEACHING” namun, walaupun demikian tidak ada salahnya kita mempelajari
sebagian kecil terlebih dahulu tentang permasalahan ini karena ini semua tidak akan
menghilangkan rasa keingintahuan kita lebih lanjut tentang pembahasan Makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari sempurna.Kami mohonkan saran dan kritik dimasa sekarang
dan mendatang karena untuk kesuksesan.LAO TZE (seorang fulsuf Tiongkok) mengungkapkan
“ A Journey of 1.000 kilometers begins with a small single step ” Perjalanan seribu Kilometer
dimulai dengan sebuah langkah kecil dan Kami dari Kelompok 10 telah mengambil langkah
tersebut. Semoga usaha kecil ini bermanfaat bagi Kita semua sebagai mahasiswa Keperawatan,
keluarga besar Kesehatan dan orang-orang yang perduli dengan “MICRO TEACHING”.

Jakarta, Maret 2012

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Micro Teaching……………………………………..….6

2.2. Karekteristik Micro Teaching…………….…………………..…6

2.3. Tujuan Micro Teaching…………………………………………7

2.4. Mcam-Macam Implikasi Micro Teaching………………………7

2.5. Model micro Teaching…………………………………….….…8

2.6.Langkah Micro Teaching……………………………….………..8

2.7. Keterbatasan Micro teaching………………...………….……….9

2.8. Cara Menggunakan Micro teaching………………….…….……9

2.9. Fase Micro Teaching………………………………….………..10

2.10. Diagramatic Representasi dari Siklus Micro-Mengajar…………..…….10


2.11. Strategi Micro Teaching………………………………………………….11

BAB III MENYUSUN SAP

3.1. Contoh Menyusun SAP………………………………............................12

BAB IV MEMILIH POKOK BAHASA & MEMBAGI KELOMPOK

4.1. Cara Memilih Pokok Bahasa…………………………………………..…..15

4.2. Cara Membagi Kelompok………………………………………………….15

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan & Saran……………………………………………..………..17

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan media bagi mahasiswa untuk


mengaplikasikan dasar profesi. Dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Praktik
Pengalaman Lapangan diaplikasikan dalam bentuk praktik mengajar dan kegiatan edukasional
lainnya di lembaga sekolah.
Berdasarkan cetusan Undang-undang profesi yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) tanggal 6 Dersember tahun 2005 guru ditetapkan sebagai profesi. Dengan demikian
pekerjaan guru selain harus mempunyai nilai tawar yang tinggi seperti profesi dokter dan
professional lainnya, guru harus mempunyai kompetensi yang dapat diandalkan.
Praktik Pengalaman Lapangan yang dilakukan mahasiswa merupakan salah satu wadah agar
mahasiswa mendapatkan pengalaman profesi yang dapat diandalkan. Dalam PPL mahasiswa
akan dihadapkan pada kondisi riil aplikasi bidang keilmuan, seperti; kemampuan mengajar,
kemampuan bersosialisasi dan bernegosiasi, dan kemampuan manajerial kependidikan lainnya.
Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unitomo, PPL tidak hanya kegiatan mengajar
yang harus ditempuh oleh mahasiswa, tetapi juga menyangkut kemampuan berpartisipasi,
membangun, atau mengembangkan potensi pendidikan dimana ia berlatih. Partisipasi tersebut
dapat berupa keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstra seperti pembuatan atau
pengembangan majalah sekolah, teater, penulisan kreatif, kelompok diskusi dan sebagainya.
Mengingat pentingnya kegiatan PPL, perlu adanya rambu-rambu yang mengatur
pelaksaaannya. Rambu-rambu ini dibuat bukan untuk membatasi kegiatan PPL, tetapi sebagai
pedoman agar tujuan PPL benar-benar dapat dicapai dan tepat sasaran.

4
1.2. Tujuan
Tujuan pelakasanaan Praktik Pengalaman Lapangan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan wahana aplikasi kelimuan bagi mahasiswa


2. Memberikan pengalaman profesional mahasiswa sebagai calon guru, sehingga benar-
benar menjadi lulusan kependidikan yang siap terjun di masyarakat khususnya dunia
kependidikan.
3. Menjalin kerjasama edukasional dengan lembaga sekolah sebagai mitra dalam
penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

5
BAB II

PEMBAHASAN(MICRO TEACHING)

2.1.Hakikat Micro Teaching


 Micro Teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit dan
teaching berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang
dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan
memperkecil jumlah murid, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan
mengajar tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada
diri calon guru secara akurat.
 J.Cooper & D.W. Allen ( 1971, h. I ) mengatakan bahwa Pengajaran mikro adalah studi
tentang suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu,
yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga
sampai sepuluh orang.bentuk pengajaran di sederhanakan, guru hanya memfokuskan diri
hanya pada beberapa aspek.pengajaran berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya
saja di selenggarakan dalam bentuk mikro. membahas tentang pengertian pengajaran
mikro, sejarahnya, rasional, penggunaan pengajaran mikro dan efektivitas pengajaran
mikro, serta rangkuman penelitian.
 Micro teaching atau pengajaran Mikro merupakan kegiatan yang sangat vital bagi setiap
mahasiswa atau calon guru. Untuk memenuhi tuntutan agar dapat menempatkan
kediriannya utuh dan professional di bidang keguruan. Mereka beranggapan bahwa asal
lulus pasti dapat mengajar, karena sudah belajar dan memiliki banyak teori yang
berkaitan dengan cara-cara mengajar.

2.2. Karakteristik Mikro Teaching


Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu Pengajaran yang
nyata, artinya pengajaran di laksanakan tidak dalam bentuk sebenarnya, tetapi berbentuk mini
dengan karakteristik sebagai berikut :

 Peserta berkisar antara 5 – 10 orang


 waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
 komponen mengajar dikembangkan terbatas
 Latihan terpusat pada keterampilan mengajar.
 Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
 umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru.

6
 pengajaran di laksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan
berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
 Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang di selenggarakan dalam
laboratorium mikro teaching
 Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari keterampilan
mengajar.
 Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam
pengajaran.
 Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka
waktu tertentu.

2.3. Tujuan Micro Teaching


Tujuan umum Micro Teaching adalah mempersipkan mahasiswa calon guru untuk
menghadapi pekerjaan mengajar spsenuhnya di muka kelas dengan memiliki pengetahuan,
keterampilan, kecakapan dan sikap sebagai guru yang profesional

Adapun tujuan khusus Micro Teaching sebagai berikut :

 Menganalisis tingkah laku mengajar kawan sejawat dan dirinya sendiri


 Mempraktikkan berbagai teknik mengajar dengan benar dan tepat
 Mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif dan efisien
 Untuk mengaktifkan peserta pelatihan guru untuk belajar dan menyerap keterampilan
pengajaran baru dalam kondisi yang terkendali.
 Untuk mengaktifkan peserta pelatihan guru untuk menguasai sejumlah keterampilan
mengajar.
 Untuk mengaktifkan peserta pelatihan guru untuk mendapatkan kepercayaan diri dalam
mengajar.

2.4.Macam-macam Implikasi Micro Teaching


 Implikasi Mikro Teaching Terhadap Ilmu Pendidikan
Hasil penelitian yang di laksanakan oleh para pengarang tentang pengajaran mikro pada lembaga
pendidikan guru di Amerika Serikat sesungguhnya memberikan input baru terhadap
perkembangan ilmu kependidikan dan keguruan pada umumnya.pengaruh tersebut dapat dapat
kita lihat dalam perhatian para ahli kependidikan ternyata bertambah meningkat dalam usaha
menemukan suatu system yang lebih efisien dan efektif dalam rangka pendidikan guru dan
penerapan teknologi baru dalam teknologi pendidikan.

 Implikasi Micro Teaching Terhadap Profesi Kependidikan


Pada masa silam masih banyak orang yang mempertanyakan apakah jabatan guru adalah suatu
profesi? Pernyataan ini tentu timbul di kalangan pihak-pihak yang masih beranggapan bahwa

7
jabatan guru bukan jabatan professional, atau dengan kata lain bahwa setiap orang mampu
menjadi guru. Pandangan ini sudah lama lewat sejak munculnya para ahli pendidikan yang
mengemukakan, bahwa pekerjaan guru tidak dapat di pegang oleh sembarang orang tanpa
memiliki keahlian dalam bidang kependidikan dan keguruan.

Pendidikan melakukan fungsinya melalui tiga cara, atau proses pendidikan memiliki tiga
dimensi, yakni Dimensi substantif, tentang apa yang diajarkan; Dimensi tingkah laku, tentang
bagaimana mengajar atau dinamika pembuatan belajar mengajar;Dimensi lingkungan, keadaan
lingkungan secara fisik di mana berlangsung pembelalajaran

2.5. Model Pengajaran Mikro Teaching


 Konsep
pengajaran mikro ( Mikro Teaching ) adalah suatu situasi pengajaran yang di laksanakan
dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yakni selama 4 sampai 20 mennit dengan
jjumlah siswa sebanyak 3 sampai 10 orang ( Cooper dan Allen, 1971, h. I ). Bentuk
pengajaran yang sederhana, di mana calon guru/guru berada dalam suatu lingkungan kelas
yang terbatas dan terkontrol. Guru mengajarrkan hanya satu konsep dengan menggunakan
satu atau dua keterampilan mengajar.

 Program
Pertimbangan yang mendasari penggunaan program pengajaran mikro adalah Untuk
mengatasi kekurangan waktu yang di perlukaan dalam latihan mengajar secara
tradisionalKeterampilan mengajar yang kompleks dapat di perinci menjadi keterampilan-
keterampilan mengajar yang khusus dan dapat di latih secara yang berurutan .

2.6. Langkah Micro-Teaching


 The Micro-mengajar Program meliputi langkah-langkah berikut:
keahlian khusus dipraktekkan dijelaskan kepada peserta pelatihan guru dalam hal tujuan
dan komponen keterampilan dengan contoh-contoh yang sesuai.
 latih guru memberikan demonstrasi keterampilan di Micro-mengajar dalam kondisi
simulasi untuk peserta pelatihan guru.
 peserta pelatihan guru berencana rencana pelajaran singkat berdasarkan keterampilan
menunjukkan untuk / nya praktiknya.
 Guru peserta pelatihan mengajarkan pelajaran kepada sekelompok kecil murid.
Pelajarannya diawasi oleh supervisor dan rekan-rekan.
 Atas dasar pengamatan pelajaran, supervisor memberikan umpan balik kepada guru
peserta pelatihan. Supervisor memperkuat contoh penggunaan efektif keterampilan dan
menarik perhatian para peserta pelatihan guru ke titik di mana ia tidak bisa melakukannya
dengan baik.

8
 Dalam cahaya dari umpan balik yang diberikan oleh pengawas, replans guru peserta
pelatihan rencana pelajaran untuk menggunakan keterampilan dengan cara yang lebih
efektif dalam sidang kedua.
 Pelajaran revisi diajarkan untuk kelompok lain yang sebanding murid.
 pengawas mengamati pelajaran kembali mengajar dan memberikan kembali umpan balik
kepada guru peserta pelatihan dengan argumen meyakinkan dan alasan.
 mengajar - kembali mengajar' siklus dapat diulang beberapa kali sampai tingkat
penguasaan memadai tercapai

2.7. Keterbatasan Micro Teaching

 Ini adalah keterampilan yang berorientasi; Konten tidak ditekankan.


 Sejumlah besar peserta tidak dapat diberikan kesempatan untuk kembali mengajar dan
kembali perencanaan.
 Ini adalah teknik yang sangat memakan waktu.
 Hal ini membutuhkan ruang kelas khusus.
 Ini hanya mencakup beberapa keterampilan khusus.
 Hal ini menyimpang dari pengajaran di kelas normal.
 Ini dapat meningkatkan masalah administratif sementara mengatur pelajaran mikro

2.8. Cara Menggunakan Micro Teaching


Aplikasi yang paling umum untuk microteaching adalah dalam pra-pelatihan guru, seperti model
Stanford asli. Namun, yang pasti bukan satu-satunya aplikasi. Microteaching juga telah
digunakan untuk melatih asisten pengajar dan fakultas baru pada metode pengajaran. Bahkan
anggota fakultas berpengalaman dapat memperbaiki pengajaran mereka menggunakan teknik
microteaching.

Teknik yang sama, microrehearsal, telah digunakan untuk melatih konduktor musik prospektif
(Kuhn, 1968). Seperti microteaching, para siswa melakukan latihan 5 sampai 10 menit dengan
musisi sampel. Setelah latihan, para musisi memberikan umpan balik mengenai teknik latihan
konduktor calon.

Teknik microteaching juga dapat digunakan di bidang lain. Dalam bisnis, microteaching dapat
digunakan untuk fokus pada kemampuan presentasi, persuasi dan teknik negosiasi, dan teknik
wawancara. Dalam konseling dan pekerjaan sosial, microteaching dapat digunakan untuk
mengasah kemampuan bertanya serta keterampilan mendengarkan aktif.

Pada akhirnya, microteaching merupakan teknik yang berguna untuk mengajar soft skill,
kemampuan presentasi, dan keterampilan interpersonal. Pendekatan yang berfokus mendorong
pertumbuhan melalui praktek dan kritik. The "mengajar, kritik, kembali mengajar" model
memberikan umpan balik fakultas segera dan meningkatkan retensi.

9
2.9. Fase Micro Teaching

There tiga fase dari prosedur Micro-mengajar


1. Pengetahuan Akuisisi Fase (Pra-Aktif Fase)
Ini mencakup kegiatan seperti;
 Memberikan pengetahuan tentang mengajar keterampilan.
 Mengamati demonstrasi keterampilan mengajar.
 Menganalisis dan mendiskusikan demonstrasi keterampilan mengajar.

2. Keterampilan Akuisisi Fase (Inter-aktif Tahap) Ini mencakup kegiatan seperti;


 Mempraktekkan keterampilan.
 Evaluasi keterampilan dipraktekkan (Umpan balik).
 Re-rencana, sistem Re-mengajar dan kembali umpan balik sampai tingkat yang
diinginkan keterampilan tercapai.

3. Tahap transfer (Pasca Aktif Fase)


 Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan dalam mengajar menguasai
ruang kelas normal.
 Mengintegrasikan keterampilan yang berbeda dipraktekkan

2.10. Diagramatic Representasi dari Siklus Micro-Mengajar

Langkah-langkah ini diwakili diagram pada gambar berikut:

 Rencana: ini melibatkan pemilihan topik dan konten terkait seperti alam di mana
penggunaan komponen keterampilan dalam praktek dapat dilakukan dengan mudah dan
nyaman. Topik dianalisis ke dalam kegiatan yang berbeda dari guru dan murid. Kegiatan
direncanakan sedemikian urutan logis mana aplikasi maksimum komponen keterampilan
adalah mungkin.

 Ajarkan: Ini melibatkan upaya guru peserta pelatihan untuk menggunakan komponen-
komponen keterampilan dalam situasi yang cocok datang dalam proses belajar mengajar
sesuai / nya perencanaan nya activitieó. Dalam situasi yang berbeda dan tidak
divisualisasikan (dalam perencanaan kegiatan TTE, guru harus memodifikasi / sebagai
perilakunya per permintaan situasi di Wlass. Ia harus memiliki keberanian dan
kepercayaan diri untuk menangani situasi yang timbul dalam kelas secara efektif.

 Tanggapan: Istilah ini mengacu pada memberikan informasi kepada guru peserta
pelatihan tentang penampilannya. Informasi termasuk poin kekuatan serta kelemahan
yang berhubungan dengan / nya penampilannya. Hal ini membantu guru peserta pelatihan
untuk memperbaiki nya / penampilannya dalam arah yang diinginkan.

10
 Re-rencana: replans Guru peserta pelatihan pelajarannya menggabungkan poin kekuatan
dan menghilangkan poin tidak terampil ditangani selama pengajaran dalam upaya
sebelumnya baik pada topik yang sama atau pada topik lain setelan kepada guru peserta
pelatihan untuk perbaikan.
 Re-mengajar: ini melibatkan pengajaran untuk kelompok yang sama murid jika topik
berubah atau untuk kelompok yang berbeda dari murid jika topik adalah sama. Hal ini
dilakukan untuk menghilangkan kebosanan atau monoton murid. Guru peserta pelatihan
mengajar kelas dengan keberanian baru dan kepercayaan diri untuk tampil lebih baik dari
usaha sebelumnya.
 Re-umpan balik: Ini adalah komponen yang paling penting Micro-mengajar untuk
modifikasi perilaku peserta pelatihan guru ke arah yang diinginkan dalam praktek
keterampilan setiap.
Waktu durasi untuk microteaching adalah; o Ajarkan: 6 Menit.
o Komentar: 6 Menit.
o Re-Plan: 12 Menit.
o Re-Mengajar: 6 Menit.
o Re-Komentar: 6 Menit.

2.11. STRATEGI MICRO TEACHING


Pendidikan harus diarahkan untuk pengembangan kualitas SDM yang meliputi segala aspek
perkembangan manusia. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional adalah pengembangan sekolah-sekolah unggulan yang dalam perspektif global akan
menyumbangkan nilai strategis. Sejalan dengan perkembangan teknologi, komunikasi dan
informasi, upaya peningkatan proses pembelajaran dengan penerapan multimedia tidak dapat
ditunda lagi apabila produk pendidikan akan disejajarkan dengan kebutuhan dan tantangan
global.

Proses pembelajaran yang konvensional harus dipadukan dengan perkembangan IPTEK.


Pusat pembelajaran masa depan (dimana para guru sebagai manager pembelajaran) harus
dapat menempatkan siswa (klien) dengan memberikan "customers satisfaction" yang
semaksimal mungkin. Yang jelas paradigma pendidikan berubah dengan kehadiran teknologi
telekomunikasi dan informatika.

11
BAB III
MENYUSUN SAP

3.1. Menyusun SAP


Contoh SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PADA SATU KALI PERTEMUAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Mata Kuliah : Penyajian Ilmiah

Kode MK/SKS : MKP-301 / 2 (2-1)

Waktu Pertemean : 1 x 50 menit

Pertemuan ke :9

POKOK BAHASAN : TRANSPARANSI DAN POWER POINT

Tujuan Pembelajaran

1. Memahami cara membuat transparansi dan power point


2. Menilai transparansi dan power point
3. Dapat membuat tayangan transparansi dan power point
4. Mampu mengoperasikan alat bantu transparansi dan power point

Uraian Materi

Penyajian lisan akan lebih bermakna jika menggunakan alat bantu. Alat bantu yang dipakai
antara lain transparansi dan in focus (power point). Transparansi dan power point yang bagus
memiliki criteria tertentu seperti ukuran huruf, latar belakang, informasi yang ditulis dan cara
menulis kata-kata. Transparansi dan power point yang baik harus jelas, kontras dengan latar
belakangnya, ukuran fontnya cukup besar, dan informasi yang tertulis dalam satu halaman
hendaknya dapat dipahami dalam waktu 4-5 detik saja.

12
Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal (10 menit)

1. Mengucap salam dan mengabsensi Mahasiswa


2. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan langkah-langkah yang
harus dilakukan mahasiswa
3. Memberikan motivasi dengan cara menceriterakan hal-hal yang menarik
4. Mengaitkan materi baru dengan materi sebelumnya

Kegiatan Inti ( 10 menit )

1. Memberikan penjelasan sekilas tentang transparansi dan power point


2. Mengelompokkan mahasiswa menjaddi 4 kelompok dan triap-tiap kelompok diberikan
topic yang harus di diskusikan
3. Membagi materi diskusi ( berupa tansparansi )
4. Tiap kelompok dipimpin oleh satu ketua
5. Mengamati diskusi mahasiswa
6. Mempersentasikan hasil diskusi oleh masing-masing kelompok

Kegiatan Akhir ( 5 menit )

1. Memantapkan hal-hal yang tidak jelas dalam diskusi, membuat kesimpulan, melihat
kekurangan yang terjadi untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
2. Member tugas kepada mahasiswa untuk membuat transparansi yang bagus (2
halaman, dari buku skripsi) dan dikumpulkan melalui Internet pada minggu
berikutnya (tugas individu)
3. Membagi mahasiswa dalam 4 kelompok untuk pertemuan berikutnya
4. Memberi tugas kepada mahasiswa untuk membaca materi pertemuan ke 10 dan ke 11
(tugas kelompok)

Asesmen

Teknik : Ujian tertulis dalam bentuk esay (dilakukan pada saat UAS)

Postest : Buat dua soal untuk dijawab. Soal yang anda buat berasal dari Materi kuliah hari

ini. Jawaban dikumpulkan saat itu juga.

Penilaian :

Penilaian dilakukan terhadap :

13
Power point yang dikumpulkan : 25%

Soal dan jawaban yang dibuat : 25%

Aktivitas dalam diskusi : 50%

Kategori penilaian sebagai berikut :

A = 80-100% (Sangat baik)

B = 70-79% (Baik)

C = 56-69% (Cukup)

D = 45-55% (Kurang)

E = Kurang dari 45% (sangat kurang)

14
BAB IV
MEMILIH POKOK BAHASA & MEMBAGI KELOMPOK
4.1. Cara Memilih Pokok Bahasa
hal-hal yang harus dilakukan saat akan memilih pokok bahasa

 Topik yang dipilih harus berada di sekitar Anda, baik di sekitar pengalaman Anda
maupun di sekitar pengetahuan Anda. Hindarilah topik yang jauh dari diri Anda karena
hal itu akan menyulitkan Anda ketika menggarapnya.
 Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian Anda.
 Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari
pokok masalah yang menyeret Anda kepada pengumpulan informasi yang beraneka
ragam.
 Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik yang bersifat
subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan Anda.
 Topik yang dipilih harus Anda ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya walaupun serba sedikit.
Artinya, topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi Anda.
 Topik yang dipilih hams memiliki sumber acuan, memiliki bahasa kepustakaan yang
akan memberikan informasi tentang pokok masalah yang akan ditulis. Sumber
kepustakaan dapat berupa buku, majalah, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web
atau undang-undang.

4.2.Cara Membagi Kelompok


1. Mintalah semua orang peserta untuk berdiri dan keluar dari lingkungan tempat duduknya
masing-masing…..boleh di bagian belakang atau bagian samping…..asal mudah dilihat oleh
calon pemimpin nantinya……

2. Pilihlah sebanyak 6-8 orang sebagai pimpinan kelompok. Disini pimpinan bisa dipilih oleh
fasilitator berdasarkan orang yang paling aktif di kelas…..walau akhir-akhir ini hal itu saya
modifikasi dengan memilih peserta yang sedang hamil atau sedang sakit….agar mereka bisa
cepat segera duduk….

3. Aturlah tempat duduk para pimpinan itu sedemikian rupa hingga menyebar di ruangan.
Upayakan di sekitar calon pemimpin tersebut ada sejumlah kursi yang pas dengan calon
anggota kelompok. Hal ini penting agar saat mereka mempunyai anggota, secara otomatis
ruangan kelas tersebut telah terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil…alias ga banyak
mindahin bangku lagi…..

4. Mulai dari pimpinan ke-1 (misal : Mr. A) mintalah mereka memilih satu orang anggota
kelompok. Jika sudah memilih, coba tanyailah alasan mengapa mereka memilih si X sebagai

15
anggota kelompoknya….Sekaligus tanya perasaan si Mr. X akibat dipilih oleh Mr. A
tadi…..senangkah, puaskah, atau malah merasa bangga……

5. Kemudian, berturut-turut mintalah pimpinan ke-2 (misal : Mr. B) buat melakukan hal
serupa….lalu diikuti dengan Mr. C, D, E., F, dan G. Untuk memilih anggota yang kedua
sebaiknya dipilih mulai dari G, E……A agar ada pemerataan kesempatan. Sedang yang
berikut urutannya kembali dari A,B…..G….dst…..Jangan lupa setiap kali seorang pimpinan
memilih anggotanya tanyakan alasan pemilihan tersebut….beserta perasaan si terpilih jika
diperlukan….utamanya jika alasan si pimpinan itu unik atau tidak jelas……

6. Ulangi kegiatan tersebut sampai seluruh peserta di ruangan terpilih atau telah memiliki
kelompok. Jangan lupa tanyai perasaan mereka yang terpilih pada akhir-akhir acara…..sedih,
mangkel, dendam, atau merasa pantas karena selama ini memang merasa terlalu pendiam
dalam kelas…

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Aplikasi yang paling umum untuk microteaching adalah dalam pra-pelatihan guru, seperti model
Stanford asli. Namun, yang pasti bukan satu-satunya aplikasi. Microteaching juga telah
digunakan untuk melatih asisten pengajar dan fakultas baru pada metode pengajaran. Bahkan
anggota fakultas berpengalaman dapat memperbaiki pengajaran mereka menggunakan teknik
microteaching.

Teknik yang sama, microrehearsal, telah digunakan untuk melatih konduktor musik prospektif
(Kuhn, 1968). Seperti microteaching, para siswa melakukan latihan 5 sampai 10 menit dengan
musisi sampel. Setelah latihan, para musisi memberikan umpan balik mengenai teknik latihan
konduktor calon.

Teknik microteaching juga dapat digunakan di bidang lain. Dalam bisnis, microteaching dapat
digunakan untuk fokus pada kemampuan presentasi, persuasi dan teknik negosiasi, dan teknik
wawancara. Dalam konseling dan pekerjaan sosial, microteaching dapat digunakan untuk
mengasah kemampuan bertanya serta keterampilan mendengarkan aktif. Hal ini juga berlaku di
luar kelas. Sebagai contoh, departemen seperti Layanan Karir dapat menggunakan teknik
microteaching untuk mempersiapkan siswa untuk wawancara kerja.

Pada akhirnya, microteaching merupakan teknik yang berguna untuk mengajar soft skill,
kemampuan presentasi, dan keterampilan interpersonal. Pendekatan yang berfokus mendorong
pertumbuhan melalui praktek dan kritik. The "mengajar, kritik, kembali mengajar" model
memberikan umpan balik fakultas segera dan meningkatkan retensi dengan memberikan
kesempatan untuk latihan.

5.2. Saran
Mengapa menunggu untuk evaluasi siswa untuk menerima umpan balik pada praktek
pengajaran? Microteaching memberikan kesempatan bagi asisten dosen dan mengajar untuk
meningkatkan praktek mengajar mereka melalui "mengajar,, kritik kembali mengajar" model.
Microteaching adalah berharga untuk fakultas baik baru dan berpengalaman untuk mengasah
praktek pengajaran mereka. Hal ini sering digunakan dalam pre-service program pelatihan guru
untuk memberikan pengalaman tambahan sebelum atau selama pengalaman klinis.

17
DAFTAR PUSTAKA
Kuhn, W. (1968). Memegang Monitor hingga Life: microteaching. Musik Pendidik Journal, 55
(4), 49-53.

Politzer, R. (1969). Microteaching: Sebuah Pendekatan Baru Keguruan dan Penelitian.


Hispania, 52 (2), 244-248.

Vare, J. W. (1993). Co-Membangun Zone: Pandangan Neo-Vygotskian dari microteaching.


Diperoleh 23 Januari 2009, dari

18

Anda mungkin juga menyukai